Jilid 42
“ Adik cilik, mengapa kau hendak
menahanku disini ? “.
“ Ciisss tak tahu malu “ seru gadis
cilik itu. “ Siapa yang menjadi adik kecilmu ?. Kalau tidak
mengganti pakaianku jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini. “.
Giam In Kok menjadi kegelian, segera
tanyanya :“ Aneh benar, pakaianmu toh sudah terbakar ditangan Ban
Keh Seng Hud, mana bisa aku harus mengganti ? ‘.
“ Seandainya aku tidak takut kau
sibocah busuk mati terbanting diatas tanah, mana mungkin akan timbul
peristiwa itu ? “.
“ Maksud baik nona dan Cici tadi
tidak akan aku lupakan untuk selamanya. Apabila dalam berkelana
didalam dunia persilatan besuk membutuhkan bantuanku, pasti akan
kubantu sedapat mungkin, apabila Suci kalian Ciu Li Ya…. “.
Tiba tiba sinona pemimpin rombongan
membentak keras :“ Dimana kau telah tertemu dengan Su Sumoayku ? “.
“ Aku dan Enci Ciu sudah bertemu
beberapa kali. Belakangan ini kamipun bersama sama memusuhi Tiong
Giok Sam Tiong, tiga keturunan Tiong Giok. Malah kemarin jejaknya
hilang dibalik kabut sebelum aku dibawa elang raksasa itu sampai
disini !? “.
“ Siapa sih tiga keturunan Tiong Giok
yang kau maksudkan itu ?“.
”Sebagai pendirinya adalah Tiong Giok
Kisu Cin Tok, dia mempunyai kepandaian sesat yang diwariskan kepada
ketiga orang muridnya, oleh ketiga muridnya diturunkan pula kepada
Perkumpulan Kaum Pengemis, Pelajar Rudin serta Su Hay Pang. Masing
masing perkumpulan mempunyai sejenis ilmu sesat yang aneh, tapi orang
banyak yang menjadi korbannya. Aku adalah salah seorang yang menjadi
korbannya “.
“ Aneh betul, ilmu sesat macam apakah
itu ? “ tanya sinona keheranan dan ingin tahu.
“ Wah kalau soal ini sih kurang
leluasa bagiku untuk mengutarakannya “.
“ Aku tidak perduli, pokoknya kau
harus mengatakan secepatnya! “.
“ Aku tidak mau berbicara, karena
ingin memberi muka kepada Cici sekalian….. “.
“ Hemmm… ilmu sesat macam apakah
itu ?. Mengapa kami tadak boleh mengetahuinya ? “.
Dengan nada tak senang Giam In Kok
segera berkata :“ Pernahkah kalian mendengar tentang ilmu sesat
yang khusus menghisap sari tubuh seseorang ? “.
“ Ilmu menghisap sari tubuh ?. Aneh
betul. Mengapa Suhu tidak pernah menerangkan kepada kami ? “.
“ Suhu kalian tidak menerangkan
karena ilmu sesat seperti ini memang tidak sepantasnya diketahui oleh
Cici sekalian “.
“ Apa yang tidak sepantasnya ?.
Hemmmm, pasti kau sibocah kunyuk yang mengaco belo. Pokoknya sebelum
kau menjelaskan alasannya secara tepat. Hari ini jangan harap bisa
meninggalkan puncak Giok Jin Hong ini secara selamat…. “.
Dengan wajah serius kembali Giok In Kok
berkata :“ Aku tak berbicara karena bermaksud menjaga harga diri
kalian semua, lain tidak. Sebagai contoh kakak seperguruan kalian Ko
Sengjin serta Cu Cun, merekapun tersesat kejalan yang tak benar
karena mempelajari ilmu sesat tersebut. Seandainya aku tidak turun
tangan tepat pada waktunya dengan membunuh Ko Sengjin, mungkin adik
seperguruan kalian Ciu Li Ya sudah menjadi korban “.
“ Ahhhh… masa ada kejadian seperti
ini ?. Aku Ciau Li Long jadi pengin tahu sampai dimanakah taraf
kepandaian silat yang kau miliki sehingga mampu membinasakan Cu Cun
dan Ko Sengjin berdua ? “.
“ Bila Cici kurang percaya, tanyakan
sendiri kepada Cici Ciu bila ia telah kembali nanti, karena aku rasa
kurang baik jika kita beradu kepandaian secara sesungguhnya “.
Kembali Ciau Li Long mendengus dingin
:“ Hemmmm… kalau begitu bahkan aku sendiri bukan
tandinganmu ? “.
“ Kita tidak pernah terikat dendam
sakit hati, siapa saja yang terluka rasanya sama sama kurang baik
untuk kita “.
“ Pokoknya aku tak akan melukaimu dan
kaupun tidak melukai aku. Buat apa banyak bicara lagi, hayo cepat
lancarkan seranganmu“.
“ Baiklah kalau begitu. Sudah lama
kudengar ilmu pedang Cing Lo Kiam Hoat dan ilmu gerakan tubuh Liok
Huu She dari perguruan kalian yang termasyur didunia persilatan,
silahkan Cici melancarkan serangan lebih dulu untuk kenikmati “.
