Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Selasa, 02 Agustus 2011

Panji Sakti - Khu Lung - Bagian 57 s/d 66 Tamat

Sambungan ...


Bagian ke 57. Mulai Berkelana
Ketika lima partai besar ditaklukkan Kiu Thlan mo Kiong, pada waktu bersamaan, Pek Giok Houw telah berhasil menuntut ilmu Bu Kek sin Kang, Bu Kek Ciang Hoat. Bu Kek Kiam Sut dan ilmu yang ada di dalam Kitab Ajaib.
Akan tetapi, setelah berhasil menuntut ilmu-ilmu tersebut, ia menjadi impoten, namun tidak mempengaruhi siIatnya sebagai anak lelaki.
Hek Ai Lan amat prihatin mengetahui hal tersebut, tapi karena itu atas kemauan Pek Giok Houw sendiri, maka wanita yang menjadi ibu angkatnya itu cuma bisa menarik nafas secara diam-diam.
Se Ciang Cing dan istrinya sudah mengetahui akan keberhasilan Pek Giok Houw. Walau mereka merasa girang, tapijuga merasa iba dan simpati padanya.
"Anak Houw" Se Ciang Cing menatapnya.
"Kini engkau telah berhasil, lalu apa rencanamu?"
"Paman, Giok Houw harus segera ke Tiong Goan untuk membalas dendam Kakak Liong," jawab Pek Giok Houw yang telah mengambil keputusan.
"Anak Houw, bukankah lebih baik engkau menunggu swat San Lojin? Sebab orang tua itu pernah berjanji akan ke mari."
"Paman, Giok Houw sudah tidak sabar lagi- Giok Houw ingin cepat-cepat berangkat ke Tiong cioan."
" Kalau begitu " se Ciang Cing menatapnya dalam-dalam.
" Engkau boleh berangkat, se Pit Han akan menunggu swat san LoJin, nanti mereka akan menyusulmu."
"Terima kasih, Paman" ucap Pek Giok Houw dan menambahkan,
"setelah Giok Houw berhasil membalas dendam, Giok Houw pun akan akan mengasingkan diri di suatu tempat terpencil."
"Nak " Hek Ai Lan menatapnya dengan mata bersimbah air.
"Ibu" Pek Giok Houw tersenyum. Jangan mencemaskan Giok Houw, pokoknya Giok Houw harus berhasil membunuh Kiu Thian mo Cun"
"Nak, bolehkah ibu menyertaimu?" tanya Hek Ai Lan.
"Itu akan merepotkan Giok Houw, lebih baik ibu tetap di sini," jawab Giok Houw tegas.
"Tapi"
"HekBiJin" ujar Nyonya se Ciang Cing.
"Nanti engkau berangkat bersama se Pit Han saja"
"Baiklah" Hek Ai Lan mengangguk-
"Adik Houw" se Pit Han menghampirinya.
"Biar bagaimana pun engkau harus berhati-hati."
"ya. Kakak Han." Pek Giok Houw menatapnya.
" Kakak Han jangan terus menerus memikirkan Kakak Liong, badan Kakak Han sudah semakin kurus."
"Aaakh " se Pit Han menarik nafas panjang.
"Adik Houw, mudah-mudahan engkau dapat membalas dendam Adik Liong"
"Pokoknya aku pasti mengadu nyawa dengan Kiu Thian mo Cun" ujar Pek Giok Houw.
"Aku bersumpah itu"
"Adik Houw " Mata se Pit Han mulai bersimbah air.
" Adik Liong pasti girang mendengarnya."
"Kakak Houw diri baik-baik Besok aku akan berangkat ke Tiong Goan." Pek Giok Houw memberitahukan.
"Adik Houw pun harus berhati-hati, sebab Kiu Thian mo Cun berilmu amat tinggi."
"ya" Pek Giok Houw mengangguk-
"Setelah sampai di daratan tengah, aku akan memakai nama Pek Giok Liong "
Ketika hampir tiba di kota Wie An, mendadak Pek Giok Houw mendengar suara langkah yang amat ringan terus mengikutinya, itu membuatnya mulai waspada-
Ia pura-pura tidak tahu, dan tetap berjalan dengan santai- Kemudian ia mempercepat langkahnya, tetapi langkah ringan yang mengikutinya juga bertambah cepat-
Pek Giok Houw tersenyum dingin, berselang beberapa saat kemudian, ia berhenti seraya berkata-
"Sobat Aku sudah tahu engkau terus mengikutiku- Kalau engkau lelaki, cepatlah memperlihatkan diri"
Tiada seorang pun yang muncul, Pek Giok Houw mengernyitkan kening dan tampak penasaran.
"Hai banci Kenapa engkau tidak berani memperlihatkan diri?" teriaknya dengan keras.
Namun tetap tiada seorang pun yang muncul. Akhirnya ia mengayunkan kakinya dengan santai. Pek Giok Houw betul-betul penasaran karena suara langkah ringan itu terdengar lagi.
"Aku tahu, engkau pasti pengecut, maka tidak berani memperlihatkan diri" seru Pek Giok Houw.
"Aku bukan pengecut" terdengar suara sahutan yang amat nyaring dan merdu, lalu tampak sosok bayangan ramping berkelebat ke hadapan Pek Giok Houw.
Pek Giok Houw tertegun, karena yang muncul itu ternyata seorang gadis cantik yang lincah berusia sekitar enam belas. Gadis itu terus menatap Pek Giok Houw dengan mulut cemberut, lalu menegurnya dengan wajah tidak senang.
"Kenapa engkau mengatai aku pengecut?"
"Engkau memang pengecut," sahut Pek Giok Houw.
"Kenapa tadi engkau tidak berani muncul?"
"Bagaimana mungkin aku muncul?"
"Memangnya kenapa?"
"Engkau bilang kalau lelaki cepat memperlihatkan diri. Aku bukan lelaki, bagaimana mungkin aku muncul?" ujar gadis itu sambil tertawa, dan tawanya sungguh menawan hati.
"Lagi pula aku pun bukan banci"
"Eh? Nona " Pek Giok Houw menatapnya terbelalak.
"Engkau gadis liar dari mana? Kenapa dari tadi terus menerus mengikutiku?"
"Kok tahu?" gadis itu tertawa geli-
"Tahu apa?" Pek Giok Houw yang terheran-heran.
"Tahu bahwa aku gadis liar," sahut gadis itu sambil tersenyum-
"Engkau gadis liar?" Pek Giok Houw menatapnya. Padahal tadi Pek Giok Houw mencacinya, namun gadis itu justru mengaku benar pula, itu sungguh di luar dugaannya.
"Kok malah bertanya lagi?" gadis itu menatap heran pada Pek Giok Houw, sekaligus memberitahukan,
"sejak kecil aku sudah yatim piatu, hidup terlunta-lunta, sehingga nyaris mati lantaran tiga hari tidak makan, untung ditolong oleh seorang nenek tua, kemudian aku diterima jadi muridnya."
"oooh" Pek Giok Houw memandangnya simpati.
"Dulu aku amat jelek, dekil dan ingusan," ujar gadis itu sambil tertawa.
"Tapi sungguh mengherankan, setelah aku berusia sepuluh tahun di bawah asuhan guruku, diriku pun mulai berubah cantik. Nah, engkau sudah lihat sekarang, bukankah aku cantik sekali?"
"Betul." Pek Giok Houw mengangguk- Ia amat senang pada keluguan gadis itu-
" Engkau memang cantik, tapi kenapa dulu engkau jelek?"
"Dulu aku jarang mandi, sebulan cuma mandi sekali-" gadis itu memberitahukan.
"Lagi pula aku sering kelaparan, setiap aku minta nasi semang kok pada orang kaya, tidak pernah diberi, sebaliknya malah diusir seperti anjing, oleh karena itu, aku amat benci pada para hartawan, setengah tahun yang lalu, aku mulai berkelana. Kalau aku kehabisan uang, aku pasti mencuri di rumah para hartawan."
"Pantas pakaianmu begitu indah" Pek Giok Houw tertawa.
"Akujuga mencuri pakaian para putri hartawan." gadis itu tertawa geli-
"Nah, kini aku tidak pernah kelaparan lagi, selalu makan enak dan memakai baju bagus."
"Tapi " Pek Giok Houw menggelengkan kepala.
"Tidak baik mencuri-"
"Mencuri di rumah hartawan, itu tidak apa-apa," sahut gadis itu-
"Lagi pula hasil curianku sering kuberikan pada fakir miskin."
"Jadi engkau ingin menjadi maling budiman?" tanya Pek Giok Houw sambil tersenyum.
"Tidak juga." ciadis itu menarik nafas panjang,
"ohya, namaku Ling Ling, julukanku Thian san sianli (Bidadari Thian san)"
"Engkau memang pantas memperoleh julukan itu," ujar Pek Giok Houw sungguh-sungguh.
"Sebab wajahmu secantik bidadari."
"oh, ya?" Ling Ling tertawa gembira.
"Ei? Kenapa engkau belum memberitahukan namamu?"
"Namaku Pek Giok Liong." Pek Giok Houw menggunakan nama tersebut.
"Pek Giok Liong?" Ling Ling terbelalak-
"Engkau Pek Giok Liong?"
"Engkau kenal Pek Giok Liong?" Pek Giok Houw heran.
"Aku tidak pernah bertemu maupun kenai Pek Giok Liong, tapi pernah dengar tentang dia," ujar Ling Ling.
"Dia ketua partai Hati suci, pemegang panji Hati suci Matahari Bulan, namun dia telah mati di dasar jurang, karena terpukul kejurang oleh Kiu Thian Mo Cun."
"Engkau" Pek Giok Houw menatapnya tajam.
"Kalau begitu, engkau tahu tentang Kiu Thian mo Cun?"
"Tahu." Ling Ling mengangguk-
"Belum lama ini lima partai besar telah ditaklukkan pihak Kiu Thian mo Kiong."
"oh?" Pek Giok Houw terkejut.
"Kiu Thian mo Kiong?"
"Kiu Thian mo Kiong adalah istana Mo Cun." Ling Ling menjelaskan.
"Juga ada yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong."
"yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong? Kedua istana itu punya hubungan dengan Kiu Thian Mo Kiong?"
"Tidak salah-"
"siapa pemimpin yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong?"
"Cit Ciat sin Kun pemimpin yang Wie Kiong, sedangkan Siau Mo Kiong dipimpin siau Mo Cun."
"Siau Mo Cun? siapa dia?"
"Aku tidak tahu namanya, dia murid tunggal Kiu Thian mo Cun."
"oh?" sepasang mata Pek Giok Houw menyorotkan sinar tajam.
"Engkau tahu di mana yang Wie Kiong dan siau Mo Kiang?"
"Tahu." Ling Ling mengangguk-
"yang Wie Kiong dulunya adalah ekspedisi yang Wie, sedangkan siau Mo Kiong adalah rumah keluarga siauw, tapi keluarga siauw telah musnah dibantai oleh siau mo Cun."
"Dari sini mana yang lebih dekat, yang Wie Kiong ataukah siau Mo Kiong?" tanya Pek Giok Houw mendadak.
"Lebih dekat yang wie Kiong."
"Kalau begitu, aku harus ke sana."
"Ke sana? Engkau tahu jalannya?"
"Tidak tahu."
"Kalau tidak tahu, bagaimana mungkin engkau ke sana?"
"Itu " Pek Giok Houw mengernyitkan kening sambil berpikir.
" Engkau sudi membawaku ke sana?"
"sudi sih sudi, tapi aku punya syarat," sahut Ling Ling serius.
"Apa syaratmu?"
"Engkau harus beritahukan namamu."
"Aku Pek Giok Liong."
"Ei" Ling Ling menatapnya melotot.
"Aku paling tidak senang orang yang berbohong"
"Aku memang Pek Giok Liong."
"Engkau tidak bisa membohongiku Kalau engkau Pek Giok Liong, kok tidak tahu di mana Yang Wie Kiong dan siau Mo Kiong?"
"Itu" Pek cilok Houw menundukkan kepala.
"Kalau engkau mau berteman denganku, lebih baik jujur" tegas Ling Ling. Jangan membohongiku
"Aku" Akhirnya Pek Giok Houw memberitahukan sejujurnya.
"Namaku Pek Giok Houw, sedangkan Pek Giok Liong adalah kakak kembarku."
"oh?" Ling Ling menatapnya penuh perhatian.
"Jadi kalian serupa?"
"ya." Pek Giok Houw mengangguk-
"Tapi aku lebih pendek sedikit dan punya tanda merah di belakang telinga "
"Oooh" Ling Ling manggut-manggut, kemudian tanyanya.
"Jadi engkau baru mulai berkelana?"
"Betul. Aku ingin menuntut balas pada Kiu Thian mo Cun."
"Apa?" Ling Ling terbelalak-
"Engkau ingin menuntut balas pada Kiu Thian mo Cun?"
"ya" Pek Giok Houw mengangguk-
"Apakah kepandaianmu sudah setinggi Kiu Thian mo Cun?" tanya Ling Ling sambil menatapnya dalam-dalam.
"Mungkin kepandaianku masih lebih rendah dari Kiu Thian mo Cun, tapi aku harus menuntut balas padanya."
"Itu namanya nekad dan ingin cari mati." Ling Ling menggeleng-gelengkan kepala.
"Lebih baik kau pertimbangkan lagi"
"Sebelum berangkat, aku sudah mempertimbangkannya," ujar Pek Giok Houw dan menambahkan,
"Maka kini tidak perlu dipertimbangkan lagi."
"Ei Kakak Houw, engkau datang dari mana?"
"Pulau Pelangi."
"Pulau yang amat terkenal Tapi kenapa tiada seorang pun menyertaimu?"
"Tidak lama lagi mereka akan menyusul."
"oooh" Ling Ling manggut-manggut.
"Ling Ling" Pek Giok Houw memandangnya seraya bertanya,
"Engkau tahu di mana Kiu Thian mo Kiong itu?"
"Aku tidak tahu."
" Kalau begitu, aku harus ke Yang Wie Kiong bertanya pada Cit Giat Sin Kun. Dia pasti tahu," ujar Pek Giok Houw dan mendadak ia melompat pergi sambil mengerahkan ginkangnya.
"sampai jumpa "
" Kakak Houw Kakak Houw " teriak Ling Ling. gadis itu pun segera mengerahkan ginkangnya untuk mengejar Pek Giok Houw.
Kenapa Pek Giok Houw pergi mendadak? Ternyata ia tidak mau berdekatan dengan Ling Ling, sebab ia pemuda impoten.
-ooo00000ooo-
Pek Giok Houw sudah tiba di Kota Wie An. keadaan sudah gelap, maka ia menginap di rumah penginapan An An.
Ketika ia baru mau merebahkan dirinya ke tempat tidur, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk orang.
"siapa?" tanyanya kesal. Tiada sahutan.
Pek Giok Houw mengernyitkan kening, terdengar lagi suara ketukan. Pek Giok Houw segera membuka pintu kamar itu, seketika juga ia terbelalak, karena yang mengetuk pintu itu ternyata Thian san sianii Ling Ling.
"Eeeh?" Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Kenapa engkau masih mengikutiku?"
"Engkau pergi tanpa sebab, tentunya aku amat penasaran," sahut Ling Ling sambil melangkah ke dalam, lalu duduk dengan wajah cemberut.
"Kenapa engkau meninggalkanku begitu saja?"
"Aku " Pek Giok Houw tergagap.
" Kalau engkau merasa tidak senang padaku, berterus teranglah Jangan pergi seakan merasa jijik padaku" ujar Ling Ling sengit.
"Engkau merasa malu jalan bersamaku?"
"Ling Ling, tidak baik "
"Tidak baik kita jalan berduaan?"
"ya."
"Apa alasanmu? Kalau engkau tidak berikan alasan yang tepat, aku pasti membencimu seumur hidup,"
"Lho?" Pek Giok Houw terbelalak, kemudian menarik nafas panjang.
"Ling Ling, kelak aku pasti beritahukan padamu."
" Kalau begitu, sekarang kita boleh jalan bersama kan?" wajah Ling Ling mulai berseri-
"Itu " Pek Giok Houw tampak ragu.
"Tidak mau?" Ling Ling langsung melotot-
"Ling Ling " Pek Giok Houw menggeleng-gelengkan kepala-
"Aku "
"oooh" Ling Ling manggut-manggut dan wajahnya tampak kecewa-
"Engkau sudah punya pacar kan?"
"Aku tidak punya pacar."
"Kalau engkau tidak punya pacar, kenapa berusaha menghindariku? Apakah aku kurang cantik?"
"Engkau cantik sekali. Tapi aku"
" Heran?" Ling Ling menatapnya.
"Kenapa sih engkau? Tidak mau berteman denganku?"
"Ling Ling "
"Kalau engkau bilang tidak mau berteman denganku, aku pasti segera pergi" ujar Ling Ling dan suaranya pun kedengaran mulai terisak-
"Seumur hidup aku tidak akan berteman denganmu lagi"
"Ling Ling " Pek Giok Houw ingin memberitahukan tentang dirinya yang impoten, namun merasa malu dan tidak pantas, maka dibatalkannya-
"Baiklah, Aku mau berteman denganmu."
"oh?" Ling Ling girang bukan main.
"Engkau sungguh baik, aku aku gembira sekali."
"ssst" Mendadak Pek Giok Houw memberi isyarat agar Ling Ling diam.
"Di luar ada tiga orang berendap-endap menuju ke mari"
"oh?" Ling Ling mengernyitkan kening.
Pek Giok Houw tersenyum dingin, tangannya menyambar beberapa biji kacang tanah yang di atas meja, lalu disambitkan ke arah jendela.
"Aduuuh" Terdengar suara jeritan kesakitan di luar.
Pek Giok Houw segera ke luar dan diikuti Ling Ling dari belakangnya. Tampak tiga orang berbaju hitam mengaduh-aduh kesakitan dekat jendela.
"siapa kalian bertiga?" bentak Pek Giok Houw.
"Kami kami anak buah yang wie Kiong " sahut salah seorang berbaju hitam.
"Jadi kalian menguntitku?" tanya Pek Giok Houw dingin.
"Ya." orang baju hitam mengangguk.
"Kenapa kalian menguntitku?"
"Karena engkau engkau mirip Pek siau hiap yang telah mati itu."
"Aku memang Pek Giok Liong"
"Apa?" Ketiga orang berbaju hitam itu terbelalak-
"Engkau engkau tidak mati di jurang itu?"
"Ha ha" Pek Giok Houw tertawa dingin.
"Aku tidak begitu gampang mati Beritahukan pada cit Giat sin Kun, bahwa aku akan berkunjung ke yang wie Kiong"
"ya, ya." Ketiga orang berbaju hitam mengangguk-
"HaYo, kalian boleh pergi" bentak Pek Giok Houw.
"Terima kasih, Pek siau hiap" ucap ketiga orang berbaju hitam, lalu pergi dengan langkah tertatih-tatih.
Pek Giok Houw kembali ke dalam kamar, lalu duduk sambil berpikir- Ling Ling duduk di hadapannya, memperhatikan Pek Giok Houw, lama sekali barulah bertanya.
"Kapan Kakak Houw berangkat ke yang wie Kiong?"
"Besok- Kita berangkat bersama-"
"Itu sudah tentu-" Ling Ling tersenyum.
"Tapi kita tidak perlu bertempur dengan pihak yang wie Kiong, kita ke sana cuma ingin bertanya berada di mana Kiu Thian mo Kiong itu, kan?"
"Ng" Pek Giok Houw mengangguk-
"Tapi kalau terpaksa, aku harus bertarung dengan mereka-"
"Kakak Houw, alangkah baiknya engkau menghindari pertarungan yang tak perlu" pesan Ling Ling.
"Aku sudah bilang, kalau terpaksa."
" Kakak Houw" Ling Ling tersenyum manis.
"Aku siap membantumu dan selalu mendampingimu."
"Ling Ling " Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Kakak Houw" Ling Ling cemberut.
"Kenapa engkau mengernyitkan kening? Tidak senangkah aku menyatakan begitu?"
"sesungguhnya aku senang sekali, tapi "
"Kenapa?"
"Ling Ling" Pek Giok Houw berusaha senyum.
"Kelak aku pasti beritahukan padamu."
"Heran?" Ling Ling cemberut lagi.
"Kenapa sih engkau begitu misterius? Tidak boleh beritahukan sekarang?"
"Tidak boleh, memang harus kelak-"
"Baiklah-" Ling Ling tersenyum-
"yang penting engkau tidak punya pacar, jadi apa yang akan engkau beritahukan kelak, tentunya tidak akan membuat hatiku remuk-"
"Eh? Ling Ling "
"Aku" Wajah Ling Ling langsung memerah- gadis itu cepat-cepat menundukkan kepala-
Menyaksikan itu, diam-diam Pek Giok Houw menarik nafas panjang, Ia sungguh tak menyangka, baru sampai di daratan tengah, justru bertemu gadis tersebut.
-ooo0000ooo-
Pek Giok Houw dan Ling Ling berdiri di depan yang wie Kiong. Berselang sesaat tampak dua belas orang dengan pedang bergantung di punggung berjalan ke luar menghampiri mereka. Tak lama kemudian, muncul lagi empat orang yang berusia cukup lanjut, mereka adalah Cit Giat sin Kun, Thian sat, Thian sua n dan Ti Kie sin Kun. Keempat orang itu menatap Pek Giok Houw dengan tajam dan penuh perhatian.
"Betulkah engkau adalah Pek Giok Liong?" tanya Git Ciat sin Kun.
"BetuL" Pek Giok Houw mengangguk.
"Kenapa engkau ke mari? Bukankah kita sudah tidak punya urusan lagi?" tanya Cit Ciat sin Kun.
"Aku ke mari ingin bertanya, berada di mana Kiu Thian mo Kiong itu?"
Pertanyaan tersebut membuat Cit Ciat sin Kun dan lainnya saling memandang, kemudian Cit Ciat sin Kun tersenyum.
"Engkau bukan Pek Giok Liong, melainkan Hek siau Liong"
Pek Giok Houw tersentak, sebab Cit Ciat sin Kun sudah tahu tentang dirinya, maka ia pun tersenyum dingin.
"Aku Pek Giok Liong, aku tidak mati di dasar jurang"
"oh?" Cit Ciat sin Kun menatapnya,
"jadi engkau ke mari cuma ingin menanyakan Kiu Thian mo Kiong?"
"Tidak salah"
"Baiklah" Cit Ciat sin Kun manggut-manggut.
"Aku pasti beritahukan. Kiu Thian mo Kiong itu berada di Kah Lan san"
"Terima kasih" ucap Pek Giok Houw.
"Gadis itu temanmu?" tanya Cit Ciat sin Kun mendadak-
"Betul," sahut Ling Ling.
"Aku teman baiknya, dan selalu mendampinginya."
"oooh" Cit Ciat sin Kun manggut-manggut, kemudian berpesan pada gadis itu dengan ilmu menyampaikan suara.
"Nona, engkau harus mencegahnya ke Kiu Thian mo Kiong, sebab di sana banyak jebakan. Kalau dia ke sana pasti mati."
" Kakak Houw." panggil Ling Ling sambil manggut-manggut.
"Mari kita pergi"
"Baiklah" ucap Pek Giok Houw.
"Terima kasih sin Kun"
Pek Giok Houw dan Ling Ling segera meninggalkan tempat itu- Cit Ciat sin Kun masuk ke dalam dan diikuti Thiat sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun dari belakang. Mereka duduk di ruang dalam, Thian sat terus menerus memandang cit Ciat sin Kun.
"Apa yang dilaporkan ketiga anak buah itu memang benar, kini Pek Giok Liong telah muncul. Maka kemarin aku menyuruh jin pin mo Kun, Ling Ming Cun cia dan Hgo TOk Ceng Kun ke siau Mo Kiong untuk melapor."
"Tapi " Thian sat mengernyitkan kening.
"Pemuda itu memang serupa dengan Pek Giok Liong, menurutku dia bukan Pek Giok Liong."
"Dia Hek siau Liong, namun kenapa dia mengaku dirinya Pek Giok Liong? Apakah dia punya hubungan dengan Pek Giok Liong itu?"
"jangan-jangan mereka saudara kembar" ujar Thian suan sin Kun.
" Aku pun berpendapat begitu," sela Ti Kie sin Kun.
"cit Ciat" Mendadak Thian sat menatapnya tajam.
"Tadi Cit Ciat berbicara pada gadis itu dengan ilmu meryampaikan suara kan?"
"jadi engkau sudah tahu?" Air muka Cit Ciat sin Kun berubah-
"Ya-" Thian sat mengangguk-
"Bolehkah kami bertiga tahu apa yang engkau bicarakan pada gadis itu?"
"Hmm" dengus cit Ciat sin Kun.
"Kalian bertiga ingin melapor pada Kiu Thian mo Cun?"
"cit Ciat" Thian sat tersenyum getir.
"Kami tidak akan berbuat begitu, terus terang, sebelum Pek Giok Liong mati, aku pernah berbicara padanya dengan ilmu menyampaikan suara. Mungkin karena itu, maka dia pun tidak membunuh kami bertiga."
"oh?" Cit Ciat sin Kun menatapnya heran.
"Sudah lama kami bertiga mengikutimu. Pada waktu itu engkau dikenal sebagai Cih seng Tay Tie- sungguh di luar dugaan, ternyata engkau masih dikendalikan Kiu Thian mo Cun," ujar Thian sat-
"Itu tidak salah-" Cit Ciat sin Kun menarik nafas panjang.
"Akhirnya akupun yang menyebabkan kematian Kian Kun Le siu. Gara-gara Kiu Thian mo Cun menghendaki panji Hati suci Matahari Bulan untuk menundukkan pihak Pulau Pelangi."
"Jadi mengenai pembantaian ciok Lau san cung itu bukan atas kemauanmu?" tanya Thian suan mendadak.
"Itu atas kemauan siang Hiong sam Kuai. kemudian kebetulan Kiu Thian mo Cun memberi perintah padaku untuk memunahkan ciok Lau san cung. Maka aku mengutus siang Hiong sam Kuai dan tu Ci yen ke Ciok Lau san cung."
"ooooh" Thiat suan manggut-manggut.
"cit Ciat, tadi engkau berbicara apa pada gadis itu?" tanya Ti Kie sin Kun mendadak.
"Agar gadis itu mencegah Hek Siau Liong ke Kiu Thian mo Kiong. Kalian tahu kan, di sana banyak jebakan, kalau Hek siau Liong ke sana pasti mati."
"BetuL" Thian sat manggut-manggut.
"Tapi apakah gadis itu akan berhasil mencegahnya?"
"gadis itu amat cerdik, aku yakin dia pasti berhasil" sahut Cit Ciat sin Kun dan menambahkan,
"ohya Tentang ini semua, kita harus berusaha mengelabui Jin pin, Ling Ming dan Hgo Tok Ceng Kun. sebab mereka bertiga cukup dekat dengan Kiu Thian mo Cun, kalau mereka melapor pada Kiu Thian mo cun tentang ini semua, nyawa kita pasti melayang."
"Ya." Thian sat mengangguk-
"Engkau sebagai pemimpin yang wie Kiong ini, apakah tiada jalan untuk menyingkirkan mereka?"
"Tiada jalan. Lagi pula masih ada Hui Eng Cap Ji Kiam." Cit Ciat sin Kun memberitahukan,
"oleh karena itu, kita harus berhati-hati. Aku telah menduga Hek siau Liong yang mengaku Pek Giok Liong pasti ke mari, maka kemarin aku mengutus jin pin, Ling Ming dan Hgo Tok Ceng Kun ke siau Mo Kiong."
"Oooooo" Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun manggut-manggut.
sementara itu, Pek Giok Houw dan Ling Ling sudah sampai di rumah penginapan Peng An, mereka duduk berhadapan di dalam kamar.
"Kakak Houw mau berangkat ke Kiu Thian mo Kiong?" tanya Ling Ling mendadak-
"ya." Pek Giok Houw mengangguk-
"Itu amat menempuh bahaya, maka engkau tidak boleh ikut-"
"Engkau sudah tahu itu amat menempuh bahaya, kenapa masih mau ke sana?" Ling Ling mengernyitkan kening.
"Aku harus membalas dendam kakakku."
"Itu memang harus, tapi kalau ke sana cuma untuk cari mati, apa gunanya ke sana?"
"Ling Ling, biar bagaimana pun aku harus ke sana untuk membasmi Kiu Thian mo Cun."
"Kakak Houw" Ling Ling tetap berusaha mencegahnya.
" Itu percuma, oh y a, bukankah engkau bilang tidak lama lagi pihak Pulau Pelangi akan menyusulmu?"
"Betul."
"Nah" Wajah Ling Ling berseri.
" Lebih baik kita menunggu mereka, lalu berunding dengan mereka."
"Itu"
"Kakak Houw, kalau ingin bertindak sesuatu, terlebih dahulu harus dipertimbangkan dengan seksama, jangan bertindak ceroboh, pergunakan akal sehat"
"Engkau" Pek Giok Houw menatapnya, kemudian tertawa seraya berkata,
"Engkau merupakan penasihatku"
"Demi keselamatanmu, sebab kalau engkau mati, aku bagaimana?" Ling Ling menundukkan kepala.
"Ling Ling " Pek Giok Houw berkeluh dalam hati- Ia memang suka pada gadis itu, namun dirinya


Bagian ke 58. Pendekar Misterius


Bagaimana dengan Pek Giok Liong yang sedang belajar jit Goat Seng Sim Sin Kang? Ternyata ia telah berhasil mencapai tingkat kesepuluh, termasuk jit Goat seng sim Cit Ciang dan ilmu-ilmu dari lima partai besar yang tercantum di halaman belakang buku jit Goat seng sim Pit Kip tersebut.
setelah berhasil, ia menyembah di hadapan tulang belulang seng sim Tayhiap, lalu meninggalkan tempat itu melalui goa kecil yang dilaluinya ketika masuk.
satu hal yang membuatnya kecewa, yakni mukanya tidak bisa sembuh walau ia telah makan pil mujarab peninggalan seng sim Tayhiap. Ketika meninggalkan tempat itu, ia membawa obat tersebut yang berada di dalam botol porselin.
Keluar dari goa kecil itu, ia langsung mengerahkan ginkangnya meluncur ke atas. Bukan main Tubuhnya meluncur begitu cepat bagaikan kilat, dalam sekejap ia sudah berada di atas.
Pek Giok Liong menengok ke sana ke mari, mendadak sepasang matanya bentrok dengan dua gundukan tanah- segeralah ia mendekati dua gundukan tanah itu, dan seketika ia pun terbelalak dengan wajah pucat pias-
Ternyata dua gundukan tanah itu adalah kuburan siauw Hui Ceh dan cing ji, se Pit Han yang memakamkan mereka di situ.
"Hui Ceh Cing ji Hui Ceh Cingji" teriak Pek Giok Liong histeris dengan air mata berderai.
"Aaakh Kalian berdua telah mati "
Pek Giok Liong menangis sedih, berselang sesaat ia mengepalkan tinju seraya berkata:
"Kiu Thian mo Cun, aku pasti membunuhmu"
Pek Giok Liong mengambil sehelai kain putih, kemudian ia menutup mukanya dengan kain putih itu, lalu segera meninggalkan tempat tersebut.
Ia tidak langsung menuju Li Mo Kiong, melainkan menuju vihara siau Lim. Ia harus melaksanakan amanat seng sim Tayhiap, yakni mengembalikan ilmu-ilmu itu pada beberapa ketua partai.
Dalam perjalanan menuju siau Lim, ia sudah mendengar bahwa pihak Kiu Thian mo Kiong telah menaklukkan lima partai besar, bahkan beberapa hari yang lalu, partai Kun Lun dan Tiam Ceng pun telah ditaklukkannya pula.
Pek Giok Liong tidak begitu terkejut ketika mendengar berita tersebut, karena sebelumnya ia sudah tahu bahwa Kiu Thian mo Cun ingin menguasai seluruh rimba persilatan. Dalam perjalanan ini, ia memakai topi rumput yang lebar, dan menutup mukanya dengan kain putih-
Dua hari kemudian, Pek Giok Liong sampai di vihara siau Lim. Ia berdiri di depan pintu vihara itu, dua hweshio menghampirinya dengan sikap takut-takut.
"Maaf tuan ke mari mau sembahyang?" tanya salah seorang hweshio itu.
"Aku ke mari bukan mau sembahyang, melainkan mau bertemu ketua kalian," jawab Pek Giok Liong.
"Apakah tuan utusan dari Kiu Thian mo Kiong?" tanya hweshio itu dengan suara bergemetar.
"Kalian berdua tidak usah tahu siapa aku, yang penting kalian berdua harus segera ke dalam melapor"
"ya." Kedua hweshio itu segera berlari ke dalam.
Berselang beberapa saat kemudian, muncul empat pelindung siau Lim, yakni Liau Khong Taysu, seng Khong Taysu, Hian Khong Taysu, dan wie Khong Taysu-
"omitohud Apakah Anda utusan dari Kiu Thian mo Kiong?" tanya Liau Khong Taysu-
"Betul. Cepat panggil ketua kalian, ada perintah dari Kiu Than mo Cun" sahut Pek Giok Liong. Kalau ia tidak menyatakan demikian, tentunya sulit baginya bertemu ketua siau Lim.
"ya-" Liau Khong Taysu mengangguk-
"Silakan masuk"
Pek Giok Liong melangkah ke dalam, dan Liau Khong Taysu cepat-cepat pergi memanggil ketua siau Lim.
"silakan duduk, utusan Kiu Thian mo Cun" ucap seng Khong Taysu.
"Terima kasih, Taysu" Pek Giok Liong duduk.
Tak seberapa lama kemudian, muncullah ketua siau Lim bersama Liau Khong Taysu-
"Maaf, maaf" ucap ketua siau Lim-
"Aku terlambat menyambut kedatangan Anda"
"Tidak apa-apa-" Pek Giok Liong tertawa.
"Ketua siau Lim, aku ingin bicara empat mata."
"oh?" Ketua siau Lim melirik empat pelindung.
"Kami berempat akan meninggalkan ruang ini," sahut Liau Khong Taysu cepat.
"Tidak usah" ujar Pek Giok Liong.
"Ketua siau Lim, di mana ruanganmu? Aku ingin bicara di dalam ruanganmu."
"Itu " Ketua siau Lim tampak ragu.
"Tay Kak Hosiang, engkau berani melawan perintahku" bentak Pek Giok Liong mendadak-
"Baik, baik Mari ikut aku ke dalam"
"Terima kasih" ucap Pek Giok Liong, lalu mengikuti ketua siau Lim menuju sebuah ruangan. Empat pelindung juga ikut ke dalam dengan hati berdebar-debar.
setelah berada di dalam ruangan itu, mereka semua duduk bersila, begitu Pek Giok Liong, Ia duduk bersila di hadapan ketua siau Lim dan empat pelindung itu.
"Maaf, ada perintah dari mo Cun?" Tanya ketua siau Lim.
"Tidak ada perintah apa pun," jawab Pek Giok Liong.
"oh?" Ketua siau Lim dan empat pelindung saling memandang, kemudian bertanya pada Pek Giok Liong.
" Kalau begitu, ada urusan apa Mo Cun mengutus Anda ke mari?"
"Aku bukan utusan mo Cun," Pek Giok Liong memberitahukan.
"Aku mengaku sebaaai utusan mo Cun, itu agar gampang menemuimu, ketua siau Lim"
"Jadi..." Ketua siau Lim menatapnya. Bagaimana mungkin ketua siau Lim melihat wajah Pek Giok Liong, sebab muka pemuda itu ditutup dengan kain putih, bahkan memakai topi rumput yang lebar-
" Anda siapa?"
"Aku ke mari khususnya untuk mengembalikan ilmu Tat Mo sing Kang, Kiam sut dan cian Hoat padamu, ketua siau Lim"
"Apa?" Ketua siau Lim terbelalak, begitu pula keempat pelindung itu.
" Anda jangan bercanda Kitab pelajaran itu telah diserahkan pada seng sim Tayhiap ada ratusan tahun yang lalu."
"Tidak salah-" Pek Giok Liong mengangguk-
"olen karena itu, kini sudah waktunya dikembalikan pada siau Lim."
"Mana kitab itu?" tanya ketua siau Lim tegang.
"Kitab itu telah rusak," sahut Pek Giok Liong.
" Kalau begitu " Ketua siau Lim menarik nafas panjang.
"Aku akan mengajarkan ilmu itu pada kalian," ujar Pek Giok Liong.
"Tapi ilmu itu sangat tinggi, maka aku harap kalian belajar dengan sungguh-sungguh-"
"Apakah Anda telah berhasil mempelajari Tat Mo sin Kang itu?" tanya ketua siau Lim kurang percaya, sebab selama ratusan tahun ini, tiada seorang pun yang berhasil mempelajarinya -
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengajar kalian?" sahut Pek Giok Liong.
" Kalau begitu, bolehkah aku tahu siapa Anda?" tanya ketua siau Lim.
"itu tidak perlu," jawab Pek Giok Liong.
"Nah, kalian berlima dengar baik-baik, aku akan mulai menurunkan ilmu itu"
Ketua siau Lim dan empat pelindung itu segera mencurahkan perhatian, walau mereka masih kurang percaya.
"Tat Mo sin Kang berdasarkan ketenangan " Pek Giok Liong mulai menurunkan ilmu tersebut.
Ketua siau Lim dan empat pelindung mendengarkan dengan penuh perhatian, semakin mendengarkan hati mereka semakin girang dan terkejut. Kira-kira dua jam kemudian, Pek tiiok Liong berhenti dan bertanya.
"Apakah kalian sudah mengerti?"
"Masih kurang mengerti,"jawab ketua siau Lim.
"Kalian harus ingat baik-baik, setelah itu dicatatlah" pesan Pek Giok Liong dan memulai menjelaskan tentang Tat Mo sin Kang. sesudah itu, ia menurunkan Tat Mo Kiam sut (Ilmu Pedang Tatmo) dan Tat Mo Ciang Hoat (Ilmu pukulan Tatmo).
"Bagaimana?" tanya Pek Giok Liong.
"Kalian sudah ingat semua?"
"sudah ingat, hanya kurang mengerti," jawab ketua siau Lim.
".Memang tidak begitu mudah belajar ilmu itu, lebih baik kalian catat, lalu mohon petunjuk pada tiga tetua "
"Tiga tetua kami masih dalam keadaan luka dalam, sekujur badan mereka pun mulai kehitam-hitaman." Ketua siau Lim memberitahukan.
"Tiga tetua kalian terluka oleh pukulan Hek sim Tok Ciang. Ilmu pukulan itu memang amat beracun, untung tiga tetua kalian memiliki Iwee kang tinggi, maka masih bisa bertahan hingga sekarang" ujar Pek Giok Liong.
"omitohud Anda kok tahu?" Ketua siau Lim heran.
"Bawa aku ke ruang meditasi mereka" Pek Giok Liong bangkit berdiri.
"ya." Ketua siau Lim mengangguk, lalu bersama empat pelindung membawa Pek Giok Liong ke ruang meditasi tiga tetua siau Lim.
Pintu ruang meditasi tidak ditutup. Ketua siau Lim melangkah ke dalam, kemudian melapor tentang kehadiran Pek Giok Liong.
"Persilahkan dia masuk" ujar Toa tianglo dengan suara lemah-
"Tayhiap" ucap ketua siau Lim-
"Silakan masuk"
Pek Giok Liong melangkah masuk- lalu duduk bersila di hadapan tiga tetua Siau Lim itu.
"Aku memberi hormat pada tiga tetua" ucap Pek Giok Liong sambil menjura-
"Bagaimana keadaan kalian bertiga?"
