Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Kamis, 31 Januari 2019

BAB 16 KANE DAN ABEL KARIR ABEL BERKEMBANG ... NAMUN NYARIS ... SAJA

LANJUTAN .....


BAB 16

Abel membutuhkan waktu sekitar 3 bulan untuk menyadari luas permasalahan yang dihadapi Hotel Richmond Continental. Dan mengapa hotel itu kehilangan begitu banyak uang. Setelah 12 minggu membuka mata lebar-lebar, maka kesimpulan sederhana yang ditariknya ialah: keuntungan hotel itu dicuri orang. Padahal  sementara itu seluruh sisa staf dibuatnya percaya ia sedang setengah tertidur. Staf hotel Richmond sedang melaksanakan sistem kerja sekongkolan dalam skala yang belum pernah dijumpai Abel sebelum itu. Tapi sistem itu tidak memperhitungkan manajer pembantu baru yang dulu harus mencuri roti dari orang-orang Rusia untuk dapat bertahan hidup. Masalah  Abel sekarang yang pertama bukannya memberitahu setiap orang akan penemuannya. Terlebih dahulu ia harus berkesempatan memeriksa setiap bagian hotel. Dalam waktu singkat ia sudah dapat menggambarkan bahwa tiap bagian telah menyempurnakan sistem pencuriannya sendiri.

Penipuan dimulai dari meja depan. Di situ jurutulis hanya mendaftar 8 dari tiap 10 orang tamu, dan mengantongi pembayaran tunai dari dua orang sisanya itu. Kerja rutin yang mereka laksanakan adalah sederhana. Setiap orang yang telah mencobanya di hotel Plaza New York pasti diketemukan dalam beberapa menit dan dipecat. Kepala jurutulis hanya memilih pasangan yang agak tua yang memesan tempat dari negara bagian lain untuk semalam. Ia dengan hati-hati harus memastikan bahwa pasangan itu tak mempunyai relasi bisnis di kota. Lalu biasa saja mereka tak didaftar. Bila keesokan harinya mereka membayar tunai, maka uang itu masuk kantong sendiri. Dan oleh karena mereka tidak menandatangani daftar, maka tak ada catatan bahwa tamu itu pernah menginap di hotel. Abel sudah lama memikirkan bahwa semua hotel harus dituntut mendaftar setiap tamu. Plaza sudah melakukan hal itu.

Di ruang makan sistim itu lebih dipercanggih lagi. Sudah barang tentu pembayaran tunai setiap tamu bukan penghuni tetap atau cek makan siang atau makan malam sudah diambil. Hal itu telah diduga Abel sebelumnya. Tapi yang memakan waktu lebih lama ialah memeriksa rekening-rekening restoran. Dan ia menemukan bahwa meja pendaftaran di depan bekerjasama dengan staf ruang makan untuk memastikan supaya tak ada rekening restoran bagi tamu yang telah mereka pilih untuk tidak didaftar. Di samping itu masih ditambah lagi dengan adanya rangkaian kerusakan dan reparasi yang fiktif, peralatan yang hilang, makanan menghilang, seprei yang raib, dan bahkan sekali-sekali kasur yang nyasar. Setelah setiap bagian diperiksa dengan saksama, Abel menyimpulkan bahwa lebih separuh dari staf hotel Richmond terlibat dalam sekongkolan ini. Dan tak ada bagian satu pun yang memiliki pembukuan yang bersih.

Ketika ia pertama kali datang ke Richmond, Abel keheran-heranan mengapa manajernya, Desmond Pacey tidak melihat apa yang sudah lama terjadi di depan hidungnya. Ia keliru mengasumsikan bahwa orangnya malas dan tak dapat diganggu untuk menampung keluhan. Bahkan Abel juga lambat menyadari bahwa manajer yang malas itu adalah otak dibelakang seluruh operasi itu. Itulah sebabnya maka segalanya berjalan lancar. Pacey sudah bekerja di kelompok Richmond selama tiga puluh tahun lebih.

Tak ada hotel satu pun dalam kelompok itu dimana, Ia tidak pernah menduduki posisi senior pada suatu waktu tertentu. Hal ini membuat Abel takut akan kemampuan melunasi hutang dari seluruh mata rantai itu.

Selain itu Desmond Pacey adalah sahabat pribadi Davis Leroy. Hotel Richmond di Chicago kehilangan $30.000 lebih setahunnya. Suatu situasi yang setahu Abel dapat disehatkan dalam semalam dengan memecat sebagian besar staf dimulai dengan Desmond Pacey. Hal ini menimbulkan masalah. Sebab selama 30 tahun Davis Leroy jarang memecat siapa pun. Ia hanya membiarkannya saja. Sambil berharap pada waktunya masalah-masalah itu akan lenyap. Sejauh Abel dapat menentukan staf hotel Richmond tetap nekat mencuri hingga akhirnya mereka dengan enggan pensiun.

Abel tahu bahwa satu-satunya jalan untuk membalik keuntungan hotel ialah bertikai dengan Davis Leroy. Dan untuk keperluan itu pada awal tahun 1928 ia naik Great Express dari stasiun Illinois Central menuju St. Louis. Dilanjutkan ke Dallas melalui Missouri Pacific. Ia mengepit laporan setebal 200 halaman yang ia susun selama 3 bulan di kamar pavilyun hotel. Ketika Davis Leroy selesai membaca menyusuri demikian banyak evidensi, ia duduk menatap Abel dengan cemas.

"Orang-orang ini adalah sahabat-sahabatku" kata-kata pertama yang tercetus ketika ia menutup map.

"Beberapa di antara mereka telah bekerja denganku selama 30 tahun. Buset. Selalu ada gesek-menggesek sekitar bisnis ini. Tetapi kini engkau mengungkapkan mereka menggarongku di belakang punggungku?"

"Beberapa di antara mereka, kukira, selama tiga puluh tahun itu. " kata Abel.

“Ya ampun, harus kuapakan ini?' jawab Leroy.

"Aku dapat menghentikan kebusukan ini jika engkau memindahkan Desmond Pacey dan memberiku kartu putih untuk langsung menyerang orang yang terlibat dalam pencurian ini."

"Nah Abel, kuharap masalahnya demikian sederhana."

*Masalahnya memang sesederhana itu. " kata Abel "Dan jika engkau tak memperbolehkan aku menangani orang-orang yang bersalah itu, engkau akan menerima surat pengunduran diriku sejak saat ini juga. Sebab aku tak berminat mempunyai kaitan apa pun dengan hotel yang dikelola paling korup di seluruh Amerika."

"Apakah kita bisa menurunkan Desmond Pacey menjadi manajer pembantu? Aku lalu dapat mengangkatmu menjadi manajer. Dan persoalan ini ada di bawah pengawasanmu."

'Tak mungkin. " jawab Abel. "Pacey masih punya dua tahun lagi. Ia punya pengaruh kuat atas seluruh staf Richmond. Menjelang waktu aku dapat meluruskannya, engkau sudah meninggal atau bangkrut atau kedua-duanya. Aku memperkirakan semua hotel-hotelmu yang lain pasti dikelola dengan cara  maling seperti ini. Jika kamu penghendaki kecenderungannya di Chicago berbalik, engkau harus mengambil keputusan tegas terhadap Pacey sekarang juga. Bila tidak engkau boleh dihukum menghadap tembok sendirian. Ambil atau tinggalkan itu."

'Kami orang Texas ini terkenal bicara bebas, Abel. Tapi pasti tak setaraf denganmu. Baiklah. Baiklah. Aku akan memberimu wewenang sejak saat ini. Selamat. Engkaulah manajer baru hotel Richmond di Chicago. Tunggu sampai Al Capone mendengar engkau telah tiba di Chicago. Ia akan bergabung denganku dengan tenang dan damai di Barat Daya, Abel anakku.” lanjut Leroy sambil berdiri dan menepuk bahu manajer baru itu. "Jangan mengira aku tak tahu berterima kasih. Kerjamu sungguh baik di Chicago. Dan sejak sekarang aku akan memandangmu sebagai tangan kananku. Terus terang Abel, aku telah berhasil di Bursa Saham. Aku bahkan tak mengetahui aku kehilangan berapa. Maka sykurlah aku mempunyai seorang sehabat yang jujur. Mengapa tidak menginap semalam dan makan bersama denganku?"