“ Hemmmm… kau belum berhak minta
petunjuk ilmu pedang Cing Lo Kiam Hoat dari To Suciku, lebih baik
mencoba kepandaianku lebih dulu “ Seru sinona bertali kulit ular
itu tiba tiba.
Giam In Kok berpaling, lalu serunya
sambil tertawa :“ Aku dan nona pernah saling kenal, aku hanya ingin
bertanya kepadamu. Apa sebabnya kau mencuri kulit ular dan kepala
ularku secara licik, bahkan sampai menotok jalan darah Ci Kut Hiat
dari si Nenek Pertama Nelayan. Aku ingin tahu apa alasanmu berbuat
demikian ? “.
Berubah hebat paras muka gadis
tersebut, segera bentaknya :“ Siapa yang mencuri kulit ularmu ? “.
“ Itu, lihatlah sendiri. Kulit ular
bermata tunggal masih berada ditangan nona. Apakah bukti ini kurang
cukup ? “. Kemudian sambil menuding kearah gadis cilik tadi kembali
berkata, “ Jala ditangan nona itu tentu terbuat dari kulit kepala
ular bermata tunggal bukan?.”
Mendadak Ciau Li Long melirik sekejap
kearah dua orang gadis tersebut dan menegurnya dengan suara dingin :“
Sam-moay, Pat-moay, sebetulnya kalian yang mendapatkan kulit ular
bermata tunggal itu lebih dahulu ataukah mencuri milik bocah keparat
ini ? “.
Paras muka sinona kecil turut berubah
hebat. Agak tergagap dia bersuara :“ Berbicara soal kulit ular
tesebut, kami tidak merampas, juga tidak mencuri, dia letakan benda
tersebut diujung perahu dan bermaksud untuk menghadiahkan kepada
sepasang suami isteri Nelayan tua. Sam Suci segera berpendapat bahwa
benda itu belum tentu berguna bila dihadiahkan kepada orang lain.
Maka diapun mengambilnya pulang, sedang empedu ular tersebut
dimaksudkan untuk mengobati luka Suhu…. “.
Belum habis perkataan itu siucapkan,
Ciau Li Long telah berseru dengan gelisah :“ Kalian berdua benar
benar tak tahu diri. Bukankah Suhu memerintahkan kalian…. “.
Tiba tiba ia merasa masih berada
dihadapan orang lain, maka kata selanjutnya segera diurungkan. Buru
buru katanya kepada Giam In Kok seraya menjura :“ Sam-moayku Chin
Li Gi dan Pat-moayku Sin Li Ji mendapat tugas untuk pergi jauh, tak
kusangka mereka telah melakukan kesalahan besar, bila Siauhiap sudi
memaafkan, kami bersaudara semua pasti akan berterima kasih sekali “.
Giam In Kok yang bermata tajam segera
dapat melihat betapa gugup dan gelagapannya keenam gadis tersebut
setelah dia menyinggung masalah kulit ular. Sadarlah pemuda ini bahwa
peraturan perguruan mereka pasti ketat sekali, bahkan bisa jadi
kesalahan tersebut bisa berakibat dijatuhi hukuman berat. Sekalipun
dia merasa tindakan gadis tersebut terlalu keji dan tak tahu aturan.
Namun melihat kegugupan nona nona itu,
akhirnya dia merasa tidak tega juga :“ Ciau Suci tak perlu berpikir
yang bukan bukan. Seperti apa yang dikatakan adik kecil Sim, kulit
ular yang kuperoleh waktu itu memang tak ada gunanya, jadi kalian tak
usah menegurnya kelewat batas, tapi bolehkah ku tahu penyakit apa
yang diserita guru kalian ?. Mengapa harus disembuhkan dengan otak
ular ?. Apakah sakitnya telah disembuhkan ? “.
Belum lagi pertanyaan itu dijawab,
mendadak terdengar suara rintihan kesakitan yang memilukan hati
bergema dari kejauhan sana.
Semua orang menjadi terperanjat
dibuatnya. Buru buru Ciau Li Long berseru keras :“ Sam-moay,
Pat-moay, kalian tinggal disini menemani tamu, yang lain cepat ikut
aku pulang ! “.
Begitu selesai berkata, Ciau Li Long
segera mengajak keempat orang gadis lainnya berlari dari s itu dengan
kecepatan tinggi. Giam In Kok yang menyaksikan kejadian ini menjadi
tertegun, apalagi setelah menyaksikan paras muka kedua nona itupun
berubah menjadi merah padam sambil berbisik bisik lirih.
Dalam keadaan begini sebetulnya dia
ingin cepat berpamitan, tapi diapun merasa tak pantas untuk berlalu
dengan begitu saja. Apalgi ia pernah dibekali ilmu pertabiban.
Sedangkan Say Lo Seng Bo-pun merupakan gurunya Ciu Li Ya, mengapa
persoalan ini tidak ditanyakan sampai jelas ?. Maka setelah berpikir
sejenak, ia segera maju kedepan dan bertanya kepada Chin Li Gi :
”Enci Gi ! “.
Merah jengah wajah Chin Li Gi, sambil
berpaling segera serunya keras :“ Aneh betul kau ini, kami toh
tidak kenal kepadamu, kenapa kau memanggil orang dengan sebutan
semaumu sendiri. Hemmmm, sampai aku sendiripun turut merasa malu ! “.