"omitohud sudah waktunya kami menghadap pada yang Mulia sang Buddha," sahut Toa tiang lo.
"Ngoh Beng, jangan berkata begitu" ujar Pek Giok Liong.
Betapa terkejutnya Toa tianglo, karena Pek Giok. Liong tahu gelarnya. Begitu pula ketua siau Lim dan empat pelindung, mereka memandang Pek niok Liong dengan mata terbelalak-
"omitohud Bolehkah aku tahu nama Anda?" tanya Toa tianglo.
"Ngoh Beng, matahari terbit di timur, bulan memperlihatkan diri di malam purnama, hati suci rimba persilatan damai," jawab Pek Giok Liong.
"omitohud omitohud omitohud" ucap tiga tianglo itu serentak, kemudian Toa tianglo melanjutkan,
"Maaf kami bertiga tidak bisa member hormat, karena kami bertiga telah terluka oleh Hek sim Tok ciang"
Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu mendadak dalam keadaan duduk bersila ia bergerak menepuk punggung tiga tianglo siau Lim itu.
Ketua siau Lim dan empat pelindung terbelalak, mereka terheran-heran dan tidak tahu apa gerangan yang telah terjadi-
setelah menepuk punggung tiga tetua itu, Pek Giok Liong bangkit berdiri, lalu mengambil sebuah botol kecil dari dalam bajunya, kemudian menuang enam butir obat yang ada di dalam botol kecil itu.
"Ngoh Beng, Ngoh In, Hgoh Hun Makan obat ini, kalian bertiga pasti sembuh dalam waktu singkat" ujar Pek Giok Liong sambil memasukkan dua butir obat itu ke dalam mulut tiga tetua siau Lim.
"omitohud Terima kasih" ucap Toa tiang lo.
"Ngoh Beng, rahasiakan semua ini" pesan Pek Giok Liong.
"omitohud" sahut Toa tiang lo.
"Baiklah Aku mohon diri" ucap Pek Giok Liong lalu melangkah ke luar- Ketua siau Lim dan empat pelindung mengantarnya sampai di depan pintu vihara-
"selamat jalan Tayhiap" ucap ketua siau Lim.
"sampai jumpa" sahut Pek Giok Liong dan berpesan.
"Mulai sekarang kalian harus giat belajar Tat Mo sin Kang, jangan memperlihatkan sikap yang tidak patuh terhadap pihak Kiu Thian mo Kiong, sebab akan mencelakakan kalian semua"
"ya." Ketua siau Lim mengangguk-
"ohya bolehkah aku tahu nama besar Tayhiap?"
" Kelak kalian akan mengetahuinya," jawab Pek Giok Liong. Mendadak ia mengerahkan gin kangnya, seketika juga tubuhnya meluncur pergi secepat kilat.
Mulut ketua siau Lim ternganga lebar. "Bukan main"
Pek Giok Liong menuju Butong. Ia menemui ketua Butong, juga mengaku dirinya sebagai utusan Kiu Thian mo Cun. setelah bertemu ketua partai Butong, barulah berkata sejujurnya.
"HianBeng tosu, sesungguhnya aku bukan utusan Kiu Thian mo Cun."
"oh?" HianBeng tosu menatapnya dengan mata redup, ternyata luka dalamnya masih belum sembuh-
"Lalu siapa Anda?"
"Aku ke mari untuk mengembalikan ilmu simpanan partai kalian." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Ilmu simpanan apa?" tanya HianBeng tosu heran.
"Hian Thian sin Kang" sahut Pek Giok Liong.
"Hah? Apa?" HianBeng tosu terbelalak-
"Hian Thian sin Kang? Apakah Anda tidak bercanda?"
" Aku tidak bercanda," ujarPek Giok Liong.
"HianBeng tosu, cepat pusatkan perhatian untuk mendengarkan"
"ya." HianBeng tosu segera memusatkan perhatiannya, sedangkan Pek Giok Liong mulai menguraikan Hian Thian sin Kang, termasuk ilmu pedang dan ilmu pukulan.
"Bagaimana? sudah ingat semua?"
"sudah Terima kasih" ucap HianBeng tosu, namun kemudian menarik nafas pamjang.
"sayang sekali, aku tidak bisa melatih, sebab "
"Jangan khawatir" Pek Giok Liong memberikannya sebutir obat.
"Makanlah obat ini, dalam waktu singkat lukamu pasti sembuh- Ingat, jangan bersikap melawan pada pihak Kiu Thian mo Kiong, bersabarlah"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap HianBeng tosu.
Setelah meninggalkan Butong San, Pek Giok Liong langsung menuju Gobisan. Ia mengajarkan ilmu Bu siang sin Kang pada Pek Bie siangjin. Betapa girangnya ketua partai itu. Ia sama sekali tidak menyangka ilmu simpanan partainya bias kembali padanya.
"Terima kasih, Tayhiap" ucap PekBie siangjin.
"siangjin" pesan Pek Giok Liong.
" untuk sementara ini, partaimu lebih baik berdiam diri, jangan coba-coba melawan perintah dari Kiu Thian mo cun."
"Ya." PekBie siang jin mengangguk,-
Pek Giok Liong lalu berpamit. Ia lalu mendatangi partai Khong Tong untuk mengembalikan Khong Tong Bie Lek sin Kang pada ketua partai tersebut, tentunya amat menggirangkan Khong Khong Hoatsu ketua partai itu.
"Terima kasih, Tayhiap" ucapnya.
" Ketua Khong Tong" ujar Pek Giok Liong sambil manggut-manggut.
"Engkau sungguh cerdik, begitu pihak Kiu Thian mo cun muncul, langsung menyatakan takluk jadi kalian terhindar dari suatu bentrokan, aku kagum padamu"
"Tayhiap" Khong Khong Hoatsu menarik nafas panjang.
"Kalau aku tidak bertindak begitu, partaiku ini pasti sudah celaka. Pihak Kiu Thian mo Kiong memang lihay, termasuk Kiu Mo Li itu, mereka membentuk suatu barisan yang amat merangsang "
"Ngmm" Pek Giok Liong manggut-manggut lagi.
"Ilmu Bie Lek sin Kang itu tidak gampang dipelajari, mungkin harus memakan waktu setahun, itu pun cuma bisa sampai ketingkat empat."
"Maaf, apakah Tayhiap telah berhasil mencapai tingkat kesepuluh?" tanya Khong Khong Hoatsu.
"sudah." Pek Giok Liong mengangguk-
"Kalau tidak, bagaimana mungkin aku mengajar padamu?"
"Tayhiap sungguh hebat Padahal selama ratusan tahun ini, tiada seorang ketua pun yang berhasil mempelajari ilmu itu-"
"Kalau engkau tekun, dalam waktu lima tahun pasti berhasil mencapai ketingkat itu"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap Khong Khong Hoatsu.
"ohya Aku tidak perlu berpesan apa pun, sebab engkau amat cerdik-" Pek Giok Liong menatapnya.
"Mengertikah engkau apa maksudku?"
"Maksud Tayhiap agar kami jangan melawan perintah Kiu Thian mo cun, kan?"
"Betul. Engkau betul betul cerdik," Pek Giok Liong manggut-manggut, lalu berpamit.
"Tayhiap, bolehkah aku tahu nama besarmu?"
"Kelak engkau akan mengetahuinya," sahut Pek Giok Liong sambil mengerahkan ginkangnya meninggalkan tempat itu.
"Haah?" Khong Khong Hoatsu terbelalak ketika melihat tubuh Pek Giok Liong meluncur pergi bagaikan kilat.
"Luar biasa, sungguh luar biasa"
Terakhir Pek Giok Liong menuju Hwa san. Partai Hwa san masih dalam keadaan berkabung. Kali ini Pek Giok Liong tidak mengaku sebagai utusan dari Kiu Thian mo Kiong, hanya mengatakan mau melawat, setelah itu, ia pun pergi menengok Ketua Hwa san yang terluka parah itu.
"Siapa Tayhiap?" tarnya Bwe Hoa sin Kiam, Ketua Hwa san dengan wajah yang masih pucat pias.
"Aku bukan musuhmu," jawab Pek Giok Liong.
"Aku ke mari dengan maksud dan niat yang baik,"
"Terima kasih" ucap Ketua Hwa san.
"Maaf, aku tidak bisa bangun untuk menyambut kedatangan Tayhiap"
"Tidak apa-apa." Pek Giok Liong menatapnya.
"Engkau terluka oleh Han Im Ciang, siapa yang menggunakan Han Im ciang itu?"
"Siau Mo Cun."
"siau Mo Cun?" Mendadak sepasang mata Pek Giok Liong menyorotkan sinar yang membara.
"Siau Mo Cun yang membantai siauw Keh Cung itu?"
"ya." Ketua Hwa san mengangguk,-
"Hmm" dengus Pek Giok Liong dingin.
"Apakah siau Mo Cun itu tu Ci yen?"
"Maaf Aku tidak tahu" Ketua Hwa san menggelengkan kepala.
"Ketua Hwa san" Pek Giok Liong menarik nafas panjang.
"Engkau terlampau keras hati. sudah tahu pihakmu tidak kuat melawan pihak Kiu Thian mo Kiong, tapi masih mengadakan perlawanan, itu konyol. Akhirnya puluhan muridmu yang menjadi korban."
"Tayhiap, itu menyangkut nama baik Hwa san."
"Lalu bagaimana dengan nama baik siau Lim dan partai lainnya? Bukankah partai-partai itu juga takluk pada pihak Kiu Thian mo Kiong? Ketua Hwa san, bertindak sesuatu haruslah dipikirkan baik-baik, jangan ceroboh"
"yaah" Ketua Hwa san menarik nafas panjang.
"Kini rimba persilatan telah dikuasai golongan hitam, banyak golongan putih yang dibunuh "
" Ketua Hwa san" Pek Giok Liong menatapnya, kemudian memberikannya sebutir pil mujarab.
"Makanlah pil ini, engkau pasti sembuh dalam waktu singkat."
"Terima kasih, Tayhiap" ucap Ketua Hwa san, ia menerima obat tersebut dan langsung ditelannya. Tak seberapa lama kemudian, ia sudah tidak merasa dingin lagi, bahkan merasa badannya segar sekali.
" Ketua Hwa san" tanya Pek Giok Liong.
"Apakah Hwa san punya ilmu sakti?"
"Ilmu sakti?" Ketua Hwa san heran akan pertanyaan tersebut.
"Memang ada, tapi telah dihadiahkan pada seng sim Tayhiap kira-kira hampir dua ratus tahun yang lampau, lagi pula pihak Hwa san tiada satu ketua pun yang mampu belajar ilmu sakti itu"
"Hwa san Taay yang sin Kang (Ilmu sakti sang surya) kan?"
"Kok Tayhiap tahu?"
"Aku ke mari justru ingin mengembalikan ilmu itu pada Ketua. Harap dipelajari baik-baik,"
"Itu percuma." Ketua Hwa san menggelengkan kepala.
"Bagaimana mungkin aku bisa mempelajari ilmu sakti itu?"
"Aku akan mengajarkan padamu."
"Apa?" Ketua Hwa san terbelalak.
"Tayhiap akan mengajarkan padaku?"
"Betul" Pek Giok Llong mengangguk-
"Kalau engkau mempelajarinya dengan tekun, dalam waktu lima tahun, pasti bisa mencapai keberhasilan ilmu sakti itu-"
"oh?" Ketua Hwa San tampak ragu, namun wajahnya berseri-seri-
"Dari mana Tayhiap memperoleh ilmu simpanan partai kami itu?"
" Ketua Hwa san, engkau tidak perlu mengetahuinya- yang penting sekarang curahkanlah perhatianmu, aku akan mulai menguraikan ilmu Tay yang sin Kang itu-"
"ya-" Ketua Hwa san segera mencurahkan perhatiannya-
"Thay yang sin Kang mengandung unsur panas " Pek Giok Liong mulai menguraikan inti pelajaran ilmu sakti tersebut.
Ketua Hwa san mendengarkan penuh perhatian, sedangkan Pek Giok Liong terus menguraikan ilmu sakti itu, sekaligus menerangkannya- Kira-kira dua jam kemudian, usailah Pek Giok Liong menguraikan dan menerangkan ilmu sakti tersebut.
"sudah mengerti?"
" Cukup mengerti-"
"Lebih baik dicatat agar tidak lupa-" Pesan Pek Giok Liong.
"Dan ingat, jangan coba-coba melawan perintah dari pihak Kiu Thian mo Kiong, itu demi keselamatan partaimu"
"Ya, Tayhiap" Ketua Hwa san mengangguk-
"Terima kasih Bolehkah aku tahu nama besar Tayhiap?"
" Kalau sudah waktunya, engkau akan mengetahuinya-"
"Maaf, Tayhiap" Ketua Hwa san menatapnya.
"Kenapa Tayhiap memakai topi rumput yang lebar dan menutup muka dengan kain putih?"
"Tentu ada sebabnya. Kelak engkau pun akan mengetahuinya," sahut Pek Giok Liong lalu berpamit.
Ketua Hwa San mengantarnya sampai di depan pintu, Itu sungguh mengejutkan murid-murid Hwa san, karena kini ketua mereka tampak sehat dan segar.
Pek Giok Liong menuju ke yang wie Kiong. sesungguhnya ia ingin langsung menuju siau Mo Kiong, namun harus melewati yang wie Kiong tersebut, maka ia pun mampir sebentar.
"siapa engkau?" Hui Eng Cap Ji Kiam menghadang di hadapan Pek Glok Liong.
"Mau apa engkau ke mari?"
"siapa pemimpin yang wie Kiong ini?" tanya Pek Giok Liong dengan stueye. parau.
"Cit Ciat sin Kun"
"Kalau begitu, suruh dia keluar menemuiku"
"Apa?" salah seorang Hui Eng Cap Ji Kiam itu melotot-
"Engkau tahu apa? Berani mengatakan begitu?"
"Jadi kalian tidak mau ke dalam menyuruh cit Ciat sin Kun keluar?" tanya Pek Giok Liong dingin-
"Tidak salah"
"Kalian melihat sepasang mata singa batu itu?"
"Kenapa?"
"Tentunya badan kalian tidak sekeras singa batu itu kan?" Pek Giok Liong tertawa, lalu menyentilkan jari telunjuknya ke arah sebuah singa batu itu.
"Ha ha ha" salah seorang Hui Eng cap Ji Kiam tertawa gelak-
"Engkau ingin memamerkan kepandaian? singa batu itu sama sekali tidak bergeming"
"Engkau boleh coba meraba singa batu itu" sahut Pek Giok Liong.
orang itu mengernyitkan kening, kemudian mendekati singa batu itu dan sekaligus merabanya.
"Haah ?" orang itu terkejut bukan main, sebab singa batu itu telah roboh dan berubah jadi tepung.
"Bagaimana? Maukah kalian ke dalam menyuruh Cit Ciat sin Kun keluar menemuiku?" tanya Pek Giok Liong dingin.
Hui Eng Cap Ji Kiam saling memandang, lalu berlari ke dalam. Berselang beberapa saat, tampak mereka berjalan ke luar, dan disusul oleh jin pin mo Kun, Ling Ming Cun Cia, Ngo Tok Ceng Kun, Thiat sat sin Kun, Thian Suan sin Kun, Tie Kie sin Kun dan cit Ciat sin Kun.
Begitu sampai di luar, mereka pun berdiri mengurung Pek Giok Liong, cit Ciat sin Kun menatapnya tajam. Namun karena Pek Giok Liong memakai topi rumput yang lebar dan memakai kain putih penutup muka, maka Cit Ciat sin Kun dan lainnya sama sekali tidak mengenalinya.
"siapa engkau?" tanya Cit Ciat sin Kun membentak.
"Ada urusan apa engkau ingin menemuiku?"
"cit Ciat sin Kun" Pek Giok Liong tertawa.
"Kini kedudukanmu telah diturunkan menjadi pemimpin yang wie Kiong, tidak menjabat sebagai cih seng Tay Tie lagi?"
"Diam" bentak Cit Ciat sin Kun.
"Buka kain penutup mukamu itu, agar kami tahu siapa engkau"
"cit ciat sin Kun, aku ke mari cuma ingin bertanya, siapa siau Mo Cun itu? Apakah dia tu ci yen?"
"Engkau tidak berhak mengetahuinya" sahut Cit Ciat sin Kun.
"sin Kun" ujar jin pin mo Kun.
"Tidak perlu banyak bicara dengannya, mari kita habiskan saja dia"
"Habiskan?" Pek Giok Liong tertawa.
"Kalian ingin membunuhku?"
"Betul" sahut jin pin mo Kun.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa terbahak-bahak, namun secara diam ia berbicara pada Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan syarat.
"Cit Ciat, aku Pek Giok Liong."
"He he he" Cit Ciat sin Kun tertawa terkekeh-kekeh.
"Engkau berani mengacau di sini, berarti cari mampus" usai berkata begitu, ia pun bertanya pada Pek Giok Liong dengan ilmu menyampaikan suara pula-
"Betulkah engkau Pek siau hiap?"
"Kalian yang harus mampus di tanganku" sahut Pek Giok Liong dan berbicara lagi dengan ilmu menyampaikan suara.
"Aku memang Pek Giok Liong, aku tidak mati di jurang"
"Syukurlah" sahut Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan suara.
"Siau Mo Cun adalah tu Ci Yen, dia dan orang-orangnya yang membantai siauw Keh Cung"
"Hei" bentak Ling Ming Cun cia.
"Engkau tidak tahu tempat apa ini?"
"Yang wie Kiong, aku sudah tahu," sahut Pek Giok Liong dingin.
"Cabang dari Kiu Thian mo Kiong kan?"
"Engkau sudah tahu, kok masih berani mengacau di sini?" Hgo Tok Ceng Kun menatapnya tajam.
"siapa engkau, beritahukan namamu"
"Aku ke mari untuk membasmi kalian" sahut Pek Giok Liong, kemudian bertanya pada Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan suara.
"Bagaimana sifat ketiga orang ini?"
"Pek siau hiap, mereka bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam harus di bunuh" ujar cit Ciat sin Kun dengan ilmu yang sama. setelah itu ia pun terkekeh-kekeh-
"Engkau ingin membasmi kami? Hmm Engkaulah yang harus dibasmi"
"oh? Kalau begitu, kalian boleh maju bersama" tantang Pek Giok Liong.
"Tidak perlu maju bersama, cukup kami dan Hui Eng Cap Ji Kiam saja" sahut jin pin mo Kun.
Pek Giok Liong memang menghendaki begitu, maka ia pun tertawa panjang seraya berkata,
"Baiklah Kalian bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam boleh maju"
"Mari kita maju" seru jin pin mo Kun.
Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam langsung maju, sedangkan Cit Ciat sin Kun, Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun mundur beberapa langkah-
"Bersiap-siaplah engkau" ujar jin pin mo Kun.
"Kami akan mulai"
"silakan" Pek Giok Liong tetap berdiri di tempat,
"serang" seru jin pin mo Kun.
seketika juga mereka bertiga dan Hui Eng Cap Ji Kiam dengan pedang penyerang Pek Giok Liong.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa panjang, kemudian mendadak tubuhnya berkelebat ke sana ke mari bagaikan kilat menyambar. Terdengarlah suara jeritan yang menyayat hati di sana sinu "Aaakh" "Auuh" "Aaaakh"
Dalam waktu sekejap jin pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam telah tergeletak menjadi mayat.
Bukan main terkejutnya Cit Ciat, Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun, mereka berempat menatap Pek Giok Liong dengan mata terbelalak-
setelah membunuh lima belas orang itu, Pek Giok Liong lalu menghampiri Cit Ciat sin Kun.
Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun langsung bersiap-siap, namun cit Ciat sin Kun segera menggoyangkan tangannya.
"Dia Pek Giok Liong." bisik Cit Ciat sin Kun.
"oh?" Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun tertegun, tapi kemudian wajah mereka tampak berseri.
"Aku tidak akan membunuh kalian berempat, karena kalian telah bertobat," ujar Pek Giok Liong.
"Terima kasih" ucap Cit Ciat sin Kun sambil menjura.
"Kami amat girang, sebab Pek siau hiap masih hidup,"
"Pek siau hiap, ilmu apa yang engkau pergunakan tadi?" tanya Thian sat sin Kun.
"siau Lim Tat Mo sin ciang." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Haah?" Thian sat terkejut.
"Itu "
"Thian sat, tentang ini engkau tidak perlu tahu. yang penting kalian harus merahasiakan tentang kemunculanku. Kalian boleh lapor pada Kiu Thian mo cun, bahwa aku mahir ilmu Tat Mo sin ciang, Butong Hian Thian ciang Hoat, Gobi Bu siang sin Kang, Hwa san Thay Yang ciang Hoat dan Khong Tong Bie Lek sin Kang."
"Pek siau hiap " Cit Ciat sin Kun terbeliak.
"semua ilmu itu dapat menandingi Hek Sim TOk Ciang, ilmu rahasia^ Kiu Thian mo Cun itu?"
"Boleh dikatakan setanding, namun belum tentu dapat mengalahkannya," jawab Pek Giok Liong.
" Kalau begitu " Wajah Cit Ciat sin Kun tampak kecewa.
"Bagaimana mungkin Pek siau hiap dapat membasmi Kiu Thian mo Cun?"
"Aku masih memiliki ilmu lain yang dapat membasmi Kiu Thian mo Cun." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Ilmu apa itu?" tanya Cit Ciat sin Kun girang.
"Jit Goat seng sim sin Kang," jawab Pek Giok Liong.
"Ilmu tersebut khusus untuk melawan ilmu Hek sim sin Kang."
"syukurlah" ucap Cit Ciat sin Kun.
"ohya, belum lama ini muncul seorang pemuda mengaku dirinya adalah Pek siau hiap, dia didampingi seorang gadis yang cantik manis."
"Engkau tahu siapa dia?" tanya Pek Giok Liong heran.
"Dia memang mirip Pek siau hiap- Kalau tidak salah dia bernama Hek siau Liong yang ditolong swat san Lo Jin." cit Ciat sin Kun memberitahukan, "sungguh mengherankan, Pek siau hiap dan dia seperti pinang dibelah dua."
"oh? Mau apa dia ke mari?"
"Menanyakan tentang Kiu Thian mo Kiong. Aku memberitahukan berada di mana Kiu Thian Mo Kiong itu, tapi juga berpesan pada gadis yang mendampinginya dengan ilmu menyampaikan suara, agar gadis itu mencegah Hek siau Liong pergi ke istana Mo Cun itu"
"Engkau memang baik hati." Pek Giok. Liong manggut-manggut dan bertanya.
"Kenapa engkau berpesan begitu pada gadis itu?"
" Kalau Hek siau Liong itu ke Kiu Thian mo Kiong, dia pasti mati," sahut Cit Ciat sin Kun.
"oh? Kenapa?"
"sebab di istana mo Cun itu telah dipasang berbagai jebakan."
"Engkau tahu jelas mengenai semua jebakan itu?"
"sama sekali tidak tahu."
"Cobalah selidiki semua jebakan itu"
"ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Oh y a, rumah keluarga siauw telah dijadikan siau Mo Kiong. siauw Mo Cun adalah TU Ci yen, anak angkatkujuga murid kesayangan Kiu Thian Mo Cun. Dia dan para anak buahnya membunuh semua marga siauw, bahkan mereka sering membunuh para pendekar dari golongan putih dan memperkosa pula, maka Pek siau hiap harus membasmi mereka."
"Itu sudah pasti" sahut Pek Giok Liong.
"Baiklah Aku harus segera berangkat ke siau Mo Kiong"
"Pek siau hiap tunggu" seru Cit Ciat sin Kun.
"Ada urusan apa?" tanya Pek Giok Liong.
"Pek siau hiap harus melukai kami berempat." Cit Ciat sin Kun memberitahukan dengan sungguh-sungguh.
"oooh" Pek Giok Liong manggut-manggut mengerti-
" Kalau begitu, aku harus melukai kalian sampai parah sekali-"
"Memang harus begitu" Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Baiklah" Pek Giok Liong mengibaskan tangannya ke arah empat orang itu, dan seketika juga terdengar suara jeritan.
"Aaakh"
Cit Ciat, Thiat sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun terpental, lalu terkulai dengan mulut mengalirkan darah segar. Mereka berempat telah terluka dalam.
"Terima kasih" ucap Cit Ciat sin Kun lemah-
"Engkau harus melapor pada Kiu Thian mo Cun dalam keadaan luka parah, dan cukup engkau seorang diri yang pergi lapor," ujar Giok Liong.
"Ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Aku telah menaruh obat ke dalam saku baju kalian, seusai melapor, barulah kalian makan obat itu, dan dalam waktu singkat kalian pasti sembuh-"
"oh?" Cit Ciat sin Kun dan lainnya saling memandang, kemudian cit Ciat sin Kun bertanya,
"Kapan Pek siau hiaup menaruh obat itu ke dalam saku baju kami?"
"Ketika aku mengibaskan tanganku ke arah kalian." Pek Giok Liong memberitahukan.
"Bukan main "ujar Cit Ciat Sin Kun takjub.
-ooo00000ooo-
Pek Giok Liong berdiri di depan pintu Siau Mo Kiong, seketika juga bayangan Siauw Hui Ceh muncul di pelupuk matanya, begitu cantik dan lembut. Namun kini, gadis itu telah tiada.
Itu adalah rumah keluarga Siauw, tapi kini telah dijadikan Siau Mo Kiong yang juga menyerupai tempat maksiat.
"Hei" bentak empat orang yang menjaga di situ.
"Mau apa engkau berdiri di situ?"
Pek Giok Liong menatap mereka, itu merupakan wajah asing, berarti bukan mantan orang-orang Siauw Keh Cung.
"Aku mau ke dalam," sahut Pek Giok Liong sambil mengayunkan kakinya.
"Sebutkan namamu Kalau tidak, engkau tidak boleh masuk" Keempat orang itu menghadang Pek Giok Liong.
"Hmm" dengus Pek Giok Liong dingin sambil mengibaskan tangannya.
"Akhh " terdengar suara yang menyayatkan hati, keempat orang itu terpental sejauh belasan meter, terkulai dan nafas pun putus seketika.
Pek Giok Liong melangkah ke dalam, salah seorang menyaksikan kejadian tersebut, langsung berlari ke dalam untuk melapor.
"Berhenti" bentak lima orang bersenjata golok.
"Siapa engkau? Kok begitu berani masuk"
Pek Giok Liong mengibaskan tangannya, kelima orang itu terpental dan mati seketika tanpa mengeluarkan suara jeritan.
"siapa berani mengacau di siau Mo Kiong? Mau Cari mampus ya" Muncul empat pelindung dan enam iblis, setelah itu tu Ci yen pun muncul, Ia menatap Pek Giok Liong tajam, lalu mengarah pada mayat-mayat itu seraya bertanya.
"Engkau yang membunuh mereka?"
"Tidak salah" sahut Pek Giok Liong dengan suara parau, agar tu Ci yen tidak mengenali suaranya,
"siapa engkau?"
"Aku adalah aku"
"Hm" dengus tu Ci yen dingin-
"Kenapa mukamu ditutup dengan kain putih? Takut dikenali orang?"
"Itu urusanku" sahut Pek Giok Liong.
"Engkau dan orang-orangmu yang membunuh semua marga siauw?"
"Betul" tu ci yen mengangguk-
"Engkau siapa? Ada hubungan apa dengan keluarga siauw?"
"Engkau tidak perlu tahu yang jelas hari ini kalian semua harus mati"
"Kami semua harus mati" tu Ci yen tertawa terkekeh-kekeh-
"Hehe he, engkaulah yang akan mampus"
"siauMo Cun, kita tidak perlu banyak bicara dengannya-" ujar empat pelindung.
"Habiskan saja dia"
"Ng" tu Ci yen manggut-manggut.
"Kalian berempat dan enam iblis harus segera membunuhnya "
" ya." sahut mereka serentak-
"Apakah para anak buahmu sudah berkumpul di sini?" tanya Pek Giok Liong mendadak-
"sudah" sahut Tu Ci yen.
"Bagus Bagus" Pek Giok Liong tertawa.
"Nah, kalian boleh maju bersama"
"serang" seru tu ci yen-
Empat pelindung, enam iblis dan para anak buahnya langsung menyerang Pek Giok Liong.
"Ha ha ha" Pek Giok Liong tertawa panjang. Tiba-tiba tubuhnya berkelebat kian kemari, dan seketika juga terdengar suara yang menyayat hati di sana-sini. "Aaakh" "Aaakh "
Hanya dalam waktu beberapa detik, empat pelindung, enam iblis dan para anak buah tu Ci yen itu semuanya telah menjadi mayat.
Menyaksikan kejadian itu, wajah tu Ci yen langsung berubah pucat, Ia sama sekali tidak menyangka, bahwa orang itu memiliki kepandaian yang begitu tinggi, sehingga membuat nyalinya jadi ciut.
"Engkau siapa? Aku murid Kiu Thian mo Cun" tu Ci yen menyebut nama gurunya, agar membuat orang tersebut mundur.
"Aku sudah tahu bahwa engkau murid Kiu Thian mo Cun, kepandaianmu dipulihkan olehnya. Engkau mantan murid almarhum siauw Thian Lin, anak angkat Cit Ciat sin Kun, kan?"
"Kok engkau tahu?" tu ci yen terkejut.
"Kini cuma tinggal engkau seorang diri, lagi pula engkau pun harus mati" ujar Pek Giok Liong sepatah demi sepatah.
"Maka kuberitahukan pada mu siapa diriku ini"
"Beritahukalah"
"Aku Pek Giok Liong"
"Apa?" tu Ci yen tersentak-
"Engkau Pek Giok Llong?"
"Tidak salah" Pek Giok Liong mengangguk-
"Aku tidak mati terpukul kejurang, maka aku ke mari untuk mencabut nyawamu"
"Pek Pek Giok Liong?" Tu Ci yen masih kurang percaya-
"siauw Hui Ceh dan cingji mati di tangan gurumu, oleh karena itu aku pun harus membunuhnya "
"Itu urusan guruku, tiada kaitannya dengan diriku" sahut tu Ci yen yang mulai ketakutan.
"Engkau pun harus mati sebelumnya aku telah mengampunimu, namun engkau malah membantai semua marga siauw yang ada di rumah ini tu Ci yen" bentak Pek Giok Liong.
"Nah, bersiap-siaplah untuk mati"
"Hm" dengus tu Ci yen dingin,, "Kalau engkau berani, lawanlah guruku"
"Sekarang aku membunuhmu, setelah itu barulah aku membunuh gurumu" sahut Pek Giok Liong.
"Karena engkau sudah begitu jahat, maka engkau harus mati"
"Engkau pengecut, tidak berani melawan guruku" ejek tu Ci yen, itu agar Pek Giok Liong melepaskannya.
"Begini saja Kalau engkau bisa menahan satu jurus seranganku, aku pasti melepaskanmu"
"sungguh?" tu Ci yen bergirang dalam hati.
"Sungguh" sahut Pek Giok Liong dan menambahkan.
"Bahkan engkau pun boleh menyerang diriku"
"Baiklah" tu Ci yen segera menghimpun Han Im sin Kang (Tenaga sakti Hawa Dingin), ia ingin menyerang Pek Giok Liong dengan Han Im ciang.
"oooh, Han Im sin Kang"
"Betul" tu Ci yen tertawa dingin.
"Engkau takut?"
"Takut?" Pek Giok Liong tertawa gelak-
"Ha ha ha Engkau boleh menyerangku dengan jurus Han Im ciang, aku tidak akan balas menyerangmu"
"Baik Bersiap-siaplah" tu Ci yen langsung menyerang dengan Han Im ciang jurus swat Hoat Phiau-Phiau (Bunga salju Berterbangan).
Pek Giok Liong tertawa panjang, secepat kilat ia mengelak mematahkan jurus itu.
tu Ci yen penasaran sekali, cepat-cepat ia menyerang lagi dengan jurus Leng Thian Hong Khi (Hembusan Angin Dingin). Betapa dinginnya hawa pukulan itu, namun Pek Giok Liong sama sekali tidak merasakan itu Mendadak tubuhnya meluncur ke atas sehingga tu Ci yen menyerang tempat kosong. Ketika tubuh Pek Giok Liong mulai melayang turun, tu Ci yen tidak mau menyia-nyiakan kesempatan, ia langsung menyerang Pek Giok Liong dengan jurus Man Thian swat Hoa (Bunga salju di Langit).
Terjadi sesuatu yang amat mengejutkan tu Ci yen, karena mendadak tubuh Pek Giok Liong kembali meluncur ke atas, sehingga membuat serangan tu Ci yen terluput.
"TU Ci yen, sudah tiga jurus" ujar Pek Giok Liong yang tubuhnya mulai melayang turun.
"Kini aku akan menyerangmu satu jurus Kalau engkau dapat mengelak, aku pasti melepaskanmu"
Usai berkata begitu, Pek Giok Liong pun menyentilkan jari telunjuknya ke arah TU ci yen. Itu adalah ilmu Ceng Thian sin ci (Telunjuk sakti Penggetar Langit)-
TU Ci yen merasa heran dan ketika ia baru mau melompat ke belakang, tahu-tahu sekujur badannya sudah kaku, sama sekali tidak bisa bergerak dan merasa dadanya seperti tertusuk ribuan jarum.
"Aaaakh" TU Ci yen mengerang sambil mendekap dadanya, kemudian memuntahkan darah segar. "uaaakh"
"TU Ci yen" Pek Giok Liong tertawa dingin.
"Nyawamu cuma tinggal beberapa detik lagi, engkau mau pesan apa?"
"Betulkah engkau Pek Giok Liong?" tanya tu Ci yen lemah-
"Betul" Pek Giok Liong mengangguk-
"Kenapa mukamu ditutup dengan kain putih?"
"Mukaku telah rusak terhantam pukulan Hek sim TOk Ciang, ilmu rahasia gurumu, Kiu Thian mo Cun"
"Engkau, engkau " Mendadak sepasang mata tu Ci yen mendelik dan tak lama nafasnya pun putus.
Pek Giok Liong memandang mayat tu Ci yen, ia menggeleng-gelengkan kepala sambil menarik nafas, lalu melangkah pergi.
(Bersambung bagian 59)
Bagian ke 59 Menggemparkan
Kematianjin Pin mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun, Hui Eng Cap ji Kiam, Tu Ci yen, empat pelindung, enam iblis dan para anak buah Tu Ci yen, itu sungguh menggemparkan rimba persilatan.
Para pendekar dari golongan putih bersorak penuh kegembiraan, sedangkan para penjahat dari golongan hitam mulai ketakutan. Tiada seorang pun tahu siapa orang yang memakai topi rumput lebar dengan wajah ditutup kain putih, oleh karena itu, maka ia diiuluki Pendekar Misterius.
Tentang peristiwa tersebut juga telah sampai di telinga beberapa ketua partai besar. Para ketua itu merasa girang bukan main, terutama Ketua Siau Lim. yang paling murka adalah Kiu Thian mo Cun. Ketika menerima laporan dari Cit Ciat Sin Kun yang terluka parah itu, ia langsung memukul meja sehingga meja itu hancur berkeping-keping.
"Siapa pendekar misterius itu?" tanya Kiu Thian mo Cun pada Cit Ciat Sin Kun dengan suara gusar.
"Maaf, hamba sama sekali tidak tahu" jawab cit Ciat Sin Kun, kemudian menambahkan,
"Tapi orang itu mahir ilmu partai siau Lim, Butong, go Bi, Hwa San dan Khong Tang."
"oh?" Kiu Thian mo Cun diam sejenak, berselang sesaat baru bertanya.
"Ilmu-ilmu apa itu?"
"siau Lim Tat Mo sin Kang, Butong Hian Thian sin Kang, Gobi Bu siang sin Kang, Hwa san Thay yang sin Kang dan Khong Tong Bie Lek sin Kang" jawab Cit Ciat sin Kun memberitahukan.
"Omong kosong" hardik Kiu Thian mo Cun.
"Bagaimana mungkin orang itu menguasai ilmu tersebut?"
"Benar." cit Ciat sin Kun mengangguk- Jin Pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap ji Kiam terbunuh oleh Tat Mo Ciang (Pukulan Tatmo)"
"oh?" Bagaimana ekspresi wajah Kiu Thian mo Cun pada saat itu, tiada seorang pun yang tahu, sebab dia memakai kedok iblis.
"Kalian berempat terluka oleh pukulan apa?"
"Butong Hian Thian sin ciang (Pukulan sakti Hian Thian)."
"Pantas lukamu begitu parah Baiklah- sekarang engkau boleh kembali ke yang Wie Kiong untuk beristirahat-"
"Terima kasih, Mo Cun" ucap cit Ciat sin Kun.
"ohya, bagaimana jebakan-jebakan yang di sini?"
"Kenapa engkau menanyakan itu?" suara Kiu Thian mo Cun bernada tidak senang.
"Apakah ada sesuatu?"
"Benar, mo Cun" cit ciat sin Kun mengangguk-
"Sebelum muncul pendekar misterius itu, terlebih dahulu muncul Pek Giok Liong "
"Apa?" Kiu Thian mo Cun tertegun.
"Pek Giok Liong? Dia belum mati di jurang?"
"Hamba yakin bahwa dia bukan Pek Giok Liong, hanya mirip Pek Giok Liong saja" ujar Cit Ciat sin Kun memberitahukan.
"sebab dia menanyakan berada di mana Kiu Thian mo Kiong, itu pertanda dia bukan Pek Giok Liong."
"oh, lalu apa jawabmu?"
"Tentunya hamba memberitahukan berada di mana Kiu Thian mo Kiong ini. mo Cun pasti tahu maksud tujuan hamba kan?"
"Ngmm" Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
" Kalau orang yang mengaku dirinya Pek Liong berani ke mari, dia pasti mati"
"Tapi jebakan-jebakan"
"seandainya pendekar misterius itu ke mari, dia pun pasti mati." Kiu Thian mo Cun tertawa dingin.
"sebab semua jebakan yang ada di sini amat rahasia, tiada seorang pun yang tahu, kecuali aku."
"oh? Tapi yang membuat jebakan-jebakan itu?"
"setelah selesai, aku pun membunuh mereka semua. Nah, siapa yang bisa tahu rahasia semua jebakan itu?" Kiu Thian mo Cun tertawa puas.
cit ciat sin Kun merasa kecewa sekali, karena ia tidak berhasil mengorek rahasia jebakan itu dari mulut Kiu Thian mo Cun.
"Mo Cun" tanya Thian mo mendadak.
"Kapan kita akan menyerbu partai Kay Pang?"
"Akan kupertimbangkan, sebab kita masih belum tahu berada di mana markas pusat partai itu," sahut Kiu Thian mo Cun dan menambahkan,
"Thian mo, engkau dan Ti mo harus segera menyampaikan perintah ku pada tujuh ketua partai, agar segera mencari pendekar misterius sekaligus membunuhnya."
"Thian mo menerima perintah" sahut Thian mo dan bertanya,
" Kapan kami harus berangkat?"
"Sekarang."
"Cit ciat, sekarang engkau pun boleh kembali ke yang Wie Kiong untuk mengobati lukamu."
"Terima kasih Mo Cun" cit Ciat sin Kun memberi hormat, lalu meninggalkan Kiu Thian mo Kiong dengan perasaan kecewa, karena Kiu Thian mo Cun tidak memberitahukan tentang semua jebakan yang ada di Kiu Thian mo Kiong itu.