“Aku senang diundang makan malam, tuan Leroy. Tapi aku akan menginap di hotel Richmond Dallas karena alasan-alasan pribadi. "

"Kamu kan tidak akan memberhentikan semua orang kan, Abel?"

"Tidak. Jika aku dapat menyelamatkannya."

Malam itu Davis Leroy menjamu Abel dengan makanan melimpah. Dan dengan wiski yang agak sedikit kebanyakan. Itu menurut Davis hanyalah sekedar keramahan rumah belaka. Ia juga mengakui kepada Abel bahwa ia sedang memikir-mikir untuk mempersilakan orang lain menangani kelompok Richmond sehingga ia bisa hidup lebih santai.

“Apa sudah yakin betul menghendaki seorang Polandia dungu?" ganggu Abel merasa agak kebanyakan minum.

"Abel, akulah yang tolol di masa lalu. Jikalau kamu tak membuktikan sangat pantas dipercaya dalam mencium pencuri-pencuri ini, barangkali aku sudah hancur. Tapi kini aku sudah mengetahui kebenarannya, kita akan menghantam mereka bersama. Dan aku akan memberimu kesempatan memetakan kembali kelompok Richmond."

Abel mengangkat gelas dengan goyah'"Aku minum untuk itu. Dan semoga rekanan kita berlangsung lama dan gemilang."

"Raihlah itu nak"

Abel singgah di hotel Richmond di Dallas malam itu. Ia memesan tempat dengan nama palsu. Dan tegas-tegas mengatakan kepada tata-usaha bahwa ia hanya menginap semalam saja. Di pagi hari, ketika ia menemukan satu-satunya kuitansi pembayaran tunai darinya di dalam keranjang sampah, maka kecurigaan Abel diperkuat. Jadi masalahnya tidak hanya di Chicago saja. Ia memutuskan untuk meluruskan Chicago terlebih dahulu. Pencurian di sisa kelompok itu harus menunggu penanganan kemudian. Ia menelepon Davis Leroy untuk menceriterakan bahwa penyakit itu telah berjangkit ke lebih dari satu anggota kelompok.

Abel pulang kembali naik kereta api seperti ketika ia datang. Lembah Missisippi cemberut di luar jendela kereta api. Hancur karena banjir tahun sebelumnya. Abel memikirkan kerusakan yang hendak ia laksanakan bila ia kembali ke hotel Richmond di Chicago.
Ketika ia tiba, tak ada penjaga pintu malam yang bertugas. Dan hanya ada satu sekretaris yang hadir. Abel memutuskan membiarkan mereka semua istirahat malam sebelum ia mengucapkan selamat tinggal. Seorang pelayan muda membuka pintu depan baginya, ketika ia kembali ke Pavilyun

“Perjalanannya menyenangkan tuan Rosnovski? "tanyanya.

“Ya, terimakasih. Bagaimana keadaan di sini?"

“Oh, sangat tenang"

Mungkin esok hari menjelang pukul demikian ini akan lebih tenang lagi. Pikir Abel. Bila kamu adalah satu-satunya anggota karyawan hotel yang masih tinggal.

Abel membuka kopor. Dan menelepon meminta layanan kamar memesan makanan ringan. Makanan disajikan selang satu jam. Ketika ia telah menghabiskan kopinya, Abel melepas pakaian. Mandi air curah sambil memikirkan acara keesokan harinya. Ia telah memilih saat yang baik dalam tahun untuk melaksanakan pembantaiannya. Waktu itu awal Februari dan hanya 25% kamar hotel itu yang ditinggali. Dan Abel yakin ia bisa mengelola hotel Richmond dengan setengah staf dari yang sekarang ini.

Ia naik ranjang. Membuang bantal ke lantai. Dan tidur nyenyak seperti stafnya yang tak menduga apa-apa.

Desmond Pacey yang dalam kelompok Richmond dikenal sebagai Pacey Pemalas (Lazy Pacey), berusia 63 tahun. Ia jelas terlalu gemuk. Dan gerakannya lamban. Dengan kaki-kaki pendek. Desmond Pacey telah melihat 7 orang manajer pembantu datang dan pergi di kelompok Richmond. Ada yang tamak, menghendaki lebih dari yang jadi jatahnya. Beberapa nampaknya tak dapat memahami bagaimana kerja sistim itu. Orang Polandia itu juga ternyata tak lebih cemerlang daripada yang lain-lain. Demikian Pacey memutuskan. Dan ia bersenandung dalam diri sendiri sambil berjalan menuju ruang kantor Abel untuk rapat harian pukul 10. Saat itu pukul 10 lewat 17 menit.

"Maaf, aku membuatmu menunggu." kata manajer. Tapi sama sekali tak bernada sesal.
Abel tak memberi komentar.

“Di meja depan aku terhambat harus mengerjakan sesuatu. Ya begitulah keadaannya. "

Abel tahu persis bagaimana keadaannya di meja depan. Dengan lambat ia menarik laci meja di depannya. Dan meletakkan 40 rekening hotel yang telah kusut. Beberapa di antaranya telah sobek menjadi 4 atau 5 carik. Rekening yang telah ia pungut dari keranjang sampah dan asbak. Rekening tamu-tamu yang membayar tunai dan tidak pernah didaftar. Ia memandangi manajer pendek gemuk itu memperkirakan sobekan-sobekan kertas tersebut sebenarnya apa ; tapi terbalik.

Desmond Pacey tak dapat memperkirakannya. Bukannya karena ia sangat memperhatikannya. Tak ada satu pun baginya yang pantas dicemaskannya. Jika orang Polandia dungu itu dapat menangkap system tersebut, ia selalu dapat memotongnya atau pergi. Pacey baru memikir-mikir berapa persentase yang hendak ia berikan. Mungkin sebuah kamar bagus di hotel untuk sementara waktu akan menenangkannya.

“Engkau dipecat, pak Pacey. Dan aku menghendaki engkau keluar dari tempat ini dalam waktu 1 jam."

Desmond Pacey tidak menghiraukan kata-kata itu. Sebab ia tidak dapat mempercayainya.

“Apa katamu tadi? Kiranya aku tak mendengarnya dengan baik."

“Engkau telah mendengarnya," kata Abel. "Engkau dipecat!"

'Engkau tak dapat memecatku. Akulah manajernya. Dan aku telah bekerja dalam kelompok Richmond selama 30 tahun lebih. Jika harus ada pemecatan, akulah orangnya yang harus memecat. Astaga, kau kira engkau ini siapa?"

“Akulah manajer yang baru."

'Engkau apa"

“Manajer baru" ulang Abel "Tuan Leroy menunjukku kemarin. Dan aku baru saja memecatmu, pak Pacey.”

“Karena apa?"

*Karena pencurian besar-besaran" Abel membalik kuitansi-kuitansi hingga orang yang berkacamata itu dapat melihatnya dengan semestinya.

"Setiap tamu ini membayar rekeningnya, tapi tak sepeser pun dari uang pembayaran itu masuk ke dalam rekening Richmond. Dan semuanya memiliki sa-u hal yang sama: ada tandatanganmu."

"Engkau tak dapat membuktikan apa-apa dalam seratus tahun."

"Aku tahu," kata Abel. "Engkau telah memakai sistem yang baik. Nah, kamu dapat pergi dan memakai sistem itu di tempat lain. Karena nasibmu sudah habis di sini. Ada pepatah Polandia kuno pak Pacey, gayung itu hanya membawa air selama pe-gangannya tidak patah. Pegangannya baru saja patah. Dan engkau dipecat."

"Engkau tak punya wewenang memecatku, " kata Pacey. Keringatnya berbutir-butir di dahi. "Davis Leroy adalah sahabat karibku. Ia adalah satu-satu4ya orang yang dapat memecatku. Engkau baru saja datang dari New York 3 bulan yang lalu. Jika aku ber-bicara sebelumnya dengannya, ia pasti bahkan tak mau mendengarmu. Aku dapat membuangmu dari hotel ini hanya dengan satu kali telepon."