Giam In Kok merasa geli, sahutnya :“
Aku berasal dari marga Chin bernama In Kok, jadi dari satu marga
dengan Enci Li Gi, usia kitapun hampir sebaya. Maka apa salahnya
kalau aku memanggilmu sebagai Enci ? “.
“ Bagaimana dengan aku ? “ seru Sim
Li Ji segera.
“ Karena kau masih kecil, maka
terpaksa aku harus memanggilmu sebagai adik kecil “.
“ Aaaiiii…. Menjadi adik sih tak
jadi apa, tapi kau memanggilku dengan tambahan kata ‘ Ji ‘…“.
“ Kenapa ? “.
“ Kau memanggilnya Enci Gi, kenapa
tidak memanggilku sebagai Adik Ji…. ?’.
“ Ohhh… rupanya begitu. Baiklah
adik Ji. Aku ingin tahu penyakit apakah yang diderita gurumu ? “.
Chin Li Gi segera berseru cepat :“
Dia sendiripun tak tahu penyakit apa yang diidapnya. Darimana kami
bisa tahu ? “.
“ Ahhhh, masih ada kejadian seperti
ini ?. Gurumu berilmu tinggi, tak mungkin penyakit biasa dapat
menyerangnya. Siaute pernah belajar ilmu pertabiban, bagaimana kalau
aku……… “.
“ Kau bisa menyembuhkan penyakit ? “
seru Sim Li Ji kegirangan. “ Aaahhhh kalau begitu sangat kebetulan.
Cuma….aku lihat belum tentu kau bisa menyembuhkannya “.
“ Mari kita coba dulu. Aku percaya
sedikit banyak pasti dapat mengetahui sumber penyakit tersebut ? “.
Sementara pembicaraan itu masih
berlangsung, mendadak dari kejauhan sana terdengar suara orang yang
berseru kesakitan. Suaranya amat keras hingga menggetarkan seluruh
angkasa. Ditinjau dari suara teriakan kesakitan itu, Giam In Kok bisa
menilai bahwa orang tersebut telah berhasil melatih ilmu silatnya
hingga mencapai tingkatan yang luar biasa. Tapi aneh sekali, mengapa
dia bisa mengidap penyakit yang parah ?. Karena keheranan diapun
segera bertanya :“ Apakah orang yang berteriak kesakitan itu adalah
gurumu ? “.
Dengan sedih dan murung kedua orang
gadis tersebut menganggukkan kepala.
Giam In Kok segera bertanya lagi dengan
tercengang :“ Apakah gurumu mengidap penyakit edan ? “.
Sim Li Ji segera menggelengkan
kepalanya, katanya :“ Pinggangnya sama sekali tidak bisa bergerak,
sebaliknya sebatas pinggang keatas justru menggetar keras sekali.
Setiap penyakit itu akan kambuh sampai beberapa kali. Menurut
penjelasan guruku, katanya hanya ada tiga jenis benda didunia ini
yang bisa menghilangkan bibit penyakitnya itu “.
“ Benda apa sajakah itu “ tanya
Giam In Kok buru buru.
“ Dikatakan kepadamu juga percuma. “.
“ Tak apa, katakan dulu….. “.
“ Sari buah Liong Seng Ko telah kau
minum, apa gunanya dibicarakan lagi ? “.
Giam In Kok segera tertegun dibuatnya.
“ Bagaimana ? “ kembali Sim Li Ji
berseru dengan gemas.
“Sekalipun sudah dikatakan percuma
juga “.
“ Aaahhhh belum tentu begitu “ kata
Giam In Kok kemudian tertawa. “ Toh didunia ini bukan hanya
terdapat sebiji buah Thi Ko saja, aku akan mengusahakan dengan cara
lain. Coba kau katakan dua jenis yang lainnya ? “.
Dengan setengah sercaya setengah tidak
Sim Li Ji mengerling sekejap kearahnya, lalu katanya lagi sambil
mencibir :
“ empedu Ular Bunga yang hidup
dibalik kabut, apakah kau bisa mendapatkannya ? “.
“ Waaahhhhhh…. Aneh benar ! “
tanpa sadar Giam In Kok berseru tertahan.
Sim Li Ji mendengus dingin, katanya
lebih juah “
“ Masih ada yang lebih aneh lagi.
Benda ketiga adalah mutiara Giok Li Li Cu, katanya dari dulu sampai
sekarang hanya ada sebutir didunia ini. Coba kau bayangkan sendiri
kemana kita harus
mendapatkannya ? “.
Selesai mendengar perkataan tersebut
Giam In Kok tak dapat menahan diri lagi, dia segera tertawa terbahak
bahak. Melihat pemuda itu tertawa, dengan gemas Sim Li Ji berseru :
“Bagaimana sih kamu ini ?. Dengan susah payah aku memberi
penjelasan, kau malah tertawa terbahak bahak. Apa sih yang lucu ?“.
“ Cepat kau ajak aku menemui gurumu “
seru Giam In Kok sambil tertawa. “ Sebab ketiga jenis benda yang
kau maksudkan itu berada ditubuhku semua “.
“ Sungguh !? “ seru kedua orang
gadis itu berbareng dengan rasa kaget dan tercengang menghiasi wajah
mereka.