-ooo00000ooo-
Peristiwa mengenai yang Wie Kiong dan siau mo Kiong juga masuk ke telinga swat san Lo Jin. orang tua itu segera ke markas pusat Kay Pang untuk menemui ouw yang seng Tek, tetua Kay Pang itu. untung swat san Lo Jin cepat tiba, kalau tidak, ia pasti tidak bertemu tetua Kay Pang itu, sebab ouw yang seng Tek sudah siap pergi-
"saudara tua" ouw yang seng Tek girang bukan main ketika melihat swat san Lo Jin.
"Tumben, engkau ke mari"
"Pengemis bau, tentunya engkau sudah dengar berita tentang pendekar misterius itu kan?" swat san Lo Jin menatapnya.
"Tentu." ouw yang seng Tek tertawa,
"Itu merupakan peristiwa yang amat menggemparkan, bagaimana mungkin Kay Pang tidak mengetahuinya?"
Mereka justru tidak tahu kemunculan Pek Giok Houw, karena selama ini Ling Ling selalu mengajak Pek Giok Houw pesiar di tempat-tempat yang indah sambil menunggu kedatangan orang-orang Pulau Pelangi.
"Itu sungguh mengherankan" gumam swat san Lo Jin.
"siapa sebenarnya pendekar misterius itu? Kenapa dia selalu memakai topi rumput dan menutup mukanya dengan kain putih?"
"Kalau tidak begitu, tentunya dia tidak akan dijuluki pendekar misterius." sahut ouw yang seng Tek-
"yang jelas dia pendekar dari golongan putih-"
"Benar." swat san Lo Jin mengangguk-
"Dia telah membunuhjin Pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun, Hui Eng Cap ji Kiam dan tu Ci yen serta yang lainnya. Ha ha Hati Kiu Thian mo Cun pasti terpukul berat oleh peristiwa itu"
"Benar." ouw yang seng Tek tertawa gelak-
"Kalau dia punya jenggot, pasti kebakaran jenggot saking murkanya"
"Tidak salah-" swat san Lo Jinjuga tertawa,
"ohya, entah bagaimana dengan Pek Giok Houw? Bagaimana kalau kita ke Pulau Pelangi untuk menengoknya dan mengabarkan pada tocu tentang peristiwa itu?"
"Setuju." ouw yang seng Tek mengangguk-
"Aku memang berniat ke sana-"
"Kalau begitu, mari kita berangkat sekarang" ajak swat san Lo Jin.
"Baik," ouw yang seng Tek mengangguk lagi.
"mari berangkat"
se ciang cing dan isterinya serta yang lainnya menyambut kedatangan swat san Lo Jin dan ouw yang seng Tek dengan penuh kegembiraan.
"se tocu" ouw yang seng Tek tertawa gelak-
"Apa kabar selama ini?"
"Baik-baik saja,"jawab se Ciang Cing sambil tersenyum.
"Bagaimana dengan kalian?"
"Kami pun baik-baik saja," sahut swat san Lo Jin.
"ohya, bagaimana dengan Pek Giok Houw? Apakah dia telah berhasil?"
"Dia telah berangkat ke Daratan Tengah-" se Ciang Cing memberitahukan.
"Kalian tidak mendengar kabar beritanya?"
"Haah ?" swat san Lo Jin dan ouw yang seng Tek saling memandang.
"Pek Giok Houw sudah ke Tiong tioan?"
"Betul." se ciang Cing mengangguk-
"Padahal aku sudah menyuruhnya agar menunggu, tapi dia berkeras mau pergi juga-"
"Heran?" gumam ouw yang seng Tek-
"Kok tiada kabar beritanya sama sekali? seharusnya kami tahu itu-"
"Dia telah berhasil mencapai tingkat tertinggi ilmu-ilmu itu?" tanya swat san Lo Jin.
"Dia memang telah berhasil."
"Se tocu" swat san Lo Jin menatapnya seraya bertanya,
"Kalau Pek Giok Houw bertanding melawan jin pin mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan Hui Eng Cap Ji Kiam, apakah Pek Giok Houw akan menang?"
"Bisa menang, tapi cukup kewalahan juga,"jawab se Ciang Cing, kemudian bertanya.
"Kenapa lo cianpwee menanyakan hal itu?"
"Karena belum lama ini telah muncul seorang pendekar misterius yang berilmu amat tinggi." swat san Lo Jin memberitahukan.
"Dalam sekejap dia mampu membunuh mereka."
"oh?" se Ciang Cing terkejut,
"siapa pendekar misterius itu?"
"Aku kira dia Pek Giok Houw, ternyata bukan." swat san Lo Jin menjelaskan..
"Bahkan dia pun telah membunuh empat pelindung, enam iblis dan siau Mo cun."
"oh?" se ciang cing bertambah terkejut.
"Lo cianpwee tidak kenal pendekar misterius itu?"
"Tiada seorang pun yang mengenalnya," sahut ouw yang seng Tek-
"Lho?" se ciang cing terheran-hera n.
"Kok begitu?"
"Tidak usah heran" ujar swat san Lo Jin.
"sebab dia selalu memakai topi rumput lebar dan menutup mukanya dengan kain putih."
"Kenapa dia berbuat bagitu?" se Ciang Cing tidak habis berpikir-
"Mungkinkah dia tidak menghendaki orang lain mengenalnya?"
"Mungkin-" ouw yang seng Tek mengangguk dan menambahkan,
"yang paling mengejutkan adalah dia mampu membunuh siau Mo Cun hanya dalam satu jurus."
"ohya Ilmu apa yang dipergunakannya?" tanya se Ciang Cing mendadak.
"Justru amat membingungkan." swat san Lo Jin menarik naIas.
"Aku dengar, dia mahir siau Lim Tat Mo Ciang "
"Apa?" se Ciang Cing terperanjat.
"Pendekar misterius itu mahir ilmu siau Lim Tat Mo Ciang?"
"Betul."
"Itu sungguh tak masuk akal"
"Bahkan" tambah swat san Lo Jin.
"Dia pun mahir Butong Hian Thian sin Kang, Hwa san Thay yang sin Kang, GobiBu siang sin Kang, Khong Tong Bie Lek sin Kang dan ilmu lain."
"Haah ?" se Ciang Cing terbeliak-
"Itu lebih tak masuk akal. Itu itu bagaimana mungkin?"
"Memang tidak mungkin, namun nyatanya begitu"
"Padahal semua kitab pusaka berbagai partai itu telah dihadiahkan pada seng sim Tayhiap, kini pendekar misterius itu mahir semua ilmu itu. Bukankah mengherankan sekali?"
"Kita tidak perlu heran, yang penting dia bukan musuh kita," ujar ouw yang seng Tek-
"Kini Kiu Thian mo Cun itu sudah punya lawan berat, dan membuatnya tidak enak makan dan tidak bisa tidur nyenyak-"
"Tapi kini, pendekar misterius itu justru menghilang lagi-" swat san Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala-
"Alangkah baiknya kalau dia langsung pergi membasmi Kiu Thian mo Cun"
"Aku pikir," ujar ouw yang seng Tek-
"Dia pasti punya rencana sendiri"
"Betul-" swat san Lo Jin manggut-manggut.
"Entah apa rencananya?"
"saudara tua bertanya pada siapa?" ouw yang seng Tek menatapnya sambil tertawa.
"Bertanya diriku sendiri," sahut swat san Lo Jin, kemudian mengarah pada se ciang Cing seraya bertanya,
"Se tocu, kapan engkau akan mengatur orang-orangmu ke Tiong Goan?"
"Itu akan kami rundingkan."
"Begini" ujar ouw yang Seng Tek mengusulkan.
" Kalau pihak kalian berangkat ke Daratan Tengah, alangkah baiknya kalau langsung menuju Markas Pusat Kay Pang."
"Baiklah-" se Ciang Cing mengangguk menerima usul itu.
"Kapan pihak se tocu akan berangkat?" tanya swat san Lo Jin.
"Bagaimana kalau berangkat bersama kami?"
"Itu menyangkut masalah besar, maka harus kami rundingkan," jawab se Ciang Cing.
"Namun tidak akan lama."
"Kalau begitu, kami akan menunggu di Markas Pusat Kay Pang saja," ujar swat san Lo Jin.
"Bukankah lebih baik lo cianpwee cari Pek Giok Houw?" ujar se Ciang Cing menyarankan.
"Ng" swat san Lo Jin manggut-manggut.
" Kalau begitu, kami harus segera kembali ke Tiong cioan."
"Pihak kami pasti segera menyusul," ujar se Ciang Cing berjanji.
"Terima kasih, se tocu" ucap ouw yang seng Tek.
"sama-sama." sahut se Ciang Cing.
-ooo00000ooo-
swat san Lo Jin dan ouw yang seng Tek sudah sampai di daratan Tengah, mereka berdua duduk di warung teh.
"saudara tua" ujar ouw yang seng Tek sambil menatapnya.
"Kiu Thian mo Kiong berkekuatan besar, kalau kita bergabung dengan pihak Pulau Pelang i, aku khawatir kekuatan kita masih di bawah Kiu Thian mo Kiong, maka aku punya usul."
"Usul apa?"
"Lebih baik saudara tua ke Thian san."
"Mau apa ke Thian san?" swat san Lo Jin mengernyitkan kening.
"Pergi menemui Thian san Lolo, mantan kekasih mandara tua itu," ujar ouw yang seng Tek sungguh-sungguh-
"Kalau dia bersedia bergabung dengan kita, itu berarti kekuatan kita bertambah-"
"Dia pasti menolak." sahut swat san Lo Jin sambil menarik naIas.
"Lagi pula Thian san begitu luas, ke mana mencarinya?"
"saudara tua" ouw yang seng Tek tersenyum-
"Aku sudah tahu tempatnya."
"oh?" swat san Lo Jin tampak girang.
"Di mana tempatnya?"
"Dia berada di Cian Im Tong (Goa seribu suara), saudara tua, carilah dia di goa itu"
"Tapi " swat san Lo Jin masih tampak ragu.
"saudara tua, demi keselamatan bu lim, apa salahnya engkau merendah di hadapannya?"
"Itu " swat san Lo Jin berpikir, lama sekali barulah mengangguk-
"Baiklah- Aku akan seoera berangkat ke Thian san."
" Kalau begitu, aku kembali ke Markas Pusat Kay Pang untuk menunggumu," ujar ouw yang seng Tek-
"saudara tua, semoga berhasil"
"Mudah-mudahan" sahut swat san Lo Jin.
Mereka berdua berpisah di warung teh itu, swat san Lo Jin menuju Thian san sedangkan ouw yang seng Tek menuju ke Markas Pusat Kay Pang-
Beberapa hari kemudian, Swat San Lo Jin tiba di Thian San. Walau hawa di sana dingin, namun orang tua itu tampak tidak merasakannya, setelah beristirahat sejenak, barulah ia menuju goa seribu suara.
Swat san Lo Jin sudah sampai di goa tersebut, namun orang tua itu tidak berani masuk, hanya berdiri di depan goa.
"Li Hoa Aku sun Hiong datang mengunjungimu" seru Swat san Lo Jin dengan tenaga dalam.
Mendadak berkelebat sosok bayangan ke hadapan Swat san Lo Jin, ang tidak lain adalah Thian san Lolo.
"Engkau " Thian san Lolo menudingnya. Wajah perempuan tua itu tampak dingin tapi bergirang dalam hati. Mereka berdua berpisah selama enam puluhan tahun, kini mendadak swat san Lo Jin muncul di situ, maka membuat perasaannya langsung bergejolak-
"Li Hoa" Swat san Lo Jin menatapnya lemhut.
"Tak terasa kita berpisah sudah enam puluh tahun lebih, untung kita panjang umur. Kalau tidak, kita pasti tidak berjumpa lagi."
"sun Hiong" bentak Thian san Lolo sengit.
"Mau apa engkau ke mari? Mau bertanding ya?"
"Li Hoa" ujar Swat san Lo Jin lembut.
"Dulu aku yang bersalah, sama sekali tidak mau mengalah padamu. Hari ini aku mengaku kalah dan salah terhadapmu."
"Engkau " Mata Thian san Lolo bersimhah air.
"Kenapa dulu engkau tidak bersikap seperti sekarang? Kalau dulu engkau begini, kita pasti sudah punya cucu."
"Li Hoa, maafkanlah aku" Mata Swat san Lo Jinpun bersimbah air-
"Li Hoa, bolehkah aku masuk?"
"Masuklah Kenapa harus bertanya?" Thian san Lolo cemberut. Gila sudah begitu tua masih bisa cemberut.
Swat san Lo Jin melangkah ke dalam sambil menarik naIas lega, lalu duduk dan menengok ke sana kemari. Tiba-tiba ia terbelalak karena melihat suatu barang yang bergantung di dinding goa.
"Itu"
"Burung cenderawasih batu giok, hadiah darimu." Thian san Lolo memberitahukan.
"Tentunya engkau masih ingat kan?"
" Ingat" Swat san Lo Jin mengangguk.
"Kenapa digantung di situ?"
"Karena " Thian san Lolo menundukkan kepala.
"Aku selalu duduk di sini sambil memandang barang itu "
"Li Hoa " Betapa harunya Swat san Lo Jin, itu pertanda Thian san Lolo amat mencintainya.
"Aku aku bersalah terhadapmu sehingga membuat hidupmu merana dan penuh kesepian."
"sun Hiong, aku pun bersalah terhadapmu. Dulu aku amat keras hati, akhirnya kita berpisah "
"Li Hoa, kini kita sama-sama sudah tua. Lupakanlah kejadian yang tidak enak itu, mari kita hidup rukun sekarang"
"Ya." Thian san Lolo mengangguk,
"ohya Kalau tidak salah, engkaupunya seorang murid bernama Hek Ai Lan kan?"
"Betul, tapi sudah belasan tahun tiada kabar beritanya. Kok engkau tahu?" tanya Thian san Lolo.
" Aku pernah bertemu dengannya," ujar Swat san Lo Jin dan menutur, lalu menambahkan,
"Kini dia berada di Pulau Pelangi."
"Syukurlah kalau dia baik-baik saja" ucap Thian san Lolo sambil menarik naIas lega.
"Cintanya itu sama denganmu." Swat san Lo Jin menatapnya lembut.
"Namun kita masih beruntung, karena kita sudah bertemu."
"Betul." Thian san Lolo mengangguk-
"Oh y a, kira-kira dua belas tahun lalu, aku menerima murid baru, dia tidak tahu marga dan namanya, maka kuberi nama Ling Ling padanya- Dia sudah mulai berkelana di bu lim, entah bagaimana keadaannya sekarang?"
"Anak gadis?"
"ya-" Thian san Lolo manggut-manggut.
"Dia baru berusia belasan, wajahnya sangat cantik,"
"Kenapa engkau melepaskannya pergi berkelana?" Swat san Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala.
"Memangnya kenapa?" tanya Thian san Lolo heran, karena Swat san Lo Jin kelihatan kurang setuju.
"Li Hoa" Swat san Lo Jin menarik naIas panjang.
"Engkau sama sekali tidak tahu, bahwa kini rimba persilatan telah dikuasai golongan hitam."
"Oh?" Thian san Lobo terkejut.
"Kiu Thian mo Cun telah menaklukkan tujuh partai besar" Swat San Lo Jin memberitahukan, sekaligus menutur tentang Pek Giok Liong dan lain sebagainya, sehingga membuat Thian san Lolo terbeliak mendengarnya-
"Rimba persilatan sudah jadi begitu?"
"Benar." Swat san Lo Jin mengangguk-
"oleh karena itu, aku ingin mengajakmu ".
"Kembali ke rimba persilatan?"
"Betul-"
"Itu " Thian san Lolo mengangguk setelah berpikir cukup lama.
"Baiklah- Aku memang harus mencari murid bungsuku itu-"
" Aku pun harus mencari Pek Giok Houw."
"Jadi Pek Giok Liong yang telah mati itu pemegang Panji Hati suci Mata h ari Bulan?"
"Tidak salah, tapi " Swat san Lo Jin menarik naIas.
"Dia telah mati terkena pukulan Kiu Thian mo Cun "
"sun Hiong" Thian san Lolo menatapnya.
"Kalau kita dan Kay Pang bergabung dengan Pulau Pelangi, apakah pihak kita cukup kuat untuk melawan pihak Kiu Thian mo Kiong?"
"Terus terang" Swat san Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala.
"Kita semua masih bukan tandingannya."
"Kalau begitu "
"Hanya ada satu orang yang dapat melawannya."
"siapa orang itu?"
"Pendekar misterius."
"Pendekar misterius?"
"ya," Swat san Lo Jin mengangguk, lalu memberitahukan tentang sepak terjang pendekar misterius tersebut.
"Begitu tinggi kepandaiannya?" Thian san Lolo terbelalak.
"Justru masih ada satu hal tak masuk akal, yang membuat aku tidak habis berpikir-"
"Hal apa?"
"Dia juga mahir siau Lim Tat Mo Ciang, Butong Hian Thian sin Kang, ciobiBu siang sin Kang, Hwa san Thay Yang sin Kang dan Khong Tong Bie Lek sin Kang. Bukankah itu amat mengherankan? Padahal semua kitab ilmu tersebut telah dihadiahkan pada seng sim Tayhiap kira-kira hampir dua ratus tahun yang lalu, namun pendekar misterius itu justru mahir semua ilmu itu"
"Mungkinkah " Duga Thian san Lolo.
"Pendekar misterius itu seng sim Tayhiap?"
"Itu tidak masuk akal. Bagaimana mungkin seng sim Tayhiap bisa hidup sekian lama?"
"Kalau begitu, bagaimana dengan Kiu Thian mo Cun itu? Bukankah dia masih hidup?"
"Mungkin orang itu bukan Kiu Thian mo Cun, melainkan pewarisnya," ujar Swat san Lo Jin dan menambahkan,
" Lagi pula orang itu memakai kedok iblis, maka tiada seorang pun tahu siapa dia."
"ohya Engkau tidak pernah bertemu pendekar misterius itu?"
"Tidak pernah-"
"Menurut dugaanku, dia pewaris seng sim Tayhiap-
"oh ya, bagaimana rupa wajahnya?"
"Tiada seorang pun tahu."
"Kenapa?"
"Karena dia menutupi mukanya dengan kain putih, jadi tiada seorang pun pernah menyaksikan wajahnya."
" Heran?" gumam Thian san Lolo.
"Kiu Thia Mo Cun memakai kedok iblis, sedangkan pendekar misterius itu memakai kain putih, kenapa begitu?"
"Mungkin agar tidak dikenali orang." Swat san Lo Jin tertawa.
"Apabila perlu, kita pun boleh memakai kedok-"
"Memangnya tiada yang tahu ilmu silat kita?" Thian san Lolo tersenyum-
"Sun Hiong, kalau dulu kita begini, tentunya kita bahagia sekali-"
"Masih belum terlambat-" Swat san Lo Jin menggenggam tangannya
"Kini kita sudah bertemu dan "
"Idiih Kok pegang tanganku?" Thian san Lolo tertawa geli-
Memang menggelikan, usia mereka sudah hampir seratus tahun, namun saat ini sikap mereka justru mirip sepasang kekasih remaja yang saling memadu cinta.


Bagian ke 60: Terkena Racun


Pek Giok Houw dan Ling Ling duduk di bawah pohon di kaki gunung cing yang. Betapa indahnya Pemandangan di tempat itu, Ling Ling memandang keindahan alam itu dengan penuh kekaguman.
Akan tetapi, sebaliknya Pek Giok Houw cuma duduk diam, tampaknya ia sedang memikirkan sesuatu.
" Kakak Houw, kenapa sih engkau?"
"Aku " Pek iniok Houw tersentak-
"Dari tadi engkau duduk melamun, memikirkan apa sih?" Ling Ling menatapnya-
"Aku sedang berpikir, kenapa pihak Pulau Pelangi masih belum datang di Daratan Tengah ini? Aku aku sudah tidak sabar menunggu, ingin seaera berangkat ke Kiu Thian mo Kiong."
" Lebih baik bersabar" ujar Ling Ling sambil tersenyum.
"Karena Kiu Thian mo Cun itu tidak akan lari, kan?"
"Tapi " Pek tniok Houw mengernyitkan kening.
"Aku harus cepat-cepat membalas dendam Kakak Liong."
"Aku tahu, mungkin tidak lama lagi pihak Pulau Pelangi akan muncul."
Ling Ling tetap berusaha menghalangi niatnya untuk pergi ke Kiu Thian mo Kiong.
"Ling Ling, sebetulnya aku " Tidak jadi dicetuskan, cuma wajahnya tampak murung.
"Kenapa engkau?" tanya Ling Ling lembut.
Pek Giok Houw menundukkan kepala, bagaimana mungkin ia memberitahukan mengenai dirinya yang mati syahwat itu? Ia tidak ingin mengecewakan gadis tersebut, namun bagaimana selanjutnya?
" Kakak Houw" Ling Ling menatapnya dalam-dalam.
"Aaakh " Keluh Pek Giok Houw mengalihkan pembicaraan.
" Kapan aku membalas dendam itu?"
"Tenang saja. Kakak Houw" Ling Ling menggenggam tangannya.
" Kalau Pihak Pulau Pelangi sudah datang, engkau boleh berunding dengan mereka."
"Tapi " Ucapan Pek Giok Houw terputus, karena mendengar suara tawa yang menyeramkan.
"He he he" Menyusul melayang turun dua sosok bayangan, ternyata Thian Ti siang mo. Pek Giok Houw dan Ling Ling segera bangkit berdiri sambil menatap tajam pada kedua orang itu, sementara Thian Ti siang mo masih terus tertawa seram.
"Engkau Pek Giok Liong?" tanya Thian mo-
"Betul." Pek Giok Houw mengangguk dan bertanya.
"siapa kalian?"
"Kami Thian Ti siang mo" sahut Thian mo dingin.
"Kami diutus Kiu Thian mo Cun untuk membunuh mu"
"Oh?" Pek Giok Houw tertawa dingin-
"Memang kebetulan kemunculan kalian berdua, jadi aku tidak usah bersusah payah mencari kalian di Kiu Thian mo Kiong"
"He he he" Thian mo tertawa terkekeh kekeh.
"Bocah Kini sudah waktunya engkau mampus"
"Kalianlah yang akan mati" sahut Pek Giok Houw dingin.
"Bocah Mari kita bertarung" tantang Thian mo-
"Engkau berani bertarung denganku?"
"Kenapa tidak?"
"Baik Mari kita bertarung"
"Ling Ling" Pesan Pek Giok Houw.
"Engkau menyingkir agak jauh, aku akan bertarung dengan mereka"
"Hati-hati, Kakak Houw" ujar Ling Ling sambil mundur beberapa langkah, ia pun tampak cemas.
"Thian Mo" bentak Pek Giok Houw.
"Engkau boleh mulai serang aku duluan"
"Baiklah" Thian mo mulai menghimpun tenaga dalamnya, setelah itu ia pun mulai menyerang Pek Giok Houw.
Pek Giok Houw cepat-cepat berkelit, kemudian balas menyerang.
"Ha ha ha" Thian mo tertawa.
"Engkau cukup hebat, bocah Dapat mengelak pukulanku itu, coba engkau sambut lagi"
Thian mo menyerang Pek Giok Houw, namun Pek Giok Houw segera melompat ke samping, sekaligus balas menyerang.
Mereka mulai bertarung dengan sengit, tak terasa sudah lewat puluhan jurus- Thian mo tampak penasaran sekali, sebab masih belum mampu menjatuhkan Pek Giok Houw-
Mendadak ia melompat mundur, menatap Pek Giok Houw tajam sambil mengerahkan Thian mo sin Kang (Tenaga sakti Iblis Langit).
Pek Giok Houw mengernyitkan kening, tahu Thian mo akan mengeluarkan ilmu kepandaiannya, Ia pun cepat-cepat mengerahkan Bu Kek sin Kang, siap menyambut serangan Thian mo-
"Hiyaaa" pekik Thian mo sambil menyerang Pek Giok Houw dengan jurus Thian mo Khay Bun (Iblis Langit Membuka Pintu).
Kali ini Pek Giok Houw tidak berkelit, ia menyambut serangan itu dengan jurus Kian Kun Toh Coan {Jagat Berputar Balik), salah satu jurus Bu Kek Ciang (Pukulan Bu Kek)-"Blam" Terdengar benturan keras.
Thian mo termundur-mundur beberapa langkah, sedangkan Pek Giok Houw berdiri tak bergeming.
Betapa terkejutnya Thian Ti siang mo, mereka tidak menyangka bahwa Pek Giok Houw memiliki kepandaian begitu tinggi.
"Bagaimana, Thian mo?" tanya Pek Giok Houw dingin.
"Bocah" bentak Thian mo-
"Pokoknya hari ini engkau harus mampus"
Thian mo maju lagi, pada waktu bersamaan Ti Mopun maju. Itu sangat mengejutkan Ling Ling, dan buru-buru ia menghadang Ti mo-
"Hei" bentaknya.
"Kalian mau main keroyok ya?"
"gadis kecil. Lebih baik engkau mundur Kalau tidak, engkau pun harus ikut mampus"
"Hmm" dengus Ling Ling dingin.
"Memangnya aku gampang mampus"
"gadis kecil, minggir" bentak Ti Mo sambil mengibaskan tangannya. Kibasan tangan Ti Mo membuat Ling Ling terhuyung ke belakang.
"Ling Ling" seru Pek Giok Houw.
"Mundurlah"
Ling Ling menurut, lalu seaera mundur sambil memandang Thian Ti siang mo-
"Huh" ejek Ling Ling.
"Dasar tak tahu malu, sudah tahu masih main keroyok Dasar tak tahu malu"
"Diam" bentak Ti Mo sambil maju ke hadapan Pek Giok Houw.
"Memang lebih baik kalian maju berdua, agar menghemat waktu" ujar Pek Giok Houw.
"He he he" Ti Mo tertawa terkekeh.
"Bocah Engkau memang ditakdirkan mati hari ini"
" Lihat saja siapa yang mati" sahut Pek Giok Houw dingin.
"Baiklah Engkau harus berhati-hati" ujar Ti mo sambil mengerahkan Ti mo In Kang (Tenaga sakti Iblis Bumi)nya, kemudian menyerang Pek Giok Liong dengan jurus Ti mo seng Thian (Iblis Bumi Naik Ke Langit). Pada waktu bersamaan, Thian Mo juga menyerangnya dengan jurus Thian Mo Jip Ti (Iblis Langit Menyusup keBumi).
Menghadapi kedua serangan yang dahsyat itu, Pek Giok Houw sama sekali tidak gugup, Ditangkisnya kedua serangan itu dengan jurus Hai Lang Yong Yong (ombak Menderu), jurus dari Bu Kek ciang.
Baaar Terdengar suara benturan yang memekakkan telinga. Thian Ti siang mo termundur beberapa langkah, Pek Giok Houw mundur dua langkah-Betapa terkejutnya Thian Ti siang mo, mereka saling memandang dan menyerang Pek Giok Houw lagi-
Thian mo dengan jurus Thian mo Hui Khong (Iblis Langit Terbang Di Angkasa), sedangkan Ti mo dengan jurus Ti mo Ceng Thian (Iblis Bumi Menggetarkan Langit).
Bukan main dahsyatnya kedua serangan itu, sehingga membuat ranting pohon bergoyang-goyang dan dedaunan rontok berterbangan ke angkasa.
Pek Giok Houw tidak mengelak, di sambutnya kedua serangan itu dengan jurus Thian Khong Ti Khong (Langit Kosong Bumi Kosong).
"Terjadi benturan keras lagi, Thian Ti siang mo terpental, sejauh lima meteran, sedangkan Pek Giok Houw terdorong mundur tiga langkah-
Wajah Thian Ti siang mo pucat pias, tampaknya mereka berdua telah menderita luka dalam.
"Bagaimana?" tanya Pek Giok Houw.
"Aku yang akan mampus atau kalian berdua yang akan mati?"
Pek Giok Houw mendekati mereka, siap membunuh dengan Bu Kek Ciang.
sekonyong-koyong Thian Ti siang mo mengayunkan tangan masing-masing, seketika juga meluncur cepat dua benda ke arah Pek Giok Houw. Pek Giok Houw terkejut dan langsung mengibaskan tangannya. Kedua benda itu meledak dan tampak bubuk putih berhamburan.
"Aaakh" jerit Pek Giok Houw terkena bubuk putih itu.
" Kakak Houw " teriak Ling Ling sambil berlari mendekatinya.
Pek Giok Houw roboh, ia menggeliat dan wajahnya pun mulai berubah hitam. Betapa cemasnya Ling Ling menyaksikan itu.
" Kakak Houw Kakak Houw " jerit gadis itu dengan wajah pucat pias-
"Hehehe" ThianTi siang mo tertawa terkekeh-kekeh.
"Dia telah terkena racun ganas, tidak lama lagi pasti mampus"
"Kalian curang" bentak Ling Ling.
"gadis kecil" sahut Thian mo sambil tertawa seram.
"Engkau pun harus mampus"
Thian Ti siang mo menghampiri mereka. Pada waktu bersamaan, melayang turun dua sosok bayangan Thian Ti siang mo terkejut, dan ketika baru siap menyerang, kedua bayangan itu telah meluncur pergi dengan mengapit Pek ciiong Liong dan Ling Ling di ketiak. Ti Mo ingin mengejar, tapi dicegah oleh Thian mo dengan kening berkerut-kerut.
"Percuma mengejar mereka, karena kita sudah menderita luka dalam," ujar Thian mo-
"siapa kedua orang itu?" tanya Ti mo-
"Kalau tidak salah, mereka swat san Lo Jin dan Thian san Lolo,"jawab Thian mo-
"Hah? Mereka ?" Ti mo tampak terkejut.
"Kita harus segera kembali ke Kiu Thian mo Kiong untuk melapor pada Kiu Thian mo Cun," ujar Thian mo-
"Jangan membuang waktu di sini"
Di sebuah gubuk yang terpencil, sayup,sayup terdengar suara isak tangis, siapa yang menangis terisak-isak itu? Ternyata Ling Ling, ia duduk di sisi tempat tidur sambil memandang Pek Giok Houw yang berbaring dalam keadaan pingsan.
"guru Tolonglah dia" Mohon Ling Ling dengan air mata bercucuran.
"Mukanya semakin hitam."
"Ling Ling" Thian san Lolo menarik naIas panjang,
" guru mau menolongnya, tapi"
"Kenapa?"
"Dia telah terkena racun ganas, guru tidak mengerti soal racun." Thian san Lolo mengarah pada swat san Lo Jin.
"Sun Hiong, kita harus bagaimana?"
"Aku " swat san Lo Jin tampak cemas.
"Aku pun tidak tahu harus bagaimana."
"siapa yang dapat memusnahkan racun itu?"
"Hanya ada satu orang."
"siapa orang itu?"
"Cian Tok suseng."
"Dia?" Wajah Thian san Lolo berseri.
"Engkau tahu di mana dia berada?"
"Tidak tahu." swat San Lo Jin menggelengkan kepala sambil menarik naIas panjang.
"Kalaupun tahu juga percuma."
"Kenapa?" tanya Thian san Lolo.
"sebab sudah tiada waktu untuk ke sana." Wajah swat san Lo Jin tampak murung sekali, kemudian bergumam,
"Aku tidak menyangka nasib Pek Giok Houw akan berakhir dengan demikian."
"Lo cianpwee, apakah kakak Houw tidak tertolong lagi?" tanya Ling Ling dengan air mata berderai.
" Kalau dia mati, aku pun tidak mau hidup lagi."
"Haah ?" Thin san Lolo terkejut bukan main.
"Ling Ling "
"Kakak Houw Engkau tidak boleh mati, kalau engkau mati aku pasti ikut mati "
swat san Lo Jin mengernyitkan kening, Gadis itu amat mencintai Pek Giok Houw, padahal Pek Giok Houw swat san Lo Jin tidak bisa memikirkan itu lagi, sebab keadaan Pek Giok Houw sudah kritis.
Mendadak melayang ke dalam sosok bayangan swat san Lo Jin dan Thian san Lolo terkejut bukan main, sebab mereka tidak mendengar suara apa pun, tahu-tahu bayangan itu telah melayang turun.
bayangan itu ternyata orang memakai topi rumput lebar dan kain putih penutup muka. Karena dalam keadaan panik menyaksikan keadaan Pek Giok Houw, maka swat san Lo Jin lupa akan ciri khas itu, ia malah mengira orang itu dari pihak Kiu Thian mo Kiong.
oleh karena itu, ketika melihat orang itu mendekati Pek Giok Houw, tanpa berpikir panjang lagi swat san Lo Jin langsung menyerangnya dengan Iwee kang. Begitu pula Thian san Lolo, ia pun mengira orang itu dari pihak Kiu Thian mo Kiong yang ingin membunuh Pek giok Houw.
Betapa dahsyatnya serangan Iwee kang itu dari dua jurusan, akan tetapi, orang itu tetap melangkah mendekati Pek giok Houw, hanya mendadak sekujur badan orang itu memancarkan cahaya putih-
Pada waktu bersamaan, Thian san Lolo dan swat san Lo Jin pun terpental jatuh duduk.-Mereka terbelalak dengan mulut ternganga lebar saking kagetnya, tapi keduanya masih bisa bangkit- Namun saking kagetnya, membuat tetap duduk di lantai dan memandang orang itu dengan mata tak berkedip-
"Mau apa engkau?" bentak Ling Ling.
"Nona, aku akan menolong kekasihmu," sahut orang itu dengan ilmu menyampaikan suara, lalu secepat kilat menotok beberapa jalan darah di tubuh Pek giok Houw- setelah itu, ia pun memasukkan sebutir obat ke dalam mulutnya, kemudian berkata pada Ling Ling dengan ilmu menyampaikan suara.
"Nona, setengah jam kemudian kekasihmu pasti sadar dan sembuh-"
Usai berkata begitu, tanpa membalikkan badan, orang itu langsung meluncur pergi bagaikan meteor-
"Haah ?" Mulut swat san Lo Jin dan Thian san Lolo ternganga lebar lagi menyaksikannya -
"guru, locianpwee" seru Ling Ling.
"Kok masih duduk di lantai?"
"Eeeh?" Wajah swat san Lo Jin dan Thian san Lolo memerah, mereka segera bangkit berdiri
"sun Hiong" ujar Thian san Lolo.
"Jangan-jangan kita melihat hantu"
"Guru" sahut Ling Ling.
" orang itu bukan hantu, mungkin dia pendekar misterius "
"Haah" swat san Lo Jin menepuk keningnya sendiri
"Tidak salah, dia pasti pendekar misterius. Dia memakai topi rumput lebar dan menutup mukanya dengan kain putih "
"Guru Dia tadi memasukkan sebutir obat ke mulut Kakak Houw, katanya setengah jam kemudian Kakak Houw akan sadar dan sembuh"
"Kapan dia bicara denganmu?" tanya Thian san Lolo heran.
"Eh?" Ling Ling tertegun.
"Dia bicara dengan suara begitu keras, kok guru tidak mendengarnya? "
"Dia pasti menggunakan ilmu menyampaikan suara," ujar swat san Lo Jin.
"Tapi "
"Kita harus memperhatikannya, tidak melihat bibirnya bergerak " sambung Thian san
"Li Hoa" swat San Lo Jin tertawa.
"Bibirnya tertutup kain putih, bagaimana mungkin kita melihat bibirnya?"
"Aku " Wajah Thian san Lolo kemerah-merahan.
"sungguh tinggi ilmu penyampai suaranya itu" ujar swat San Lo Jin.
"sebab kita sama sekali tidak bisa menangkap suaranya itu."
"Heran?" gumam Thian san Lolo.
"Kenapa sekujur badannya bisa memancarkan cahaya putih dan membuat serangan Iwee kang kita berbalik? Kalau dia ingin membunuh kita tentunya gampang sekali, siapa lo cianpwee itu?"
"Guru" sahut Ling Ling.
"Dia bukan lo cianpwee-"
"Kok engkau tahu?" tanya Thian san Lobo heran.
"Sebab dia memanggilku nona, maka aku yakin dia bukan lo cianpwee-" Ling Ling memberitahukan.
"Mungkin dia masih muda."
"Masih muda?" Thian san Lolo mengernyitkan kening.
"siapa dia? sungguh membingungkan"
"Memang membingungkan." swat san Lo Jin menggeleng-gelengkan kepala-
setelah hampir setengah jam, muka Pek Giok Houw yang kehitam-hitaman itu mulai berubah- Berselang sesaat, badannya pun mulai bergerak-
"Guru" seru Ling Ling girang.
"Kakak Houw"
swat san Lo Jin dan Thian san Lolo segera mengarah pada Pek Giok Houw. Muka Pek Giok Houw sudah tampak seperti biasa dan segar. Perlahan-lahan ia membuka sepasang matanya, dan ketika melihat swat san Lo Jin, ia pun langsung melompat turun sekaligus berlutut di hadapannya.
"guru guru"
" Giok Hauw" swat san Lo Jin tertawa gembira.
"Bangunlah"
Pek Giok Houw segera bangkit berdiri, dan Ling Ling langsung mendekatinya dengan wajah berseri-
"Kakak Houw" panggilnya sambil tersenyum-
"Ling Ling "Pek Giok Houw girang sekali-
" Giok Houw, cepat beri hormat pada Thian san Lolo, dia adalah guru Ling Ling" ujar swat san Lo Jin.
"Lo cianpwee, terimalah hormatku" ucap Pek Giok Houw sambil memberi hormat pada Thian san Lolo.
"syukurlah" Thian san Lolo tersenyum.
"Engkau telah selamat"
"Terima kasih atas pertolongan lo cianpwee dan guru" ucap Pek Giok Houw.
"Giok Houw" swat san Lo Jin menatapnya.
"Memang kami berdua yang membawamu ke mari, namun yang menyembuhkanmu bukanlah kami."
"siapa yang menyembuhkan Giok Houw, Guru?" tanya Pek Giok Houw heran.
"Dia pendekar misterius," sahut Ling Ling.
"Dia dia sungguh hebat"
"Pendekar misterius?" Pek Giok Houw tertegun.
"Guru kenal dia?"
"Tidak kenal." swat san Lo Jin menggelengkan kepala-
"dia muncul mendadak di sini, lalu menyembuhkanmu dari racun ganas itu- Kalau tidak, mungkin engkau sudah mati sekarang."
"Di mana pendekar misterius itu sekarang?"
"Dia sudah pergi," sahut Ling Ling.
"Aaakh" Keluh Pek Giok Houw.
"Giok Houw masih belum menghaturkan terima kasih padanya."
"Giok Houw Mendadak swat san Lo Jin menatapnya dalam-dalam.
"Cara bagaimana engkau bertemu Ling Ling?"
"Kami" Pek Giok Houw segera memberitahukan.
"oooh" swat san Lo Jin manggut-manggut.
"Giok Houw, untung kami muncul tepat pada waktunya. Kalau tidak, kalian berdua pasti sudah di bunuh Thian Ti siang mo-"
"Gutu, padahal aku sudah merobohkan mereka, tetapi mereka lalu menggunakan racun."
"Benar." swat san Lo Jin manggut-manggut.
"oleh karena itu, lain kali engkau harus berhati-hati. setiap pertarungan, pasti ada kecurangan."
"ya. Guru." Pek Giok Houw mengangguk,-
"Li Hoa Tolong ajak Ling Ling keluar dulu Aku ingin bicara empat mata dengan muridku ini," ujar swat san Lo Jin pada Thian san Lolo.
"Ling Ling Mari kita ke depan dulu, mereka mau membicarakan sesuatu yang rahasia." Thian san Lolo seoera menarik Ling Ling keluar.
"Giok Houw" bisik swat san Lo Jin.
"Ling Ling kelihatan amat mencintaimu. Engkau harus bagaimana?"