"Silakan" kata Abel. Ia menyambar telepon dan meminta operator menghubungkannya dengan Davis Leroy di Dallas. Kedua orang itu menunggu. Sambil saling memandang. Keringat kini telah bertetesan di ujung hidung Pacey. Sesaat Abel bertanya-tanya apa- kah majikannya akan tetap teguh.

"Selamat pagi tuan Leroy. Ini Abel Rosnovski menelepon dari Chicago. Aku baru saja memecat Desmond Pacey dan ia minta bicara dengan anda."

Pacey terhuyung menerima telepon. Ia mendengarkan beberapa saat saja.

'Tapi Davis, Aku . . .Apa yang dapat kulakukan? Aku bersumpah itu tidak benar . . . Pasti ada kekeliruan."

Abel mendengar telepon diputus. Klik.

'Satu jam, Pak Pacey. " kata Abel. "Bila tidak, aku akan menyerahkan kuitansi-kuitansi ini kepada kepolisian Chicago."

“Tunggu sebentar, " kata Pacey. "Jangan bertindak terlalu tergesa-gesa.' Nada dan sikapnya mendadak berubah.'Kami bisa memasukkanmu ke dalam seluruh operasi ini. Engkau dapat memperoleh pendapatan€teratur yang lestari, jika kita mengelola hotel ini bersama-sama. Dan tak ada seorang pun yang lebih bijaksana lagi. Uang itu akan jauh lebih banyak daripada yang kauterima sebagai manajer pembantu. Dan kita semua tahu Davis tak akan merasa apa-apa kehilangan uang sejumlah itu . . ."

“Aku bukannya manajer pembantu lagi pak Pacey, akulah manajernya. Nah, pergilah sebelum aku membuangmu keluar."

“Kamu orang Polandia tukang pemacek. " kata mantan manajer. Ia sadar telah memainkan kartu terakhirnya. Dan ia kalah. “Sebaiknya engkau membuka matamu lebar-lebar orang Polandia, sebab aku akan memotongmu sesuai ukuranmu."

la pergi. Menjelang makan siang ia diikuti oleh kepala pelayan, kepala koki, penjaga rumah senior, kepala tata usaha, kepala jaga pintu dan tujuh belas karyawan anggota staf hotel Richmond lainnya yang menurut perkiraan Abel menjadi penyelamat di masa silam. Siang hari ia merapatkan seluruh sisa karyawan. Ia menerangkan kepada mereka secara rinci mengapa ia melakukan apa yang telah ia lakukan. Dan ia meyakinkan mereka bahwa pekerjaan mereka tidak dalam keadan bahaya.

"Tapi jika kupergoki satu" kuulangi “satu dollar saja yang salah masuk, maka aku akan memecat orang yang terlibat tanpa rekomendasi, pada saat itu dan di situ juga. Sudah paham?"

Tak seorang pun bicara.

Beberapa anggota staf selama beberapa minggu berikutnya meninggalkan hotel Richmond ketika mereka menyadari bahwa Abel tidak bermaksud melanjutkan sistem Desmond Pacey demi keuntungan sendiri. Mereka cepat-cepat diganti.

Menjelang akhir Maret, Abel mengundang 4 oraqg karyawan dari hotel Plaza untuk bergabung dengannya di hotel Richmond. Mereka semua memiliki 3 kesamaan: muda, ambisius, dan jujur. Dalam waktu 6 bulan, dari 110 anggota staf semula tinggal 37 orang yang masih bekerja di hotel Richmond. Pada akhir tahun pertama, Abel banyak membuka botol sampanye bersama Davis Leroy untuk merayakan angka-angka tahunan hotel Richmond di Chicago. Angka itu menunjukkan keuntungan $3.468. Memang sedikit. Tapi merupakan laba pertama yang nampak selama berdiri 30 tahun. Abel memproyeksikan laba $25.000 lebih dalam tahun 1929.

Davis Leroy sangat terkesan. Ia mengunjungi Chicagoo sekali sebulan. Dan mulai sangat mengandalkan penilaian Abel. Ia bahkan terus terang mengakui bahwa apa yang benar bagi hotel Richmond di Chicago, bisa benar pula bagi hotel-hotel lain dalam kelompok Richmond. Abel ingin melihat hotel Chicago berjalan lancar dahulu sebagai usaha jujur dan menguntungkan sebelum memikirkan menangani hotel-hotel yang lain. Leroy setuju. Kemudian membicarakan soal rekanan bagi Abel, bila ia dapat melakukan seperti apa yang telah ia lakukan di hotel Richmond Chicago, dihotel-hotel lainnya.

Mereka mulai bersama-sama menonton baseball dan balapan kuda bilamana Davis berada di Chicago. Pada suatu kesempatan ketika Davis kalah $700 tanpa pernah mendekati kemenangan dalam 6 kali balapan kuda, ia mengangkat tangan tinggi-tinggi dengan kesal dan berkata “Mengapa aku mengurusi kuda, Abel? Engkaulah taruhanku yang paling baik."

Melanie Leroy selalu makan bersama ayahnya bila ayahnya menjenguknya. Cantik. Dingin. Dengan sosok langsing. Kaki panjang yang menarik banyak pandangan dari para tamu hotel. Ia menghadapi Abel dengan agak sedikit angkuh. Hal mana tak menggalakkannya untuk menuruti perasaan-perasaannya yang mulai muncul terhadap Melanie. Melanie juga tidak meminta Abel mengganti sapaan "Melanie" dengan “Nona Leroy". Akhirnya Melanie mengetahui

Abel adalah pemilik ijazah B. A. ekonomi dari Universitas Columbia. Dan Abel lebih tahu tentang arus uang tunai yang tak diperhitungkan daripada Melanie sendiri. Sejak itu, Melanie sedikit melunak. Dan suatu waktu datang sendirian makan bersama Abel saja di hotel. Dan ia meminta bantuan Abel untuk pekerjaan yang sedang ia lakukan guna meraih gelar jurusan budaya di Universitas Chicago. Karena semakin berani, ia kadang-kadang mengantar Melanie menghadiri pergelaran konser dan teater. Dan ia mulai merasa cemburu bilamana Melanie mengajak pria-pria lain makan di hotel. Walau Melanie tak pernah diantar dua kali oleh pria yang sama. Dengan pengelolaan Abel yang ketat masakan hotel sangat membaik hingga orang-orang yang selama 3 tahun berdiam di Chicago dan hampir tak menyadari keberadaan hotel itu, kini mulai memesan makan malam setiap Sabtu petang. Abel menyuruh seluruh hotel dicat kembali untuk pertama kali selama dua puluh tahun. Dan seluruh staf diberi seragam hijau dan kuning emas. Seorang tamu yang telah menginap di hotel Richmond selama seminggu tiap tahun selama 10 tahun, benar-benar keluar dari pintu depan setibanya di hotel, karena mengira ia memasuki gedung yang salah. Ketika Al Capone memesan pesta makan untuk 16 orang dalam kamar tersendiri untuk merayakan hari ulang tahunnya yang ke-30, Abel tahu ia sudah binnen.