“ Buat apa aku membohongi kalian
berdua ? “.
“ Coba perlihatkan kepada kami ! “.
Giam In Kok segera tertawa :“ Terus
terang saja kubilang, ketiga jenis benda mustika itu telah
melebur kedalam darahku. Asalkan aku
menggunakan cairan darahku untuk mengobati penyakit gurumu, niscara
penyakit tersebut akan hilang. Mengapa kita tidak mencobanya dulu ?
“.
Kedua gadis itu menjadi terkejut. Chin
Li Gi segera memandang pemuda tersebut sekejap lalu katanya :“ Bila
darahmu harus dihisap keluar, bukankah kau sendiri bakal mati ? “.
“ Itu sih tak menjadi masalah. Ayo
kita periksa dulu keadaan gurumu ? “.
Tanpa banyak cakap lagi berangkatlah
mereka menelusuri jalan setapak yang berliku liku sebelum akhirnya
memasuki sebuah ruang bawah tanah yang dalam lagi merah.
Mendadak terdengar seseorang membentak
keras :“ Berhenti ! “.
Menyusul suara bentakan itu, segulung
angin pukulan yang amat keras menyambar datang dengan cepatnya. Giam
In Kok yang merasakan datangnya sergapan itu buru buru menarik diri
sambil mundur dua langkah kebelakang, akibatnya ia saling bertumbukan
dengan Chin Li Gi yang berada dibelakangnya.
Bukan Cuma begitu, karena peristiwa ini
berlangsung amat mendadak, akhirnya ia terjatuh dan persis duduk
diatas bawah perut gadis tersebut. Kontan saja paras muka Chin Li Gi
menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus. Bentaknya cepat :“
Hei… bagaimana sih kau ini…. ? “.
Sim Li Ji yang berada didepanpun mundur
kebelakang dengan perasaan terkejut. Tahu tahu dihadapan mereka telah
bertambah dengan seorang kakek yang berperawakan tinggi besar. Ketika
melihat orang tersebut, cepat cepat Sim Li Ji berseru :“ Supek ! “.
Sementara itu Giam In Kok telah
melompat bangun dari atas badan Chin Li Gi, belum jelas melihat
dengan tegas paras muka orang tersebut. Dia telah membentak dengan
keras :“ Hei kau tahu aturan tidak ?. Mengapa tanpa persoalan kau
menyerang orang dengan pukulan yang mematikan ? “.
Chin Li Gi mengetahui siapa yang
datang, diapun segera mengetahui apa sebabnya Giam In Kok terjatuh
tadi. Buru buru serunya :“ Saudara Kok. Kau jangan bertindak
gegabah. Cepat kau jumpai Supek kami Tang Lo Seng Kong ! “.
Tapi Giam In Kok segera mendengus
dingin, dia membalikkan tubuh dan berlalu dari situ.
“ Bocah keparat, kau hendak kemana “
tiba tiba Tang Lo Seng Kong tertawa dingin dan merentangkan tangannya
menghalangi jalan pergi s ianak muda itu.
Giam In Kok segera merasakan ada
semacam tenaga hisapan yang membetot tubuhnya mundur kebelakang.
Sadarlah pemuda itu bahwa kepandaian silat yang dimiliki orang ini
lihai sekali. Tapi ia benci kepada orang itu karena sergapannya tadi.
Maka sambil tertawa dingin dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk
mementalkan kekuatan musuh, lalu seakan akan tidak terjadi apa apa
dia meneruskan langkahnya menuju keluar.
Tampaknya Tang Lo Seng Kong dibuat
tercengang, segera serunya tertahan “ Hei siapakah bocah keparat
itu ? “.
“ Dihadapanmu tidak ada bocah keparat
!” sahut Giam In Kok ketus.
Chin Li Gi kuatir peristiwa tersebut
akan membuat suasana menjadi tegang hingga kesempatan untuk
menyembuhkan penyakit gurunyapun menjadi hilang. Buru buru dia
mengejar kesamping Giam In Kok, lalu sembil merentangkan tangannya
dia memohon : “ Saudara Kok, dengarkan dulu perkataanku……
kumohon sembuhkan dulu penyakit guruku sebelum membicarakan persoalan
lain “.
Ucapan itu dengan cepat mengurungkan
niatnya untuk pergi. Pemuda itu segera menganggukkan kepalanya :“
Baiklah, siaute akan mencoba untuk mengobati dulu penyakit
gurumu….. “.
Dalam pada itu Tang Lo Seng Kong telah
berseru dengan wajah agak tercengang :“ Kalian mengundang bocah
keparat ini untuk mengobati penyakit gurumu ? “.
“ Benar “ jawab Sim Li Ji dengan
hormat. “ Dialah si Bocah Ajaib Bermuka Seribu Giam In Kok. Dia
memang khusus kami undang untuk mengobati penyakit Suhu. Disamping
itu tecupun tidak mengetahui kehadiran Supek sehingga tanpa memberi
tahu lebih dulu, tak disangka akhirnya malah menjadi kesalah pahaman
ini “.