"Guru" Wajab Pek Giok Houw, tampak murung,
"sebaiknya Gurujangan memberitahukan pada mereka tentang diriku yang "
"Baiklah-" swat san Lo Jin manggut-manggut sambil menarik naIas panjang.
"Aku harap engkau baik-baik mengatasi persoalan ini"
"ya. Guru." Pek Giok Houw mengangguk"
"Giok Houw, mari kita semua berangkat ke markas Pusat Kay Pang untuk menunggu kedatangan pihak Pulau Pelangi" ujar swat san Lo jin.
"Kita berunding di sana saja."
"ya, Gutu." Pek Giok Houw mengangguk lagi.
Betapa murkanya Kiu Thian mo Cun ketika menerima laporan dari Thian Ti siang mo-sepasang matanya menyorotkan sinar yang berapi-api-
Jadi kedua orang itu swat san Lo Jin dan Thian san Lolo?" tanya Kiu Thian mo Cun berang.
"ya, Mo Cun." Thian mo mengangguk-
"Kalau mereka berdua tidak muncul, Pek Giok Liong dan gadis itu pasti sudah mati di tangan kami-"
"Hmm" dengus Kiu Thian mo Cun dingin-
"Mereka berdua berani cari gara-gara denganku"
"Tapi " sela Ti Mo- "Kami yakin Pek Giok Liong itu pasti mati, sebab dia telah terkena racun ganas-"
"Ngmm" Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Ohya, bagaimana luka kalian?"
"Tidak begitu parah, beristirahat beberapa hari pasti sembuh,"jawab Thian mo dengan hormat.
"Begini Mulai sekarang aku akan menurunkan ilmuku pada kalian" ujar Kiu Thian mo Cun lantang.
"Jadi kalian bisa menghadapi swat san Lo Jin atau Thian san Lolo."
"Terima kasih, Mo Cun" sahut mereka serentak dengan penuh kegirangan.
"Mulai sekarang kalian harus giat berlatih" lanjut Kiu Thian mo Cun sungguh-sungguh-
"Setelah itu kita akan menyerang Partai Kay Pang."
"Mo Cun" ujar Thian mo-
"Kita pun harus menghadapi pendekar mistetius itu."
"Hmm" dengus Kiu Thian mo Cun.
"Dia pasti tidak mampu melawan Hek sim Tok Ciangku. oleh karena itu, mulai sekarang aku akan menurunkan Hek sim sin Kang pada kalian berdua." "Terima kasih, Mo Cun" ucap Thian Ti siang mo serentak-
"Kalian tidak tahu berada di mana pendekar misterius itu?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Kami tidak tahu,"jawab Thian mo-
"Lagipula sudah cukup lama dia menghilang."
"Aku yakin dia tidak menghilang, hanya mungkin berada di suatu tempat yang rahasia.
"Tapi kenapa dia tidak muncul lagi?" Kiu Thian mo Cun mengernyitkan kening.
"Itu memang mengherankan," ujar Ti mo-
"Mungkinkah dia sedang menyelidiki kekuatan kita?"
"Mungkin." Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Tapi itu tidak perlu dikhawatirkan. Aku malah berharap dia ke mari."
" Kalau dia berani ke mari, berarti cari mati." Thian mo tertawa.
"sebab banyak jebakan di sini."
"Betul. Ha ha ha" Kiu Thian mo Cun tertawa gelak-
"Maka aku yakin dia tidak berani ke mari-"
(Bersambung bagian 61)
Bagian ke 61: Kedaratan Tengah
Se Pit Han duduk termenung di dalam kamarnya. Gadis itu tampak semakin kurus, sehingga mencemaskan Se Ciang cing dan istrinya. Mereka btreiua terus menerus menghiburnya, namun Se Pit Han tetap tampak murung.
"Pit Han Sudahlah Jangan- memikirkan Giok Liong lagi, sebab dia sudah tiada," ujar Se Ciang Cing sambil memandangnya.
"Ayah Aku" Mata Se Pit Han mulai basah.
"Aku ingin jadi biarawati."
"Nak" Se Ciang cing tersentak mendengar ucapan puterinya.
"Nak" Nyonya Se Ciang cing membelainya. "Engkau tidak perlu jadi biarawati, tetaplah tinggal di Cai Hong To ini saja"
"Aku aku tidak bisa tenang, bayangan adik Liong masih sering muncul di pelupuk mataku. Aaakh Alangkah baiknya kalau aku mati di waktu itu"
"Nak" Nyonya Se Ciang cing menarik nafas.
"Ohya, ibu dan ayah telah berjanji pada swat San LoJin, akan mengutus beberapa orang ke daratan Tengah untuk bergabung dengan Kay Pang. Engkau mau ke daratan Tengah menemui adik Houw-mu itu?"
"Benar," sahut Se Pit Han dengan mata membara.
"Aku harus membalas dendam adik Liong"
"Jadi engkau mau ke daratan Tengah?" tanya Se Ciang cing.
"ya." se Pit Han mengangguk-
" Kalau begitu, ayah harus mengutus se Khi, Thian Koh sing, Thian Kang sing, si Kim Kong, lima pelindung pulau, Pat Kiam dan sepasang pengawal menyertaimu. Bagaimana?"
"Terima kasih, Ayah" ucap se Pit Han.
" Kapan engkau akan berangkat?" tanya Nyonya se Ciang Cing.
"Besok pagi,"jawab se Pit Han.
"Nak" se Ciang Cing menatapnya.
"Besok pagi ayah akan menghadiahkan baju wasiat padamu?"
"Apa?" se Pit Han terkejut.
"Bukankah ayah yang harus memakai baju wasiat itu?"
"Nak, sudah waktunya ayah berikan padamu," se Ciang Cing tersenyum.
"engkau harus tahu, baju wasiat itu tahan bacok dan tahan terhadap pukulan apa pun."
"Terima kasih, Ayah" ucap se Pit Han, namun kemudian menggeleng-gelengkan kepala seraya bertanya,
"Kenapa dulu Ayah tidak memberikan pada adik Liong? Kalau Ayah berikan padanya, mungkin "
"Pit Han" se Ciang Cing tersenyum getir.
"engkau harus tahu, pada waktu itu, kepandaian Giok Liong sudah begitu tinggi, dia tidak membutuhkan baju wasiat ini lagi. Kalaupun dia pakai baju wasiat ini juga tidak bisa melindungi dirinya dari serangan Hek sim TOk Ciang."
"Kenapa?"
"Baju wasiat ini cuma melindungi bagian dada, punggung dan perut- sedangkan Hek sim TOk Ciang merupakan pukulan yang amat beracun, oleh karena itu " se Ciang Cing menarik nafas.
"Tentunya engkau mengerti kan?"
"ya." se Pit Han mengangguk-
"Kalau begitu, percuma saja pakai baju wasiat ini."
"Itu tidak percuma, sebab masih bisa melindungimu dari serangan gelap," sahut se Ciang Cing.
"Besok pagi sebelum berangkat, engkau harus memakai baju wasiat ini."
"ya. Ayah-"
"ohya" se Ciang Cing teringat sesuatu.
"Ai Lan, ibu angkat Giok Houw juga harus ikut ke Daratan Tengah, sebab dia kelihatan sudah rindu sekali pada Giok Houw-"
"Baik, Ayah-" se Pit Han mengangguk-
Keesokan harinya, berangkatlah mereka menuju Daratan Tengah- sungguh diluar dugaan, di tengah jalan rombongan pulau Pelangi itu bertemu Thiat jiau Kou Hun song yauw Tong.
"Nona se" Thiat jiau Kou Hun memberi hormat pada se Pit Han dan lainnya.
"Sungguh tak terduga, kita bertemu di sini"
"Benar-" se Pit Han mengangguk-
"song tayhiap mau ke mana?"
"Aaakh" Thiat jiau Kou Hun menarik nafas panjang.
"Sebetulnya aku sudah hidup tenang di Kwan Gwa, tapi belum lama ini aku dengar tentang ketua panji"
"Pek Giok Liong " Mata se Pit Han bersimbah air.
"Dia dia sudah tiada, terpukul jatuh ke jurang oleh Kiu Thian mo Cun."
Jadi " Wajah Thiat jiau Kou Hun tampak berduka.
"Ketua panji benar sudah mati?"
"Benar-"
"Nona se, apakah benar Kiu Thian mo Cun itu masih hidup?"
"Aku kurang jelas tentang itu, namun kepandaiannya amat tinggi." se Pit Han memberitabukan.
"Terutama Hek sim Tok Ciangnya."
"ohya Aku dengar" Thiat jiau Kou Hun memandang se Pit Han.
"Pek Giok Liong telah muncul lagi di bu lim, benarkah itu?"
"Dia bukan Pek Giok Liong, melainkan Pek Giok Houw, adik kembar Pek Giok Liong." se Pit Han menjelaskan dan menutur tentang Pek Giok Houw.
"oooh" Thiat jiau Kou Hun manggut-manggut.
"Ternyata begitu. oh y a, aku pun dengar tentang kemunculan pendekar misterius. Nona se tahu siapa pendekar misterius itu?"
"Tiada seorang pun yang tahu siapa dia," jawab se Pit Han dan bertanya,
"song tayhiap mau ke mana?"
"Aku juga bingung, entah mau ke mana," sahut Thiat jiau Kou Hun sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkin aku akan ke Kiu Thian mo Kiong mencari Kiu Thian Mo Cun itu"
"song tayhiap" usul se Pit Han.
"Lebih baik bergabung dengan kami, sebab kami sedang menuju ke Markas Kay Pang."
"Baiklah." Thiat jiau Kou Hun mengangguk, lalu bergabung dengan rombongan pulau Pelangi itu menuju ke Markas Pusat Partai Pengemis.
-ooo00000ooo-
Ketua dan Tetua Kay Pang menyambut kedatangan mereka dengan penuh kegembiraan, terutama Pek Giok Houw yang memang sudah amat rindu pada ibu angkatnya.
"Ibu " panggil Pek Giok Houw dengan mata bersimbah air saking girangnya-
"Nak," Hek Ai Lan tersenyum lembut, namun betapa kagetnya ketika melihat Thian San Lolo. Ia segera berlutut,
"guru "
"Ai Lan" Thian san Lolo tersenyum.
"Bangunlah"
"Guru, ampunilah murid karena sudah belasan tahun tidak mengunjungi Guru, murid mohon ampun" Hek Ai Lan terisak-isak-
"Guru telah mengampunimu, bangunlah" ujar Thian san Lolo.
"Terima kasih, Guru" Hek Ai Lan bangkit berdiri
"Ai Lan" Thian san Lolo tersenyum.
"Dia Ling Ling, adik seperguruanmu."
"oh?" Hek Ai Lan segera memandang Ling Ling yang cantik jelita itu.
"sumoi ?"
"suci (Kakak seperguruan), Ling Ling memberi hormat padamu" ucap Ling Ling sambil memberi hormat pada Hek Ai Lan.
"Sumoi" Hek Ai Lan langsung terkesan baik padanya, namun ada satu hal yang membuatnya cemas, yakni Ling Ling tampak begitu akrab dengan Pek Giok Houw.
"Ini bagaimana sih?" Mendadak swat san LoJin menggaruk-garuk kepala.
"Pek Giok Houw muridku, tapi dia adalah anak angkat Hek Ai Lan. sedangkan Ling Ling adik seperguruan Hek Ai Lan. Lalu mereka harus saling memanggil apa?"
"Kenapa repot?" ouw yang seng Tek tertawa.
"Pek Giok Houw tetap panggil ibu pada Hek Ai Lan, sedangkan Ling Ling tetap Kakak Houw pada Pek Giok Houw, beres kan?"
"jangan terlampau terikat oleh suatu peradaban yang tak perlu, maka aku setuju apa yang dikatakan Tetua Kay Pang," ujar Thian san Lolo.
"Benar-" swat san Lo Jin tertawa.
"Ei" Sela Se Khi mendadak-
"Pengemis bau, apakah Markas Pusat Kay Pang ini dapat menampung kami semua?"
"Jangan khawatir" ouw yang seng Tek tertawa,
"sebelum kalian sampai di sini, kami telah menyiapkan beberapa kamar untuk kalian."
"Kalau begitu, aku menghaturkan terima kasih padamu, pengemis bau" ucap se Khi. 'se tua' ouw yang seng Tek tertawa gelak-
"Kok engkau jadi sungkan?"
"Bukan sungkan." se Khi tertawa terbahak-bahak-
"Melainkan merasa kurang enak merepotkan kalian Partai Kay Pang."
"sama sekali tidak." sahut ouw yang seng Tek sungguh-sungguh.
"Kita bergabung justru punya tujuan sama, yakni menumpas Kiu Thian mo Cun."
"Pengemis bau, se Khi menatapnya seraya bertanya,
"Bagaimana dengan pendekar misterius itu? Apakah pihak Kay Pang sudah memperoleh kabar beritanya?"
"swat san LoJin, Thian san Lolo dan Ling Ling sudah bertemu pendekar misterius itu," jawab ouw yang seng Tek-
"Untuk jelasnya, lebih baik engkau bertanya pada yang bersangkutan."
"oh?" se Khi segera mengarah pada Swat san LoJin.
"Kami bertiga memang telah melihat pendekar misterius itu," ucap Swat San LoJin.
"Kalau pendekar misterius itu tidak muncul tepat di waktu itu, kini Pek Giok Houw pasti sudah mati."
"Apa?" se Pit Han terkejut.
"Kenapa adik Houw waktu itu?"
"Aku dan Ling Ling bertemu Thian Ti siang Mo- Aku bertarung dengan mereka berdua." tutur Pek Giok Houw.
"Aku dapat merobohkan mereka, tapi Thian Ti siang Mo itu mempergunakan racun. Di saat itulah muncul guru dan Thian san Lolo menolongku serta Ling
Ling."
"Engkau keracunan?" se Pit Han manatapnya.
"Benar, Kakak Han," sahut Ling Ling.
"Guru dan swat san LoJin membawa kami ke sebuah gubuk, tapi- Kakak Houw telah pingsan, bahkan tangan dan kakinya berubah hitam "
"saat itu ," sambung swat san LoJin.
"Pek Giok Houw sudah gawat sekali justru di saat itu mendadak muncul seseorang memakai topi rumput lebar dan menutup mukanya dengan kain putih. Aku tidak menduga bahwa dia pendekar misterius, maka ketika dia mendekati Giok Houw, aku pun langsung menyerangnya dengan tenaga dalam "
"Ketika aku melihat dia menyerang orang itu dengan tenaga dalam, aku pun menyerangnya dengan tenaga dalampula." tambah Thian san Lolo.
"Apa?" se Khi terbelalak.
"Kalian berdua menyerangnya dengan tenaga dalam? Bagaimana mungkin dia dapat bertahan?"
"Justru telah terjadi sesuatu yang amat mengherankan," sahut swat san LoJin dan melanjutkan,
"Mendadak sekujur badan orang itu memancarkan cahaya putih dan seketika juga kami berdua terpentaljatuh duduk di lantai"
"Haah ?" Betapa terkejutnya se Khi.
"Sekujur badannya memancarkan cahaya putih?"
"ya." swat san LoJin mengangguk-
"Hingga saat ini kami berdua tidak habis berpikir tentang itu-"
"Aku yakin, itu semacam ilmu," ujar se Khi-
"Akupun menduga begitu, namun" swat San LoJin menggeleng-gelengkan kepala,
"Ilmu apa itu?"
"Setelah itu bagaimana?" tanya se Pit Han.
"Dia menotok beberapa jalan darah di tubuh Pek Giok Houw, kemudian memasukkan sebutir obat ke mulutnya,"jawab Thian san Lolo.
"Bahkan orang itu pun sempat berkata pada Ling Ling"
"Benar." Ling Ling mengangguk-
"Dia memanggilku nona dan katanya, setengah jam kemudian Kakak Houw pasti sadar dan sembuh-"
"Dia memanggilmu nona?" se Pit Han mengernyitkan kening.
"Kalau begitu, dia pasti belum tua."
"Betul-" Ling Ling tertawa.
"Aku pun berpendapat begitu. Kalau dia sudah tua, tidak mungkin memanggilku nona, kan?"
"Heran?" gumam se Pit Han.
"siapa pendekar misterius itu? Kenapa dia harus menutup mukanya dengan kain?"
"sulit diduga siapa dia," kata Swat San LoJin.
"Lagi pula ilmu peringan tubuhnya sungguh mengejutkan. Dari dalam gubuk dia mampu meluncur pergi secepat kilat."
"siapa pendekar misterius itu?" se Khi mengerutkan kening.
"Kenapa dia tidak ke Kiu Thian mo Kiong mencari mo Cun?"
"Mungkin dia tidak bemusuhan dengan Kiu Thian mo Cun," sahut swat san LoJin.
"Tapi kita pun harus bersyukur bahwa dia bukan musuh kita. Kalau dia musuh kita, celakalah kita semua."
"Dia telah membunuh Jin Pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Hgo Tok Ceng Kun, Siau Mo Cun dan lainnya, Itu membuat Kiu Thian mo Cun murka sekali, maka dia memberi perintah pada tujuh partai besar untuk mencari pendekar misterius itu, sekaligus membunuhnya." ouw yang seng Tek memberitahukan. "Tapi pendekar misterius itu justru menghilang entah ke mana? Hingga kini tiada kabar beritanya lagi-"
"Dia menghilang?" tanya se Khi-
"Kenapa menghilang?"
"Ha ha ha" ouw yang seng Tek tertawa gelak-
"se tua Tiada seorang pun bisa menjawabnya - "
"Lalu apa tindakan kita sekarang?" tanya se Khi.
"Lebih baik kalian beristirahat dulu- Kita harus bertindak bagaimana, akan dirundingkan nanti" sahut ouw yang seng Tek-
"Kalau begitu, kami akan beristirahat dulu," ujar se Khi.
Rombongan Pulau Pelangi berjalan ke dalam, ouw yang seng Tek menunjuk kamar ini dan itu.
Hek Ai Lan, se Pit Han, Giok Cing dan Giok Ling sama-sama dalam satu kamar. Ketika memasuki kamar itu, Hek Ai Lan pun menarik Pek Giok Houw ke dalam- Ling Ling tidak mau ketinggalan, ia pun langsung masuk.
"Ling Ling" Hek Ai Lan tersenyum lembut.
"Engkau dan siang wie ke depan dulu, kami bertiga ingin membicarakan sesuatu."
" Eh? Bibi " Ling Ling memanggil Hek Ai Lan bibi, itu telah disetujui swat san LoJin dan Thian san Lolo.
"Ling Ling" Pek Giok Houw menatapnya.
"Engkau harus menurut pada ibu angkatku"
"ya. Kakak Houw" Ling Ling menurut dan segera keluar diikuti Giok Cing serta Giok Ling.
"Nak" Hek Ai Lan menatapnya.
" Engkau dan Ling Ling saling mencintai?"
"Ibu " Wajah Pek Giok Houw tampak murung.
"Kami memang saling mencinta, namun Giok Houw tahu "
"Engkau tidak ingin menyakiti hati Ling Ling kan?« tanya se Pit Han.
"ya." Pek Giok Houw mengangguk.
"Kalau aku beritahukan sekarang, aku khawatir akan terjadi sesuatu atas dirinya, lantaran merasa kecewa."
" Kalau begitu bagaimana caramu mengatasinya nanti?" Hek Ai Lan menatapnya dalam-dalam.
"Setelah kita berhasil membasmi Kiu Thian mo Cun, aku akan berterus terang padanya, sekarang lebih baik jangan, sebab kita harus menghadapi Kiu Thian mo Cun, jangan menimbulkan hal lain"
"Ngmm" Hek Ai Lan manggut- manggut.
"Nak. itu sudah merupakan takdir, sebelumnya ka sudah menyuruhmu untuk memikirkan baik-baik, agar tidak menyesal."
"Aku tidak menyesal, hanya saja " Pek Giok Houw menarik nafas.
"Aku sama sekali tidak menyangka akan bertemu Ling Ling."
"Adik Houw, kenapa engkau tidak menghindarinya pada waktu itu?" tanya se Pit Han mendadak-
"Aku sudah berusaha menghindarinya, tapi tak disangka kami bertemu di rumah penginapan lagi," jawab Pek Giok Houw memberitahukan.
"Aaakh " Keluh se Pit Han. «Padahal dia gadis yang baik dan cantik jelita, memang cocok dan serasi denganmu, namun"
"Kakak Han" Wajah Pek Giok Houw tampak murung sekali.
"Aku aku "
"Kami tahu, engkau amat menderita dalam hal ini" ujar Hek Ai Lan.
"Tapi bia bagaimana pun engkau harus tabah."
"ya." Pek Giok Houw mengangguk-
"Ibu. Kakak Han, lebih baik aku ke luar sekarang menemuinya. Kalau lama-lama di sini, mungkin akan menimbulkan kecurigaannya-"
"Baiklah.." Hek Ai Lan mengangguk-
"Kalau dia bertanda kita membicarakan apa, jawab saja kami berdua menanyakan tentang dirinya-"
"ya-" Pek Giok Houw mengangguk, lalu meninggalkan kamar itu dengan kepala tertunduk-
"Kakak Houw" seru Ling Ling sambil berlari-lari menghampirinya-
"Kok lama sih kalian bercakap-cakap di dalam kamar?"
"Memang agak lama," sahut Pek Giok Houw.
"Apa sih yang kalian bicarakan?" Ling Ling menatapnya, dan tampak bercuriga.
"Ibu angkat dan kakak misanku itu bertanya padaku tentang dirimu," jawab Pek Giok Houw sambil tersenyum.
"Tentang apa?"
"Tentang kita bertemu di mana. sudah berapa lama kita berkenalan dan lain sebagainya."
"Oh, ya?" Ling Ling tertawa geli-
"Begitu teliti ibu angkat dan kakak misanmu itu"
"Itu berarti mereka memperhatikan kita."
"ohya Kakak misanmu itu cantik sekali, terus terang dia jauh lebih cantik dariku."
"Ling Ling" Pek Giok Houw menggeleng-gelengkan kepala,
"selama ini aku tidak pernah menceritakan padamu, sekarang aku harus menceritakan."
"Mengenai apa?" Ling Ling tampak agak tegang.
"Kakak misanku itu amat mencintai..... "
"Mencintaimu?" Wajah Ling Ling langsung berubah pucat.
"Engkau pun mencintainya? Lalu aku bagaimana?"
"Ling Ling" Pek Giok Houw tersenyum.
"Jangan memotong ucapanku, kakak misanku itu amat mencintai Kakak Liong, tapi kakak Liong sudah tiada "
"Oh?" Ling Ling menarik nafas lega.
"Kakak Houw, maaf ya aku tadi salah paham"
"Ling Ling" Pek Giok Houw menatapnya dalam-dalam.
"Seandainya aku mati bertarung melawan Kiu Thian mo Cun, bagaimana engkau?"
" Aku pasti bunuh diri" sahut Ling Ling tanpa berpikir lagi, bahkan tampak berniat begitu.
"Ling Ling " Terharu dan cemas dalam hati Pek Giok Houw, apa yang akan terjadi, kalau Ling Ling tahu dirinya mati syahwat?
"Kakak Houw, aku" Wajah Ling Ling kemerah-merahan.
"Aku cuma mencintaimu, engkau hidup aku hidup, engkau mati aku pun pasti mati."
"Ling Ling " Pek Giok Houw nyaris menangis seketika, betapa tersiksa hatinya ketika mendengar apa yang dikatakan Ling Ling yang merupakan ikrar itu.
-ooo00000ooo-
Di kaki gunung yang amat indah itu, tampak sebuah sungai kecil. Airnya yang begitu bening terus mengalir. Terdengar cula kicauan burung yang sangat nyaring dan merdu,
sayup,sayup terdengar suara seruling mengiringi suara kicauan burung, sehingga sangat menyedapkan telinga, seorang lelaki berusia empat puluhan duduk di atas batu di dekat sungai itu. Tria tersebut sedang meniup seruling.
sekonyong-konyong melayang turun seseorang dihadapannya. Betapa kagetnya pria itu, ia langsung meloncat bangun sambil menatap orang yang berdiri di hadapannya, memakai topi rumput lebar dan mukanya ditutupi kain putih.
"siapa Anda? Mau apa ke mari?" tanya pria itu was-was.
"Cian Tok suseng Aku utusan dari Kiu Thian mo Cun" sahut orang itu.
"Apa?" Lelaki berusia empat puluhan yang ternyata Cian Tok suseng itu terbeliak-
"Engkau utusan Kiu Thian mo Cun? Bagaimana mungkin Kiu Thian mo Cun masih hidup?"
"He he he" orang itu tertawa terkekeh-kekeh.
"cian Tok suseng, usianya sudah berusia seratus lebih dikit, kok masih tampak begitu muda? Nah, engkau bisa awet muda, tentunya Kiu Thian mo Cunjuga bisa hidup hingga sekarang."
"Tapi Kiu Thian Mo Cun "
"Dia tidak mati terpukul kejurang oleh seng sim Tayhiap, sebaliknya malah masih hidup sampai sekarang, bahkan juga telah menguasai rimba persilatan."
"oh?" Cian Tok suseng terkejut bukan main.
"Kiu Thian mo Cun telah berhasil memukul Pek Giok Liong kedalam jurang "
"Apa?" Wajah Cian Tok suseng berubah pucat pias.
"Maksudmu Pek Giok Liong telah mati?"
"Ya." orang itu mengangguk-
"sejak Pek Giok Liong berhasil membunuh siang Hiong sam Kuai, engkau pun hidup mengasingkan diri di sini. Akan tetapi, tidak lama kemudian, muncullah Kiu Thian mo Cun."
"Giok Liong, ketua panji" sepasang mata Cian Tok suseng tampak bersimbah air-
"siau Hui Ceh dan cing li telah mati di tangan Kiu Thian mo Cun "
"Bagaimana dengan Nona se?" tanya Cian Tok suseng cepat dan cemas.
"Dia berhasil meloloskan diri kembali ke Cai Hong to-" orang itu memberitahukan.
"Kini tujuh partai besar telah takluk pada Kiu Thian mo Kiong, engkau hidup menyendiri di sini, tentunya tidak tahu akan hal itu."
"oh?" Cian Tok suseng menarik nafas lega ketika mendengar se Pit Han dapat meloloskan diri kembali ke Pulau Pelangi, tapi terkejut bukan main begitu mendengar bahwa tujuh partai besar telah takluk pada Kiu Thian mo Kiong.
"Kiu Thian mo Kiong?"
"Dulu Bunjiu Kiong atau Tay Tie Kiong, namun kini telah dijadikan Kiu Thian mo Kiong."
"Lalu apa tujuanmu ke mari?" tanya Cian Tok suseng sambil menatapnya tajam.
"Karena Kiu Thian mo Kiong kekurangan tenaga ahli racun, maka tenagamu amat dibutuhkan di sana,"jawab orang itu dan menambahkan,
"engkau tahu maksudku kan?"
"Maksudmu ingin menarikku ke sana?"
"Tidak salah-"
"Hm" dengus cian Tok suseng dingin-
"Engkau jangan bermimpi di siang hari bolong"
"Engkau menolak?"
"ya-"
"Engkau harus tahu, kalau engkau mengabdi pada Kiu Thian mo cun, hidupmu pasti senang "
"Aku sudah cukup senang hidup di tempat ini, tidak perlu kesenangan lain lagi." tandas Cian Tok suseng.
"Jadi aku harus meringkusmu?"
"Engkau ingin meringkusku?" cian Tok suseng tertawa gelak-
"Tahukah engkau, tubuhmu telah keracunan?"
"Tubuhku telah keracunan?" orang itu tertawa terbahak-bahak-
"Itu omong kosong"
"Kalau engkau tidak percaya, cobalah engkau tarik nafasmu dalam-dalam" ujar cian Tok suseng.
orang itu menarik nafas dalam-dalam, Cian Tok suseng memperhatikannya, namun keningnya tampak berkerut.
"Aku telah menarik nafas dalam-dalam, sama sekali tidak merasa ada gejala keracunan."
"sebelum engkau ke mari, engkau sudah makan obat pemunah racun?" tanya Cian Tok suseng terbelalak-
"sama sekali tidak-" orang itu tertawa.
"Perlu engkau ketahui, aku kebal terhadap racun ganas apa pun"
"oh?" cian Tok suseng terkejut.
"Nah sekarang engkau harus ikut aku ke Kiu Thian mo Kiong" tegas orang itu
"Jangan sampai aku turun tangan terhadapmu"
"Ha ha ha" Cian Tok suseng tertawa-
"Engkau ingin memaksaku?"
"ya."
"Engkau tidak bisa memaksaku" ujar cian Tok suseng.
"Aku cuma turut pada perintah ketua panji. Kalau engkau memaksaku untuk bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong, lebih baik aku mati"
"Engkau telah berhadapan denganku, maka engkau tidak bisa mati." ujar orang itu.
"sebab sebelum engkau berbuat sesuatu, aku pasti bergerak cepat "
"Aku tahu kepandaianmu tinggi sekali, tapi jarak kita dua meter lebih, maka engkau tidak bisa berbuat sesuatu" cian Tok suseng tertawa, kemudian mendadak ia meroboh ke dalam bajunya mengambil sesuatu, setelah itu secepat kilat ia menggerakkan tangannya ke mulutnya sendiri-
Akan tetapi, tiba-tiba orang itu menyentilkan telunjuknya dan seketika juga tangan Cian Tok suseng tidak bisa bergerak lagi-
"cian Tok suseng" orang itu tertawa gelak-
"Jari tanganku lebih cepat kan?"
"Engkau " Cian Tok suseng menatapnya dengan mata berapi-api.
"Pokoknya aku tidak mau bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong"
"Barusa n engkau mau berbuat apa?" tanya orang itu.
"Aku ingin bunuh diri dengan menelan racun" sahut Cian Tok suseng.
"Kenapa engkau begitu nekad?" orang itu menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku sudah bilang, pokoknya aku tidak mau bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong. Karena engkau memaksaku, maka lebih baik aku bunuh diri"
"Cian Tok suseng, kenapa engkau begitu setia pada Pek Giok Liong? Padahal dia sudah mati"
"Aku memang harus setia padanya, sebab dia pernah melepaskan budinya padaku Lagi pula kalau aku bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong, tentunya secara tidak langsung akan melakukan kejahatan, aku tidak menghendaki itu"
"Maka engkau mau bunuh diri?"
"Bagus Bagus" orang itu tertawa gelak lalu mendadak ia mengeluarkan suatu benda, yaitu jit Goat seng sim Ki.
"cian Tok suseng, lihatlah apa ini?"
"Haah ?" Wajah Cian Tok suseng berubah pucat pias.
"Teecu menghadap panji dan memberi hormat pada ketua"
"cian Tok suseng, tahukah engkau siapa aku?"
"Teecu tidak tahu, tapi tadi ketua bilang "
"Aku utusan Kiu Thian mo Cun kan?"
"Betul."
"Kini engkau mau turut perintahku?"
"Teecu " Mendadak bibir Cian Tok suseng bergerak tanda ia ingin bunuh diri dengan cara menggigit putus lidahnya. Namun pada waktu bersamaan, mulutnya menjadi kaku tidak bisa bergerak sama sekali.
"cian Tok suseng, aku Pek Giok Liong." orang itu memberitahukan.
"Kini julukanku dirimba persilatan adalah pendekar misterius."
"Aaaakh" Cian Tok suseng cuma bisa mengeluarkan suara itu, karena mulutnya masih tidak bisa bergerak. Tapi kemudian mendadak ia merasa mulutnya sudah tidak kaku lagi, namun ia justru berdiri terpaku di tempat sambil menatap orang itu dengan mata terbelalak.
"cian Tok suseng, aku benar Pek Giok Liong," ujar orang itu.
"Mukaku telah rusak terpukul oleh Kiu Thian mo Cun."
"Tapi tadi engkau bilang Pek Giok Liong "
"Aku memang terpukul kejurang, namun tidak mati " ujar Pek Giok Liong sekaligus menutur tentang semua kejadian itu.
"oooh" Cian Tok suseng mendengarkan dengan mata terbelalak. Jadi ketua pun telah berhasil mempelajari semua ilmu itu? Juga memperoleh sebotol obat itu?"
"Tidak salah- Aku telah makan dua butir obat itu, namun mukaku sama sekali tidak bisa sembuh- oleh karena itu, aku harus menutup mukaku dengan kain. Mukaku sungguh menjijikan "
"Kok bisa begitu?"
"Terhantam pukulan Hek sim Tok Ciang yang amat beracun itu."
"Tapi kok kini Ketua malah kebal terhadap racun ganas apa pun?"
"Aku sendiri pun tidak habis berpikir, kenapa bisa begitu?"
" Heran?" gumam Cian Tok suseng dan melanjutkan.
"Jangan-jangan ketika Ketua pingsan, telah terjadi sesuatu atas diri Ketua."
"Maksudmu?"
"Mungkin tergigit oleh semacam binatang yang amat beracun, memusnahkan racun Hek sim Tok ciang dan membuat tubuh Ketua menjadi kebal terhadap racun ganas apa pun."
"Entahlah-" Pek Giok Liong menggelengkan kepala.
"Cian Tok suseng, kini pihak Pulau Pelangi telah bergabung dengan Partai Pengemis, maka engkau harus sebera ke Markas Pusat Kay Pang untuk bergabung, sebab di sana tiada tenaga ahli racun, sedang pihak Kiu Thian Mo Kiong sangat ahli dalam hal racun."
"ya. Ketua." Cian Tok suseng mengangguk,-
"Tapi engkau harus ingat, tidak boleh memberitahukan pada siapa pun bahwa pendekar misterius adalah aku- Ini adalah perintah-"
"Teecu menerima perintah"
"Dan juga "tambah Pek Giok Liong.
"Keberangkatanmu, ke Markas Kay Pang harus berhati-hati, jangan sampai diketahui pihak Kiu Thian mo Kiong"
"ya."
"Sewaktu-watku kalau perlu, aku akan menghubungimu dengan cian Li Gan Im (Menyampaikan suara Ribuan Mil)- Engkau pun harus ingat, kalau mereka ingin menyerang Kiu Thian mo Kiong, engkau harus berusaha mencegahnya, sebab banyak jebakan maut di sana. Kalau mereka menyerang ke sana, pasti celaka."
"Tapi bagaimana kalau mereka bersikeras ingin menyerang ke sana?" tanya Cian Tok suseng.
"Beritahukan bahwa di sana banyak jebakan maut, lebih baik pancing Kiu Thian mo cun ke luar dari istananya. Kalau Kiu Thian mo Cun itu muncul, aku pun pasti muncul untuk membasminya. "
"Ya." cian Tok suseng mengangguk-
"Ingat jaga rahasia diriku" pesan Pek Giok Liong dan mendadak ia telah meluncur pergi.
"Haah ?" Cian Tok suseng terbelalak dengan mulut ternganga lebar.
Kini di sekitar markas Pusat Kay Pang telah dipasang berbagai macam jebakan. Itu adalah usul se Khi, demi menjaga pihak Kiu Thian mo Kiong menyerang justru mendadak muncul seorang pria berusia empat puluhan, berendap-endap melangkah memasuki wilayah Markas Pusat Kay Pang tersebut.
"Berhenti" Terdengar suara bentakan dan muncul tiga orang pengemis berusia lima puluhan menghadang di hadapan pria itu.
Pria itu segera berhenti, ia memandang ketiga pemimpin itu sambil menjura dan berkata.
"Maaf, apakah aku bertemu murid-murid Kay Pang?"
"Betul. Anda siapa dan mau apa ke mari?" tanya salah seorang pengemis itu.
"Beritahukanlah pada ouw yang seng Tek. bahwa aku Cian Tok suseng datang berkunjung"
"Heh Apa? Anda Cian Tok suseng?" Ketiga pengemis itu terbelalak.
"Benar aku adalah Cian Tok suseng, cepatlah kalian panggil ouw yang seng Tek ke mari"
" Kalau begitu, silakan Anda ikut kami" ujar salah seorang pengemis itu.
"Kalian terlampau ceroboh" cian Tok suseng menggeleng-gelengkan kepala-
"Begitu cepat mempercyai omongan orang seandainya aku orang dari pihak Kiu Thian mo Kiong, kalian bertiga bagaimana?"
"Hah?" Ketiga pengemis itu terkejut bukan main.
"Kalian tentunya punya suatu tanda. Pergunakan tanda itu untuk memanggil Tetua Kay Pang itu" ujar cian Tok suseng.
Ketiga pengemis itu saling memandang, kemudian salah seorang diantaranya mengeluarkan sesuatu, sekaligus di lempar ke atas dan meledak- seketika juga meluncur ke atas semacam kembang api.
Berselang beberapa saat kemudian, tampak beberapa orang berlari cepat menuju tempat itu. Mereka ternyata ouw yang seng Tek, se Khi, swat san LoJin dan Tetua Kay Pang.
"Eeeh?" seru ouw yang seng Tek terbelalak-
"Engkau cian Tok suseng?"
"Pengemis busuk, sudah lupakah engkau padaku?" sahut Cian Tok suseng sambil tersenyum.
"Ha ha ha" swat san LoJin tertawa.
"Racun tua, engkau bertambah muda saja"
"orang tua pikun, tidak disangka kita akan bertemu di sini" cian Tok suseng tertawa gelak-
"ohya siapa yang menyuruh mereka bertiga memberi tanda gawat itu?" tanya ouw yang seng Tek mendadak-
"Aku," sahut cian Tok suseng, lalu menggeleng-gelengkan kepala.
"untung yang datang aku, kalau bukan "
"Kenapa?" tanya ouw yang seng Tek-
"Ampun Tetua?" Tiga pengemis itu langsung berlutut-
"Kami bertiga amat ceroboh dan gampang mempercayai omongan orang "
"siapa yang bilang begitu pada kalian?" tanya ouw yang seng Tek.
"Cian Tok suseng," sahut salah seorang pengemis itu, kemudian mengaku apa yang akan dilakukannya.
"Kalian bertiga memang goblok" ouw yang seng Tek marah-marah.
" Untung yang datang Cian Tok suseng. seandainya dia orang Kiu Thian mo Cun, bukankah kalian akan celaka?"
"Sudahlah, pengemis busuk Aku baru sampai di sini, tapi engkau malah marah-marah tidak karuan, aku jadi tersinggung," ujar cian Tok suseng sambil tertawa.
"Jangan suka marah-marah"
"Kalau aku tidak marah-marah, bagaimana keamanan di sini?" ouw yang seng Tek melotot.
"Pengemis tua, sudahlah Mari kita undang cian Tok suseng ke Markas" sela swat san Lo Jin.
" Lagi pula masih ada pos kedua, pos ketiga dan pos keempat, jadi keamanan di sini cukup terjamin."
"Betul." sambung se Khi.
"Mari kita ke Markas"
"Kalian bertiga harus berhati-hati lain kali, jangan ceroboh lagi" pesan ouw yang seng Tek-
"ya. Tetua." Ketiga pengemis itu mengangguk.-
ouw yang seng Tek lalu mengajak cian Tok suseng ke markas. Kedatangan cian Tok suseng sungguh menggembirakan pihak Kay Pang mau pun pihak Pulau Pelangi, sebab tenaga Cian Tok suseng memang amat dibutuhkan.
"Li Hoa" seru swat san LoJin sambil tertawa setelah berada di dalam markas.
"Lihatlah siapa yang datang?"
"Haah ?" Thian san Lolo terbelalak ketika melihat Cian Tok suseng.
" Engkau Cian Tok suseng?"
"seratus persen asli," sahut Cian Tok suseng sambil tersenyum.
"Gila" Thian san Lolo menggeleng-gelengkan kepala.
"Kok engkau tidak bisa tua? Aku sudah jadi nenek-nenek, sedangkan engkau masih tetap muda."