Kekayaan pribadi Abel bertambah selama periode itu. Sementara pasar saham berkembang. Ia meninggalkan Plaza dengan uang $8000 setengah tahun yang lalu. Dan rekening kepialangannya kini menunjukkan $30.000 lebih. Ia percaya bahwa pasar akan terus meningkat, maka ia selalu menginvestasikan kembali labanya. Sedang tuntutan pribadinya masih tetap sederhana. Ia telah membeli dua setelan baru. Dan sepasang sepatu coklat pertama. Kamar dan makan disediakan oleh hotel. Dan ia hanya membelanjakan sedikit saja dari kantongnya sendiri. Nampaknya hari depannya pasti cemerlang. Continental Trust telah menangani rekening Richmond selama 30 tahun lebih. Maka Abel memindahkan rekeningnya sendiri ke bank tersebut, ketika ia pertama kali tiba di Chicago. Setiap hari ia pergi ke bank dan mendepositokan uang penerimaan hotel hari sebelumnya. Suatu pagi hari Jum'at ia terkejut ketika ada pesan bahwa manajer ingin bertemu dengannya. Ia tahu rekening pribadinya tidak pernah didebet kelewat banyak. Maka ia mengandaikan pertemuan itu pasti berkenaan dengan hotel Richmond. Bank pasti tak mungkin mengeluh karena rekening hotel untuk pertama kali selama 30 tahun mulai berimbang. Seorang sekretaris muda mengantar Abel melalui banyak gang hingga tiba di pintu kayu yang bagus. Ia mengetuk dengan sopan. Dan ia segera diantar menghadap manajer.

“Namaku Curtis Fenton" kata orang di belakang meja itu. Ia mengulurkan tangan kepada Abel sebelum mempersilakannya menuju kursi berlapis kulit hijau. Ia seorang gemuk yang rapi. Mengenakan kacamata bulan setengah penuh dan kerah putih bersih. berdasi hitam. Bersetelan pakaian bankir lengkap dengan  rompinya.

“Terimakasih," kata Abel gugup. Keadaan itu mengantarkannya kembali kenangan-kenangan yang hanya dapat ia kaitkan dengan ketakutan akan ketidakpastian mengenai apa yang akan terjadi.

"Aku ingin mengundang anda makan bersama, tuan Rosnovski " Degup jantung Abel menjadi lebih stabil sedikit. Ia sadar betul bahwa manajer bank tidak akan menyelenggarakan makan bersama bila mereka harus menyampaikan berita yang tidak enak."- tapi telah terjadi sesuatu yang menuntut tindakan segera. Maka aku harap anda tak berkeberatan kita membahas masalah itu secepatnya. Aku akan langsung menyinggung inti masalahnya tuan Rosnovski. Salah seorang klien kami yang terhormat, seorang nyonya yang sudah agak lanjut usia, Nona Amy Leroy" - nama itu membuat Abel terduduk seketika, "memiliki 25% saham kelompok Richmond. Ia telah menawarkan milik ini kepada saudaranya Tuan Davis Lrroy beberapa kali di masa silam. Tapi ia sama sekali tidak berminat membeli saham Nona Amy itu. Saya dapat memahami penalaran Tuan Leroy. Ia telah memiliki 75% perusahaan. Dan aku berani berkata ia tak perlu mengkhawatirkan sisa yang 25% itu. Memang nyatanya itu adalah warisan almarhum ayah mereka. Namun Nona Amy Irroy masih tetap berkeinginan keras menyerahkan sahamnya. Sebab tak pernah menghasilkan dividen."

Abel tak kaget mendengar hal ini.

"Tuan lrroy telah menjelaskan ia tak berkeberatan adiknya menjual sahamnya. Dan Nona Amy Leroy merasa bahwa pada usianya itu ia ingin memiliki uang tunai yang dapat ia belanjakan sekarang daripada menunggu dengan harapan kelompok itu suatu waktu menghasilkan laba. Dengan gagasan itu, tuan Rosnovski, aku ingin memberitahukan situasi ini sekiranya anda mengenal seseorang yang berminat dalam perdagangan hotel, dan karena itu berminat membeli saham klien saya."

“Nona Leroy mau menjual sahamnya dengan harga berapa?" tanyaAbel.

“Oh. saya rasa ia akan merasa senang melepaskannya seharga enam puluh lima ribu dollar'"

“Enam puluh lima ribu dollar itu agak tinggi untuk saham yang tak pernah menghasilkan dividen' " kata Abel. “Dan tak ada harapan untuk menghasilkannya selama beberapa tahun lagi" tambahnya'

“'Ah.'kata Curtis Fenton "tapi harus diingat bahwa nilai sebelas hotel juga harus diperhitungkan'"

“Tapi pengawasan perusahaan tetap berada di tangan Tuan Leroy. Ini menyebabkan saham Nona Leroy yang 25% itu tak ada artinya apa-apa' Hanya kertasbelaka."

"Ah, ayohlah Tuan Rosnovski. Dua puluh lima persen dari sebelas hotel merupakan milik yang sangat berharga bila hanya seharga enam puluh lima ribu dolar."

“Tidak bila Tuan Leroy mengawasi seluruhnya. Tawarkan empat puluh ribu dolar kepada Nona Leroy. ntan Fenton. Dan mungkin aku dapat menemukan seseorang yang berminat."

“Menurut anda orang itu tak mau naik sedikit lagi.”Alis tuan Fenton mengernyit padakata naik.

“Tak sepeser Pun, tuan Fenton."

Manajer bank itu menyentuhkan pucuk jari-jari kedua belah tangannya dengan lembut. Ia senang ataspenaksiran Abel.

'Dalam kondisi seperti ini, aku hanya dapat bertanya kepada Nona Amy bagaimana sikapnya terhadap tawaran seperti itu. Aku akan menghubungi anda lagi begitu aku menerima instruksinya."

Setelah meninggalkan kantor Curtis Fenton, jantung Abel berdegup sekencang ketika ia tiba di sana. Ia buru-buru pergi ke hotel untuk mengecek ulang milik pribadinya. Rekening perpialangannya menunjukkan $33.112 dan rekening pribadinya $3.008. Kemudian Abel mencoba melaksanakan pekerjaan harian biasa. Ia merasa sulit berkonsentrasi. Ia bertanya-tanya dalam dirinya apa reaksi Nona Amy Leroy terhadap tawarannya. Dan ia melamun tentang apa yang hendak dilakukannya jika ia memegang bunga 25% dalam kelompok Richmond.

Ia ragu-ragu sebelum memberitahu Davis Leroy tentang tawarannya, takut jangan-jangan orang Texas yang genius itu akan merasakan ambisi Abel sebagai suatu ancaman. Tetapi setelah beberapa hari mempertimbangkan masalahnya dengan cermat, ia mengambil keputusan bahwa hal yang paling wajar ialah menelepon Davis dan memberitahukan maksud-maksudnya.

"Aku ingin engkau mengetahui mengapa aku melakukan hal ini, Davis. Menurut hematku kelompok Richmond mempunyai hari depan yang cerah. Dan engkau yakin aku akan bekerja lebih keras lagi bila aku tahu bahwa uangku sendiri juga terlibat di dalamnya." Ia berhenti sejenak. "Tapi jika engkau sendiri ingin mengambil yang 25% itu, aku tentu dapat memahaminya."

Ia terkejut. Tangga untuk lolos tak dipegangnya juga.

“Nah begini Abel, bila engkau sungguh mempercayai kelompok ini, jalan terus nak. Belilah saham Amy itu. Aku bangga mempunyai partner seperti engkau.. Wajar engkau memperolehnya. Nah soal lain, akan datang minggu depan menyaksikan pertandingan baseball Red-Cub. Sampai jumpa."

Dalam hati Abel bersorak gembira. " Terimakasih Davis. Engkau tak akan punya alasan untuk menyesali keputusan ini."

'Saya yakin tak akan, partner."

Abel kembali ke bank seminggu kemudian. Kali ini dialah yang meminta bertemu dengan manajer. Sekali lagi ia duduk di kursi berlapis kulit hijau dan menantikan Tuan Fenton berbicara.

'Saya sungguh tercengang," demikian Fenton memulainya. Tanpa narnpak terkejut sama sekali. "Nona Leroy ternyata menerima tawaran empat puluh ribu dollar bagi miliknya ymg 25% dalam kelompok Richmond.' Ia berhenti sebentar sebelum mendongak memandang Abel. 'Karena aku telah memperoleh persetujuannya, aku harus menanyakan apakah anda dapat mengungkapkan siapa pembelinya?"

“Ya,' kata Abel penuh keyakinan "Akulah pembelinya."

“Oh begitu, Tuan Rosnovski." Lagi-lagi tak nampak terkejut. "Bolehkah aku menanyakan bagaimana rencana anda memperoleh empat puluh ribu dolar itu?"