Tang Lo Seng Kong segera terawa seram
:“ Heehhh…..heeehhh…..heehhhh…. kecuali si Tabib Sakti Gak
Put Long datang sendiri dengan membawa tiga jenis obat mustika,
siapapun jangan harap bisa mengobati penyakit aneh gurumu. Kalian
jangan sampai ditipu bocah keparat itu hingga memasuki kamar tidur….
“
Giam In Kok menjadi amat mendongkol,
sambil membalikkan badan dan tertawa dingin, jengeknya :“ Yaaa….
Aku tahu, memang hanya murid yang diajarkan manusia macam kau yang
pantas memasuki kamar tidur sembarang perempuan…. “.
Tang Lo Seng Kong menjadi gusar sekali,
bentaknya :“ Bocah keparat, siapa yang kau maksudkan ? “.
“ Tentu saja kedua orang murid
kesayanganmu, Cu Cun dan Kok Sengjin…. “.
“ Kau telah bersua dengan mereka
berdua …. “.
“ Bukan hanya bersua, bahkan telah
kubunuh manusia she Ko itu “.
“ Bagus sekali. Sekarang rasakan dulu
sebuah pukulanku ini ? “.
Sayang sekali Tang Lo Seng Kong tidak
menyadari bahwa Bocah Ajaib Bermuka Seribu adalah jago yang berilmu
tinggi. Ketika menyelesaikan kata katanya tadi, telapak tangan
kirinya diayunkan kedepan untuk melancarkan sebuah pukulan dahsyat.
Setelah hampir terhisap oleh tenaga hisapan musuh tadi, Giam In Kok
tidak berani gegabah. Telapak tangannya segera diputar dengan jurus ‘
Mengayun Golok Memotong Air ‘ dan membabat kebawah, kemudian
diputar lagi keatas dan melepaskan satu pukulan gencar.
“ Blaaammmmm “.
Suatu genturan dahsyat segera bergema,
seluruh ruangan gua menjadi terguncang dengan hebatnya. Akibat dari
bentrok kekerasan ini, ternyata Tang Lo Seng Kong dibikin tergetar
mundur sejauh tiga langkah lebih, sebaliknya Giam In Kok hanya
tergetar sedikit tanpa menggeserkan langkah kakinya. Kenyataan ini
membuatnya semakin terperanjat lagi.
Sejak terjun kedalam dunia persilatan
belum pernah dia alami kerugian seperti yang dialami hari ini.
Apalagi dengan latihan yang tekun hampir seratus tahun lamanya. Dia
mengira bahwa
kepandaian silat yang dimilikinya
sekarang telah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali.
Siapa sangka hari ini dihadapan kedua
murid keponakannya dia telah menderita kekalahan ditangan seorang
anak muda kemarin sore. Bayangkan saja bagaimana mungkin dia dapat
menerima kenyataan ini ?.
Kontan saja watak bengisnya kambuh,
sambil membentak keras sepasang telapak tangannya didorong bersama
kedepan. Dua gulung tenaga pukulan berwarna hijau yang maha dahsyat
dengan cepat meluncur kedepan. Agaknya
Giam In Kok tidak menyangka kalau tenaga dalam yang dimilikinya telah
pulih kembali sedemikian hebatnya. Untuk sesaat dia menjadi tertegun
dan seperti lupa dengan keadaan disekelilingnya.
Menanti dia sadar kembali, tenaga
pukulan Tang Lo Seng Kong telah tiba dihadapannya, untuk menangkis
jelas tidak mempunyai kesempatan lagi. Untung saja pemuda itu berilmu
tinggi, dalam keadaan yang kritis ini, cepat cepat ia memutar
tubuhnya dengan kencang dan mundur sejauh setengah langkah lebih dari
sambaran angin serangan lawan.
Namun justru karena tubuhnya berputar
itulah, ia jadi menubruk kembali ketubuh Chin Li Gi yang waktu itu
berdiri disitu dengan perasaan kaget dan gugup sehingga hampir saja
bergulingan kembali keatas tanah.
Cepat cepat pemuda itu memeluk tubuh
sinona dan melarikan diri kesisi lorong lain untuk menghindari angin
pukulan dari Tang Lo Seng Kong yang sangat hebat itu, kemudian
setelah menurunkan tubuh sinona keatas tanah, dia menerjang maju lagi
kedepan sambil membentak keras : “ Sungguh tidak disangka bahwa
seorang jagoan yang menganggap dirinya berilmu tinggi ternyata cara
turun tangannya jauh lebih keji daripada Tiong Giok Kisu “.
Didalam gusarnya tadi Tang Lo Seng Kong
ingin membunuh lawannya dalam sekali ayunan tangan, tetapi begitu
serangan dilepaskan dan melihat Chin Li Gi berdiri dibelakang lawan,
dia menjadi kuatir bila lawan menghindar secara tiba tiba sehingga
serangan itu menghajar ditubuh sinona.
Sementara dia masih berdiri dengan
perasaan menyesak, tiba tiba pandangan matanya menjadi kabur dan
bayangan tubuh manusiapun lenyap dari pandangan matanya. Mau tak mau
dia harus memuji juga akan kelihaian dan kecepatan tangan pemuda
tersebut.
Maka ketika menyaksikan anak muda itu
muncul kembali dihadapannya, dengan nada yang gusar dida berseru : “
Kunyuk keparat, tampaknya kau sudah bosan hidup. Siapakah Tiong Giok
Kisu yang kau maksudkan tadi ? “.