"Aku memang awet muda." Cian Tok suseng tertawa.
"Ei Li Hoa, engkau sudah rujuk dengan sun Hiong ya?"
"Apakah engkau senang melihat kami ribut terus menerus?" sahut Thian san Lolo sambil melotot.
"Aku justru senang melihat kalian berdua bisa akur." Cian Tok suseng tertawa gelak-
"Kini tua sama tua, tentunya lebih mengasyikkan."
"Dasar tak tahu malu" Wajah Thian san Lolo tampak kemerah-merahan.
"Cian Tok suseng Ayolah duduk jangan terus berdiri" ujar ouw yang seng Tek-
"Terima kasih" Cian Tok suseng duduk, kemudian mendadak menarik nafas panjang.
"Aku sungguh tak menyangka, Pek Giok Liong "
"Cian Tok suseng, jangan mengungkit itu lagi" potong se Khi- Ia khawatir akan menimbulkan kesedihan se Pit Han.
"Kok lo cianpwee tahu tentang itu?" tanya se Pit Han.
" Walau aku hidup menyendiri di tempat terpencil, tapi aku masih serlng ke kota untuk berbelanja, maka mendengar berita itu," jawab Cian Tok suseng.
"oleh karena itu, aku sebera berangkat ke mari."
"Lo cianpwee ingin bergabung dengan kami?" tanya se Pit Han lagi.
"Tentu." Cian Tok suseng mengangguk-
" Walau kepandaianku tidak begitu tinggi, namun aku punya keahlian khusus, yakni dalam hal racun"
"Cian Tok suseng Terima kasih atas kesediaanmu bergabung dengan kami" ucap ouw yang seng Tek-
"Terus terang, kami memang kekurangan tenaga ahli dalam hal racun, maka sungguh kebetulan engkau ke mari-"
"Pengemis busuk, ini bukan kebetulan. Aku memang sengaja ke mari bergabung dengan kalian, sebab aku dengar pihak Kiu Thian mo Kiong sering menggunakan racun, oleh karena itu, aku pun membawa obat pemunah racun ke mari." Cian Tok suseng mengeluarkan sebuah botol berukuran cukup besar, lalu diserahkan pada ouw yang seng Tek-
"simpanlah baik-baik, obat ini dapat memusnahkan racun ganas apa pun."
"Terima kasih" ucap ouw yang seng Tek sambil mengambil botol itu sekaligus disimpannya di tempat yang aman.
"ohya" Mendadak swat san LoJin tampak serius.
"Aku akan memperkenalkan muridku padamu."
"Eh? Kapan engkau punya murid?" tanya Cian Tok suseng heran.
"sudah lama." swat san LoJin tertawa, kemudian memberi isyarat pada se Pit Han, se Pit Han mengangguk, lalu segera masuk- Tak seberapa lama kemudian, gadis itu sudah kembali ke ruangan itu bersama Pek Giok Houw-
"Haah ?" Cian Tok suseng pura-pura terkejut, sebab ia sudah tahu dari Pek Giok Liong tentang Pek Giok Houw.
"Pek.. Pek Giok Liong?"
"Lo cianpwee, terimalah hormatku" ucap Pek Giok Houw sambil menjura.
"Eh? Ketua ,"
"Ha ha ha" swat san LoJin tertawa.
"Dia bukan Pek Giok Liong, dia Pek Giok Houw, adik kembar Pek Giok Liong."
"Aku aku jadi bingung nih" Cian Tok suseng terbelalak, sambil menatap Pek Giok Houw.
"Kok mirip sekali dengan Pek Giok Liong, seperti pinang di belah dua"
"Mereka berdua kembar, tentunya mirip," ujar se Pit Han.
" Hanya saja adik Liong lebih tinggi, lagi pula adik Houw punya tanda merah di belakang telinganya."
"oooh" cian Tok suseng mengangguk-
"cian Tok suseng" ouw yang seng Tek memberitahukan.
" Wanita yang duduk di sana itu Hek Ai Lan, murid Thian Lolo, juga ibu angkat Pek Giok Houw."
"Oooh" Cian Tok suseng manggut-manggut.
"Gadis itu bernama Ling Ling, murid bungsu Thian san Lolo." ouw yang seng Tek memberitahukan lagi.
"Dia sangat akrab dengan Pek Giok Houw."
"Mereka berdua memang merupakan pasangan yang serasi," Cian Tok suseng tertawa.
"Nah sekarang mari kita makan dulur ujar ouw yang seng Tek-
"Tentunya engkau sudah lapar."
"Aku memang sudah lapar sekali" sahut Cian Tok suseng.
" Kalau begitu, mari kita makan sekarang" ujar ouw yang seng Tek dan mempersilahkan cian Tok suseng ke belakang.


Bagian ke 62 Menambah Kekuatan
cit ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun duduk di ruang dalam dengan wajah serius. Tampaknya mereka sedang membicarakan sesuatu yang cukup penting.
"Tiada akal untuk mengorek rahasia jebakan-jebakan itu dari mulut Mo Cun, sedangkan kini pihak Pulau Pelangi telah bergabung dengan Kay Pang, mungkin mereka sudah siap menyerang Kiu Thian mo Kiong, itu amat membahayakan mereka-"
"Lalu kita harus bagaimana?" tanya Thian suan sin Kun dengan kening berkerut-
"Kita tidak bisa berbuat apa pun."
"Itulah yang amat mencemaskanku." Cit Ciat sin Kun menarik nafas panjang.
"Kalau Kiu Thian mo Cun dibasmi, kita pun bisa menikmati sisa hidup yang tenang. Tapi"
Mendadak melesat ke dalam sosok bayangan. Betapa terkejutnya mereka berempat, namun setelah melihat siapa yang muncul, seketika juga mereka menarik nafas lega. Ternyata yang muncul itu pendekar misterius.
"Pek siauhiap" Cit Ciat sin Kun girang sekali.
"Kalian tidak usah khawatir para penjaga di sini sama sekali tidak tahu dan tidak melihat kedatanganku," ujar Pek Giok Liong.
"Cit Ciat sin Kun, apakah engkau sudah tahu mengenai jebakan-jebakan yang ada di Kiu Thian mo Kiong?"
"sama sekali tidak tahu." Cit Ciat sin Kun menggeleng-gelengkan kepala.
"Tiada seorang pun yang tahu tentang rahasia semua jebakan itu, kecuali Kiu Thian mo Cun sendiri sebab orang-orang yang membuat semua jebakan itu telah dibunuhnya."
"Kalau begitu ," ujar Pek Giok Liong setelah berpikir sejenak-
"Kalian harus berupaya mendesak Kiu Thian mo Cun menyerang partai Kay Pang"
"Tapi kini pihak Pulau Pelangi telah bergabung dengan Partai Kay Pang, mungkin mereka sudah siap untuk menyerang Kiu Thian mo Kiong, itu amat membahayakan mereka."
"Aku akan berusaha mencegah mereka menyerang Kiu Thian mo Kiong, tapi kalian harus mendesak Kiu Thian mo Cun menyerang Partai Kay Pang"
"Ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk.
"Baiklah- sampai di sini. ohya, mungkin tidak lama lagi utusan Kiu Thian mo Cun akan sampai di sini. Kalau tidak salah, Kiu Thian mo Cun akan menarik kalian kembali ke Kiu Thian mo Kiong," ujar Pek Giok Liong, lalu melesat pergi secepat kilat.
Mereka berempat saling memandang, berselang sesaat Cit Ciat sin Kun membuka mulut bertanya pada Thian suan sin Kun.
"Bagaimana menurut kalian kalau Mo Cun menarik kita kembali ke Kiu Thian mo Kiong?"
"Itu lebih baik," jawab Thian Suan Sin Kun.
"Sebab kita akan mengetahui bagaimana gerakannya."
"Benar" sambung Thian suan sin Kun.
"Kita pun bisa memberitahukan pada Pek siauhiap."
"Bagaimana cara kita memberitahukannya?" tanya Cit Ciat sin Kun.
"Aku yakin, kalau kita sudah berada di Kiu Thian mo Kiong, Pek siauhiap pasti terus mengawasi Kiu Thian mo Kiong dari jauh- Kita boleh mencari alasan untuk ke luar. Nah, Pek siauhiap pasti muncul menemui kita."
"Ngmm" Cit Ciat sin Kun manggut-manggut.
"Tapi kita harus berhati-hati "
Mendadak salah seorang penjaga berlari ke dalam, kemudian memberi hormat pada mereka dan melapor.
"Utusan mo Cun datang."
"oh Kami segera ke luar menyambutnya" sahut Cit Ciat sin Kun sambil bangkit berdiri, lalu berjalan ke luar dan diikuti Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun dari belakang.
"Cit Ciat sin Kun menyambut kedatangan utusan mo Cun" ucap cit Ciat sin Kun, sambil memberi hormat pada Thian mo.
"Ada perintah dari mo cun, bahwa kalian berempat harus ikut aku kembali ke Kiu Thian Mo Kiong."
"Kami menerima perintah" sahut Cit Ciat sin Kun.
"Mengenai yang wie Kiong ini, engkau boleh menunjuk seseorang sebagai wakil di sini," ujar Thian mo-
"ya." Cit Ciat sin Kun lalu berkata pada Thian Suan sin Kun.
"Panggil Tiong Hong ke mari"
"Ya." Thian sat sin Kun segera ke dalam. Tak lama ia sudah kembali bersama Tiong Hong tersebut.
"Teecu memberi hormat pada utusan mo Cun" ucap Tiong Hong.
"Tiong Hong" sahut Cit Ciat sin Kun.
"Kami berempat akan berangkat ke Kiu Thian mo Kiong, maka mulai sekarang engkau sebagai wakilku di sini."
"Tiong Hong menerima perintah"
"Nah, sekarang kalian berempat boleh ikut aku ke Kiu Thian mo Kiong" ujar Thian mo sambil melesat pergi, Cit Ciat, Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun segera mengerahkan ginkang masing-masing mengikuti Thian mo menuju ke Kiu Thian mo Kiong. Justru mendadak Cit Ciat sin Kun mendengar suara yang amat halus, ternyata suara Pek Giok Liong.
"Ada sesuatu penting di Mo Kiong, engkau harus segera memberitahukan padaku. Caranya engkau mengontrol semua pos penjagaan, kalau engkau mendengar suaraku, barulah engkau memberitahukan dengan ilmu menyampaikan suara, aku pasti dapat mendengarnya "
-ooo00000ooo-
Malam ini, Kiu Thian mo Cun mengadakan rapat di ruang dalam, yang ikut dalam rapat tersebut adalah Thian Ti siang mo, Ngo Kui, Cit Ti sat, Kiu Mo Li, Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun.
"Belum lama ini, pihak Pulau Pelangi telah bergabung dengan Partai Pengemis, itu berarti kekuatan Kay Pang telah bertambah" ujar Kiu Thian mo Cun dan menambahkan,
"Bahkan swat san Lojin dan Thian san Lolopun berada di sana. sedangkan kita hanya ada sekian orang, maka kalau dibandingkan, berarti kekuatan kita masih berada di bawah pihak Kay Pang. Nah, siapa di antara kalian yang punya saran"
"Mo Cun" ujar cit Ciat sin Kun mengemukakan usulannya
"Bagaimana kalau kata menyerang Kay Pang sekarang?"
"Kini kita memang sudah tahu berada di mana Markas Pusat Kay Pang itu, tapi di tempat itu pun telah dipasang berbagai macam jebakan. Kalau kita menyerang mereka sekarang, tentunya pihak kita yang rugi," sahut Kiu Thian mo cun.
"Lagipula kekuatan kita masih belum menyamai kekuatan mereka, sebab pihak Pulau Pelangi terdiri dari Se Pit Han, se Khi, Thian Koh sing, Thian Kang sing, si Kim Kong, lima pelindung pulau, sepasang pengawal dan Pat Kiam. Mereka semua rata-rata memiliki kepandaian yang amat tinggi, terutama swat san LoJin, Thian san Lolo dan pemuda yang mengaku dirinya Pek Giok Liong itu. Maka "
"Tapi kita bisa mempergunakan racun," ujar Cit Ciat sin Kun mendesak Kiu Thian mo Cun untuk menyerang Markas Kay Pang.
"Kita memang unggul dalam hal racun, tapi pemuda yang mengaku dirinya Pek Giok Liong itu ternyata masih hidup, padahal dia sudah terkena racun Thian Ti siang mo- Itu berarti pihak Kay Pang pun memiliki orang yang ahli dalam hal racun," ujar Kiu Thian mo Cun.
"oleh karena itu, kita pun tidak boleh bertindak ceroboh untuk menyerang Markas Kay Pang."
"Mo Cun Aku punya usul" sela Thian mo-
"Apa usulmu?"
"Bagaimana kalau kita mengundang beberapa tokoh tua dari golongan sesat?"
"Tokoh tua dari golongan sesat? siapa yang dimaksudkan itu?" tanya Kiu Thian mo Cun yang tampak tertarik akan usul tersebut.
"Mereka adalah Kai si mo ong (Iblis Tua Pengacau Dunia), Pek Hoat Lo Thai (Nyonya Tua Rambut Putih), Im si Lo Mo (Iblis Tua Akhirat) dan Im san Lak yau (Enam Jin Gunung Im san)" Thian mo memberitahukan.
"Mereka semua masih hidup?"
"Setahuku, mereka semua masih hidup. Tapi mungkin agak sulit undang mereka ke luar."
Ketika Thian mo menyebut para tokoh tua dari golongan sesat, Cit Ciat sin Kun terkejut bukan main dalam hati-
"Begini" ujar Kiu Thian mo Cun.
"engkau dan Ti mo membawa lencanaku pergi mengundang mereka, aku yakin mereka pasti mau ke mari."
"ya" sahut Thian mo-
"Kapan kami harus berangkat?"
"Lebih baik sekarang," jawab Kiu Thian mo Cun, dan sekaligus menyerahkan lencananya pada Thian mo-
"Mereka masih harus menghargai lencanaku."
"Kami menerima perintah" Thian Ti siang mo memberi hormat, lalu segera berangkat,
"setelah tokoh-tokoh tua dari golongan sesat itu datang, kita akan berunding bersama, sekarang kalian boleh kembali ke tempat masing-masing."
"ya" sahut mereka serentak-
"Mo Cun Bolehkah hamba memeriksa semua pos penjagaan di sini?" tanya Cit Ciat sin Kun.
-ooo00000ooo-
"Engkau ragu akan penjagaan di sekitar Kiu Thian mo Kiong ini?" Kiu Thian mo Cun balik bertanya.
"Bukan ragu, tapi alangkah baiknya kalau berhati-hati" sahut Cit Ciat sin Kun.
"Begini saja, mulai besok engkau kuangkat sebagai kepala keamanan di luar Kiu Thian Mo Kiong, tapi engkau harus melaksanakan tugasmu dengan baik" teaas Kiu Thian mo Cun.
"Terima kasih, Mo Cun" cit Ciat sin Kun memberi hormat.
"Thian sat, Tian suan dan Ti Kie sin Kun tetap mendampingimu" tambah Kiu Thian mo Cun.
"ya, Mo Cun." Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun segera memberi hormat pada Kiu Thian mo Cun, mereka girang bukan main dalam hati.
Keesokan harinya, Cit Ciat sin Kun mulai mengontrol pos-pos penjagaan yang ada di luar Kiu Thian mo Kiong. Ketika ia hampir sampai di pos pertama, tiba-tiba ia mendengar suara yang amat halus.
"Bagaimana keadaan di dalam Kiu Thian mo Kiong?" Itu suara Pek Giok Liong.
"Thian Ti siang Mo pergi mengundang Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san Lak ya u"jawab Cit Ciat sin Kun dengan ilmu menyampaikan suara.
"Mereka semua dari golongan sesat, kepandaian mereka setingkat lebih tinggi dari swat Sian Lo Jin maupun Thian san Lolo"
"Terima kasih" ucap Pek Giok Liong.
"Engkau terus mengamati gerak-aerik Kiu Thian mo Cun, kalau ada sesuatu penting, engkau harus memberitahukan padaku"
"Ya," sahut Cit Ciat sin Kun.
-ooo00000ooo-
Tujuh hari kemudian, Thian Ti siang mo sudah kembali bersama para tokoh tua dari golongan sesat.
"Ha ha ha" Kiu Thian mo Cun tertawa gelak menyambut kedatangan mereka.
"Bagus Kalian semua telah datang"
"Kami mau datang karena melihat lencanamu," sahut Kai si Mo ong sambil menatapnya,
"silakan duduk" ucap Kiu Thian mo Cun.
"Terima kasih" sahut Kai si Mo ong lalu duduk. Begitu pula yang lain, namun Kai si Mo ong masih terus menatap Kiu Thian mo Cun dan ujarnya kemudian,
"mo Cun, usia kami sndah di atas seratus, sebetulnya kami sudah tidak mau turut campur urusan rimba persilatan lagi. Tapi lencanamu memaksa kami ke mari. sesungguhnya ada masalah apa?"
"Aku harap kalian mau bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong ini," sahut Kiu Thian mo Cun singkat.
"Ha ha ha" Kai si Mo ong tertawa gelak-
"Kami ke mari cuma berkunjung, sama sekali tiada berniat untuk bergabung."
"Kai si Mo ong" Kiu Thian mo Cun menatapnya tajam.
"Aku mengundang kalian ke mari. justru menghendaki kalian semua bergabung denganku."
"He he he" Pek Hoat Lo Thai tertawa terkekeh-kekeh.
"Mo Cun ingin memaksa kami?"
"seandainya kalian tidak mau bergabung," sahut Kiu Thian mo Cun.
"Ha ha ha" Kai si Mo ong tertawa terbahak-bahak-
"Guruku memang pernah memberi amanat padaku, yakni harus tunduk pada lencana Kiu Thian mo Cun, tapi aku masih ragu."
"Apa yang diragukan?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Engkau bukan Kiu Thian mo Cun," sahut Kai si Mo ong.
"sebab engkau memakai kedok iblis, kami tidak bisa melihat wajah aslimu."
"Itu tidak jadi masalah, yang penting aku bisa membuktikan bahwa diriku adalah Kiu Thian mo Cun."
"Caraka?" tanya Im si Lo Mo-
"Tentunya kalian semua tahu, aku memiliki ilmu apa yang paling hebat?" Kiu Thian mo Cun menatap mereka satu persatu.
"Tentu tahu," sahut Im san Lak yau-
"Kiu Thian mo Cun terkenal akan ilmu Hek sim Tok Ciangnya-"
"Nah Untuk membuktikan bahwa diriku adalah Kiu Thian mo Cun, maka aku akan memperlihatkan Hek sim sin Kang dan Hek sim Tok Ciang ku- Bagaimana?" "Bagus- Memang harus begitu," Kai si mo ong tertawa-
Kiu Thian mo Cun bangkit dari tempat duduknya, lalu berjalan ke tengah ruang itu, dan berdiri di situ.
"Kalian perhatikan baik-baik, aku akan memperlihatkan Hek sim sin Kang dan Hek sim Tok ciang"
Kiu Thian mo Cun mulai menghimpun Hek sim sin Kangnya, sedangkan Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san Lak yau memperlihatkan dengan kening berkerut-kerut.
Tak seberapa lama kemudian, sekujur badan Kiu Thian mo Cun memancarkan cahaya hitam, kemudian mendadak ia memekik sambil mengibaskan tangannya ke arah sebuah patung batu.
Terjadilah hal yang amat mengejutkan, sebab patung batu itu berubah kehitam-hitaman dan mengeluarkan asap hitam pula- Tak lama patung batu itu pun berubah menjadi tepung.
Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san L«k yau menyaksikan itu dengan mata terbelalak-
"Aku telah memperlihatkan Hek sim sin Kang dan Hek sim Tok Ciang, kalian sudah percaya bahwa aku adalah Kiu Thian mo Cun?" tanyanya sambil kembali ke tempat duduknya.
"Kami percaya" sahut mereka serentak-
"Kalian bersedia bergabung denganku?" Kiu Thian mo cun menatap mereka satu persatu-
"Baiklah-" Kai si Mo ong mengangguk.
"Kami bersedia bergabung dengan mo cun. Tapi aku masih merasa heran"
"Kenapa heran?"
"Mo Cun sudah memiliki kepandaian yang tiada tanding di kolong langit, kenapa masih menghendaki kami bergabung?"
"Kalian harus tahu, aku harus menghadapi Partai Kay Pang."
"Partai Kay Pang?" Pek Hoat Lo Thai melongo-
"Bukankah gampang sekali Mo Cun menundukkan partai itu?"
"Memang." Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Tapi kalian harus tahu, bahwa pihak cai Hong to telah bergabung dengan Kay Pang untuk melawan Kiu Thian mo Kiong, maka aku membutubkan tenaga kalian."
"Apa?" Im si Lo Mo terkejut.
"Pulau Pelangi itu telah bergabung dengan Kay Pang?"
"Betul."
"Pantas Mo Cun membutuhkan tenaga kami" Pek Hoat Lo Thai manggut-manggut.
"Lalu apa tugas kami?"
"Melindungi Kiu Thian mo Kiong." Kiu Thian mo Cun memberitahukan.
"Kalau sudah waktunya, kita akan menyerang Markas Pusat Kay Pang."
"Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang saja kita menyerang ke sana?" tanya Im san Lak yau.
"Jadi kami tidak usah lama-lama di sini."
"Kalian perlu tahu, bahwa di Markas Pusat Kay Pang itu telah dipasang berbagai macam jebakan. Maka kita tidak boleh bertindak ceroboh, sebab itu akan merugikan pihak kita. oleh karena itu, alangkah baiknya kita rundingkan nanti."
"Oooh" Kai si Mo ong manggut-manggut.
"Mo Cun" ujar Pek Hoat Lo Thai mendadak.
"Kami bersedia membantu Mo Cun menaklukkan Kay Pang, tapi Mo Cun jangan memerintah kami sembarang membunuh. Walau kami dari golongan sesat, tapi tidak pernah sembarangan membunuh orang."
"Aku tidak akan perintahkan kalian sembarangan membunuh- Kalian cukup memperkuat Kiu Thian mo Kiong ini saja" sahut Kiu Thian mo Cun.
Diam-diam Cit Ciat, Thian sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun menarik nafas lega.
"Lalu apa tugas kami di sini?" tanya Im si Lo Mo-
"Cukup makan tidur saja," sahut Kiu Thian mo Cun sambil tertawa.
"Tapi kalian harus ingat, jangan sembarangan berkeluyuran di dalam Kiu Thian mo Kiong ini"
"Lho? Kenapa?" tanya Kai si Mo ong heran.
"Karena di dalam istana ini telah dipasang berbagai jebakan, siapa yang masuk ke dalam jebakan pasti mati." Kiu Thian mo cun memberitahukan. "Maka aku harap kalian harus ingat pesanku ini"
"Baik," Kai si Mo ong mengangguk,-
"ohya selain pihak Pulau Pelangi, masih ada swat san Lojin dan Thian san Lolo" ujar Kiu Thian mo Cun.
"Apa?" Pek Hoat Lo Thai terbelalak.
"sun Hiong dan Li Hoa itu sudah akur?"
"Akur atau tidak aku tidak tahu, yang jelas mereka berdua pun berada di Markas Pusat Kay Pang."
"Gila" Kai si Mo ong tertawa.
"Sudah tua baru akur, ketika masih muda malah sering ribut sehingga berpisah-"
"Engkau pun begitu-" Pek Hoat Lo Thai melototinya.
"Ha ha" Kai si Mo ong tertawa lagi.
"sama-sama. Ketika masih muda, engkau pun pernah tergila-gila padaku."
"Engkau " Bukan main gusarnya Pek Hoat Lo Thai.
"Mau kuhajar ya?"
"Kalian berdua jangan ribut" ujar Kiu Thian mo Cun dengan suara parau karena merasa tidak senang.
"Di sini Kiu Thian mo Kiong, bukan tempat untuk ribut."
"Maaf" ucap Kai si Mo ong dan Pek Hoat Lo Thai serentak-
"ohya" Tiba-tiba Im si Lo Mo teringat sesuatu-
"setahuku, Thian Ti siang mo telah di hukum oleh gurunya tidak boleh menginjak rimba persilatan, tapi kenapa kini"
"Aku yang menyuruh mereka keluar," sahut Kiu Thian mo Cun.
"oooh" Im si Lo Mo manggut-manggut.
"pantas mereka berdua berani keluar, ternyata karena lencana mo Cun"
"BetuL" Kiu Thian mo Cun tertawa.
"Begitu pula Ngo Kui dan cit Ti sat. Maka kini mereka boleh membunuh para pendekar dari golongan putih."
"Itu memang hobi mereka," sahut Kai si Mo ong dingin.
"ohya selain Thian san Lolo dan swat san LoJin, masih terdapat seseorang berilmu amat tinggi, dia seorang diri mampu mengalahkah Thian Ti siang mo-" Kiu Thian mo Cun memberitahukan.
"oh?" Kai si Mo ong tampak terkejut.
"siapa orang itu?"
"Dia masih muda, tapi aku tidak tahu namanya," sahut Kiu Thian mo Cun.
"oh?" Kai si Mo ong dan Pek Hoat Lo Thai saling memandang, bahkan tampak tercengang.
"Kok Mo Cun tidak tahu namanya?" tanya Im si Lo Mo-
"Aku memang tidak tahu, tapi kepandaiannya cukup tinggi," sahut Kiu Thian mo Cun.
"Mo Cun" sela Cit Ciat sin Kun mendadak.
"Karena belum pasti, maka aku tidak berani melapor"
"Lapor saja"
"Informasi yang pernah kami terima, pemuda itu bernama Pek Giok Houw, adik kembar Pek Giok Liong."
"oh? Apakah dia mirip Pek Giok Liong?"
"Mereka berdua saudara kembar, tentunya mirip seperti pinang di belah dua."
"Pek Giok Liong? siapa dia?" tanya Kai si mo ong.
"Dia putra Pek Mang ciu, murid Kian Kun Ie siu." Kiu Thian mo Cun memberitahukan.
" generasi kelima pemegang panji Hati suci Matahari Bulan."
"Oh?" Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san Lak yau tampak terkejut.
"Dia berada di mana sekarang?" tanya Pek Hoat Lo Thai-
"Sudah mati di dasar jurang, terpukul oleh Hek sim Tok Ciang ku,"jawab Kiu Thian mo Cun.
"Oooh" Pek Hoat Lo Thai manggut-manggut sambil melirik Kai si Mo ong. Apa arti lirikan itu? Hanya mereka berdua yang mengetahuinya.
"Sudah hampir tujuh puluh tahun kami hidup mengasingkan diri, maka kami tidak tahu semua itu," ujar Kai si Mo ong sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Sebetulnya lawan berat kita bukan pihak Pulau Pelangi yang telah bergabung dengan Kay Pang, juga bukan swat san LoJin, Thian san Lolo maupun Pek Giok Houw, melainkan pendekar misterius."
"Pendekar misterius?" Kai si Mo ong tertegun,
"siapa dia?"
"Belum lama muncul di rimba persilatan, tapi dia mampu membunuh jin Pin Mo Kun, Ling Ming Cun cia, Ngo Tok Ceng Kun dan muridku hanya dalam satu jurus." Kiu Thian mo Cun memberitahukan.
"Oh?" Pek Hoat Lo Thai terperanjat dan bertanya,
"Apakah murid Mo Cun sudah menguasai ilmu Hek sim Tok Ciang?"
"Belum, tapi telah menguasai ilmu Han Im Ciangku."
"oh?" Kai si Mo ong terbelalak.
"Hanya satu jurus dia mampu membunuh murid Mo Cun yang telah menguasai ilmu Han Im ciang itu?"
"Betul." Kiu Thian mo Cun mengangguk-
"Maka dapat dibayangkan betapa tinggi ilmunya-"
"Pendekar misterius itu berada di mana sekarang?" tanya Kai Si Mo ong.
"Kami ingin menjajal kepandaiannya."
"Sudah lama dia menghilang, maka amat membingungkan kami," jawab Kiu Thian mo Cun.
"Menghilang? Mungkinkah dia menghilang?" gumam Kai si Mo ong.
"Tentunya tidak mungkin."
"Kalau dia muncul, kami ingin menjajal kepandaiannya," sela Pek Hoat Lo Thai.
"Betul." Kiu Thian mo Cun mengangguk-
"Bahkan kalian pun boleh membunuhnya-"
"Terima kasih, Mo Cun" ucap Pek Hoat Lo Thai-
"Nah" Kiu Thian mo Cun mengibaskan lengannya-
"Sekarang kalian semua boleh pergi beristirahat- Tapi ingat, jangan berkeluyuran sembarangan"
"Kami ingat itu," sahut Kai si Mo ong.
"Aku telah menyiapkan kamar istimewa untuk kalian." Kiu Thian mo Cun memberitahukan.
"Kai si Mo ong dan Im si Lo Mo satu kamar, Im san Lak yau satu kamar, Pek Hoat Lo Thai bersam Kiu Mo Li."
"Baiklah-" Para tokoh tua dari golongan sesat itu manggut-manggut.
"Thian Ti siang mo, antar mereka ke kamar" Kiu Thian mo Cun memberi perintah kedua orang itu.
"Kami menerima perintah" sahut Thian Ti siang mo-"
Kai si Mo ong duduk berhadapan dengan Im si Lo Mo- Wajah mereka tampak serius. Mereka membungkam, namun bibir mereka tampak bergerak, ternyata mereka sedang bercakap-cakap dengan ilmu menyampaikan suara.
"Kiu Thian mo Cun menghendaki kita menumpas Kay Pang, bagaimana menurut pendapatmu?" tanya Kai si Mo ong.
"Kita menurut saja," sahut Im si Lo Mo-
"Kita sama sekali tidak tahu, bahwa jit Goat seng sim Ki itu telah muncul, namun Pek Giok Liong pemegang panji itu sudah mati."
"Sayang sekali" Im si Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Kalau dia belum mati, kita harus bergabung dengannya"
"Benar,« ujar Kai si Mo ong.
"Begitupula Pek Hoat Lo Thai dan Im san Lak yau, sebab guru-guru kita pernah berhutang budi kebaikan seng sim Tayhiap-"
"Aku masih merasa heran, betulkah orang yang memakai kedok iblis itu Kiu Thian mo Cun?"
"Betul atau tidak kita tidak mengetahuinya, yang jelas dia memiliki Hek sim sin Kang atau Hek Sim Tok Ciang yang amat dahsyat serta beracun, kita sudah menyaksikan tadi kan?"
"Memang dahsyat sekali ilmu itu" Im Si Lo Mo menggeleng-gelengkan kepala.
"Seandainya kita semua bergabung bertanding dengan Kiu Thian mo Cun itu, aku yakin kita masih bukan tandingannya."
"Tidak salah." Kai si Mo ong manggut-manggut.
"oh y a, siapa pendekar misterius itu? Apakah kepandaiannya begitu tinggi?"
"Kalau tidak, bagaimana mungkin membuat Kiu Thian mo Cun tampak sangat khawatir?"
"Betul." Kai si Mo ong melanjutkan,
"Kiu Thian mo Cun itu memang licik, dia memisahkan kita agar tidak bisa tukar pikiran."
"Tapi kita pun harus ingat satu hal" sahut Im Si Lo Mo serius.
"Kita tidak boleh meninggalkan kamar ini, sebab banyak jebakan."
"Aku mengkhawatirkan Pek Hoat Lo Thai, sebab dia amat keras hati"
"Tidak apa-apa. untung dia satu kamar dengan Kiu Mo Li, kalau dia ingin meninggalkan kamar itu, tentunya Kiu Mo Li akan mencegahnya."
"Ohya Entah bagaimana dengan Im San Lak yau, apakah mereka juga sedang bercakap-cakap seperti kita?"
"Mungkin."
Sementara di dalam kamar Im San Lak Yaujuga sedang berlangsung percakapan serius dengan ilmu menyampaikan suara.
"Apakah benar orang itu Kiu Thian mo Cun?" tanya Toa yau.
"Benar atau tidak, kita tidak mengetahuinya," sahutji yau.
"Tapi kepandaiannya itu sungguh hebat luar biasa. Kita semua bukan tandingannya, maka kita tidak boleh bertindak gegabah-"
"Kita cuma membantunya menaklukkan Kay Pang, itu tidak jadi masalah- sebab kita tidak akan sembarangan membunuh, berarti kita tidak melanggar sumpah," ujar sam yau.
"Kita harus ingat satu hal" Toa yau mengingatkan,
"jangan meninggalkan kamar ini, sebab di luar sana banyak jebakan."
"Betul." si yau mengangguk-
"ohya, kita memang harus tunduk pada lencana Kiu Thian Mo Cun. Lalu kita harus bagaimana seandainya jit Goat seng sim Ki itu muncul?"
"Tentunya kita harus bergabung dengan panji itu," sahut Toa yau.
"Sebab guru kita pernah menerima budi kebaikan seng sim Tayhiap-"
"Tapi" Ngo yau menggeleng-gelengkan kepala-
"Bukankah membingungkan sekali? Kita harus tunduk pada lencana Kiu Thian mo Cun, namun juga harus bergabung dengan panji itu. Itu sungguh membingungkan."
"Begini, seandainya panji itu muncul, kita bergabung saja," ujar Toa yau dan menambahkan.
" Karena muncul pula lencana Kiu Thian mo Cun, maka kita berdiri di tengah-tengah. Beres kan?"
"ya."Ji yau mengangguk-
"Memang lebih baik begitu."
"Kiu Thian mo Cun itu sungguh licik, dia memisahkan kita dengan Kai si Mo ong, Im si Lo Mo dan Pek Hoat Lo That, jadi kita semua tidak bisa berunding sama sekali," ujar sam yau.
"Sudahlah Lebih baik kita beristirahat," ujar Toa yau mengakhiri percakapan itu.
"Ingat, kita harus bersikap biasa."
(Bersambung bagian 63)
Bagian ke 63: Berunding
Di ruang dalam Markas Pusat Kay Pang, tampak duduk belasan orang penting dengan wajah serius, kelihatannya mereka sedang merundingkan sesuatu.
"Menurutku, lebih baik kita serang Kiu Thian mo Kiong,-" ujar ouw yang Seng Tek.
"Kekuatan kita sudah cukup untuk melawan pihaknya."
"Benar," sahut Thian San Lolo menyetujuinya.
"Kita harus menyerangnya."
"Kalau tidak salah, kekuatan inti Kiu Thian mo Kiong itu tidak seberapa," ujar ouw yang Seng Tek dan menambahkan,
"Thian Ti Siang Mo, Ngo Kui, Cit Ti Sat, Kiu Mo Li, Cit Ciat, Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie Sin Kun. Kalau kita menyerbu ke sana, kita pasti menang."
"Tidak salah," sahut Se Khi.
"Tapi akan banyak yang jadi korban, sebab di sana banyak jebakan. Maka lebih baik kita pertimbangkan baik-baik, jangan mati konyol di sana."
"Betul." sambung cian Tak Suseng.
"Lebih baik kita tunggu pihak Kiu Thian mo Kiong yang menyerbu ke mari, barulah kita membasmi mereka."
"Aku sependapat dengan cian Tak Suseng," ujar Swat San LoJin dan melanjutkan,
"Lagi pula Kiu Thian mo Cun itu memiliki kepandaian yang amat tinggi sekali, siapa yang akan melawannya? "
"Giok Houw yang akan melawan Kiu Thian mo Cun," sahut Pek Giok Houw.
"Kalau tidak, percuma Giok Houw belajar ilmu-ilmu tingkat tinggi di Pulau Pelangi."
"Memang engkau yang harus melawannya, sebab kepandaianmu di atas kami semua, tapi kita jangan menyerang ke sana," ujar cian Tak suseng.
"Kita harus bersabar."
"Bersabar sampai kapan?" Pek Giok Houw menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik Houw, biar bagaimana pun kita harus bersabar." se Fit Han menasehatinya.
"sebab rimba persilatan berada di tangan kita, kalau kita bertindak gegabah, rimba persilatan pun pasti hancur di tangan kita pula-"
"Betul" sambung cian Tak suseng.
"ohya Kok tidak kelihatan Ling Ling?"
"Dia berada di luar, tidak mau ikut dalam rapat ini,"jawab Pek Giok Houw memberitahukan.
"Jadi bagaimana keputusan rapat ini?" tanya ouw yang seng Tek.
"Kita lihat perkembangan selanjutnya, setelah itu barulah kita berunding lagi," sahut swat san Lojin.
" Kalau begitu " ucapan ouw yang seng Tek- terputus, karena melihat Ling Ling berlari-lari ke dalam.
"Lapor Lapor " serunya sambil menghampiri Thian san Lolo.
"Guru, murid harus melapor"
"Engkau ingin melaporkan apa?"
"Tadi ketika murid jalan-jalan di luar, mendadak mendengar suara yang amat halus." Ling Ling memberitahukan.
"suara, apa itu," tanya Thian san Lolo.
"Suara orang," sahut Ling Ling.
"siapa orang itu?" tanya swat san LoJin tegang.
"Aku masih mengenali suara itu, lagi pula orang itu pun memberitahukan bahwa dia adalah pendekar misterius "
"Apa?" swat san LoJin tertegun, begitu pula Thian san Lolo dan lainnya.
"Dia berbicara denganmu?" tanya Thian san Lolo.
"ya." Ling Ling mengangguk-
"Dia menggunakan ilmu menyampaikan suara, menyuruh Ling Ling melapor ke dalam, bahwa pihak Kiu Thian mo Kiong telah menambah kekuatan."
"Kiu Thian mo Kiong telah menambah kekuatan?" Thian san Lolo mengerutkan kening.
"Ling Ling,jelaskanlah"
"Kiu Thian mo Cun mengundang beberapa tokoh tua dari golongan sesat, mereka adalah Kai si Mo ong, Im si Lo Mo, Pek Hoat Lo Thai dan Im san Lak yau" ujar Ling Ling dan menambahkan,
"Pendekar misterius menyuruh Ling Ling melaporkan ini, dan dia pun menyuruh Ling Ling menyampaikan pesannya "
"Apa pesannya?" tanya ouw yang seng Tek.
"Pesannya yakni kita jangan menyerbu ke Kiu Thian mo Kiong,"jawab Ling Ling.
"Itu itu sungguh di luar dugaan," ujar swat san Lo Jin.
"Takoh-tokoh tua sesat itu sudah hampir tujuh puluh tahun mengasingkan diri, tapi kini justru muncul membantu Kiu Thian mo Cun. Kita harus bagaimana?"
"Tentunya jangan menyerbu ke Kiu Thian mo Kiong." sahut Cian Tak suseng.
"Tapi kita harus bersiap-siap, mungkin tidak lama lagi pihak Kiu Thian mo Cun akan menyerbu ke mari."
"Kita bakal celaka kalau mereka menyerbu ke mari," ujar swat san LoJin sambil mengeleng-gelengkan kepala.
"sebab kepandaian tokoh-tokoh tua sesat itu amat tinggi, kita tidak bisa melawan mereka."
"Memang." se Khi manggut-manggut.
"Kepandaianku masih kalah setingkat dibandingkan dengan kepandaian mereka. Kalau aku ditambah Liok Tay Gan danBu siang seng, barulah bisa bertanding seimbang dengan Kai si Mo ong."
"Aku dan Thian san Lolo seimbang dengan Im si Lo Mo," sambung swat san LoJin,
"Itu berarti tiga lawan satu"
"Heran?" gumam se Pit Han mendadak-
"Kenapa pendekar misterius itu tidak bertemu langsung dengan kita? Bukankah kita bisa berunding bersama?"