“Aku akan melikuidasi saham-sahamku. Dan melepas uang tunai sisa dalam rekening pribadi. Lalu tinggal kekurangan sekitar empat ribu dolar. Kuharap anda berbaik hati meminjami aku sejumlah itu' Sebab anda penuh keyakinan bahwa Kelompok Richmond ditaksir terlalu rendah. Bagaimana pun juga empat ribu dolar itu kemungkinan besar merupakan komisi bank atas transaksi itu."

Curtis Fenton berkedip dan mengernyit. Di kantornya orang-orang tak memberikan komentar seperti itu. Hal itu lebih menyengat lagi karena Abel mengemukakan angka itu dengan tepat. "Bersediakah anda memberi waktu lebih lama lagi, tuan Rosnovski, untuk mempertimbangkan usul anda; kemudian aku akan menghubungi anda lagi?"

"Jika anda menunggu cukup lama, aku tak butuhkan pinjaman.' kata Abel. "Gerak pasar saat ini, dan investasi-investasiku yang lain akan segera bernilai empat puluh ribu dolar penuh.'

Abel harus menunggu seminggu lagi' Kemudian ia menerima berita bahwa Continental Trust sanggup mendukungnya. Ia segera mencairkan kedua rekeningnya dan meminjam $4000 kurang sedikit untuk menutup kekurangannya dari empat puluh ribu itu.

Dalam waktu 6 bulan Abel telah melunasi pinjamannya yang $4000 dengan cara hati-hati jual-beli saham dari bulan Maret hingga Agustus 1929. Masa palin baik yang pernah dikenal pasar saham.

Menjelang September kedua rekeningnya agak lebih maju lagi. Dan ia bahkan mempunyai uang lebih untuk membeli sebuah Buick baru. Sekaligus menjadi pemilik 25 % hotel-hotel Kelompok Richmond. Abel senang dapat memperoleh saham kuat dalam kerajaan Davis Leroy. Ia kini mempunyai kepercayaan diri untuk mengejar putri Davis Leroy dan sisa yang 75% lagi.

Awal Oktober ia mengundang Melanie untuk menghadiri konser Mozart di Balai Simfoni Chicago. Berdandan dengan setelannya yang paling bagus, ia mengenakan dasi sutera untuk pertama kali. Hal mana hanya menekankan bahwa ia agak lebih gemuk. Sementara ia mengaca dalam cermin, ia merasa bahwa rnalam itu pasti merupakan sukses. Seusai konser, Abel menghindari Richmond walau makanannya di sana telah menjadi sangat lezat. Ia memilih mengajak Melani ke Loop untuk makan malam. Ia khusus sangat berhati-hati hanya berbicara soal ekonomi dan politik. Dua topik yang sepengetahuan Melanie jauh lebih dikuasai Abel. Akhirnya ia mengundangnya minum-minum di kamar. Itulah pertama kali Melanie melihat kamar Abel. Dan Melanie merasa sekaligus kesal dan tercengang karena kerapihannya.

Abel menuangkan Coca-Cola yang diminta Melanie. Memasukkan dua penggal es di dalamnya. Dan merasa percaya diri lagi dari senyum yang dihadiahkan kepadanya ketika ia memberikan gelas kepada Melanie. Ia tak dapat tidak memandang sejenak kaki ramping yang disilangkan. Ia menuang bourbon untuk dirinya sendiri.

'Terimakasih, Abel, malam ini sungguh asyik."

Ia duduk di sebelahnya. Dan mengaduk minuman di gelasnya sambil berpikir. "Bertahun-tahun lamanyaaku tak mendengar musik. Bila aku dengar musik, maka Mozart berbicara ke hatiku lebih daripada komponis lain."

"Kadang engkau ini berbicara dengan pandangan bervisi Eropa tengah, Abel." Melanie membebaskan ujung gaunnya yang diduduki Abel.

"Siapa mengira seorang manajer hotel akan memperhatikan Mozart?"

"Salah seorang nenek-moyangku, Baron Rosnovski pertama" kata Abel, "suatu saat berjumpa dengan sang maestro, dan ia menjadi sahabat dekat keluarga. Maka aku selalu merasa ia adalah bagian dari hidupku."

Senyum Melanie tak terj ajaki. Abel agak berpaling ke samping dan mengecup pipi Melanie agak di atas telinga. Di situ rambut pirangnya disisir ke belakang menyingkap wajahnya. Melanie meneruskan pembicaraan tanpa sedikit pun menunjukkan bahwa ia menyadari tindakan Abel.

"Frederick Stock menangkap perasaan gerakan ketiga dengan sempurna ya kan?"

Abel mencoba mencium lagi. Kali ini ia memalingkan wajah kepadanya. Dan dengan demikian mengizinkan dikecup pada bibir. Kemudian ia menarik diri.

"Sudah waktunya aku harus kembali ke kampus"

"Tapi kamu baru saja datang. " kata Abel cemas.

"Ya, aku tahu. Tapi aku harus bangun pagi-pagi. Esok Aku menghadapi hari yang berat."

Abel menciumnya lagi. Ia tergeletak kembali disofa. Dan Abel mencoba menggerayangi payudara. Ia cepat-cepat melepas diri dari ciuman dan mendorongnya ke belakang.

“Aku harus pergi, Abel." desaknya.

“Ah, ayolah," kata Abel. "engkau belum harus pergi." Dan ia mencoba menciumnya sekali lagi.

Kali ini Melanie menghentikan Abel dengan menolaknya lebih keras lagi.

“Abel, kaukira engkau ini sedang mengerjakan apa? Karena engkau kadang mengajakku makan-malam, dan menghadiri konser tidaklah berarti engkau berhak menganiayaku."
“Tapi berbulan-bulan kita telah jalan-jalan bersama-sama," kata Abel. "Kukira engkau tak berkeberatan."

“Kita tidak berbulan -bulan berjalan -jalan bersama, Abel. Aku kadang makan bersamamu di ruang makan ayah. Tapi itu janganlah kau reka menjadi berarti kita telah jalan-jalan bersama berbulan-bulan lamanya. "

“Maafkan aku," kata Abel "hal yang paling akhir boleh timbul dalam benakmu ialah bahwa aku menganiayamu. Aku hanya ingin menyentuhmu."

”Aku tak akan mengizinkan seorang pria menyentuhku," kata Melanie "kecuali yang akan menikah denganku."

“Tapi aku mau menikahimu. " kata Abel tenang.

Melanie meledak dalam tawa.

“Apa lucunya?" tanyaAbel menyelamatkan diri.

“Jangan tolol, Abel. Aku tak akan dapat menikah denganmu."

*Mengapa tidak?" tanya Abel. Kaget karena suara Melanie bernada keras.

"Seorang nona dari Selatan tak mungkin menikah dengan imigran Polandia dari generasi pertama." jawabnya. Duduk sangat tegak. Dan menarik gaun suteranya kembali rapi di tempatnya.

"Tapi aku seorang Baron," kata Abel sedikit menyombong.

Kembali Melanie meledak dalam tawa. "Engkau kan tidak menganggap setiap orang mempercayai hal itu, kan Abel? Apakah engkau tak sadar bahwa seluruh staf tertawa di belakang punggungmu setiap kali engkau menyebut gelarmu itu?"

Abel tertegun. Merasa sakit. Wajahnya pusat pasi.

"Mereka semua menertawakanku di belakang punggungku?" Logatnya yang biasanya menipis kini menonjol lagi.

"Ya," kata Melanie. "Engkau pasti tahu julukanmu di hotel: Baron Chicago."

Abel bungkam.

"Maka jangan tolol. Dan menjadi terlalu sadar diri karena itu. Menurut hematku engkau telah bekerja sangat baik untuk ayah. Dan aku tahu ia menyanjungmu. Tapi aku tak pernah akan dapat menikah denganmu."

Abel duduk tenang. "Aku tak akan pernah dapat meniknh denganmu " ulangnya.

"Sudah barang tentu tidak. Ayah menyukaimu. Tapi ia tak akan pernah setuju mempunyai menantu kamu."