“ Hemmmm untuk menandingi Tiong Giok
Kisu-pun kau belum sanggup, buat apa mengaku diri sebagai jagoan
lihai ? “.
Termakan oleh umpatan Giam In Kok yang
tak ada ujung pangkalnya itu Tang Lo Seng Kong makin naik darah lagi,
bentaknya nyaring :“ Siapa Tiong Giok Kisu itu ? “.
“ Dia adalah gembong iblis nomer
wahid dalam dunia persilatan saat ini. Ilmu silatnya beberapa kali
lipat jauh lebih hebat daripada kepandaianmu. Kedua orang murid
murtadmu justru telah bergabung dalam perguruannya dan mempelajari
ilmu sesat mereka“.
Mendengar itu Tang Lo Seng Kong segera
terawa terbahakbahak, jengeknya :“ Hahhhh…..haahhh….haahhhh….
dia adalah gembong iblis nomer wahid dari kolong langit. Bagaimana
mungkin bisa dibandingkan dengan aku di Malaikat Nomer Satu didunia
ini ? “.
“ Hemmm….mengibul. orang macam
kalian memang pandainya hanya mengibul serta berbuat sembrono….kenapa
kau tidak pergi mencarinya bila merasa tidak puas ? “.
“ Kau menyatakan aku tidak berani ?
“.
“ Tentu saja kau tidak berani “.
“ Kalau pengin bukti, ayo ajak aku
pergi mencarinya “.
“ Tidak bisa, aku hendak mengobati
orang disini “.
“ Penyakit tersebut tidak bakal bisa
kau sembuhkan “.
“ Aku tidak percaya. Paling tidak aku
belum mencobanya “.
“ Kalau aku sengaja tidak memberi
ijin kepadamu untuk mencoba, kau mau apa ? “.
“ Huhhh….memangnya kau sanggup
menghadapi niatku ? “.
“ Kalau ingin bukti, mari kita
buktikan dengan suatu keputusan…. “.
Mendadak dari balik lorong gua
terdengar suara seseorang yang amat lembut berkumandang datang.
Ternyata suara itu tak lain suara yang pernah didengar Giam In Kok
waktu menyampaikan dengan ilmu menyampaikan suara. Terdengar ia
berkata dengan sedih :“ Suheng tak usah menghalangi siauhiap itu.
Mengapa tidak membiarkan dia masuk untuk mencoba ? “.
Sekilas senyuman licik segera menghiasi
wajah Tang Lo Seng Kong, ujarnya kemudian :“ Ohhhh…. Rupanya
Sumoay telah mendusin. Biasanya kau selalu pingsan hampir satu jam
lamanya, tak nyana hari ini bisa siuman secepat itu, tapi dimasa
lalupun aku berniat ingin mengobatimu, tapi kau mengatakan tidak
ingin……… “.
Sebelum perkataan tersebut selesai
diucapkan, Say Lo Seng Bo telah menukas dengan sedih :
“ Urusan yang lewat apa gunanya
dibicarakan lagi ?. Harap Suheng mengijinkan dia masuk kedalam ! “.
Dengan pandangan penuh amarah Tang Lo
Seng Kong melotot sekejab kewajah Giam In Kok, lalu serunya dengan
penuh kebencian :“ Bocah keparat, sana cepat menggelindung masuk,
jangan membuat hatiku marah lagi ! “.
“ Sungguh aneh “ jenget Giam In Kok
dingin. “ Siauya toh hendak mengobati Sumoaymu, memangnya aku
menyalahi dirimu ? Mengapa kau mempeloti diriku seperti diriku adalah
seorang musuhmu ? “.
Tang Lo Seng Kong tidak bicara lagi,
dengan cepat dia berkelebat dan meninggalkan tempat itu. Waktu itu
Chin Li Gi berdua sudah berdiri ketakutan hingga paras mukanya
berubah hebat, setelah Tang Lo Seng Kong berlalu, mereka baru
menghampiri Giam In Kok dan berseru dengan gemas.
“ Supek kami memang kelewat aneh,
setiap kali….. “. Sebelum ucapan Sim Li Ji selesai diucapkan,
Chin Li Gi telah menukas dengan cepat :“ Sumaoy jangan sembarangan
bicara. Hati hati kalau kedengaran Supek ! “.
Giam In Kok diiringi kedua orang gadis
itu segera meneruskan kembali perjalanannya memasuki ruangan rahasia,
tapi apa yang kemudian terlihat segera membuat hatinya tertegun.
Ternyata ruangan tersebut merupakan
sebuah ruangan yang luasnya mencapai lima, enam kaki persegi. Sepuluh
orang gadis berbaju ringkas berdiri berjajar dalam ruangan itu serasa
menghadang ditengah ruangan. Sedangkan dibelakang dinding manusia
tersebut merupakan sebuah pembaringan besar yang terbuat dari batu
kumala. Diatas pembaringan itulah duduk seorang gadis berusia tujuh,
delapan belas tahunan.