"Iya Kenapa dia tidak mau bertemu langsung dengan kita?" ouw yang seng Tek menggaruk-Garuk kepala.
"Mungkin belum waktunya. Kalau sudah waktunya dia pasti menemui kita," sahut Cian Tok suseng.
"Terus terang, hanya dia yang mampu melawan Kiu Thian mo Cun, kita lawan yang lain," ujar swat san LoJin.
"Menurutku, pendekar misterius itu pasti punya rencana sendiri. Maka dia tidak mau menemui kita," ujar se Pit Ha n, kemudian bergumam lagi,
"Sebenarnya siapa dia? Kenapa mukanya harus ditutup dengan kain?"
"Sama seperti Kiu Thian mo Cun, bukankah Kiu Thian mo Cun juga memakai kedok iblis?" sahut Cian Tak suseng sambil tersenyum.
"Mungkin pendekar misterius itu ingin menyaingi Kiu Thian mo Cun."
"Tidak mungkin begitu" se Pit Han mengernyitkan kening.
"Aku yakin pendekar misterius itu kenal kita, dia menutup mukanya dengan kain agar kita tidak mengenalinya, ohya, bagaimana suaranya?"
"Kakak se bertanya padaku?" tanya Ling Ling.
"ya-" se Pit Han mengangguk-
"Hanya engkau yang pernah mendengar suaranya."
"Suaranya seperti suara anak muda, tapi berubah parau dan serak," jawab Ling Ling memberitahukan.
"Tapi aku yakin dia bukan orang tua, sebab tadi dia masih memanggilku nona."
"Heran?" ouw yang seng Tek menggaruk-garuk kepala.
" Kalau aku bertemu dia, aku pasti berusaha membuka kain penutup mukanya itu."
"Pengemis busuk" tegur cian Tak suseng.
"Kepandaianmu masih rendah, sebelum engkau mendekatinya, engkau pasti sudah terpental."
"Eh? Engkau " Wajah ouw yang seng Tek kemerah-merahan.
"Aku tidak menghinamu." Cian Tak suseng tersenyum.
"Apakah engkau mampu membunuhjin Pin mo Kun, Ling Ming Cun cia dan Ngo Tak Ceng Kun hanya dalam satu jurus?"
"Benar." ouw yang seng Tek tertawa gelak-
"Kalau aku dikeroyok mereka bertiga, mungkin aku yang kalah-"
"Maka engkau jangan berkata seperti tadi lagi" Cian Tak suseng tersenyum-
"Racun tua" ouw yang seng Tek masih tertawa.
"Aku tadi cuma bercanda."
" Kini pendekar misterius itu telah berpesan begitu pada kita, maka kita pun harus bersabar, tidak usah menyerbu ke Kiu Thian mo Kiong," ujar- swat san LoJin.
"oleh karena itu, perundingan kita cukup sampai di sini."
se Pit Han yang duluan meninggalkan ruang itu, langsung menuju halaman belakang Markas Kay Pang tersebut, lalu duduk di bawah pohon sambil melamun.
Timbul pula suara harapan dalam benaknya, yakni berharap pendekar misterius itu Pek Giok Liong, Ia tahu itu tidak mungkin, tapi tetap berharap.
Tiba-tiba terdengar suara langkah, gadis itu segera menoleh, ternyata Cian Tak suseng sedang menghampirinya.
"Cian Tak lo cianpwee" panggil se Pit Han.
"Nona se" Cian Tak suseng berdiri di hadapannya.
"Kenapa engkau duduk melamun di sini?"
"Aku ?" se Pit Han menundukkan kepala.
"Engkau teringat pada Pek Giok Liong?" cian Tak suseng menatapnya.
"ya." se Pit Han mengangguk perlahan.
"Aku aku tidak bisa melupakannya begitu saja."
"Tapi Pek Giok Liong telah mati setahun lebih " Cian Tak suseng menarik nafas panjang.
"Cian Tak lo cianpwee, aku berharap" se Pit Han tidak melanjutkan ucapannya melainkan menggeleng-gelengkan kepala.
"Apa yang engkau harapkan?"
"Aku berharap pendekar misterius itu Pek Giok Liong."
"oh?" Cian Tak suseng menatapnya dalam-dalam.
"Kenapa bisa timbul harapan itu?"
"Menurut Ling Ling, pendekar misterius itu masih muda. Lagi pula dia selalu memakai topi rumput lebar dan menutup mukanya dengan kain putih. Kenapa dia harus menutup mukanya dengan kain? Tentunya ada sebab musababnya," jawab se Pit Han.
"Aku yakin kita mengenalnya, maka dia muncul dengan muka ditutupi kain putih itu"
"Mungkin klta mengenalnya, namun" cian Tak suseng menarik nafas lagi.
"Tidak mungkin dia Pek Giok Liong. Kalau dia Pek Giok Liong, kenapa tidak mau menemui kita dan harus pula menutup mukanya dengan kain?"
"Kalau tidak salah, muka Pek Giok Liong juga terhantam pukulan Hek sim Tak Ciang, maka kemungkinan besar mukanya telah rusak, sehingga dia muncul harus menutup mukanya dengan kain."
"Tapi dia telah terpukul kejurang, bagaimana mungkin dia masih hidup?" ujar cian Tok suseng.
"si Kim Kong telah mencari mayatnya di dasar jurang itu, tapi tidak ada. oleh karena itu, aku berkesimpulan bahwa adik Liong masih hidup, bahkan berhasil pula mempelajari suatu ilmu tinggi."
"Nona se, janganlah terlampau berharap" cian Tak suseng menggeleng-gelengkan kepala, kemudian menambahkan,
"Tapi aku pun berharap pendekar misterius itu Pek Giok Liong."
"Kalau bertemu dengannya, aku pasti mengenalinya, karena aku tahu jelas bagaimana sikapnya dan gerak geriknya."
"Tapi dia sama sekali tidak mau memunculkan diri di hadapanmu, bagaimana mungkin engkau bisa melihatnya?"
"Aku yakin dia masih akan muncul, maka aku harus mengajari Ling Ling suatu akal, agar pendekar misterius itu memperlihatkan dirinya."
"Nona se" Cian Tak suseng menggelengkan kepala,
"Itu tidak gampang, lagipula engkau tidak tahu kapan pendekar misterius itu akan memberi pesan pada Ling Ling."
"Apa salahnya aku coba?" ujar se Pit Han sambil tersenyum getir.
"Namun itu cuma merupakan suatu harapan. Bagaimana mungkin pendekar misterius itu Pek Giok Liong?"
"Engkau boleh berharap, tapi jangan terlampau yakin" Cian Tak suseng merasa kasihan dan simpati pada gadis itu, tapi ia tidak bisa membuka rahasia tentang pendekar misterius itu.
"ohya Cian Tak lo cianpwee, apakah lo cianpwee bisa mengobati semacam penyakit?" tanya se Pit Han mendadak-
"Kalau berkaitan dengan racun, tentunya aku bisa mengobatinya," sahut Cian Tak suseng-
"Kenapa engkau bertanya itu, apakah dirimu mengidap suatu penyakit yang berkaitan dengan racun?"
"sama sekali tidak- Maaf lo cianpwee" ucap se Pit Han.
"Kalau orang mempelajari suatu ilmu, lalu ilmu itu membuat orang itu mati syahwat, apakah lo cianpwee bisa mengobatinya?"
"Aku tidak bisa,"jawab Cian Tak suseng jujur.
"Nona se, siapa orang itu?"
"Aku boleh memberitahukan pada lo cianpwee, tapi lo cianpwee harus tutup mulut. Bagaimana?" se Pit Han serius.
"Baik, aku berjanji" Cian Tak suseng mengangguk-
"Dia adalah adik kembar Pek Giok Liong."
"Pek Giok Houw?"
"ya."
"Kenapa dia?"
"Dia ingin menuntut balas kakak Liong, maka mengambil keputusan untuk belajar Bu Kek sin Kang dan semua ilmu yang ada di dalam Kitab Ajaib- sebelumnya kami telah memberitahukannya bagaimana akibatnya nanti, namun dia tetap berkeras mau belajar ilmu-ilmu itu. Kini dia telah mati syahwat.Justru tak terduga sama sekali, dia bertemu Ling Ling "
"Maksudmu Ling Ling amat mencintainya?"
"Betul."
"Bu Kek sin Kang dan ilmu yang di Kitab Ajaib " gumam Cian Tak suseng-
"Ilmu-ilmu itu membuat orang mati syahwat?"
"Tidak salah-" se Pit Han menarik nafas panjang-
"Aku amat kasihan pada mereka, kalau Ling Ling tahu akan hal itu, entah apa jadinya?"
"Ling Ling sama sekali tidak tahu tentang itu?" tanya Cian Tak suseng-
"sama sekali tidak tahu." se Pit Han menggeleng-gelengkan kepala.
"Adik Houw telah berpesan pada kami semua,Jangan memberitahukan pada Ling Ling dan gurunya, sebab khawatir akan menimbulkan hal-hal yang tak diinginkan."
"Kalau begitu, kapan Giok Houw akan berterus terang pada Ling Ling?"
"Setelah Kiu Thian mo Cun dibasmi, adik Houw akan berterus terang pada Ling Ling."
"Aaakh " keluh Cian Tak suseng.
"sungguh kasihan mereka berdua itu"
-ooo00000ooo-
Kiu Thian mo Cun, Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo, Im san Luk yau, Thian Ti siang Mo, Ngo Kui, Cit Ti sat, Cit Ciat, Thian sat, Thian suan, ji Kie sin Kun dan Kiu Mo Li sedang berunding di ruang dalam. Wajah mereka tampak serius, pertanda mereka sedang merundingkan sesuatu yang amat penting.
"Aku pikir sudah waktunya kita menyerbu markas Pusat Kay Pang" ujar Kiu Thian mo Cun.
"Bagaimana pendapat kalian?"
"Kini kekuatan kita sudah lebih dari cukup, maka memang sudah waktunya kita menyerbu ke Markas Pusat Kay Pang itu," ujar cit Ciat sin Kun. "Bagaimana menurut engkau, Kai si Mo ong?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Prinsipku cuma membantu, kapan mau menyerbu ke Markas Kay Pang, aku pasti setuju."
"Lebih cepat lebih baik," sambung Pek Hoat Lo Thai.
"Jadi aku tidak usah terus terikat di sini."
"Benar," sahut Im si Lo Mo-
"Kami pun setuju." sela Im san Lak yau.
"Menurut pendapatku, untuk sementara ini kita masih tidak perlu menyerbu ke sana secara besar-besaran" ujar Thian mo-
"Engkau punya usul?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Aku memang punya usul." Thian mo mengangguk.
"Beritahukaniah usulmu itu" Kiu Thian mo Cun menatapnya.
"Mo Cun memilih beberapa orang untuk menyelidiki ke sekitar Markas Pusat Kay Pang itu, kemudian menyebarkan racun ganas di sana. Tentunya racun itu akan terbawa angin ke dalam markas itu "
"Ha ha ha" Kiu Thian mo Cun tertawa gelak-
"Engkau memang cerdik Dengan cara itu, semua orang yang ada didalam markas itu pasti terkena racun, setelah itu barulah kita menyerbu ke sana. Maksudmu begitu kan?"
"Betul, Mo Cun." Thian mo mengangguk.
"Kalau begitu, aku harus memilih beberapa orang untuk ke sana."
Kiu Thian mo Cun mulai menatap mereka satu persatu, lalu memanggil. "Cit ciat, Thian sat, Thian sua n, Ti Kie, Ngo Kui dan cit Ti sat
"Kami siap menerima perintah" sahut mereka serentak sambil bangkit berdiri
"Nanti tengah malam, kalian berangkat ke Markas Pusat Kay Pang untuk menyebarkan bubuk racun sebelumnya kalian harus makan obat pemunahnya, setelah itu barulah kalian berangkat."
"Ya," sahut mereka serentak sambil memberi hormat.
"Sekarang kalian boleh kembali ke tempat masing-masing," ujar Kiu Thian mo Cun.
"Terima kasih, Mo Cun" Mereka semua bangkit berdiri, memberi hormat pada Kiu Thian mo Cun dan kembali ke tempat masing-masing.
Malam harinya, Cit Ciat Sin Kun mengadakan pengontrolan lagi. Ia berharap Pek Giok Liong akan mengirimkan suara padanya. Ketika ia hampir mendekati pos pertama, di situ ia mendengar suara yang amat halus.
"Ada berita penting untukku?"
"Nanti tengah malam, Kiu Thian mo Cun mengutus kami bersama Ngo Kui dan cit Ti sat ke Markas Pusat Kay Pang untuk menyebarkan bubuk racun. Ngo Kui dan cit Ti sat amat kejam, harap Pek siauhiap membunuh mereka."
"Baiklah, terima kasih"
Menjelang tengah malam, tampak belasan orang berada di- ruang dalam, Kiu Thian mo Cun duduk di kursi kebesarannya.
"Mo Cun" ujar cit Ciat sin Kun.
"Kami sudah siap berangkat ke Markas Pusat Kay Pang."
"Ng" Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Thian Mo, berikan mereka masing-masing sebutir pil anti racun"
"ya, Mo Cun." Thian mo segera memberi mereka masing-masing sebutir pil anti racun.
"Kalian harus makan obat itu dulu" pesan Kiu Thian mo Cun.
"ya" sahut mereka serentak sambil makan obat tersebut.
"Ti Mo Berikan mereka masing-masing sekantong bubuk racun" Kiu Thian mo Cun memberi perintah pada Ti mo-
"ya, Mo Cun." Ti mo melaksanakan perintah-
"Mo Cun" ujar Kai si Mo ong mendadak-
" Itu perbuatan pengecut. Bukankah lebih baik kita secara terang-terangan menyerbu ke sana?"
"Setelah mereka menyebarkan racun itu, barulah kita menyerbu ke sana secara terang-terangan," sahut Kiu Thian mo Cun.
"Kita mengadu otak dengan mereka, maka tiada istilah pengecut dalam hal tersebut."
"Mo Cun berkepandaian yang amat tinggi, kenapa harus menggunakan racun?" Pek Hoat Lo Thai menatapnya.
"Kalian harus tahu, racun itu tidak akan mematikan mereka, tapi cuma membuat mereka kehilangan tenaga." Kiu Thian mo Cun memberitahukan,
"Itu pun perbuatan tak terpuji, boleh dikatakan licik," sahut Im si Lo Mo-
"He he he" Kiu Thian mo Cun tertawa terkekeh-kekeh.
"Apakah kalian pendekar sejati? Tujuh puluh tahun yang lampau, bukankah kalian juga sering membunuh? Kenapa sekarang kalian malah berani menasehatiku? ciuru-guru kalian masih tidak berani menasehatiku, maka lebih baik kalian diam"
"Mo Cun kenal guru kami?" tanya Im san Lak ya u mendadak.
"Tentu kenal. Kalau tidak, bagaimana mungkin aku tahu kalian harus tunduk pada lencanaku?" sahut Kiu Thian mo Cun dan menambahkan,
"Guru kalian adalah Tang shia (si sesat Dari Timur), kan?"
Im san Lak yau terkejut, sebab tiada seorang bu limpun yang mengetahui julukan guru mereka, namun Kiu Thian mo cun mengetahuinya, apakah benar dia Kiu Thian mo Cun?
"Aku pun kenal guru Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai dan Im siLo Mo, tidak lain adalah si shia (si sesat Dari Barat), Lamshia (si sesat Dari selatan) dan pak shia (si sesat Dari utara). Tidak salah kan?" ujar Kiu Thian mo Cun dan melanjutkan,
"Nama mereka berempat sejajar dengan nama Mei Kuei Ling cu?"
Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai dan Im si Lo Mo terperanjat bukan main, karena Kiu Thian mo Cun mengetahui julukan guru mereka. Kalau begitu, orang berkedok iblis itu benar Kiu Thian mo Cun.
"Maka kalian " tambah Kiu Thian mo Cun dengan suara dingin-
"Jangan macam-macam di hadapanku guru-guru kalian pernah bertanding denganku, dan maju semua, tapi mereka cuma kuat bertahan sampai seratus jurus, setelah itu, mereka berempat roboh di tanganku-"
"Haah?" Mulut mereka ternganga lebar. Pantas guru mereka memberi amanat, apabila melihat lencana Kiu Thian mo Cun, mereka harus tunduk-
"Ngo Kui, Cit Ti sat, kalian semua boleh berangkat sekarang" Kiu Thian mo Cun memberi perintah-
"ya, Mo Cun." Mereka menjura, lalu berangkat.
Di tengah jalan, mendadak mereka mendengar suara tawa yang amat menusuk telinga, tentunya amat mengejutkan Ngo Kui dan cit Ti sat.
"siapa?" bentak Taa Tauw Kui (setan Kepala Besar).
Tiada sahutan, namun suara tawa itu masih terus bergema, maka membuat mereka bersiap-siap menghadapi segala kemungkinan.
"Hei Cepat keluar" bentak Ti sat gusar,
"jangan bersembunyi "
Mendadak melayang turun sosok bayangan, memakai topi rumput lebar dan mukanya ditutup dengan kain putih.
"Pendekar misterius."
"Hah? Pendekar misterius"
Mereka kaget, sementara Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun pun berpura-pura terkejut.
"Engkau pendekar misterius?" Cit Ciat sin Kun menudingnya.
"Ha ha ha" Pendekar misterius tertawa gelak-
"Aku muncul, kalian pasti mati"
"Pendekar misterius, jangan sombong" bentak Toa Tauw Kui.
"Malam ini engkau yang mampus"
"Hmm" dengus pendekar misterius dingin-
"Kalian boleh maju semua, dalam sepuluh jurus kalian pasti mati"
"Baiklah-" Toa Tauw Kui manggut-manggut.
"Mari kita serang dia"
seketika juga Ngo Kui dan cit Ti sat menyerang pendekar misterius dengan jurus maut. Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun juga ikut menyerang.
Pek Giok Liong tertawa panjang sambil berkelit secepat kilat. Tak terasa Ngo Kui dan Cit Ti sat telah menyerangnya lima jurus, namun pendekar misterius itu masih tertawa panjang sambil berkelit ke sana ke mari.
Hal itu membuat Ngo Kui dan cit Ti sat, penasaran sekali, mereka saling memandang dengan suatu syarat. Mendadak mereka merogoh ke dalam baju, ternyata mereka mengambil bubuk racun yang ada di dalam kantong, secepat kilat mereka menghamburkan bubuk racun itu ke arah pendekar misterius.
Betapa terkejutnya Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun, bahkan saking terkejutnya mereka berdiri terpaku di tempat.
"Hmm" dengus pendekar misterius dingin-
"Racun itu tak berarti bagiku"
Ia membiarkan bubuk racun itu berhambur ke arah badannya- Ngo Kui dan cit Ti sat girang bukan main, mereka yakin pendekar misterius itu akan kehilangan tenaganya.
"He he he" Taa Tauw Kui tertawa terkekeh.
"Pendekar misterius Engkau telah terkena bubuk racun, tenagamu pasti hilang"
"Ha ha ha" Pendekar misterius tertawa gelak-
"Kini sudah saatnya kalian mati"
Tiba-tiba pendekar misterius berkelebat ke sana ke mari, seketika juga terdengar suara jeritan yang menyayat hati-"Aaakh" "Aaaakh"
Dalam waktu yang begitu singkat, Ngo Kui dan cit Ti sat telah tergeletak tak bernyawa lagi.
"Pek siauhiap" Cit Ciat sin Kun terbelalak-
"Aku kebal terhadap racun ganas apa pun." Pendekar misterius memberitahukan.
"Oooh" Cit Ciat sin Kun manggut-manggut.
"Pek siauhiap, kami"
"Maaf" ucap pendekar misterius.
"Aku harus melukai kalian sampai parah sekali. Kalau tidak, Kiu Thian mo Cun pasti bercuriga-"
"Ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk-
Pendekar misterius segera mengibaskan tangannya, Cit ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun pun menjerit seketika dengan mulut memuntahkan darah segar.
"Maaf" ucap pendekar misterius-
"Ti...tidak apa-apa" ujar cit Ciat Sin Kun lemah-
"Kalau kami tidak terluka parah, Kiu Thian mo Cun pasti bercuriga, terutama Thian Ti siang mo-"
"Kalian harus mengarang cerita bohong, bahwa aku telah terkena bubuk racun itu. Kalau tidak- kalian pasti telah dibunuh."
"ya."
"Dan juga " tambah pendekar misterius.
"Aku tidak bisa berikan kalian obat, itu agar tidak menimbulkan kecurigaan Kiu Thian mo cun, lagi pula kalian pun boleh beristirahat karena terluka parah, maka Kiu Thian mo Cun tidak akan memberi perintah lagi pada kalian."
"Tapi bukankah aku tidak bisa memberi berita lagi ?"
"Itu tidak jadi masalah, sebab setelah kejadian ini, Kiu Thian mo Cun pasti menyerbu ke Markas Pusat Kay Pang." usai berkata begitu, pendekar misterius pun melesat pergi secepat kilat.
Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun melangkah ke dalam Kiu Thian mo Kiong dengan badan sempoyongan, mulut mereka masih mengalirkan darah segar, akhirnya mereka terkulai.
Pada waktu bersamaan, muncul Kiu Thian mo Cun, Thian Ti siang mo, Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo, Im san Lak yau dan Kiu Mo Li-
"Apa yang telah terjadi?" tanya Kiu Thian mo Cun mengguntur.
"Kami kami bertemu pendekar misterius ," sahut Cit Ciat Sin Kun dengan muka pucat pias, dan memuntahkan darah segar. "uaakh "
"Pendekar misterius?" Kiu Thian mo Cun tampak murka sekali.
"Di mana Ngo Kui dan cit Ti sat?"
"Mereka mereka telah mati" sahut Cit Ciat sin Kun.
"Apa?" sekujur badan Kiu Thian mo Cun bergemetar saking gusarnya.
"Mereka telah dibunuh pendekar misterius itu?"
"ya." Cit Ciat sin Kun mengangguk-
"Tapi dia juga terkena bubuk racun yang kami hamburkan ke arahnya-"
"Dia langsung kabur." tambah Thian sat sin Kun, kemudian memuntahkan darah segar. "Uakhh "
"Kalau tenaga dalamnya tidak berkurang, kami pun pasti telah mati," sambung Thian suan sin Kun.
"Kai si Mo ong, kalian boleh kembali ke kamar" ujar Kiu Thian mo Cun pada Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san Lak yau.
"Ya, Mo Cun." Mereka menjura lalu segera meninggalkan tempat itu.
"Kiu Mo Li, kalian bawa mereka ke kamar" Kiu Thian mo Cun memberi perintah-
"Ya" sahut Kiu Mo Li. Mereka lalu memapah Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun ke dalam.
"Thian Ti siang mo, kok kalian masih berdiri di sini?" tanya Kiu Thian mo Cun karena melihat Thian Ti siang mo masih belum beranjak dari situ.
"Maaf, kami ingin bicara sejenak dengan mo Cun?" jawab Thian mo sambil memberi hormat.
"Tentang kejadian itu?" Kiu Thian mo Cun menatap mereka.
"Ya," Thian mo mengangguk.-
"Ada sesuatu terganjel dalam hati kalian mengenai kejadian itu?" tanya Kiu Thian mo Cun serius.
"Betul, Mo Cun." Thian mo mengangguk lagi.
"Utarakanlah"
"Kejadian di yang wie Kiong, mereka berempat tidak mati, kali ini mereka pun cuma terluka parah "
"Engkau mencurigakan sesuatu?"
"ya, sebab aku masih merasa heran, kenapa pendekar misterius itu bisa tahu mereka mau berangkat ke Markas Pusat Kay Pang?"
"Maksudmu ada mata-mata di dalam Kiu Thian mo Kiong?"
"Aku memang bercuriga begitu"
"Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun itu?"
"Betul." Thian mo mengerutkan kening.
"sebab cuma Ngo Kui dan cit Ti sat yang mati, kenapa mereka hanya terluka?"
"Mereka telah bilang, pendekar misterius itu terkena bubuk racun yang mereka bawa itu, sehingga membuat tenaga dalam pendekar misterius jadi berkurang, maka dia segera kabur."
"Itu kata mereka" ujar Thian mo-
"oleh karena itu, aku punya usul."
"Apa usulmu?"
"Mo Cun harus memeriksa luka-luka mereka, betulkah mereka terluka parah atau cuma berpura-pura."
"Ng" Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Baiklah Mari Kita ke kamar mereka, aku akan memeriksa mereka secara seksama"
Kiu Thian mo Cun dan Thian Ti siang mo segera menuju kamar tersebut. Cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun berbaring di tempat tidur sambil merintih-rintih.
"Mo Cun " ucap Cit Ciat sin Kun ketika melihat Kiu Thian mo Cun menghampirinya.
"Maaf, kami kami tidak kuat bangun untuk memberi hormat."
"Tidak apa-apa." Kiu Thian mo Cun menatap mereka satu persatu.
"Aku dan Thian Ti siang mo ke mari untuk memeriksa luka kalian."
"Terima kasih, Mo Cun" ucap Cit Ciat sin Kun.
Kiu Thian mo Cun mulai memeriksa Cit Ciat sin Kun, Thian Ti siang Mo juga ikut memeriksa Thian sat, Thian suan dengan sikap penuh perhatian.
Akan tetapi, Cit Ciat sin Kun dan lainnya sudah tahu, bahwa Kiu Thian mo Cun dan Thian Ti siang mo mulai bercuriga terhadap mereka berempat. Kalau Pek Giok Liong tidak melukai mereka hingga begitu parah, tentunya
"Kalian betul-betul terluka parah, harus segera makan obat" ujar Kiu Thian mo Cun.
"Kalian berempat harus beristirahat tiga bulan, barulah bisa sembuh luka kalian itu."
"Terima kasih" ucap Cit Ciat sin Kun.
"Kalian beristirahatlah" ujar Thian Ti siang Mopada Thian Sat, Thian Suan dan Ti Kie sin Kun.
"Terima kasih" ucap mereka bertiga serentak-
Kiu Thian mo Cun dan Thian Ti siang mo meninggalkan kamar itu, kening Thian Ti sia Mo ampak berkerut-kerut.
"Memang parah sekali luka dalam mereka itu," ujarnya Thian mo-
"Kalau mereka tidak memiliki Iwee kang tinggi, nyawa mereka sudah melayang."
"Benar." Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Karena itu, aku yakin mereka tidak bersekongkol dengan pendekar misterius."
"ya" sahut Thian mo- "Maaf, aku telah mencurigai mereka"
"Tidak apa-apa," ujar Kiu Thian mo Cun dan bertanya,
"Kalian punya usul apa setelah kejadian itu?"
"Begini" Ti Mo tampak serius-"untuk mengetahui pendekar misterius itu terkena bubuk racun itu atau tidak. Mo Cun harus memerintah belasan orang berkepandaian tinggi membantai para murid Kay Pang di beberapa tempat. Kalau pendekar misterius itu tidak muncul, berarti Iwee kangnya memang telah hilang. Di samping itu, juga memancing emosi pihak Kay Pang pusat, agar mereka menyerbu ke mari."
"Bagus Bagus" Kiu Thian mo Cun tertawa gelak-
"Usulmu memang luar biasa"


Bagian ke 64: Pembantaian.


Para murid Kay Pang yang di beberapa tempat, mulai mengalami bencana, mereka di bunuh oleh orang-orang berkepandaian tinggi dari golongan hitam, sudah puluhan murid Kay Pang terbunuh, sehingga membuat Tetua dan Ketua Kay Pang gusar sekali.
"siapa yang perintahkan mereka membantai para murid Kay Pang?" wajah ouw yang seng Tek merah padam saking murkanya.
"Paman pengemis, aku menduga itu pasti perintah dari Kiu Thian mo Cun," sahut se Pit Han.
"Kalau begitu, kita harus segera menyerang Kiu Thian mo Kiang, membuat perhitungan dengan Kiu Thian mo Cun"
"Sabar, pengemis bau" ujar se Khi-
"Kita harus berpikir dengan kepala dingin, jangan cepat emosi"
"Bukan cuma emosi, kemarahanku telah meledak-" sahut ouw yang seng Tek dengan nafas memburu saking marahnya.
"Aku yakin" ujar se Pit Han dan melanjutkan,
"Kiu Thian mo Cun bertindak begitu, tidak lain untuk memancing kita, agar menyerbu ke sana."
"Begitu" Swat San LoJin manggut-manggut-
"Aku pun berpendapat begitu-"
"Lalu kita harus bagaimana?" ouw yang seng Tek berjalan mondar-mandir.
"Apakah kita harus membiarkan mereka terus membantai para murid Kay Pang?"
"Beri perintah pada semua pimpinan cabang, untuk sementara ini mereka harus bersembunyi," sahut Thian san Lolo.
"Itu" ouw yang seng Tek berpikir lama sekali, setelah itu ia mengangguk dan berkata pada Ketua Kay Pang.
" Cepat laksanakan perintah itu" katanya.
"ya" Ketua Kay Pang segera pergi.
"Aaakh " Keluh ouw yang seng Tek-
"Sudah puluhan murid Kay Pang terbunuh "
"Kalau sudah waktunya, kami pasti membantai pihak Kiu Thian mo Kiong juga," ujar Thian san Lolo.
"Tapi kapan?" ouw yang seng Tek menggeleng-gelengkan kepala.
"Kita bersabar dan terus bersabar, akhirnya murid-murid Kay Pang yang jadi korban."
"Karena telah bersabar, maka harus bersabar lagi" ujar Cian Tak Suseng.
"ohya" swat san LoJin teringat sesuatu.
"Belum lama ini pendekar misterius itu membunuh Ngo Kui dan cit Ti sat, itu berarti kekuatan Kiu Thian mo Kiong jadi berkurang. Tapi kenapa pendekar misterius itu menghilang lagi?"
"Itu memang mengherankan." se Khi menggeleng-gelengkan kepala.
"Mungkin," sela cian Tak suseng.
"Dia pun tidak berani menyerang Kiu Thian mo Kiong, sebab banyak jebakan maut di sana. oleh karena itu, dia menunggu mereka keluar dari Mo Kiong itu, barulah membunuh mereka."
"Kepandaiannya begitu tinggi, kenapa harus takut ke Kiu Thian mo Kiong?" Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Dia tidak takut," ujar Cian Tak suseng.
"Melainkan berpikir panjang. Kita harus tahu, walau memiliki kepandaian tinggi, kalau sudah masuk kedalam jebakan, kepandaian tinggi itu pun sudah tiada gunanya."
"Aku kurang percaya," sahut Pek Giok Houw-
"Giok Houw" Cian Tok suseng tersenyum.
"Seandainya engkau masuk ke sebuah jebakan berupa kolam yang amat dalam, dinding-dinding kolam itu pun licin sekali, nah, apa yang harus engkau lakukan?"
"Berusaha melompat ke atas," jawab Pek Giok Houw.
"seandainya bagian atas telah tertutup?" Cian Tok suseng menatapnya.
"Aku akan menghancurkan dinding kolam itu dengan pukulan," sahut Pek Giok Houw.
"Apa yang akan terjadi kalau dinding kolam itu terbuat dari baja yang amat tebal?" tanya Cian Tok suseng lagi.
"Aku" Pek Giok Houw tergagap.
"Lalu mendadak dinding kiri kanan kolam itu bergerak merapat, sedangkan engkau berdiri di tengah-tengah, apa akan terjadi?" cian Tok suseng melirik ouw yang seng Tek-
"Tentunya aku pasti mati terjepit,"jawab Pek cjiok Houw sambil menundukkan kepala.
"Kiu Thian mo Kiong telah dilengkapi dengan berbagai jebakan maut, kalau kita menyerang ke sana, sama juga mengantar diri untuk mati- Maka sebelum kita melakukan penyerangan ke sana, pikirkanlah baik-baik dan seksama jangan sampai mati sia-sia di sana," ujar cian Tok suseng.
"Benar-" swat san Lo Jin manggut-manggut.
"Pihak Kiu Thian mo Kiong tidak menyerbu ke mari, kita pun tidak menyerang ke sana, jadi bagaimana selanjutnya?" ouw yang seng Tek menggeleng-gelengkan kepala-
"Apakah masing-masing pihak terus menerus saling menunggu?"
"Pengemis bau" Se Khi tertawa.
"Engkau harus tahu, Kiu Thian mo Cun tidak akan sesabar kita, percayalah"
"Maksudmu?" tanya ouw yang Seng Tek.
"Dia ingin membasmi kita, tentunya tidak dapat bersabar lama untuk menunggu kita menyerang ke sana. Aku yakin tidak lama lagi mereka pasti menyerbu ke mari. Maka kita harus bersiap-siap menyambut serangan mereka." jawab se Khi.
"Betul." Swat San LoJin manggut- manggut dan menambahkan,
"Kita harus memperhitungkan kekuatan mereka dengan kekuatan kita Kekuatan mereka terdiri dari Kiu Thian mo Cun, Thian Ti Siang Mo, Kai Si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im Si Lo Mo, Im San Lak yau, Kiu Mo Li dan puluhan orang-orang berkepandaian tinggi dari golongan hitam. sedangkan dari pihak kita yakni Pek Giok Houw, Thian San Lolo, Cian Tak Suseng, Se Khi, Se Pit Han, Thian Koh Sing, Thian Kang Sing, Si Kim Kong, lima pelindung pulau. Giok Cing, Giok Ling, Pat Kiam, Thiat Jiau Kou Hun, Hek Ai Lan, Ling Ling dan aku. Kalau dihitung jumlah orang-orang dari pihak kita memang lebih banyak, tapi pihak sana rata-rata berkepandaian yang amat tinggi. Seandainya terjadi pertarungan, akibatnya tidak dapat dibayangkan."
"Cepat atau lambat pasti terjadi," ujar Thian San Lolo dan menambahkan,
"Terhadap Kai Si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im Si Lo Mo dan Im San Lak yau, itu harus dua lawan satu. Kalau tidak, kita pasti kalah, sebab kepandaian mereka tinggi sekali."
"Pek Giok Houw melawan Kiu Thian mo Cun, aku masih ragu" Se Pit Han menarik nafas panjang.
" Kakak Han" Pek Giok Houw tersenyum getir.
"Pokoknya aku akan mati bersama Kiu Thian Mo Cun."
" Kakak Houw " seru Ling Ling tak tertahan sambil menatapnya cemas.
"Ling Ling " Pek Giok Houw menggeleng-gelengkan kepala.
"Heeei" teriak ouw yang seng Tek mendadak sambil melototi swat san Lojin.
" Kenapa barusan engkau tidak menyebut namaku dan Ketua Kay Pang? Apakah kami tidak masuk hitungan?"
"Kalian berdua pemeran utama, tentunya aku tidak perlu menyebut nama kalian berdua," sahut swat san LoJin sambil tertawa.
"Aku justru masih merasa heran, kenapa pendekar misterius itu muncul dan hilang mendadak, lagipula kenapa dia tidak mau bergabung dengan kita?" ujar se Pit Han bergumam.
"Alangkah baiknya kalau dia bergabung dengan kita" sahut swat san LoJin, dan ia pun bergumam.
"Tapi dia berada di mana sekarang?"
Padahal sesungguhnya, Pek Giok Liong sudah tahu tentang pembantaian tersebut. Tapi ia tidak mau turun tangan memhunuh para pembunuh itu, sebab ia dapat menerka tujuan Kiu Thian mo Cun, tidak lain ingin mengetahui dirinya terkena racun atau tidak, juga ingin memancing emosi pihak Kay Pang. Kalau ia membunuh para pembunuh itu, pertanda dirinya tidak terkena racun, Ia tidak memunculkan diri membunuh mereka, tentunya membuat Kiu Thian mo Cun yakin bahwa dirinya telah terkena racun, oleh karena itu, kemungkinan besar pihak Kiu Thian mo Kiong akan menyerang ke Markas Pusat Kay Pang.
-ooo00000ooo-
Pek Giok Houw duduk di bawah pohon, tampak seakan sedang memikirkan sesuatu, karena keningnya terus berkerut-kerut.
"Kakak Houw " Muncul Ling Ling menghampirinya.
"Kok melamun di situ?"
"Ling Ling " Pek Giok Houw memandangnya.
"sedang memikirkan apa sih. Kakak Houw?" tanya Ling Ling sambil duduk di sisinya.
"Aku sedang berpikir, kapan akan terjadi pertarungan itu," jawab Pek Giok Houw.
"Aku harus membunuh Kiu Thian mo Cun."
" Kakak Houw, aku aku jadi takut." Ling Ling menggenggam tangannya erat-erat.
"Takut apa?"
"Seandainya engkau yang terbunuh, aku aku pun tidak bisa hidup,"
"Ling Ling" Pek Giok Houw menatapnya sambil tersenyum getir-
"Jangan berkata begitu seandainya aku mati, engkau harus hidup"
"Tidak" Mata Ling Ling mulai basah-
"Pokoknya harus aku ikut mati"
"Ling Ling "
"Kakak Houw" Ling Ling terisak-
"Beberapa malam ini, aku sering bermimpi buruk"
"Ling Ling, itu karena pikiranmu kacau," ujar Pek Giok Houw Lembut.
"Janganlah engkau banyak berpikir"
"Kakak Houw, aku aku takut" Ling Ling memeluknya erat-erat.
"Aku tidak mau kehilanganmu"
Sementara Se Pit Han juga duduk termangu di dalam kamar, sepasang matanya terus menatap lurus ke depan.
"Nona" Giok cing mendekatinya.
"Jangan terus melamun, itu akan mengganggu kesehatanmu"
"Giok Cing" sePit Han menatapnya.
"Bagaimana menurut pandanganmu mengenai pendekar misterius?"
"Dia memang misterius dan berkepandaian amat tinggi," jawab Giok Cing.
"Bagaimana dugaanmu tentang dia?" tanya se Pit Han.
"Maksud Nona?" Giok Cing tercengang.
"Menurut dugaanmu kira-kira siapa dia?"
"Nona" Giok Cing mengernyitkan kening.
"Aku tidak pernah bertemu dengannya, maka tidak bisa menduga siapa dia"
"Apa sebabnya dia menutup mukanya dengan kain? Kenapa dia tidak mau bergabung dengan kita dan tidak mau menemui kita?"
"Mungkin dia ingin bergerak sendiri"
"Menurutku, tidaklah begitu," ujar se Pit Han sambil mengerutkan kening.
"Dia pasti kenal kita, kita pun mengenalnya, oleh karena itu, dia tidak mau bergabung maupun menemui kita. Dia khawatir kita mengenalinya, kalau bukan karena itu, kenapa dia menitip pesan pada Ling Ling dengan ilmu menyampaikan suara? Bukankah dia bisa langsung menemui swat san LoJin?"
"Tapi swat san LoJin, Thian san Lolo dan Ling Ling pernah melihatnya, hanya mereka sama sekali tidak tahu siapa dia."
"Engkau harus tahu, mereka tidak begitu dekat dengan adik Liong, jadi merasa sama sekali tidak tahu jelas bagaimana sikap dan gerak-gerik adik Liong "
"Nona menduga pendekar misterius itu Pek Giok Liong?" tanya cilik Cing terbelalak.
"Ya." se Pit Han mengangguk-
"Nona" Giok Cing menggeleng-gelengkan kepala-
"Pek Giok Liong sudah mati setahun lebih, maka tidak mungkin pendekar misterius itu Pek Giok Liong."
" Kalau pendekar misterius itu orang lain, kenapa dia harus menutup mukanya dengan kain?"
"Itu " cilik Cing mengernyitkan kening.
"Pendekar misterius itu menutup mukanya dengan kain, tentunya punya suatu sebab." ujar se Pit Han.
"Mungkin mukanya telah cacat."
"oh?" Giok Cing menatap se Pit Han sambil menarik nafas panjang.