"Maaf telah menyinggung perasaanmu," kata Abel.

"Engkau tak menyinggung perasaan kami. Aku merasa tersanjung. Nah, marilah kita lupakan bahwa engkau pernah menyebut soal ini. Mungkin engkau mau berbaik hati mengantarkanku pulang?"

Melanie bangkit dan berjalan menuju pintu. Sementara Abel tetap duduk. Masih tertegun. Entah bagaimana ia pelan-pelan dapat memaksa diri bangkit dan membantu Melanie mengenakan mantolnya. Ia menjadi sadar akan ketimpangannya ketika mereka berjalan bersama menyusuri gang. Mereka turun kebawah dengan lift. Dan sementara Abel mengantar Melanie pulang, dalam taksi tak ada yang berbicara. Ia mengantarkan Melanie ke gerbang muka ruang tidurnya. Dan taksi menunggu. Ia mencium tangannya.

“Aku harap ini tak berarti kita tidak berteman lagi kata Melanie.

“Tentu saja tidak." Abel mampu mengendalikan diri.

“Terimakasih telah mengajakku menghadiri konser. Abel. Aku yakin engkau pasti tak sulit menemukan seorang gadis Polandia yang cantik dan menikahinya. Selamat malam."

“Selamat tinggal." kata Abel.

Abel tak mengira akan ada kesulitan apa-apa dalam pasar saham di New York. Hingga suatu saat seorang tamu memintanya apa boleh melunasi rekening hotelnya dengan saham. Abel hanya memiliki saham sedikit. Sebab hampir semua uangnya kini tertanam dalam Kelompok Richmond. Tapi ia menerima saran dari pialangnya. Dan menjual sisa sahamnya dengan sedikit kerugian. Dan merasa lega bahwa sebagian besar asetnya kini aman dalam bentuk bangunan. Ia tak begitu memperhatikan gerak Dow Jones dari hari ke hari seperti bila sebagian besar modalnya masih berada di pasar.

Dalam bagian pertama tahun itu hotel berprestasi baik. Abel berpendapat ia wajar mencapai prakiraan laba melebihi $25.000 untuk tahun 1929. Dan ia tetap memberikan informasi kepada Davis Leroy tentang kemajuan itu.

Tapi ketika di bulan Oktober dunia dilanda masalaise, holel itu setengah kosong. Abel menilpon Davis Leroy di hari Selasa Hitam. Pria Texas yang biasanya genius itu bernada tertekan dan sangat sibuk. Dan tak akan tertarik mengambil keputusan mengenai pemberhentian sementara dari anggota staf hotel. Hal mana dianggap sangat mendesak oleh Abel.

"Tetaplah teguh, Abel" katanya. "Aku akan dating minggu depan. Dan kita akan memilih bersama. Atau mencoba berbuat demikian." Abel tak suka bunyi kalimat terakhir itu.

"Apa sulitnya Davis? Apakah mengenai sesuatu yang dapat kubantu?"

"Sementara ini tidak."

Abel tetap bingung. "Mengapa engkau tak memberiku wewenang untuk meneruskannya. Dan aku akan menjelaskannya bila engkau datang minggu depan."

"Tak semudah itu, Abel. Aku tak mau membicarakan kesulitanku melalui telepon. Tapi bank agak menyulitkanku tentang uangku yang hilang di pasar saham. Dan mereka mengancam akan menjual hotel-hotel itu jika aku tak dapat mengumpulkan cukup dana untuk melunasi hutangku."

Abel mendingin.

“Engkau tak usah khawatir, nak," lanjut Davis tak begitu yakin. "Aku akan menjelaskannya kepadamu secara rinci bila aku minggu depan berada di Chicago. Aku yakin aku dapat melakukan sesuatu di saat itu."

Abel mendengar telepon diletakkan. Seluruh tubuhnya kini berkeringat. Reaksi pertamanya ialah mempertanyakan bagaimana ia dapat membantu Davis. Ia menelepon Curtis Fenton. Dan darinya menerima nama bankir yang mengurusi kelompok Richmond. Ia merasa jika ia dapat menjumpainya mungkin urusan sahabatnya akan dipermudah. "

Abel menelepon Davis beberapa kali selama beberapa hari berikutnya untuk memberitahu bahwa situasinya kini semakin memburuk. Dan ia harus mengambil keputusan. Tapi orang tua itu bernada lebih sibuk lagi. Dan belum juga mau mengambil keputusan tegas. Ketika masalahnya mulai lepas dari kendali, Abel mengambil keputusan. Ia minta sekretarisnya menghubungkannya dengan bankir yang menangani kelompok Richmond melalui telepon.
“Mau bicara dengan siapa, tuan Rosnovski?" Tanya seorang wanita yang bernada rapi.

Abel memandang nama yang tertera di atas secarik kertas di depannya. Dan ia mengucapkannya tegas.

“Akan kusambungkan"

“Selamat pagi." kata suara yang otoritatif. "Dapat saya bantu ?"

“Kuharap demikian. Namaku Abel Rosnovski."

Demikian Abel memulai dengan gugup."Saya manajer hotel Richmond di Chicago dan ingin membuat janji bertemu dengan anda dan memperbincangkan masa depan kelompok Richmond."

"Aku tak punya wewenang menanganinya kecuali bila dengan Tuan Leroy," kata suara yang berlogat tajam.

"Tapi aku memiliki 25% kelompok Richmond." kata Abel.

"Nah, jika demikian perlu dijelaskan bahwa bila belum memiliki 51%, anda tak akan berposisi untuk bernegosiasi dengan bank kecuali bila memiliki wewenang dari Tuan Davis Leroy."

"Tapi dia adalah sahabat karibku."

"Tentu, tuan Rosnovski."

". . . dan aku berusaha menolongnya."

"Apakah Tuan Irroy telah memberi anda wewenang untuk mewakilinya?"

"Tidak. Tapi. . ."

"Kalau begitu maafkan. Aku sangat tidak profesional jika aku melanjutkan percakapan ini."

"Anda tak bisa lebih tidak kooperatif lagi, ya kan?" tanya Abel. Tapi ia segera menyesali kata-katanya.

"Itu tergantung bagaimana anda memandangnya, tuan Rosnovski. Selamat siang, tuan."
Oh, persetan engkau, pikir Abel, Sambil membanting telepon. Ia cemas jangan-jangan ia malah memperburuk situasi. Bukan memperbaikinya. Selanjutnya apa yang harus ia lakukan? Ia tidak perlu menunggu terlalu lama untuk mengetahuinya.

Keesokan harinya waktu sore hari Abel memergoki Melanie di restoran. Tidak memperlihatkan percaya diri yang jelas seperti biasanya. Melainkan tampak letih dan cemas. Abel hampir saja bertanya kepadanya apakah segalanya baik-baik saja. Tapi akhirnya Abel memutuskan tidak mendekatinya. Abel meninggalkan ruang makan menuju ke kantornya.

Dan berjumpa dengan Davis Leroy berdiri sendirian diruang depan. Ia mengenakan jas kotak-kotak yang ia pakai ketika pertama kali bicara dengan Abel dihotel Plaza.

'Apa Melanie di ruang makan?"

'Ya, ia ada di sana." kata Abel "Aku tak tahu bahwa engkau datang ke kota hari ini, Davis' Aku akan menyediakan kamar suite Presiden secepatnya' "

“Hanya untuk semalam, Abel. Dan aku ingin bertemu secara tersendiri kelak."

“Ya, tentu"

Abel tak suka kata-kata 'secara tersendiri' itu. Apakah Melanie mengeluh kepada ayahnya? Apakah itu sebabnya ia tak memperoleh satu keputusan pun dari Davis selama beberapa hari akhir-akhir ini?

Davis Leroy bergegas melewatinya menuju ruang makan. Sementara Abel menuju meja resepsi untuk mencek apakah kamar suite di lantai 17 itu kosong. Separuh kamar hotel itu tidak dihuni. Maka tak mengherankan bahwa kamar suite Presiden sedang kosong. Abel membukukan majikannya. Lalu menunggu di meja resepsi selama satu jam. Ia melihat Melanie meninggalkan tempat. Wajahnya memerah. Seolah-olah habis menangis. Ayahnya mengikutinya dari ruangmakan beberapa menit kemudian.