Gadis muda itu hanya mengenakan sebuah
pakaian yang tipis sekali sehingga secara lamat lamat dapat diketahui
bentuk tubuhnya yang indah dan menggairahkan itu. Walau hanya sekilas
pandang saja namun Giam In Kok dapat merasakan bahwa gadis tersebut
memiliki kecantikan wajah yang luar biasa sekali.
“ Mungkinkah orang ini adalah Say Lo
Seng Bo ? “ diam diam Giam In Kok berpikir dengan curiga sehingga
tanpa terasa ia memperhatikan beberapa kejap.
Mendadak Sim Li Ji mendorong tubuhnya
dari belakang sambil berseru dengan cemas :“ Orang yang berada
dipembaringan itu adalah Guruku. Mengapa kau tidak segera memberi
hormat kepadanya ? “.
Berbicara dari bentuk tubuh gadis
tersebut mungkin Giam In Kok masih lebih tinggi daripadanya, apakah
dia harus menyembah kepada seorang gadis muda ? Sementara dia masih
ragu ragu, sinona yang berada dipembaringan itu telah berkata sambil
tertawa :“ Inikah si Bocah Ajaib Bermuka Seribu Chin Siauhiap ?.
Silahkan duduk diatas pembaringan “.
Berhadapan dengan seorang gadis
secantik ini, tanpa terasa Giam In Kok merasa agak rendah diri. Cepat
cepat ia maju dan memberi hormat dan berkata :“ Biarlah aku berdiri
saja, entah….. Say Locianpwe sakit dibagian yang mana ?. Bilamama
mampu aku bersedia untuk mengusahakan pengobatan bagi penyakitmu itu
? “.
Gadis itu segera tertawa.
“ Aku Bo Li Bo. Say Lo Seng Bo
adalahh sebutan orang lain kepadaku. Bila Siauhiap memang dapat
mengobati penyakitku, harap kau tak usah mempersoalkan adat istiadat
lagi. Silahkan duduk dulu diatas pembaringan…. “.
Melihat nona itu duduk ditengah
pembaringan sedang tubuh bagian bawahpun tak sanggup bergerak,
terpaksa dia melepaskan sepatu dan naik keatas pembaringan. Lalu
setelah berbasa basi sejenak, diapun memegang pergelangan tangan nona
itu serta memeriksa denyut nadinya.
Ketika pemeriksaan dilakukan dengan
penuh seksama, tiba tiba saja pemuda itu menjadi terkejut sekali
sehingga tanpa terasa dia berseru tertahan.
Seruan tertahan ini cepat mengundang
perhatian belasan nona yang berdiri didepan pembaringan sehingga
mereka membalikkan badan bersama sama.
Say Lo Seng Bo buru buru berseru :“
Kalian cepat pergi keluar pintu dan halangi Supek kalian. Disini
tidak memerlukan kalian lagi “.
Baru saja perkataan tersebut selesai
diucapkan Ciau Li Long sudah mendengar suara langkah manusia dibalik
lorong sana, maka buru buru serunya :“ Cepat berangkat……… “.
Tanpa membuang waktu lagi dia segera
berkelebat meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah cepat.
“ Blaaannnnnnggg …. ! “.
Diiringi suara keras, sebuah pintu baja
telah menutup rapat jalan menuju keruangan tersebut. Hal ini membuat
Giam In Kok menjadi tertegun dan untuk sesaat duduk melongo.
Sikap Say Lo Seng Bo masih tetap tenang
saja seakan akan tidak terjadi suatu apapun, katanya sambil tertawa
:“ Siauhiap belum lama datang kemari, tentu kau tidak mengerti apa
sebabnya kulakukan penjagaan seperti ini. Tapi persoalan inipun tak
akan jelas diterangkan dengan sepatah dua patah katasaja. Bila kau
sanggup menyembuhkan penyakitku ini, tentu saja akan kuceritakan
semuanya itu. Ehhhh… bila kudengar dari seruan tertahanmu tadi,
nampaknya kau sudah menemukan sumber dari penyakit tersebut ? “.
Giam In Kok segera manggut manggut “
Ya, tapi baru berupa dugaan, aku sudah tahu apakah benar dugaanku itu
atau tidak “.
“ Silahkan kau katakan ? “.
“ Tampaknya dalam kandungan Seng Lo
telah tumbuh janin kehidupan…….. “.
Menurut hasil penelitiannya dari
pemeriksaan denyut nadi, sudah dipastikan nona itu sedang berbadan
dua. Tapi gadis itu disebut orang sebagai Seng Bo, bagaimana mungkin
ia melakukan perbuatan yang tidak senonoh, apalagi mengandung tanpa
suami ? Oleh karena itulah dia hanya menggunakan kata ‘tampaknya’
untuk mengutarakan duagaannya itu sehingga paling tidak ia masih ada
langkah mundurnya bisa terjadi sesuatu yang tidak terduga.
Siapa tahu begitu ucapann itu
diutarakan, tiba tiba saja Bo Lo Bo berseru dengan wajah berseri :“
Ilmu pertabiban yang siauhiap miliki memang nya sangat hebat.
Dugaanmu memang tepat sekali. Akupun tahu bagaimana mengobati
penyakit ini. Tapi sayang obat obatan mustika amat sulit ditemukan.