"Nona terlampau memikirkan Pek Giok Liong "
"Terus terang, aku tidak percaya nasibnya begitu buruk, mati secara mengenaskan dan tanpa kuburan."
"Nona " Giok Cing menggeleng-gelengkan kepala.
"Giok Cing, maukah engkau membantuku?" tanya se Pit Han mendadak-
"Katakanlah Nona, apa yang dapat kubantu?"jawab Giok Cing dan merasa heran, kenapa se Pit Han minta bantuannya
"Aku ingin pergi cari pendekar misterius itu"
"Apa?" Giok Cing terbelalak,
"Itu itu tidak boleh."
"Giok Cing "
"Kalau Nona pergi, aku pasti bunuh diri," ujar Giok Cing sungguh-sungguh.
"Sebab ketika mau berangkat, tocu telah berpesan padaku dan Giok Ling, harus baik-baik menjaga Nona "
"Aku pergi tidak akan lama, lagi pula "
"Tidak bisa" potong Giok Cing.
"Kalau Nona pergi, aku dan Giok Ling pasti bunuh diri."
"Betul," sahut Giok Ling yang baru masuk ke kamar.
"Kalau Nona berkeras mau pergi, kami berdua pasti bunuh diri."
"Kalian" Se Pit Han menarik nafas panjang.
"Kalian berdua sama sekali tidak merasa kasihan padaku."
"Nona" ujar Giok Ling.
"Tidak usah sedig, pendekar misterius pasti akan muncul."
"Betul," sambung Giok Cing.
"Dia telah membunuh Ngo Kui dan cit Ti Sat, otomatis Kiu Thian mo Cun tidak akan melepaskannya."
"ohya" Tiba-tiba Se Pit Han teringat sesuatu.
"Pendekar misterius itu cuma membunuh orang-orang dari Kiu Thian m o Kiong, itu berarti dia punya dendam pada Kiu Thian mo Cun"
"Maksud Nona pendekar itu Pek Giok Liong?" tanya Giok Ling.
"ya." Se Pit Han mengangguk.
"Aku yakin pendekar misterius itu Pek Giok Liong."
"Itu" Giok Ling berpikir keras, kemudian manggut-manggut.
"Nona, kalau dipikirkan secara mendalam, memang masuk akal pendekar misterius itu Pek Giok Liong. Dia menutup mukanya dengan kain dan tidak mau menemui Nona, aku duga wajahnya pasti ada masalah-"
"Benar." se Pit Han manggut-manggut dan tampak bersemangat.
" Aku pun yakin wajahnya telah rusak, maka dia merasa malu bertemu kita."
"Masuk akal," ujar Giok Cing.
"sebab ketika mengobati Pek Giok Houw, dia cuma bicara dengan Ling Ling, bahkan dengan ilmu menyampaikan suara, Itu berarti dia tidak menghendaki swat san Lo Jin mendengar suaranya.. khawatir swat san Lo lin mengenali suaranya."
"Kalau benar begitu, adik Liong sungguh salah-" se Pit Han menarik nafas panjang.
" Walau wajahnya rusak, aku aku tetap mencintainya."
"Nona" Giok Ling menatapnya.
"sekarang wajah Pek Giok Liong rusak tidak karuan, apakah Nona masih mencintainya?"
"Tentu" se Pit Han mengangguk-
"Tidak merasa jijik?" tanya Giok Ling lagi.
"sama sekali tidak," jawab se Pit Han pasti.
"Ha ha ha" Terdengar suara tawa di luar. se Pit Han, Giok Cing dan Giok Ling seoera menoleh, mereka melihat Cian Tak suseng berdiri di dekat pintu.
"cian Tak lo cianpwee" panggil se Pit Han.
"silakan masuk"
"Tidakkah mengganggu percakapan kalian?" tanya Cian Tak suseng serius sambil menatap se Pit Han dalam-dalam.
"Masih bilang begitu," sahut Giok Cing cemberut.
"Cian Tak lo cianpwee pasti telah mendengar pembicaraan kami."
"Tidak salah-" Cian Tok suseng tertawa sambil melangkah ke dalam lalu duduk.
"Kalian bertiga sama-sama menduga bahwa pendekar misterius itu Pek Giok Liong yang telah mati itu?"
"Kami menduga begitu, pertanda Pek Giok Liong belum mati," ujar Giok Ling.
" Kalau dipikir-pikir dan di renungkan, memang masuk akal pendekar misterius itu Pek Giok Liong, sebab dia begitu menaruh perhatian pada pihak kita."
"Betul." se Pit Han mengangguk dan tampak semakin bersemangat,
"ohya" wajah Cian Tok suseng tampak serius.
"Aku ingin bicara empat mata denganmu"
" Kalau begitu " se Pit Han memandang Giok Cing dan Giok Ling.
"Nona, kami ke depan saja," ujar Giok Cing, lalu segera mengajak Giok Ling meninggalkan kamar itu.
"cian Tok lo cianpwee mau bicara apa denganku?" tanya se Pit Han heran,
"sebelum aku mulai bicara, engkau harus bersumpah dulu," sahut Cian Tok suseng.
"Aku harus bersumpah apa?" tanya se Pit Han.
"Engkau harus bersumpah, tidak akan memberitahukan apa yang kukatakan pada siapa pun," jawab Cian Tok suseng.
"Baiklah-" se Pit Han bersumpah, setelah itu ia menatap Cian Tok suseng.
"Aku sudah bersumpah, silakan lo cianpwee katakan"
"Ngmm" Cian Tok Suseng manggut-manggut.
"Nona se, tahukah engkau siapa yang menyuruhku bergabung dengan Partai Kay Pang?"
"Jadi " se Pit Han tercengang. "Lo cianpwee bergabung di sini bukan atas kehendak sendiri, melainkan disuruh orang?"
"Engkau tahu kan? setelah Pek Giok Liong berhasil membalas dendam kedua orang tuanya, aku pun kembali ke tempatku dan sama sekali tidak mencampuri segala urusan rimba persilatan lagi. Maka apa yang telah menimpa diri Pek Giok Liong, aku tidak mengetahuinya "Lanjut Cian Tak suseng.
"Akan tetapi, pada suatu hari ketika aku sedang asyik meniup seruling di pinggir kali, mendadak muncul seseorang "
"siapa orang itu?"
Cian Tak suseng tidak menjawab, melainkan melanjutkan penuturannya sambil menatap se Pit Han.
" orang itu memakai topi rumput lebar dan menutup mukanya dengan kain putih "
"Pendekar misterius" seru se Pit Han tertahan.
"ya." Cian Tak suseng mengangguk-
" orang itu memang pendekar misterius, dia mengaku dirinya utusan Kiu Thian mo Cun "
"Hah? Apa?" se Pit Han terbelalak-
"Dia mengaku dirinya utusan Kiu Thian mo Cun?"
"Benar, kemudian dia pun menceritakan keadaan rimba persilatan yang telah dikuasai Kiu Thian mo Cun, bahkan juga memberitahukan tentang Pek Giok Liong yang terpukul ke jurang oleh Kiu Thian mo Cun, itu sungguh mengejutkanku."
"oh?" se Pit Han mengernyitkan kening.
"Dia menemuiku dengan maksud menarik diriku untuk bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong "
"Tapi lo cianpwee kok malah bergabung di sini?"
"Aku menolak untuk bergabung dengan Kiu Thian mo Kiong. Dia terus mendesakku, tapi aku tetap menolak-Bahkan aku pun mengancam, apabila dia menggunakan kekerasan, aku akan bunuh diri"
"Bagaimana dia setelah lo cianpwee mengancam begitu?"
"Dia memang masih mendesak, dia pun mengatakan akan memaksaku. Nah, aku segera mengambil pil racun. Tetapi ketika baru mau kumasukkan ke dalam mulut, mendadak tangannya bergerak dan tanganku pun jadi ngilu "
"setelah itu mendadak dia tertawa, lalu mengeluarkan suatu benda dan diperlihatkan padaku."
"Benda apa itu?" "Jit Goat seng sim Ki."
"Apa?" se Pit Han tertegun.
"Panji Hati suci Matahari Bulan?"
"ya." Cian Tok suseng mengangguk-
"Dia pun menyuruhku berjanji, tidak akan memberitahukan pada siapa pun. Karena aku merasa kasihan dan simpati padamu, maka aku harus memberitahukan padamu agar kamu bisa tenang."
" Jadi " Mata se Pit Han berbinar-binar-
"Pedekar misterius itu benar adik Liong?"
"Benar." cian Tok suseng mengangguk-
"Karena tadi engkau bilang, walau wajahnya rusak, namun engkau tetap mencintainya- oleh karena itu, aku pun harus berterus terang. Dia memang Pek Giok Liong. Dia tidak mati terpukul Hek Sim Tok ciang, tetapi sebaliknya malah menemukan kitab pelajaran silat yang amat tinggi, hanya saja wajahnya telah rusak-"
"Dia memperlihatkan wajahnya pada lo cianpwee?"
"Tidak- Dia cuma menyuruhku agar bergabung dengan partai Kay Pang, sebab aku kenal racun."
"Lo cianpwee, terima kasih"
"Nona se, kini kepandaiannya bertambah tinggi." cian Tak suseng memberitahukan.
"Apabila bertemu dia kelak, engkau harus berusaha menahannya Karena kalau dia telah melesat pergi, sudah sulit mengejarnya."
" Aku pasti ingat itu"
"Pokoknya engkau harus berusaha menahannya dengan cara apa pun, jangan sampai dia pergi"
"Kapan dia akan memunculkan diri?"
"Manakala Kiu Thian mo Cun memunculkan diri, dia pun pasti memunculkan diri," jawab Cian Tak suseng.
"Kini yang mampu menandingi kepandaian Kiu Thian mo Cun, hanyalah dia-"
"Dia menemukan ilmu silat apa?"
"Aku tidak tahu-" Cian Tak suseng menatapnya.
"Nona se, aku harap engkau jangan memberitahukan pada siapa pun yang penting engkau sudah tahu sekarang, sebab aku telah melanggar janji."
"Lo cianpwee tidak usah cemas" se Pit Han tersenyum.
"Aku telah bersumpah tadi, tidak mungkin aku akan melanggar sumpahku sendiri"
"Syukurlah" Cian Tak suseng manggut-manggut.
"oleh karena itu, engkau pun harus membantuku "
"Membantu dalam hal apa?"
"Mencegah agar pihak kita jangan menyerbu Kiu Thian mo Kiong, dia yang berpesan begitu padaku, karena banyak jebakan maut di Kiu Thian mo Kiong."
"Ng" se Pit Han mengangguk dan bertanya,
"Dia tidak tahu Pek Giok Houw adalah adik kembarnya?"
"Dia tidak tahu."
"Aaakh " keluh se Pit Han.
"sungguh kasihan Pek Giok Houw"
(Bersambung bagian 65)
Bagian ke 65: Menantang
Kiu Thian mo Cun dan lainnya duduk di ruang dalam, kelihatannya mereka sedang membahas sesuatu, Hal itu dapat dilihat dari wajah Thian Ti Siang Mo dan lainnya, sebab mereka tampak serius sekali.
"Kini para murid Partai Kay Pang telah menyembunyikan diri, mereka takut dibantai oleh pihak kita. Selama pembantaian itu, pendekar misterius sama sekali tidak muncul, untuk membunuh pihak kita, pertanda dia memang telah terkena bubuk racun pelemah Iwee kang."
"Mo Cun" tanya Thian mo mendadak.
"Berapa lama orang yang terkena bubuk racun itu akan pulih Iwee kangnya?"
"Pendekar misterius itu amat dalam Iwee kangnya, mungkin dua bulan kemudian, Iwee kangnya akan pulih seperti semula," jawab Kiu Thian mo Cun memberitahukan.
"Kalau begitu" Ujar Thian mo setelah berpikir sejenak.
"Mumpung Iwee kang pendekar misterius itu masih belum pulih, alangkah baiknya.... "
"Kita serbu Markas Pusat Kay Pang?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Ya." Thlan mo mengangguk.
"Aku memang bermaksud begitu. Setelah itu, barulah kita menghadapi pendekar misterius itu."
"Ngmm" Kiu Thian mo Cun manggut-manggut, kemudian bertanya pada Kai Si Mo ong.
"Bagaimana menurutmu?"
"Menurut aku, lebih baik kita tantang langsung pada mereka" sahut Kai Si Mo ong.
"Menantang langsung pada mereka?"
"Ya." Kai Si Mo ong mengangguk.
"Kita tantang pihak Kay Pang bertarung secara terbuka di suatu tempat, jadi tidak perlu menelan banyak korban."
"Aku setuju," sahut Pek Hoat Lo Thai.
"Memang lebih baik begitu," sambung Im Si Lo Mo.
"Kami berenam saudara pun setuju begitu," sela Im San Lak Yau.
"Thian Ti Siang mo, bagaimana menurut kalian berdua?" Kiu Thian mo Cun menatap mereka.
"Memang tidak ada salahnya kita menantang mereka," jawab Thian mo.
"Tapi di mana kita mengambil tempat untuk bertarung?"
"Bagaimana kalau di kaki Gunung Kah Lan San yang tak jauh dari sini?" tanya Thian Mo mengusulkan.
"Boleh juga." Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"Kita dirikan sebuah panggung di sana untuk adu silat, jadi kita pun harus memperhitungkan kekuatan pihak Kay Pang."
"Betul, Mo Cun." Thian mo mengangguk.
"Pihak Kay Pang terdiri dari ouw Yang Seng Tek, Ketua Kay Pang dan pihak Pulau Pelangi."
"Engkau tahu jelas siapa-siapa pihak Pulau Pelangi itu?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Tahu." Thian mo mengangguk sekaligus memberitahukan, -Se Pit Han, Se Khi, Thian Koh sing, Thian Kang sing, si Kim Kong, lima pelindung, sepasang pengawal dan Pat Kiam, ditambah swat san Lo Jin, Thian san Lolo, Hek siau Liong dan Ling Ling"
"Masih ada satu orang" sambung Ti Mo-
"yakni Hek Ai Lan, ibu Hek siau Liong."
"Berarti mereka berjumlah dua puluh delapan orang, sedangkan kita cuma dua puluh satu orang " ujar Kiu Thian mo Cun.
"Mo Cun melawan Pek Giok Liong." Thian mo memberitahukan.
"Kami berdua melawan Thian Koh sing dan Thian Kang sing. Kiu Mo Li melawan Pat Kiam, Kai si Mo ong melawan swat san LoJin dan Thian san Lolo, Pek Hoat Lo Thai dan Im si Lo Mo melawan si Kim Kong, sedangkan Im san Lak yau melawan Lima pelindung dan lainnya, pihak kita pasti menang."
"Benar." Kiu Thian mo Cun tertawa gelak-
"Setelah kita menaklukkan Partai Kay Pang dan pihak Pulau Pelangi, maka rimba persilatan akan menjadi milik Kiu Thian mo Kiong."
"Hahaha"Thian Ti siang Mojuga ikut tertawa.
"Kai si Mo ong, bagaimana menurut kalian?" tanya Kiu Thian mo Cun karena melihat mereka diam saja.
"Kami setuju," sahut mereka serentak-
"Baiklah-" Kiu Thian mo Cun manggut- manggut.
"Sekarang kalian boleh kembali ke kamar."
"Terima kasih, Mo Cun" ucap mereka lalu segera pergi ke kamar.
"Kiu Mo Li, kalian pun boleh ke kamar," ujar Kiu Thian mo Cun.
"Terima kasih, Mo Cun" Kiu Mo Li segera berlenggang ke kamar.
Kini hanya tinggal Thian Ti siang Mo, maka Kiu Thian mo Cun pun berkata dengan suara rendah.
"Aku akan menulis surat tantangan, kalian antar surat tantanganku ke Markas Pusat Kay Pang"
"ya, Mo Cun" sahut Thian Ti siang Mo
"Thian Ti siang Mo" Kiu Thian mo Cun tertawa.
"Tahukah kalian apa yang kupikirkan sekarang?"
"Tahu." Thian mo mengangguk.
".Mo Cun ingin memhunuh mereka semua."
"Benar." Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
" Kalau mereka sudah berkumpul, tidak sulit bagi kita untuk membunuh mereka."
"Betul," sahut Ti Mo sambil tersenyum licik,
".Mo Cun, sebelumnya kita harus menyebarkan racun di tempat itu."
"Aku memang telah berpikir begitu, dan juga kita pun harus memerintah tujuh partai besar untuk hadir" ujar Kiu Thian mo Cun.
"Tujuan mo Cun?" tanya Thian mo-
"Aku akan menyuruh mereka membunuh para murid Kay pang" Kiu Thian mo Cun cun.
"Jadi nanti kalian muncul duluan, aku belakangan."
"Bagus." Thian mo tertawa.
"Mo Cun, aku khawatir Kai si Mo ong dan lainnya tidak akan bersungguh-sungguh membantu kita, maka aku usulkan, sebelum berangkat untuk bertanding, kita ajak mereka minum dulu " ujar Ti Mo-
"oooh Aku sudah tahu maksudmu." Kiu Thian mo Cun manggut-manggut.
"supaya diam-diam kalian akan menaruh racun ke dalam minuman merekakan?"
"ya." Ti Mo mengangguk-
"Itu agar mereka bersungguh-sungguh membantu kita-" Kiu Thian mo Cun tertawa-
"Memang harus begitu, bahkan aku pun akan perintahkan mereka agar membunuh pihak Pulau Pelangi-"
"Betul-" Ti Mo tertawa gelak-
"Baiklah- Kalian berdua tunggu sebentar, aku akan menulis surat tantangan untuk Partai Kay Pang"
-ooo00000ooo-
Kemunculan Thian Ti siang Mo di Markas Pusat Kay Pang, itu sungguh mengejutkan. Namun mereka datang sebagai utusan Kiu Thian mo Cun, tentunya disambut dengan baik, dan Ketua Kay Pang pun mempersilahkan mereka duduk.-
"Terima kasih" ucap Thian mo angkuh.
"Ada apa Kiu Thian mo Cun mengutus kalian ke mari?" tanya Kay Pang-
" Untuk mengantar surat tantangannya" sahut Thian mo sambil menyerahkan sepucuk surat pada Ketua Kay Pang-
Ketua Kay Pang menerima surat itu dan sekaligus membacanya, setelah itu diberikan pada ouw yang seng Tek- surat itu berbunyi demikian.


Partai Pengemis:
Kami pihak Kiu Thian mo Kiong menantang kalian pibu (Adu silat) pada pek gwe cap ngo (Tanggal lima belas bulan delapan) pagi, di kaki gunung Kah Lan. Terima kasih
Tertanda:
Kiu Thian mo Cun


Usai membaca itu, ouw yang seng Tek lalu menyerahkan pada swat san Lojin. setelah membaca surat tantangan itu, swat san LoJin manggut-manggut.
"Thian Ti siang Mo" ujarnya-
"Beritahukaniah pada Kiu Thian mo Cun, bahwa kami terima tantangannya"
"Baik" Thian mo mengangguk-
"ohya, tujuh partai besar juga hadir untuk menyaksikan pibu itu"
"Bagus" swat san LoJin tertawa-
"Biar tujuh partai besar jadi saksi dalam pibu itu."
"Maaf" ucap Thian mo-
"Kami mau pamit"
" Antar utusan Kiu Thian mo Cun" seru Ketua Kay Pang.
setelah Thian Ti siang Mo pergi, suasana di ruang itu pun menjadi ramai, tetapi swat san LoJin segera menyuruh mereka tenang.
"Kita semua harus tenang, mari kita rundingkan bersama"
"Lo cianpwee telah menyanggupinya, maka kita jangan mundur" ujar Ketua Kay Pang.
"Benar-" swat san LoJin manggut-manggut.
"Aku khawatir" se Khi mengerutkan kening.
"Mereka akan memasang jebakan di tempat itu."
"Cuma tinggal dua hari, pihak Kiu Thian mo Kiong tidak sempat pasang jebakan," ujar Thian san Lolo.
" Lebih baik aku menyuruh beberapa orang untuk mengawasi kaki gunung Kah Lan. Kalau melihat orang dari pihak Kiu Thian mo Kiong, mereka harus segera pulang melapor. Bagaimana?" tanya Ketua Kay Pang.
"Memang lebih baik begitu," sahut swat san Lo Jin.
Ketua Kay Pang segera memerintah empat orang untuk mengawasi tempat itu, sementara se Pit Han tampak mengernyitkan kening.
"Pihak Kiu Thian mo Kiong memang tidak punya waktu untuk membuat jebakan, tapi mereka pasti sempat menyebarkan racun di sekitar tempat itu." ujar se Pit Han dan menambahkan,
"Maka kita harus siap untuk itu"
"sebelum berangkat, kita semua harus makan obat anti racun," sahut Cian Tok suseng sambil tersenyum.
"Nona se, jangan mencemaskan itu"
"Racun tua" ujar se Khi-
"Apakah obatmu itu sungguh-sungguh manjur? Kalau tidak manjur, klta semua pasti celaka."
"Ha ha ha" Cian Tok suseng tertawa.
"Julukanku pelajar seribu racun, kalau obat anti racunku tidak manjur, julukanku pun, boleh dihapus-"
"Jangan tersinggung. Racun tua" se Khi tersenyum-
"Aku tahu bahwa engkau pakar racun, maka aku sengaja berkata begitu-"
"Aku tidak tersinggung, sebaliknya malah berterima kasih padamu mengingatkanku," ujar Cian Tok suseng.
"Sekarang " sela swat san LoJin lantang.
"Mari klta membahas tentang pibu itu"
"Pihak Kiu Thian mo Kiong yang berkepandaian tinggi berjumlah dua puluh satu orang. kita berjumlah dua puluh delapan orang. Nah, bagaimana cara kita bertanding dengan mereka?" ujar ouw yang seng Tek.
"Kalau satu lawan satu, pihak kita pasti kalah," sahut swat san LoJin dan melanjutkan,
"Maka harus kita atur dua lawan satu, itu pun belum tentu kita akan menang."
"Benar," ujar Thian san Lolo.
"Jadi bagaimana kalau begitu siang sing yakni Thian Koh sing dan Thian Kang sing melawan Thian Ti siang Mo, aku dan swat san LoJin melawan Kai si Mo ong. Pat Kiam melawan Kiu Mo Li, Hok Mo Kim Kong dan cuh yau Kim Kong melawan Pek Hoat, Cuah Kui Kim Kong dan cam Kuai Kim Kong melawan Im si Lo Mo, lima pelindung, ThiatJiau Kou Hun, sepasang pengawal dan se Khi melawan Im San Lak yau. Apakah kalian setuju?"
"setuju," sahut swat san LoJin dan ouw yang seng Tek serentak.
"Aku kurang setuju," sahut cian Tok suseng.
"Racun tua" ouw yang seng Tek menatapnya.
"Kenapa engkau tidak setuju?"
"Karena namaku tidak disebut." Cian Tok Suseng menggeleng-gelengkan kepala.
"Apakah aku di sana cuma makan angin dan menonton?"
"Tugasmu mengawasi pihak Kiu Thian mo cun, tentunya mengenai racun. Nah, bukankah engkau tidak makan angin dan menonton lagi?" sahut ouw yang seng Tek sambil tertawa.
"Lalu apa tugasku?" tanya se Pit Han.
"Engkau dan Ling Ling harus bersiap-siap"Jawab Cian Tok suseng.
"Apabila terjadi sesuatu di luar dugaan, kalian berdua harus segera turun tangan membantu"
"Baiklah" se Pit Han mengangguk.
"Cara bertanding harus diadakan tujuh babak. Babak terakhir Pek Giok Houw melawan Kiu Thian mo Cun," ujar swat san LoJin.
"Aku yakin dalam enam babak itu, pihak kita pasti kalah"
"Kalau begitu, percuma kita bertanding dengan mereka?" Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Kita harus menggunakan siasat," sahut se Khi serius.
"Pertandingan enam babak itu harus dibatasi dengan jumlah jurus, misalnya batas lima puluh jurus. Maksudku harus ada yang seri, jadi kita masih punya harapan untuk menang."
"Bagaimana seandainya pihak Kiu Thian mo Kiong tidak setuju?" tanya ouw yang seng Tek mendadak-
"Itu berarti akan terjadi pertarungan mati-matian" sahut swat san LoJin.
"Aku yakin" sela se Pit Han.
"Pibu cuma merupakan suatu alasan, sesungguhnya Kiu Thian mo Cun sudah siap membunuh kita semua."
"oh?" swat san LoJin mengernyitkan kening.
"Kalau begitu"
"Apa boleh buat" Thian san Lolo menatapnya.
"Kita harus bertarung mati-matian melawan mereka"
"Itu sudah pasti." Pek Giok Houw menyelak-
"Aku ingin menuntut balas pada Kiu Thian Mo Cun, tentunya kami berdua harus bertarung hingga ada yang mati."
"Kakak Houw" Ling Ling tampak cemas sekali-
"Ling Ling" Pek Giok Houw menatapnya sambil menarik nafas.
"Engkau tidak perlu mencemaskan diriku, mati atau hidup itu sudah ditakdirkan."
"Aaakh " Keluh Ling Ling, kemudian mendadak ia berseru,
"Mudah-mudahan Pendekar misterius akan muncul di saat itu"
"Benar," sahut swat san LoJin bersemangat.
"Aku yakin dia pasti muncul, sebab dia telah membunuh Ngo Kui dan cit Ti sat, maka itu kesempatan baginya untuk membasmi pihak Kiu Thian mo Kiong."
"Tidak salah," sambung Thian san Lolo. Nenek tua itu pun tampak bersemangat sekali.
"Terus terang, kalau aku dan swat san LoJin berdua maju bersama melawan pendekar misterius itu, aku yakin kami cuma mampu bertahan sampai sepuluh jurus saja."
"yang benar?" ouw yang seng Tek tidak percaya.
"Bagaimana mungkin aku mau merendahkan diri sendiri?" Thian san Lolo melotot.
"Bukankah aku telah menceritakan, bahwa kami berdua pernah menyerangnya dengan Iwee kang? Engkau harus tahu, bahwa pada waktu itu aku telah mengerahkan Iwee kang ku hingga sepuluh bagian. Begitu pula swat San LoJin, dan mendadak sekujur badannya memancarkan cahaya putih dan seketika juga kami berdua terpental jatuh duduk di lantai."
"Benar." Tiba-tiba Ling Ling tertawa geli-
"guruku dan swat san LoJin tidak mampu bangkit berdiri, terus duduk di lantai dengan mata terbelalak-"
"Heran?" gumam ouw yang seng Tek-
"Sebetulnya ilmu apa yang dimiliki pendekar misterius itu?1 Kok badannya bisa memancarkan cahaya putih?"
"Sekujur badan memancarkan cahaya putih?" Mendadak se Pit Han teringat sesuatu.
"Apakah itu adalah ilmu "
"Ilmu apa?" tanya swat san LoJin cepat-
"Jit Cfiat Seng Sim Sin Kang (Tenaga Sakti Hati Suci Matahari Bulan)" sahut Se Pit Han.
"Tapi yang memiliki ilmu itu cuma seng sim Tayhiap, dan tidak pernah diwariskan pada generasi penerus. Lagi pula pada masa itu, seng sim Tayhiap masih belum mencapai sampai tingkat itu"
"Kok engkau tahu?" tanya swat san LoJin heran.
"Kakekku pernah menceritakan padaku,"jawab sePit Han dan diam-diam ia bergirang, karena Pek Giok Liong memperoleh ilmu itu.
"Tidak salah," sela se Khi-
"Tapi pada masa itu, sekujur badan seng sim Tayhiap masih belum bisa memancarkan cahaya putih."
"Kalau begitu, berarti pendekar misterius mampu mengalahkan Kiu Thian mo cun?" ujar ouw yang seng Tek seakan bertanya.
"Itu mudah-mudahan" sahut se Khi.
"Sebab Kiu Thian mo Cun memiliki Hek sim sin Kang dan Hek sim Tok Ciang yang amat dahsyat. Kalau Hek sim (Hati Hitam) bertemu seng sim (Hati suci), aku yakin seng sim pasti menang."
"Benar-" swat san Lo Jin manggut-manggut.
"Tapi" ouw yang seng Tek menggeleng-gelengkan kepala.
"Setelah membunuh Ngo Kui dan cit Ti sat, pendekar misterius itu pun menghilang. Bagaimana mungkin dia akan muncul di tempat pibu itu?"
"Percayalah" Cian Tok suseng serius.
"Dia pasti muncul, sebab aku yakin dia menghendaki kemunculan Kiu Thian mo Cun. oleh karena itu, begitu Kiu Thian mo Cun muncul, dia pasti muncul."
"Kok begitu yakin?" se Khi menatapnya tajam.
"sebab ketika Ngo Kui, Cit Ti sat dan lainnya meninggalkan mo Kiong, dia pun memunculkan diri untuk membunuh mereka. Dia tidak mau menyerang ke Kiu Thian mo Kiong, tentunya karena banyak jebakan maut di sana."
"Benar Benar" ouw Yang seng Tek manggut-manggut.
"Heran?" gumam se Khi mendadak-
"Tidak mungkin pendekar misterius itu seng sim Tayhiap- sebetulnya siapa pendekar misterius itu?"
"ScTua sementara ini kita tidak perlu memikirkan siapa dia, yang penting dia harus muncul tepat pada waktunya," sahut ouw yang seng Tek-
"Ngmm" se Khi manggut-manggut.
"Mulai sekarang, kita harus banyak istirahat" ucap swat san LoJin, tapi langsung dipotong oleh Thian san Lolo.
"Bukan banyak istirahat, melainkan harus banyak berlatih mempersiapkan diri untuk pibu itu," ujar Thian san Lolo.
"Engkau memang sudah tua sehingga otak pun jadi beku, sama sekali tidak bisa berpikir-"
"Eeeh ?" Wajah swat san LoJin kemerah-merahan.
"Baiklah Mari kita mulai berlatih"
"Aku mau ke kamar dulu," ujar se Pit Han sambil melangkah ke kamarnya, Cian Tok suseng segera menyusulnya.
"Nona se Dia pasti muncul di tempat pibu itu, maka engkau harus berusaha menahannya agar dia tidak bisa pergi"
"ya." se Pit Han mengangguk-
"Terima kasih, lo cianpwee"
sementara itu, di bawah pohon tampak duduk dua orang, mereka Pek Giok Houw dan Ling Ling.
" Kakak Houw" Ling Ling menatapnya dengan wajah murung.
"Dua hari lagi engkau akan bertarung dengan Kiu Thian mo Cun, aku aku takut sekali "
"Engkau tidak usah takut," sahut Pek Giok Houw sambil tersenyum lembut.
"Aku pasti dapat membunuhnya."
"Kakak Houw, jangan menghibur diriku" Mata Ling Ling mulai basah-
"Tapi yah sudahlah"
"Ling Ling" Pek Giok Houw mengernyitkan kening.
"Kenapa engkau mengucapkan begitu?"
"Kakak Houw mati, aku pun harus pasti mati,"jawab Ling Ling sambil tersenyum dan mulai tampak tenang. Mungkin karena ia telah mengambil keputusan untuk mati bersama Pek Giok Houw.
"Ling Ling " Pek Giok Houw menggenggam tangan Ling Ling erat-erat.
"Aku aku amat terharu, engkau sedemikian mencintaiku, namun diriku"
"Kenapa dirimu. Kakak Houw?" tan a Ling Ling karena Pek Giok Houw tidak melanjutkan ucapannya.
"Karena karena aku harus bertarung dengan Kiu Thian mo Cun." Pek Giok Houw tidak berani berterus terang padanya, ia tidak mau menimbulkan masalah lain.
"Pertarungan mati hidup"
"Aku tidak cemas lagi." Ling Ling tersenyum.
"Sebab kalau Kakak Houw mati, aku harus ikut mati "
-ooo00000ooo-


Bagian ke 66 Pertarungan Mati Hidup
sebelum berangkat ke tempat pertarungan itu, terlebih dahulu Kiu Thian mo Cun mengadakan acara minum-minum, Ia mengangkat minumannya seraya tertawa dan berkata, "Mari kita minum Ha ha ha Kita pasti menang"
Thian Ti siang mo, Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo, Im san Lak yau dan lainnya segera mengangkat minuman masing-masing.
"Demi kemenangan kita" ucap Thian mo sambil meneguk minumannya, begitu pula yang lain.
"Ha ha ha" Kiu Thian mo Cun tertawa gelak seusai meneguk minumannya..
"Mulai besok, seluruh rimba persilatan akan menjadi milik kita. oleh karena itu, aku harap Kai si mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san Lak yau bersungguh-sungguh membantu"
"Tapi kami tidak mau sembarangan membunuh," sahut Kai si Mo ong.
" Aku justru menghendaki kalian membunuh mereka," ujar Kiu Thian mo Cun dingin-
"Kita cuma pibu, kenapa harus membunuh mereka?" tanya Pek Hoat Lo Thai kurang senang.
" Kalau kita tidak membunuh mereka, bagaimana mungkin kita dapat menguasai seluruh rimba persilatan?" Kiu Thian mo Cun menatap mereka tajam,
"oleh karena itu, aku harap kalian bantu dengan sungguh-sungguh"
"Mo Cun" sahut Im san Lo Mo-
"Kami cuma pibu dengan mereka, kami sama sekali tidak berniat membunuh-"
"Ha ha ha" Kiu Thian mo Cun tertawa.
"Tapi kalian harus ingat satu hal, minuman yang kalian teguk barusan telah dicampuri racun. Kalau kalian tidak membunuh mereka begitu aku memberi perintah, aku pun tidak akan memberikan kalian obat pemunah racun itu."
"Haaah ?" Betapa terkejutnya Kai si Mo ong dan lainnya.
"Kenapa Mo Cun berbuat begitu?" tanya Pek Hoat Lo Thai.
"Itu sama juga memaksa kami melanggar sumpah."
"sumpah?" Kiu Thian mo Cun tertawa-
"Kalian dari golongan sesat, maka tidak usah menepati sumpah"
"Mo Cun " Kai si Mo ong ingin mengatakan sesuatu, namun kemudian dibatalkannya-
"Hmm" dengus Kiu Thian mo Cun.
"Engkau jangan macam-macam, lebih baik kalian menuruti perintahku Kalau tidak, kalian pasti mati"
Kai si Mo ong dan lainnya menundukkan kepala, mereka terpaksa menurut karena diri mereka telah terkena racun
"Kalian semua dengar baik-baik," ujar Kiu Thian mo Cun lantang.
"Pibu cuma merupakan alasan, sesungguhnya tujuan kita adalah membunuh mereka semua. Begitu ada perintah dariku, kalian harus sebera membunuh mereka, aku akan membunuh Hek siau Liong"
"ya" sahut mereka semua.
"Tentunya mereka menghendaki suatu cara dalam pibu itu, kalian setuju saja, tidak perlu berdebat dengan mereka" pesan Kiu Thian mo Cun.
"Ya" sahut mereka serentak-
"Kalian boleh berangkat sekarang, aku akan menyusul" ujar Kiu Thian mo Cun dan menambahkan,
"Aku sudah mengutus beberapa orang di sana untuk menyambut tujuh partai besar dan partai pengemis, nah Berangkatlah kalian"
-ooo00000ooo-
Partai siau Lim sudah tiba di kaki gunung tempat pibu itu, menyusul adalah partai Butong, Gobi, Hwa san, Khong Tong, Kun Lun dan Tiam Cong. Tak seberapa lama kemudian, muncullah Partai Pengemis bersama pihak Pulau Pelangi.
Pihak Kiu Thian mo Kiong yang diutus Kiu Thian mo Cun segera menyambut mereka, sekaligus menunjukkan tempat mereka.
sebelum berangkat. Partai Pengemis dan pihak Pulau Pelangi telah makan obat anti racun, maka mereka sudah tidak takut akan racun lagi.
Memang, di mana tempat yang ditunjuk itu telah ditaburi semacam racun, orang-orang utusan Kiu Thian mo Cun yang menaburkan racun tersebut.
Di tengah-tengah lapangan itu berdiri sebuah panggung, tidak begitu tinggi tapi cukup besar dan terdapat sebuah meja.
"Kok Kiu Thian mo Cun dan lainnya belum datang?" tanya ouw yang seng Tek pada swat san LoJin.
"Mungkin sebentar lagi," ujar swat san Lo Jin.
"Dia yang menyelenggarakan pibu ini, seharusnya mereka datang duluan" ujar Thian san Lolo.
"Itu tidak jadi masalah," sela Cian Tok suseng.
"yang jelas dia tidak pasang jebakan di sini, tapi tempat kita berdiri ini telah ditaburi semacam racun pelemah Iwee kang."
"Kalau begitu" Air muka ouw Yang seng Tek berubah-
"Ha ha" Cian Tok suseng justru tidak menyangka.
"Aku telah bergabung dengan pihak Kay Pang jadi racun itu pun tiada gunanya"
"Untung engkau bergabung dengan kami, kalau tidak " Thian san Lolo menarik nafas panjang.
"Racun tua" she Ki tersenyum.
"Tidak percuma julukanmu Pelajar Seribu. Racun, hari ini telah membuktikan kehebatannya."
"se tua" Cian Tok suseng tertawa.
"Kepandaianku memang tidak bisa melawan kepandaianmu, tapi kalau aku ingin membunuhmu dengan racun, itu gampang sekali"
"Untung kita bukan musuh." she Kijuga tertawa.
Mendadak mereka mendengar suara musik yang amat merdu, tak lama muncullah rombongan Kiu Thian mo Cun. Thian Ti siang mo berjalan di depan, disusul oleh Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im san Lo Mo dan Im san Lak yau. Di belakang mereka adalah Kiu Mo Li. yang paling menarik perhatian adalah Kiu Mo Li, sebab mereka memakai gaun panjang tapi tipis sekali- Mereka melangkah lemah gemulai dengan mata mengerling genit ke sana ke mari, wajah Cap Pwee Lo Han langsung memerah ketika melihat wanita-wanita itu.
"gila" ouw yang seng Tek menggeleng-gelengkan kepala-
"Untung aku sudah tua, kalau masih muda, celakalah diriku"
"Terangsang ya?" goda she Ki-
"Boleh saja engkau melawan mereka sambil mencuci mata-"
"Ha ha" ouw yang seng Tek tertawa gelak"
"Kalau aku masih muda, mungkin akan terangsang, tapi kini sudah tidak, karena aku sudah tua."
"Kok tidak tampak Kiu Thian mo Cun?" tanya swat san LoJin.
"Mungkin," sahut Thian san Lolo.
"Dia belum mau memunculkan dirinya, atau sedang mengatur suatu rencana busuk-"
"Kita semua harus berhati-hati" pesan swat san LoJin,
sementara Thian mo melangkah ke panggung, ia meloncat ke atas, lalu menjura keempat penjuru.
"Partai Pengemis dan pihak Pulau Pelangi yang telah bergabung, hari ini Kiu Thian mo Kiong menyelenggarakan pibu, harap para ketua tujuh partai manjadi saksi"
Thian mo memandang ke arah partai Pengemis, kemudian tersenyum seraya melanjutkan,
"Apakah pihak partai Pengemis punya usul?"
" Kami punya usul," sahut Ketua Kay Pang, mendadak ia meloncat ke atas panggung itu.
" Ketua Kay Pang punya usul apa?" tanya Thian mo-
"Bagaimana cara pibu ini?" tanya Ketua Kay Pang.
"Tentunya harus bertanding beberapa babak- Bagaimana menurut Ketua Kay Pang?" Thian Mo menatapnya.
"Bagi tujuh babak, setiap babak dibatasi sampai lima puluh jurus saja," sahut Ketua Kay Pang.