*Ambil sendiri sebotol bourbon, Abel. Jangan bilang kita tak punya. Kemudian bergabunglah denganku di kamar suite."

Abel mengambil dua botol bourbon dari lacinya, Dan bergabung dengan Leroy di kamar suite lantai 17. Tetap bertanya-tanya dalam hati jangan-jangan Melanie telah menceriterakan sesuatu kepada ayahnya.

"Buka botol itu dan tuangkan segelas besar bagi dirimu sendiri, Abel," demikian instruksi Leroy.

Sekali lagi Abel merasakan ketakutan akan apa yang belum diketahuinya. Telapak tangannya mulaiberkeringat. Tak mungkin ia akan dipecat karena hendak menikahi putri bossnya. Dia dan Leroy kini telah bersahabat selama setahun lebih. Sahabat karib. Ia tak perlu menanti lama untuk mengetahui apa yang belum diketahuinya.

"Habiskan bourbonmu.”

Abel menenggak minumannya sekali jadi. Dan Davis Leroy mereguk punyanya.

"Abel, aku habis." Leroy berhenti sejenak. Dan menuangkan minuman untuk mereka berdua. ..Demikian pula separuh dari Amerika. Coba bayangkan.”

Abel tak berkata sepatah pun. Sebagian karena ia tak bisa memikirkan apa yang hendak dikatakannya. Mereka duduk saling memandang beberapa saat lamanya. Kemudian setelah minum segelas bourbon lagi, Abel bisa berkata "Tapi kamu masih memiliki 11 hotel"

"Dulu aku memilikinya,” kata Davis Leroy. “Sekarang itu harus dikatakan telah masuk masa silarn, Abel. Aku tak lagi memiliki satu pun dari sebelas itu. Kamis  lalu bank telah mengambil alih mereka."

'Tapi mereka itu milikmu. Mereka telah jadi milik keluargamu selama dua generasi, " kata Abel.

“Dulu mereka milik keluarga. Sekarang bukan lagi Kini mereka milik sebuah bank. Tak ada alas an lagi mengapa engkau tak boleh mengetahui seluruh kebenarannya, Abel. Setiap orang di Amerika kini mengalami hal yang sama. Sekarang juga. Besar atau kecil. Sekitar 10 tahun yang lalu aku meminjam 2 juta dollar dengan agunan hotel-hotel. Dan uang itu kuinvestasikan melalui dewan ke dalam saham dan surat-surat obligasi. Cukup konservatif. Dan ke dalam perusahaan-perusahaan yang cukup mapan. Aku membentuk modal hingga 5 juta. Hal mana merupakan salah satu sebab mengapa aku tak begitu menghiraukan uang yang hilang dalam usaha hotel itu. Sebab selalu tak dikenakan pajak dibanding laba yang diperoleh di pasar. Kini aku tak dapat membagikan saham-saham itu. Kita sama saja seperti boleh menggunakannya untuk kertas WC di sebelas hotel itu. Selama 3 minggu terakhir aku telah menjualnya secepat mungkin. Tapi tak ada pembelinya lagi. Bank telah menutup pinjamanku hari Kamis yang lalu.,” Abel tak boleh tidak ingat bahwa hari Kamis ia bicara dengan bankir. "Kebanyakan orang yang terkena malaise hanya memiliki kertas-kertas untuk menutup pinjaman mereka. Tapi dalam kasusku ini bank yang mendukungku memiliki akte atas 11 hotel sebagai jaminan terhadap pinjaman aslinya. Maka bila dasarnya hilang, mereka langsung menghaki hotel-hotel itu. Orang-orang biadab itu telah memberitahu bahwa mereka ingin menjual kelompok Richmond secepat mungkin."

"Itu gila. Mereka tidak akan mendapat apa-apa sekarang ini. Dan jika mereka mendukung kita selama periode ini, kita bersama dapat memberi pemasukan uang yang baik atas investasi mereka."

*Aku tahu engkau bisa, Abel. Tapi mereka akan melontarkan arsip masa silamku ke wajahku. Aku telah mengunjungi kantor pusat mereka untuk mengusulkan hal itu. Aku menjelaskan kepada mereka tentang dirimu. Dan aku mengatakan aku akan menangani kelompok ini sepenuhnya dan sepenuh waktuku jika mereka mendukung kita. Tapi mereka tak berminat. Mereka menipuku dengan seorang anak ingusan yang siap dengan jawaban-jawaban dari buku teks tentang arus uang tunai, tanpa pokok modal, dan pembatasan-pembatasan kredit. Buset, jika aku suatu waktu dapat timbul kembali, aku sendiri akan menguncinya, kemudian banknya. Sekarang ini, yang pentirg baik yang dapat kita lakukan ialah mabuk penuh hiruk-pikuk. Sebab aku sudah habis. Sepeserpun tak berduit. Bangkrut."

"Aku juga, kalau begitu. " kata Abel tenang.

"Tidak. Kamu masih punya harapan masa depan gemilang, nak. Siapa pun yang mengambil alih kelompok ini tak dapat bergerak tanpa kamu."

"Engkau lupa bahwa aku memiliki 25% dari kelompok ini." Davis Leroy menatapnya nanar. Jelaslah bahwa ia telah lupa akan fakta itu.

"Ya ampun, Abel. Kuharap engkau tidak menanamkan semua uangmu ke dalam usahaku." Suaranya mulai menebal.

“Semuanya. Hingga ke peser terakhir. " kata Abel. 'Tapi aku tak menyesalinya, Davis. Lebih baik kalah dengan seorang yang bijak daripada menang dengan seorang gila." Ia menuangkan bourbon lagi bagi dirinya sendiri.

Airmata mulai menggenang di sudut mata Davis Leroy.

“Tahukah kamu Abel, kamu adalah sahabat terbaik yang dapat dikehendaki seseorang. Engkaulah yang membangun kembali hotel ini. Engkau menginvestasikan uangmu sendiri. Tapi aku membuatmu tak berduit sepeser pun. Dan kamu bahkan mengeluh pun tidak. Dan sebagai tambahan putriku menolak menikah denganmu."

“Kamu tak berkeberatan aku melamarnya?" kata Abel tak bernada kurang percaya daripada bila tanpa bourbon.

“Gadis tolol tak tahu di untung. Tak tahu barang baik bila melihatnya. Ia ingin menikah dengan seorang peternak kuda dari Selatan dengan 3 orang jenderal dalam silsilah keluarga. Atau jika menikah dengan seseorang dari Utara, kakek-canggahnya harus berimigrasi dengan menumpang kapal Mayflower . jika setiap orang yang mengaku mempunyai kerabat yang berada di kapal itu benar-benar pernah berada dikapal bersama-sama, maka seluruh benda itu pasti sudah karam seribu kali sebelum mencapai Amerika. Sayangnya aku tak punya putri lain untukmu, Abel. Tak seorang pun telah bekerja padaku lebih setiadari pada kamu. Aku pasti berbangga memperolehmu sebagai anggota keluarga. Kamu dan aku dapat membentuk tim yang hebat. Tapi aku tetap berpendapat engkau sendiri-dapat mengalahkan mereka semua' Engkau masih muda. Segalanya masih menunggu di depanmu."

Abel yang berusia dua puluh tiga tahun tiba-tiba merasa sangat tua.

"Terimakasih atas kepercayaanmu, Davis"' katanya, "dan siapa yang akan memperhatikan pasar saham? Engkau tahu, engkau adalah sahabat paling baik yang pernah kumiliki' Minumannya kini mulai bicara.

Abel menuangkan bourbon lagi bagi dirinya sendiri. Dan menenggaknya habis. Menjelang pagi mereka berdua telah menghabiskan dua botol itu. Ketika Davis tertidur di kursi, Abel terhuyung-huyung dapat turun ke lantai 10. Melepas pakaian. Dan ambruk di ranjang sendiri. Ia bangun dari tidur nyenyak karena gedoran di pintu. Kepalanya terasa pusing-pusing' Tapi gedoran berlangsung terus. Terus. Lebih keras . Lebih keras lagi. Entah bagaimana ia bisa bangkit dari ranjang. Dan sempoyongan ke pintu. Ternyata si pelayan.

"Cepat datang, tuan Abel. Cepatlah. " kata pelayan itu sambil lari melalui bangsal.

Abel mengenakan kamerjas, selop. Dan turun ke gang untuk bergabung dengan pelayan yang menahan pintu lift baginya.

"Cepatlah tuan Abel," ulang pelayan itu.

"Mengapa buru-buru?" tanya Abel' Kepalanya masih pusng. Lift bergerak pelan turun. Kemudian ia ingat pembicaraan malam sebelumnya' Mungkin bank telah datang menyita.

“Seseorang telah meloncat dari jendela"

Abel langsung jernih kembali' "seorang tamu?"

“Ya, kukira demikian," kata pelayan, "tapi aku tak pasti."

Lift berhenti di lantai dasar. Abel menyingkap kisi-kisi besinya dan lari ke jalan' Polisi sudah ada di sana. Ia tak akan mengenali jasad itu jika tidak melihat jas kotak-kotak. Seorang polisi sedang mencatat keterangan ditilnya. Seorang detektif mendatangi Abel'

“Anda manajernya?"

“Apa dapat memperkirakan siapa orang ini?"

“Ya”Jawab Abel sambil menelan katanya' "Namanya Davis Leroy."

“Apa tahu ia dari mana atau bagaimana kita dapat menghubungi kerabat terdekatnya?”
Abel memalingkan mata dari jasad yang lunglai. Dan menjawab secara otomatis.

“Dia berasal dari Dallas. Dan kerabatnya yang terdekat ialah Nona Melanie Leroy, putrinya. Putrinya ini seorang mahasiswi Universitas Chicago dan tinggal di sekitar kampus."

“Baiklah. Kami akan menugaskan seseorang langsung menemuinya."

“Jangan. Jangan lakukan itu. Aku akan menemuinya sendiri." kata Abel.

“Terimakasih. Selalu lebih baik tidak mendengar berita itu dari seseorang tak dikenal'"

“Betapa mengerikan. Dan tak perlu'" kata Abel'

Matanya tertarik kembali pada jasad sahabatnya.

"Ini korban yang ketujuh hari ini di Chicago"'kata polisi itu datar. Dan ia menutup buku notes kecil hitam. 'Kami memerlukan memeriksa kamarnya kelak. Jangan disewakan lagi hingga kami memberi keterangan beres semuanya.'

"Terserah. Atur saja, pak polisi"'

Pak polisi berjalan menuju ambulans'

Abei mengamati para penggotong brankar menyingkirkan jasad Davis Leroy dari trotoar' Ia merasa dingin. Ambruk berlutut. Dan merasa sakit di kerongkongan. Sekali lagi ia kehilangan sahabat paling karib.

Mungkin jika aku mengurangi minumku dan lebih banyak berpikir, aku dapat menyelamatkannya' Ia menguatkan diri. Dan kembali ke kamarnya' Mandi air curah dingin berlama-lama. Dan entah bagaimana dapat mengenakan pakaiannya. Ia memesan kopi tanpa gula. Din dengan enggan naik ke kamar suite Presiden. Dan membuka pintu. Tak ada tanda terjadinya drama yang terlaksana beberapa menit sebelumnya kecuali beberapa botol bourbon yang kosong' Kemudian ia melihat surat di meja dekat ranjang yang tak ditiduri semalam itu. Surat pertama dialamatkan kepada Melanie. Surat kedua kepada seorang pengacara di Dallas. Dan surat ketiga untuk Abel' Ia merobek amplopnya dan hampir-hampir tak dapat membaca kata-kata terakhir Davis Leroy.

Abel sayang,

Aku mengambil jalan keluar satu-satunya setelah keputusan bank. Tak ada sesuatu yang tersisa bagiku untuk apa aku hidup. Sebab aku sudah terlalu tua untuk memulainya lagi. Aku ingin memberitahu kepadamu bahwa engkaulah satu-satunya orang yang mungkin dapat membuat sesuatu yang baik-dari perkara yang sudah amburadul ini.

Aku telah membuat surat wasiat lain di mana aku mewariskan kepadamu sisa yang 75% dari kelompok Richmond' Aku menyadari saham itu kini tak ada gunanya' Tapi ini akan mengamankan posisimu sebagai pemilik sah kelompok itu. Oleh karena engkau memiliki keberanian mernbeli 25% saham dengan uangmu sendiri, maka engkau pantas menerima hak untuk bernegosiasi dengan bank. Aku telah mewariskan segalanya yang kumiliki kepada Melanie, termasuk rumah. Harap engkau sendiri yang menceritakan hal ini kepadanya. Polisi  jangan boleh melakukan hal ini'

Aku sebenarnya akan merasa bangga mempunyai menantu kamu, rekanan'

Sahabatmu,

Davis

Abel berulang-ulang membaca suratnya' Kemudian melipatnya rapi. Dan memasukkan -nya ke dalam dompet

Kelak  agak siangan ia pergi ke kampus universitas Dan mengungkapkan berita itu sehalus mungkin pada Melanile. la duduk gusar di sofa. Tak pasti apa ia menambahkan sesuatu. Tak hanya pernyataan yang lembut tentang kematian Davis. Dan herannya Melanie menerimanya dengan teguh. Sepertinya ia sudah tahu apa yang akan terjadi. Walau jelas ia sangat terharu. Tapi di depan Abel tak mengeluarkan air mata setetespun. Mungkin kemudian jika Abel sudah tidak ada di situ. Abel merasa sedih demi Melanie. Untuk pertama kali dalam hidupnya.

Abel kembali ke hotel. Memutuskan tak akan makan siang. Dan minta pelayan menyajikan segelas sari tomat. Sementara ia memeriksa pos hari itu. Ada surat dari Curtis Fenton, Continental Trust. Sudah jelas hari itu akan banyak urusan surat-menyurat. Fenton telah menerima berita bahwa sebuah bank di Boston, Kane & Cabot, telah mengambil-alih tanggungjawab keuangan kelompok Richmond. Untuk sementara bisnis harus berjalan normal. Hingga saat diadakan rapat dengan Tuan Davis Leroy untuk membahas kedudukan semua hotel dalam kelompok. Abel duduk menatap kata-kata itu. Dan setelah minum segelas sari tomat lagi, ia mengkonsep surat kepada Presiden Direktur bank Kane & Cabot, seseorang yang bernama Tuan Alan Llyod.

Ia menerima jawaban sekitar lima hari kemudian. la diminta datang menghadiri rapat di Boston tanggal 4 Januari untuk membicarakan likuidasi kelompok Richmond dengan Direktur yang menangani soal kebangkrutan. Selang waktu itu dapat dimanfaatkan bank untuk menseleksi implikasi-implikasi kematian mendadak dan tragis Tuan Leroy.
Kematian mendadak dan tragis? "Dan siapa yang menyebabkan kematian itu?" tanya Abel keras-keras dengan marah. Sebab ia ingat kata-kata Davis sendiri: "Mereka menipuku dengan seorang anak ingusan yang halus. . . Demi Tuhan, jika aku dapat kembali lagi, aku sendiri akan menguncinya, kemudian banknya."

“Jangan khawatir, Davis. Aku akan melakukannya untukmu. "Abel berkata lantang.

Abel mengelola hotel Richmond Continental selama minggu-minggu akhir tahun itu dengan pengawasan ketat atas staf dan tarifnya. Maka dapat tertahan dan tidak tenggelam. Ia tidak boleh tidak bertanya-tanya dalam dirinya apa yang terjadi dengan sepuluh hotel lainnya dalam kelompok itu. Tapi ia tak punya waktu untuk menyelidikinya. Dan bagaimanapun juga itu bukan tanggungjawabnya.