" Kalah atau menang cuma batas lima puluh jurus?"
"ya."
"Tiada yang kalah dan menang dalam limapuluh jurus, itu berarti seri?"
"Betul."
"Baiklah-" Thian mo mengangguk dan segera mengumumkan peraturan pibu tersebut, kemudian menambahkan,
"Kami setuju"
"Berhubung kepandaian Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im san Lo mo dan Im san Lak yau amat tinggi, maka harus dua lawan satu- Bagaimana?" tanya Ketua Kay Pang mendadak-
"Itu " Thian mo berpikir sejenak, kemudian mengangguk-
"Baiklah, kami setuju babak pertama pihak kami yang maju adalah Kai si Mo ong."
Usai berkata begitu, Thian Mopun meloncat turun lalu kembali ke tempatnya dan berbisik-bisik nada Kai si mo ong.
"Engkau maju duluan yakni satu lawan dua."
"ya." Kai si Mo ong mengangguk dan langsung meloncat ke atas panggung, lalu menjura ke arah partai Kay Pang.
"Aku Kai si Mo ong menantang pihak Kay Pang"
seketika juga swat san LoJin dan Thian san Lolo meloncat ke panggung, mereka lalu menjura pada Kai si Mo ong.
"sudah tujuh puluh tahun lebih kita tidak bertemu, Mo ong baik-baik saja?" tanya swat san LoJin.
"Aku masih hidup dan sehat," sahut Kai si Mo ong sambil tertawa-
"Itu berarti aku baik-baik saja-"
"Mo ong, kita bertanding hanya dengan batas lima puluh jurus-" Thian san Lolo memberitahukan.
"Aku sudah tahu." Kai si Mo ong tersenyum.
"ohya, kalian berdua sudah akur ya?"
"Kami " Wajah Thian san Lolo kemerah merahan.
"mo ong, mari kita mulai"
"Baiklah." Kai si Mo ong mengangguk.
Mulailah mereka bertanding, makin lama makin seru- Akan tetapi, swat san LoJin dan Thian san Lolo jarang menyerang, mereka berdua cuma bertahan. Kai si Mo ong tahu maksud tujuannya, maka ia terus menyerang.
Pada jurus kelima puluh, swat san LoJin dan Thian san Lobo terpental tiga meter, begitu pula Kai si Mo ong.
"Kalian mampu bertahan sampai lima puluh jurus, lagi pula kita sama-sama terpental tiga meter, maka kita seri dalam pertandingan ini." ujar Kai si mo ong.
"Terima kasih, Mo ong" ucap swat san LoJin.
Thian mo meloncat ke panggung, ia memandang mereka, lalu mengumumkan dengan suara lantang.
"Babak pertama seri"
Kai si Mo ong meloncat turun, begitu pula swat san LoJin dan Thian san Lolo.
"Kini adalah babak kedua" seru Thian mo-
"Pek Hoat Lo Thai dipersilakan naik ke panggung"
Pek Hoat Lo Thai segera meloncat ke panggung, Thian Mopun meloncat turun dan kembali ke tempat.
"Siapa yang akan melawanku?" tanya Pek Hoat Lo Thai sambil menjura ke arah Partai Pengemis.
"Kami berdua akan melawan cianpwee-" Meloncat ke panggung dua orang, yakni Hok.Mo Kim Kong dan cuh Yau Kim Kong.
"oooh" Pek Hoat Lo Thai manggut-manggut.
"Arhat Penakluk Iblis dan Arhat Pembasmi siluman dari Cai Hong to, selamat bertemu"
"selamat bertemu, cianpwee" sahut Hok .Mo Kim Kong.
"Maaf, kami berdua melawan cianpwee"
"seperti tadi, kita bertanding hanya lima puluh jurus" sahut Pek Hoat Lo Thai.
"ya." Hok .Mo Kim Kong mengangguk-
"Nah, kalian berdua boleh mulai menyerang" ujar Pek Hoat Lo Thai.
",Maaf" ucap Hok .Mo dan cuh yau Kim Kong serentak, dan sekaligus menyerang Pek Hoat LoThai.
Pertarungan yang amat seru pun mulai berlangsung. Pada jurus kelima puluh, kedua Kim Kong itu terpental tiga meter, sedangkan Pek Hoat Lo Thai pun terhuyung-huyung ke belakang tujuh langkah, berarti seri lagi pertandingan babak kedua itu.
"Terima kasih cianpwee telah mengalah pada kami" ucap Hok .Mo Kim Kong setulus hati.
Thian mo meloncat ke panggung, ia menatap tajam pada Pek Hoat Lo Thai, lalu mengumumkan dengan suara lantang,
"Pertandingan babak kedua juga seri. Babak ketiga yang maju adalah Kiu.Mo Li, harap Kiu mo Li segera naik ke panggung"
Kiu.Mo Li tidak meloncat, melainkan melangkah lemah gemulai menuju panggung, setelah dekat, barulah mereka meloncat dengan gaya yang mempesonakan. Babak ketiga ini paling menarik perhatian, sebab KiuMo Li itu amat cantik, lagi pula mereka memakai gaun panjang yang sangat tipis, sehingga lekuk badan yang seksi tertampak jelas.
"Kami sembilan kakak beradik menantang pihak Kay Pang itu, mau bertanding di panggung ini atau di ranjang, kami siap" ujar Toa Mo Li dengan suara merdu.
Terdengar tawa geli di sana sini, tetapi Kiu Mo Li tidak merasa malu, sebaliknya malah bergaya seperti peragawati jaman sekarang.
"Kami Pat Kiam melawan kalian" seru Pat Kiam dan langsung meloncat ke tanggung, lalu menjura pada Kiu Mo Li.
"Waduh" Toa Mo Li tertawa cekikikan.
"Kalian Pat Kiam kok ganteng-ganteng amat? Rasanya kami tidak tega melukai kalian."
"Jangan banyak omong, mari kita bertanding" sahut Pat Kiam serentak.
"Eeeh?" Toa mo Li tertawa genit.
"Kok kalian galak amat sih? Aku merasa takut nih."
"Hm" dengus Pat Kiam.
"Kalian disebut Pat Kiam, tentunya ahli ilmu pedang. Bagaimana kita bertanding dengan pedang saja?"
"Baik," Pat Kiam sebera menghunus medang masing-masing.
Akan tetapi, Kiu Mo Li cuma berdiri diam saja, tentunya mengherankan Pat Kiam.
"Mana senjata kalian?"
"Ada" sahut Toa Mo Li. "Adik,adik, mari kita cabut pedang kita"
sembilan wanita iblis itu segera menyingkap ujung gaun masing-masing, sehingga paha yang putih mulus itu tertampak jelas.
Pat Kiam seaera membuang muka, itu membuat sembilan wanita iblis itu tertawa cekikikan. Ternyata pedang mereka dililitkan di pinggul, semuanya merupakan pedang lemas.
"Nah" Toa Mo Li tersenyum manis.
" Kami sudah mencabut pedang, mari kita mulai bertanding"
" Hanya batas lima puluh jurus"
"Kok cepat, kami tidak akan merasa puas" sahut Toa Mo Li sambil tertawa genit.
"setelah kita bertanding di panggung, kita juga bertanding di tempat tidur ya?"
"Mari kita serang" teriak se Kiam Hong, seketika juga pedang Pat Kiam berkelebat,
"ouuuh" seru Toa Mo Li.
"Ganas amat sih? Kalau kami terluka bagaimana?"
sembilan wanita iblis menangkis, kemudian mereka pun balas menyerang, dan sekaligus membentuk formasi Mo Li Kiam Tin (Barisan Pedang wanita Iblis). Bukan main indahnya formasi itu, sembilan wanita iblis itu tampak seakan sedang menari dengan pedang, kaki diangkat, paha pun kelihatan. Manakala mengayunkan pedang, sepasang payudara pun bergoyang-goyang, itu merupakan pemandangan yang amat menyedapkan mata para penonton.
"Pat Kiam tidak mampu melawan Kiu Mo Li," ujar ouw yang seng Tek sambil menggeleng-gelengkan kepala.
"Mereka pasti terangsang" sahut se Khi dan menarik nafas panjang.
"Aaakh " keluh swat san LoJin.
"Aku harus berterima kasih pada Kai si Mo ong, sesungguhnya pada jurus kelima puluh itu, dia bisa membunuh kami berdua, namun dia tidak melakukannya."
"Tidak salah," sambung Hok Mo Kim Kong.
"Kalau Pek Hoat Lo Thai mau membunuh kami berdua, kami berdua pun sudah tergeletak jadi mayat."
"Walau mereka dari golongan sesat, tapi hati mereka tidak begitu jahat," ujar Thian san Lolo.
sementara pertandingan di panggung semakin seru dan mengasyikkan, sebab sembilan wanita iblis itu menyerang dengan jurus yang amat merangsang, sehingga membuat Pat Kiam betul-betul kewalahan.
"Cepat bentuk cat Hong Kiam Tin (barisan Pedang Pelangi)" seru se Kiam Hong.
Tak lama, tampaklah berkelebat sinar pedang yang membentuk pelangi, sembilan wanita iblis itu terdesak mundur, mendadak Toa mo Li berseru.
" Cepat gunakan jurus Mo Li Ciau sin (Wanita Iblis Menelentangkan Tubuh) " sembilan wanita iblis itu menjatuhkan diri telentang di lantai panggung. Pat Kiam terheran-heran, apa lagi ketika menyaksikan tubuh sembilan wanita iblis itu menggeliat begitu merangsang, sehingga membuat mereka terbelalak dan terangsang.
sembilan wanita iblis itu bergerak cepat mengayunkan pedang masing-masing dan terdengarlah suara, sreet sreet sreet Ikat pinggang Pat Kiam putus, seketika juga celana mereka merosot ke bawah, terlihatlah celana dalam mereka.
"Wuaah" seru Toa Mo Li sambil tertawa yang kini telah bangkit berdiri
"gede amat"
Betapa malunya Pat Kiam, mereka segera menarik celana masing-masing dan memandang Kian mo Li dengan mata berapi-api.
"Jangan gusar" Toa Mo Li tertawa genit.
"Kami cuma memutuskan tali pengikat itu. seandainya kami mau membunuh kalian, tentunya kalian telah menjadi mayat."
"Lebih baik kalian bunuh kami" sahut se Kiam Hong.
"Kalian masih begitu muda, tidak baik cepat-cepat mati," sahut Toa Mo Li sambil tersenyum.
"Kiu Mo Li, kami mengaku kalah-" Pat Kiam seoera meloncat turun,
"Maaf, maaf" ucap Toa Mo Li sambil menjura ke arah partai Pengemis.
"Kami telah memenangkan babak ini""
sementara Pat Kiam mendekati se Pit Han, wajah mereka pun tampak muram sekali.
"Nona Kami kami telah membuat malu Pulau Pelangi"
"Itu tidak apa-apa." se Pit Han tersenyum lembut.
"Memang tidak gampang melawan Kiu Mo Li. Walau mereka genit, namun hati mereka masih baik-"
"Nona, lebih baik kami bunuh diri" ujar se Kiam Hong.
"Jangan bodoh" kata se Pit Han serius.
"Kalau kalian berani bunuh diri, aku pun akan bunuh diri pula"
"Nona"
Pada waktu bersamaan, mendadak muncul puluhan orang berkepandaian tinggi dari golongan hitam. Kemunculan mereka sungguh mengejutkan partai Pengemis, karena mereka langsung mengepung para murid Kay Pang itu.
"Celaka" se Pit Han mengernyitkan kening.
Tepat pada saat itu, terdengar pula suara tawa yang amat panjang dan kedengaran seram sekali.
Melayang turun seseorang di atas panggung, orang itu memakai jubah bersulam iblis, dan memakai kedok iblis juga.
"Kiu Thian mo Cun"
"Kiu Thian mo Cun"
gemparlah suasana seketika. Memang tidak salah, orang itu Kiu Thian mo Cun.
"Bagus Bagus" ujarnya dengan suara mengguntur.
"Partai Pengemis dan pihak Cai Hong To telah berkumpul di sini semua Kalian orang-orang dari golongan hitam yang baru muncul, cepatlah habiskan para murid Kay Pang"
"Ya, Mo Cun" sahut orang-orang dari golongan hitam, dan mereka mulai menyerang para murid Kay Pang.
"Lawan mereka" seru Ketua Kay Pang.
"Tujuh partai dengar perintah, bantu mereka membunuh para murid Kay Pang" Kiu Thian Mo Cun memberi perintah,
"Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo mo, Im san Lak yau dan Thian Ti siang mo Kalian harus membunuh pihak Pulau Pelangi"
Begitu perintah tersebut diturunkan, kacaulah keadaan di tempat itu, bahkan pihak Pulau Pelangi sudah mulai terlibat pertarungan.
"Mo Cun Hari ini engkau harus mampus" Pek Giok Houw langsung meloncat ke panggung.
"Bocah" Kiu Thian,mo cun tertawa gelak-
"Aku memang ingin membunuhmu, bersiap-siaplah untuk mampus"
Kiu Thian mo Cun langsung menyerangnya dengan Han Im Ciang, Pek Giok Houw menangkis dengan Bu Kek Ciang, sehingga terjadilah pertarungan hebat di antara mereka.
yang paling kacau adalah pertarungan orang-orang golongan hitam dengan para murid Kay Pang, sebab tujuh partai besar itu mulai turut campur, mereka menyerang para murid Kay Pang, tapi kemudian balik menyerang pihak golongan hitam, setelah itu menyerang para murid Kay Pang lagi. Tujuh partai besar itu menyerang ke sana ke mari, akan tetapi, sudah banyak murid Kay Pang yang terbunuh.
yang tidak tampak dalam pertarungan itu adalah se Pit Han dan cian Tok suseng, mereka berdua berdiri berdekatan.
"Pek Giok Houw masih sanggup bertahan, tapi kalau Kiu Thian mo Cun mengeluarkan Hek sim sin Kang, celakalah Pek Giok Houw," ujar Cian Tok suseng.
"Heran? Kenapa dia belum muncul? Keadaan sudah gawat begini" sahut se Pit Han cemas, yang dimaksudkan dia adalah Pek Giok Liong.
"Mungkin sebentar lagi dia akan muncul," ujar cian Tok suseng.
sementara pertarungan antara Pek Giok Houw dengan Kiu Thian mo Cun semakin seru, dahsyat dan menegangkan.
"Ha ha ha" Kiu Thian mo Cun tertawa.
"Bocah, kini saatnya engkau mampus"
"Engkau yang harus mampus" sahut Pek Giok Houw.
"Bocah, berhati-hatilah" bentak Kiu Thian mo Cun sambil menyerang, ia pun mulai mengerahkan Hek sim sin Kangnya.
Pek Giok Houw menangkis, sekaligus mengerahkan Bu Kek sin Kangnya sampai pada puncaknya-
Mendadak, terdengar suara bentakan yang amat keras dan tajam, memekakkan dan sangat menusuk telinga-
"Berhentiii"
orang yang sedang bertarung itu langsung berhenti, karena saking terkejut oleh suara bentakan yang menggetarkan jantung itu.
sekonyong-konyong dari jauh meluncur sebuah benda bagaikan meteor ke arah meja yang di atas panggung.
Taaak Benda itu menancap di meja itu.
"Haah " seketika juga terdengar seruan kaget di sana sini.
"jit Goat seng sim Ki "
"Jit Goat seng sim Ki "
Kiu Thian mo Cun dan Pek Giok Houw pun berhenti bertarung, mereka berdua memandang ke arah panji Hati suci Matahari Bulan itu.
yang paling gembira adalah se Pit Han dan Cian Tok suseng, mereka yakin sebentar lagi Pek Giok Liong pasti muncul, se Khi dan lainnya berdiri terbengong-bengong di tempat, bahkan mereka pun saling pandang memandang.
Tiba-tiba darijauh meluncur datang sosok bayangan, begitu cepat sehingga menyilaukan mata. Tak lama sosok bayangan itu sudah berada di atas panggung, ternyata orang yang memakai topi rumput lebar dan memakai kain penutup muka.
"Pendekar misterius" seru para ketua tujuh partai.
"Pendekar misterius " Mulut swat san Lo Jin dan Thian san Lolo tercengang lebar.
"Pendekar misterius" Thian Ti siang mo terbelalak.
"Pendekar misterius?Jit Goat seng sim Ki?" Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai dan lainnya berdiri mematung di tempat.
" Engkaukah pendekar misterius?" tanya Kiu Thian mo Cun sambil menatap orang itu dengan tajam.
"Itu adalah julukanku, sebetulnya aku adalah seng sim Tayhiap" sahut Pek Giok Liong, yang tentunya amat mengejutkan semua orang.
"Engkau seng sim Tayhiap?" Kiu Thian mo Cun tertawa.
"Tidak mungkin seng sim Tayhiap masih hidup,"
"Engkau bisa hidup hingga sekarang, kenapa aku tidak?"
"He h e" Kiu Thian mo Cun tertawa terkekeh.
"Engkau jangan menyamar sebagai seng sim Tayhiap"
"Engkau pun jangan menyamar sebagai Kiu Thian mo Cun" sahut Pek Giok Liong sambil tertawa dingin.
"Aku Kiu Thian Mo Cun"
"Aku seng sim Tayhiap"
"Pendekar misterius" Kiu Thian mo Cun menudingnya-
"Engkau jangan cari mati di sini, sebab engkau telah terkena racun pelemah Iwee kang malam itu"
"Ha ha ha" Pendekar misterius tertawa gelak-
"Engkau kira aku begitu gampang terkena racun itu? Hm Malam itu engkau perintahkan Hgo Kui- Cit Ti sat, Cit Ciat dan lainnya ke Markas Pusat Kay Pang untuk menyebarkan racun, maka aku menghadang mereka di tengah jalan, sekaligus membunuh Ngo Kui, Cit Ti sat dan melukai Cit Giat "
"Jadi engkau cuma pura-pura terkena racun itu?"
"Tidak salah" sahut pendekar misterius.
"setelah itu, engkau pun mengutus pihak golongan hitam membantai para murid Kay Pang, engkau ingin membuktikan apakah aku terkena racun itu atau tidak? Kalau aku terkena racun, tentunya tidak akan muncul Nah, aku sengaja tidak muncul agar engkau yakin bahwa aku terkena racun, maka engkau menantang partai Pengemis sekarang aku ada kesempatan, mo Kiongmu itu banyak jebakan maut, aku tidak mau ke sana"
"Pendekar misterius" tanya Kiu Thian mo Gun membentak.
"Sebenarnya siapa engkau?"
"Aku seng sim Tayhiap"
"Baik" Kiu Thian mo Gun manggut-manggut.
"Siapa engkau, aku tidak usah tahu Pokoknya hari ini engkau harus mampus di tanganku"
"Mo Cun" Pendekar misterius tertawa gelak-
"Engkaulah yang pasti mati hari ini"
"Lihat serangan" bentak Kiu Thian mo Gun sambil menyerang dengan Han Im Ciang.
Pendekar misterius sebera menangkis dengan Tat mo Giang. Kiu Thian mo Gun terkejut menyaksikan itu.
"Pukulan apa itu?"
"Tat Mo Giang"
"Hmm" dengus Kiu Thian mo Gun. Mendadak ia menyerang pendekar misterius kembali dengan Han Im Giang lagi.
Pendekar misterius tetap menangkis dan balas menyerang dengan Tat mo ciang. Ketua Partai siau Lim segera mencurahkan perhatiannya pada pukulan Tat Mo Ciang itu.
Berselang beberapa saat kemudian, pendekar misterius menangkis dengan Butong Hian Thian sin ciang, seketika juga Ketua Partai Butong mencurah kan perhatiannya pada pukulan tersebut.
"Pukulan apa itu?" tanya Kiu Thian mo Cun.
"Butong Hian Thian sin ciang" sahut pendekar misterius.
"Nah, sekarang aku akan menyerangmu dengan Gobi Bu siang sin ciang, Hwa san Thay Yang ciang dan Khong Tong Bie Lek Ciang"
Kiu Thian mo Cun agak kewalahan juga menghadapi serangan-serangan itu, tiba-tiba ia melompat mundur.
"Pendekar misterius, engkau memang hebat" ujar Kiu Thian mo Cun sambil tertawa.
"Tapi kini saatnya engkau mampus"
Kiu Thian mo Cun mulai mengerahkan Hek sim sin Kangnya. Menyaksikan utu, pendekar misterius pun mulai mengerahkan jit Goat seng sim sin Kang. sekujur badan Kiu Thian mo Cun mulai memancarkan cahaya hitam, sedangkan sekujur badan pendekar misterius memancarkan cahaya putih.
"Tidak salah" ujar se Khi-
"Itu adalah Jit Goat seng sim sin Kang."
"Kalau begitu" swat san Lo jin mengerutkan kening.
"Pendekar misterius itu seng sim Tahyiap?"
"Entah" se Khi menggelengkan kepala.
Mendadak terdengar pekikan yang amat keras. Kiu Thian mo Cun memekik sekaligus menyerang pendekar misterius dengan jurus Hek sim Cong Thian (Hati Hitam Menembus Langit).
Pendekar misterius pun memekik nyaring, dan segera menangkis dengan jurusjit seng Goat Lok (Matahari Terbit Bulan Tenggelam).
Tarrrr Terdengar benturan keras, namun kedua orang itu tetap berdiri tegak di tempat, hanya panggung itu tampak bergoyang-goyang.
"sambut lagi seranganku ini" bentak Kiu Thian mo Cun, ia menyerang lagi dengan jurus Hek sim Bu to (Hati Hitam Tiada Perasaan).
Pendekar misterius menangkis dengan jurusjit Goat Lun Cuan (Matahari Bulan Berputar).
Daar Terdengar lagi suara benturan keras.
Kiu Thian mo cun segera menyerang bertubi-tubi dengan jurus Hek sim Bi In (Hati Hitam Tanpa bayangan) dan Hek sim Tui Hun (Hati Hitam Mengejar sukma).
Pendekar misterius menangkis dengan jurus seng sim Bu Piam (Hati suci Tiada Batas) dan seng sim Bu shia (Hati suci Tiada sesat). "Daar Daar" Terdengar dua kali hut»rR benturan keras.
Kiu Thian mo Cun termundur-mundur lima langkah, pendekar misterius pun termundur lima langkah pula.
Keadaan mulai tegang mencekam, para penonton terbelalak dengan hati berdebar-debar. Begitu pula se Pit Han dan lainnya.
"Pendekar misterius, sungguh hebat Jit cioat Seng Sim Sin Kang mu" ujar Kiu Thian mo Cun.
"Hek sim sin Kang mu hebat sekali" sahut pendekar misterius.
"Kali ini adalah jurang penentuan" ujar Kiu Thian mo Cun dan mulai menggerak-gerakan sepasang tangannya.
sebaliknya pendekar misterius malah berdiri tegak sambil memandang ke atas, namun cahaya putih yang terpancar dari sekujur badannya semakin menyilaukan mata.
"sambut seranganku ini" seru Kiu Thian mo Cun sambil menyerang dengan jurus yang paling ampuh, yakni Hek sim Ban Tok Kuih Cong (Hati Hitam dan Racun Bersatu Padu), itu memang merupa kan jurus yang paling ampuh dan dahsyat.
"Hiyaaaf pekik pendekar misterius nyaring, Ia menangkis serangan itu denganjurus Jit Goat seng sim Kuih To (Hati suci Matahari Bulan Mencapai Kesempurnaan), itu adalah jurus terampuh dan terdahsyat dalam pukulan jit Goat seng sim Ciang Hoat (Pukulan sakti Hati suci Matahari Bulan).
Daar Blaam Terdengar suara benturan yang amat keras memekakkan telinga, seketika juga panggung itu pun roboh-"Aaakh Jerit Kiu Thian mo Cun.
sedangkan pendekar misterius termundur- mundur sampai tujuh langkah- Ia terus menatap Kiu Thian mo Cun yang telah terkulai itu- cahaya hitam telah sirna sama sekali, kini badan Kiu Thian mo Cun malah mengeluarkan asap hitam, Ia merintih menyayat hati dan menggeliat. Berselang sesaat, badannya tak bergerak lagi.
Setelah itu, terjadilah hal yang amat mengerikan, karena sekujur badan Kiu Thian mo Cun meleleh- Ternyata tangkisan pendekar misterius membuat Hek sim Tok Ciang itu berbalik menyerang dirinya sendiri, sehingga menyebabkannya mati secara mengenaskan dan mengerikan.
Mendadak pendekar misterius melesat ke arah Thian Ti siang mo dan seketika juga terdengar dua kali jeritan yang menyayat hati-
Thian Ti siang mo terkulai dan nafas mereka pun putus seketika. Bayangan putih berkelebat ke arah sembilan wanita iblis, tanpa ampun lagi Kiu Mo Li itu terkulai, tapi tidak mati.
"Kalian tidak begitu jahat, maka kuampuni nyawa kalian," ujar pendekar misterius.
"Tapi kepandaian kalian telah musnah. Mulai sekarang, kalian harus menjadi wanita baik-baik-"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap sembilan wanita iblis itu. sungguh mengherankan, setelah kepandaian mereka musnah, sikap mereka pun tidak genit lagi, bahkan ketika menyaksikan gaun yang dipakainya begitu tipis, mereka pun tampak merasa malu sekali.
Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im si Lo Mo dan Im san Lak yau menghampiri pendekar misterius, mereka segera menjura dengan hormat.
"Kami memberi hormat pada Tayhiap" ucap mereka serentak.
"Hm" dengus pendekar misterius.
"Ternyata kalian masih ingat akan amanat guru masing-masing. Kalian tidak begitu jahat, lagi pula sudah mengasingkan diri tujuh puluh tahun lebih, karena lencana Kiu Thian mo Cun, maka kalian terpaksa bergabung dengan Kiu Thian mo Cun itu. Aku mengampuni kalian."
"Terima kasih, Tayhiap Tapi " Kai si Mo ong menundukkan kepala.
"Tayhiap" seru cit Giat sin Kun, yang bersama lainnya muncul mendadak di tempat tersebut.
"oh, cit Giat" Pendekar misterius manggut-manggut.
"Mereka terminum racun, kini Kiu Thian mo Gun telah mati, maka mereka " Git Giat sin Kun memberitahukan.
"Tidak apa-apa." Pendekar misterius segera memberikan Kai si Mo ong dan lainnya masing-masing dua butir pil.
"Makanlah obat pemunah racun itu"
"Terima kasih, Tayhiap" ucap mereka serentak, lalu menelan obat pemunah racun tersebut.
"Kini Kiu Thian mo Gun telah mati, rimba persilatan pun pasti aman dan damai- Tujuh partai besar pun bebas, maka "
"Adik Liong " Mendadak se Pit Han merangkulnya erat-erat-
"Engkau tidak boleh pergi"
"Nona siapa?"
"Adik Liong, aku tahu engkau adalah Pek Giok Liong."
"Apa?" Pek Giok Houw terbelalak-
"Kakak Liong?"
"Adik Liong, dia Pek Giok Houw, adik kembarmu." se Pit Han memberitahukan.
"Maaf Aku bukan Pek Giok Liong, aku adalah "
"Ketua" cian Tok suseng menghampirinya.
"Nona se amat mencintaimu, dia tahu wajahmu telah rusak, tapi dia tetap mencintaimu. Kasihanilah dia Kalau engkau pergi, aku yakin
dia pasti mati."
"cian Tok suseng" bentak Pek Giok Liong.
"Kenapa engkau membuka rahasia diriku?"
"Kalau Ketua mau menghukum mati diriku juga tidak apa-apa. Terus terang aku tidak tega melihat Nona se terus menderita memikirkanmu," ujar cian Tok suseng.
"omitohud" Ketua siau Lim mendekati Pek Giok Liong.
"Pek siauhiap, tiga tetua titip pesan untukmu."
"oh?"
"Tiga tetua bilang, Pek siau hiap jangan melawan takdir, karena jodoh Pek siauhiap adalah Nona se" Ketua siau Lim memberitahukan.
"Tapi" Pek Giok Liong menarik nafas panjang.
"Heiii" ouw yang seng Tek melompat ke hadapan Pek Giok Liong,
"saudara kecil, jadi engkau Pek Giok Liong?"
"ya." Pek Giok Liong mengangguk-
"Kenapa mukamu harus ditutup dengan kain putih? Takut masuk angin ya?" ouw yang seng Tek bergurau-
"Mukaku telah rusak-" Pek Giok Liong menarik nafas panjang.
"Kita jangan bicara di sini" sela swat san LoJin.
"Lebih baik kita kembali ke Markas Pusat Kay Pang, kita bicara di sana"
"Betul Betul" ouw yang seng Tek tertawa gelak-
"Pit Han Engkau harus terus merangkulnya sampai ke Markas Pusat Kay Pang. Jangan sampai dia kabur"
"Paman pengemis " wajah sePit Han kemerah-merahan.
"Aku bicara sejujurnya. Kalau dia melesat pergi, tiada seorang pun yang mampu mengejarnya."
"Tidak salah" sahut swat san LoJin sambil tertawa terbahak-bahak-
"Pit Han Hati-hati Jangan sampai terlepas"
-ooo00000oo-
Perlahan-lahan Pek Giok Liong melepaskan kain yang menutup mukanya- Begitu kain itu dilepaskan, seketika juga terdengar suara seruan kaget. ?
" Kakak Han" Pek Giok Liong menarik nafas panjang.
"Mukaku sudah jadi begini macam, bagaimana mungkin aku berani menemuimu?"
"Adik Liong" Mata se Pit Han bersimbah air. Muka Pek Giok Liong memang menjijikkan, benjol-benjol merah seperti sakit kusta.
"Aku aku tetap mencintaimu "
" Kakak Liong" panggil Pek Giok Houw.
" Kakak Han amat mencintaimu."
"Adik Houw Ling Ling pun amat mencintaimu, bukankah dia telah berjanji akan sehidup semati denganmu?"
"Eeeh?" Ling Ling terbelalak.
"Kok Kakak Liong tahu sih?"
"Aku mendengar percakapan kalian dari tempat yang jauh-" Pek Giok Liong tersenyum, namun senyumannya sungguh menakutkan, lantaran mukanya rusak tidak karuan.
"Ketua" Cian Tok suseng menatapnya.
"Bolehkah aku memeriksa mukamu?"
"Tentu boleh" sahut Pek Giok Liong.
"Cian Tok lo cianpwee" tanya Se Pit Han penuh harap-
"Muka adik Liong masih bisa disembuhkan?"
"Mudah-mudahan" jawab Cian Tok suseng dan mulai memeriksa muka Pek Giok Liong, lama sekali barulah ia menarik nafas panjang.
"Bagaimana?" tanya se Pit Han.
"Aku aku tidak mampu menyembuhkannya." Cian Tok suseng menggeleng-gelengkan kepala.
"Kenapa?"
"Ada dua jenis racun di muka Pek Giok Liong, yakni racun Hek Sim dan racun ular yang amat ganas, Itu berarti Pek Giok Liong pernah tergigit oleh racun ular itu." Cian Tok suseng menjelaskan.
"Jadi racun ular itu memusnahkan racun Hek sim sampai ke kulit muka, sehingga membuat muka Pek Giok Liong jadi begitu "
"Jadi " Wajah se Pit Han tampak murung.
"yah, sudahlah Itu tidak jadi masalah bagiku."
"Ada Ada Ada" Mendadak cian Tok suseng berjingkrak-jingkrakan.
"Ada apa?" tanya ouw yang seng Tek heran.
" Ketua Mana obat yang engkau bawa itu?" tanya cian Tok suseng mendadak-
"Nih" Pek Giok Liong menyerahkan botol yang berisi obat tersebut pada cian Tok suseng.
cian Tok suseng mengendus-endus obat tersebut, dan setelah membuka tutup botol itu, wajahnya pun tampak berseri.
"Mungkin obat ini dapat menyembuhkan mukamu," ujarnya.
"Percuma," sahut Pek Giok Liong.
"Aku telah makan obat itu, tapi mukaku tetap begini-"
" Aku punya cara," ujar cian Tok suseng serius.
" yakni menghancurkan obat ini, kemudian mencampurkannya dengan semacam getah agar bisa menempel. Nah, poleskan pada mukamu Mudah-mudahan mukamu bisa sembuh"
Cian Tok suseng segera mengerjakannya, lalu memoleskan obat itu ke muka Pek Giok Liong, sekaligus membalutnya.
" Cukup satu jam, berhasil atau tidak kita pasti mengetahuinya," ujar cian Tok suseng.
" Kalau tidak berhasil, seumur hidup wajah Pek Giok Liong tetap begitu"
satujam termasuk waktu yang amat cepat berlalu, tapi kalau menunggu, itu rasanya lama sekali.
semua orang menunggu dengan hati berdebar-debar, terutama se Pit Pek Giok Liong, satu jam kemudian, cian Tok suseng mulai membuka balutan itu, puluhan pasang mata mengarah pada wajah Pek Giok Liong.
"Haah ?" seru mereka serentak setelah kain pembalut itu dibuka.
"Adik Liong " Dengan air mata berderai-derai saking gembiranya, se Pit Han merangkul Pek Giok Liong erat-erat.
"Adik Liong, mukamu telah sembuh-"
"oh?" Pek Giok Liong segera mengusap-ngusap mukanya, begitu halus membuatnya girang bukan main.
Mendadak ouw yang seng Tek membawa sebuah baskom yang berisi air, ia menghampiri Pek Giok Liong sambil tertawa gelak,
"Karena tidak ada cermin, maka pakailah ini" ujarnya.
"Terima kasih. Tetua Kay Pang" ucap Pek Giok Liong dan segera memandang ke dalam baskom. Tampak seraut wajah yang amat tampan, itu adalah wajah Pek Giok Liong.
"Haaah ?"
"Kakak Liong" Pek Giok Houw tersenyum sambil memandang wajah kakak kembarnya.
"Kita seperti pinang dibelah dua, hanya saja aku agak pendek-"
"Wuah" seru Ling Ling tak tertahan,
"sulit dibedakan, tapi Kakak Houw lebih pendek "
"Ling Ling" Pek Giok Houw menatapnya dengan wajah muram.
"Kiu Thian mo Cun telah mati, maka aku pun harus berterus terang padamu, aku harus segera meninggalkanmu"
"Apa?" Wajah Ling Ling langsung berubah pucat pias.
"Kenapa ?"
"Kakak Han, tolong beritahukan padanya" Pek Giok Houw menundukkan kepala.
"Ling Ling "se Pit Han seoera menceritakan tentang itu, lalu menambahkan.
"oleh karena itu, dia dia jadi mati syahwat."
"Haah?" Ling Ling terbelalak, namun kemudian tersenyum,
"Itu tidak apa-apa, yang penting aku tetap bersamanya. Aku merasa bahagia walau tidak tidak"
"Ling Ling itu mana mungkin?" Pek Giok Houw menggeleng-gelengkan kepala.
"Kakak Houw, walau engkau mati syahwat, bagiku tidakjadi masalah- yang penting aku bisa senantiasa mendampingimu-"
"Bagus Bagus" ujar Pek Giok Liong.
" cinta yang suci murni memang harus begitu."
"Seperti Kakak Han mencintaimu," sahut Ling Ling. Pek Giok Liong tersenyum, lalu mendadak ia berkata pada Pek Giok Houw.
"Adik cepatlah engkau duduk bersila"
" Kakak Liong, kenapa ?" tanya Pek cilik Houw.
"Aku akan menyembuhkan syahwatmu," sahut Pek Giok Liong sambil tersenyum.
"Engkau belajar Bu Kek sin Kang dan ilmu-ilmu dari Kitab Ajaib itu, akhirnya jadi begini- Tapi engkau tidak perlu cemas, dalam waktu satu jam, aku pasti bisa menyembuhkanmu."
"Kakak Liong, be...benarkah itu?" Pek Giok Houw kurang percaya, namun sudah punya setitik harapan.
"Tentu benar. Bagaimana mungkin aku bercanda? Aku akan menyembuhkanmu dengan jit Goat seng sim sin Kang." Pek Giok Liong memberitahukan.
Pek Giok Houw segera duduk bersila, Pek Giok Liong juga duduk bersila di hadapannya, lalu mengerahkan jit cioat seng sim sin Kang, sehingga sekujur badannya memancarkan cahaya putih.
Ia menaruh sepasang telapak tangannya di dada Pek Giok Houw, tak lama sekujur badan Pek Giok Houw pun mengucurkan keringat- Berselang beberapa saat kemudian, badan Pek Giok Houw mulai bercahaya-
semua orang menahan nafas menyaksikannya- Tepat satu jam, Pek Giok Liong menarik kembali Iwee kangnya dan sekaligus membuyarkannya-
"Adik Houw" ujarnya sambil berdiri-
"Aku yakin engkau sudah normal"
"Terima kasih. Kakak Liong" ucap Pek Giok Houw, namun ia tidak bangkit berdiri, masih tetap duduk bersila-
" Kakak Houw, kenapa engkau masih belum mau bangun sih?" tanya Ling Ling heran.
"Ayolah Bangun"
"Sudah bangun, maka aku tidak berani bangkit berdiri" sahut Pek Giok Houw dengan wajah agak kemerah-merahan.
"Apanya yang bangun?" Ling Ling menatapnya.
"Anunya," sahut ouw yang seng Tek sambil tertawa gelak-
"Ha a h ?" Wajah Ling Ling langsung memerah-
"Adik Houw" Pek Giok Liong memberitahukan.
"Tarik nafasmu dalam-dalam"
"ya." Pek Giok Houw segera menarik nafasnya dalam-dalam, berselang sesaat, barulah ia bangkit berdiri-
"Kakak Liong, terima kasih "
"Kita berdua saudara kembar, kok mengucapkan terima kasih?" Pek Giok Liong tersenyum.
"Nah semua urusan telah beres, kalian punya rencana apa?" tanya Swat San LoJin mendadak-
"Kakak Liong, kita ke Pulau Pelangi dulu ya?" ujar se Pit Han.
"Kita bikin kejutan."
"Baiklah-" Pek Giok Liong mengangguk.-
"Kejutan?" swat san LoJin tertawa-
"Akan ada dua pasang pengantin di Cai Hong to Maka aku harus ikut"
"Aku bagnimana?" tanya Thian San Lolo.
"Kalian berdua boleh berbulan madu di sana" sahut cian Tok suseng sambil tertawa gelak-
"Eh? Engkau mau kutendang ya?" Wajah swat san LoJin kemerah-merahan.
"Aku juga ikut ah" sela ouw yang seng Tek mendadak-
"Aku ingin minum sampai mabuk tujuh hari tujuh malam "
setelah Kiu Thian mo Cun mati, rimba persilatan pun menjadi tenang, cit Ciat, Thian sat, Thian suan dan Ti Kie sin Kun pergi mengasingkan diri sedangkan Kai si Mo ong, Pek Hoat Lo Thai, Im san Lo mo dan Im san Lak ya u kembali ke tempat masing-masing. Bagaimana dengan sembilan wanita iblis itu? Ternyata mereka telah hidup sebagai wanita baik-baik,
Pek Giok Liong, Pek Giok Houw dan lainnya menuju Pulau Pelangi, tentunya merekapun melangsungkan pernikahan di sana. setelah itu, Pek Giok Liong menyerahkan ciok Lau san Cung pada Pek Giok Houw. Ia dan se pit Han lalu berangkat ke yan san, tempat yang amat indah di mana Pek Giok Liong menemukan kerangka seng sim tayhiap- Mereka berdua hidup mengasingkan diri di tempat yang indah bagaikan sorga itu- sejak itu pula Pek Giok Liong dan se Pit Han tidak mencampuri urusan rimba persilatan lagi

TAMAT