Meski tabib kenamaan masih dapat dicari, namun bagi orang yang tidak
mengetahui keadaan sesungguhnya, bagaimana mungkin aku bisa
membiarkan tahu keadaanku dan tetap menjaga nama baikku ?. Siauhiap,
setelah kau mengetahui keadaanku sekarang, bersediakah kau memberikan
bantuan ? “.
Dengan wajah serius Giam In Kok
menjawab :“ Tidak susah bagiku untuk turun tangan menggugurkan
kandungan tersebut, yang menjadi masalah sekarang adalah kita belum
tahu janin hidup yang berada dalam kandungan anda merupakan janin
manusia, janin ular atau janin setan. Itulah yang menyusahkan diriku
untuk mengambil keputusan… “.
Sambil berkerut kenin Bo Li Bo tertawa
getir, katanya kemudian :“ Hingga saat ini aku belum pernah kawin.
Sampai detik ini aku masih berstatus gadis perawan. Bagaimana mungkin
tumbuh janin manusia didalam kandunganku ? Tapi aaiii…. Aku memang
paling gemar bermain air. Suatu musim panas aku pernah dililit ular
air sewaktu bermain air dalam sungai..aiii….mungkin juga.. “.
“ Tapi menurut hasil pemeriksaanku,
janin dalam kandungan itu membawa gejala dan pertanda janin kehidupan
manusia atau bahkan janin setan…. “.
“ Mungkinkah bisa terjadi peristiwa
yang begini aneh ? “ tanya Say Lo Seng Bo tercengang.
Dengan wajah serius Giam In Kok berkata
:“ Menurut hasil penelitianku, keadaanya memang demikian, apalah
artinya aku membohongi diri Cianpwe ? “.
Setelah Say Lo Seng Bo mengakui dirinya
masih gadis perawan, maka bila dibilang janin dalam kandungannya
adalah jenis ular atau setan, hal ini masih dianggap benar, tapi
menurut hasil pemeriksaan Giam In Kok dia justru menemukan tanda
tanda adanya janin kehidupan manusia dalam kandungannya. Masalah
inilah yang membuatnya jadi tertegun dan tidak tahu bagaimana harus
mengatasinya.
Dalam keadaan terkejut dan bimbangnya
nona itu segera memejamkan matanya dan termenung. Sementara paras
mukanya lambat laun berubah menjadi murung dan sedih.
Mendadak dari arah lorong rahasia sana
bergema datang suara teriakan Tang Lo Seng Kong yang diiringi suara
tertawa dingin :“ Li Bo begitu muakkah dirimu kepadaku sehingga
mengutus sekian banyak bocah perempuan untuk menghalangi
perjalananku?“.
Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa
Say Lo Seng Bo berteriak keras :“Aku bukannya enggan mempersilahkan
Suheng masuk kemari. Tapi Siauhiap sedang mengobati penyakitku
sehingga aku merasa agak kurang leluasa membiarkan kau datang kemari
“.
“ Menyembuhkan penyakitmu ?.
Haahhhh….haahhhh…haahhh….“.
Mendadak Tang Lo Seng Kong tertawa
tergelak. Suatu nada memandang rendah, benci dan gemas terpancar pula
dari balik suara tertawanya.
Mendengar seruan itu, Giam In Kok
menjadi tak senang hati, katanya dengan cepat :”Seng Bo, kau nampak
begitu lembut, halus dan sabar. Heran mengapa kakak seperguruanmu
justru begitu angkuh, takabur dan tidak tahu diri ? “.
Belum sempat Say Lo Seng Bo menjawab
pertanyaan itu, Tang Lo Seng Kong telah berseru sagi sambil tertawa
dingin :“ Bocah keparat, kau tidak berhak membicarakan tentang
diriku. Kalau memang jantan beranikah kau datang kemari untuk beradu
kepandaian melawanku ? “.
Sambil menghimpun tenaga dalamnya Giam
In Kok segera melompat turun dari pembaringan kemudian bentaknya
nyaring :“ Anjing tua budukan, siapa suruh kau menggonggong terus
disini ?. Hemmmm aku perlu minta petunjuk dari Seng Bo dulu, dia
ingin yang hidup atau yang mati, paling tidak kau mesti digulung
seperti membuat bakpao “.
“ Siauhiap “ setengah merengek Seng
Bo berseru. “ Apalah gunanya ribut dengannya ? “.
“ Li Bo “ mendadak terdengar Tang
Lo Seng Kong berteriak kembali. ”Kau berani menjelek jelekkan
namaku didepan orang lain? “.
Baru selesai perkataan itu diutarakan
Giam In Kok telah menyelinap keluar ruangan sambil membentak : “
Anjing tua, hari ini aku akan mewakili Seng Bo untuk memberi
pelajaran dulu kepadamu ! “.
Segulung angin pukulan yang maha
dahsyat langsung dilontarkan kearah tubuh Tang Lo Seng Kong.
Menghadapi datangnya ancaman tersebut, Tang Lo Seng Kong terawa
seram, serta merta dia melepaskan sebuah pukulan untuk membendung
datangnya ancaman tersebut.
Siapa tahu Giam In Kok memang berniat
untuk membuatnya malu. Meski diujung serangan tersebut mengandung
desingan angin kuat namun dibagian belakang sama sekali tidak
berkekuatan.
Begitu tubuhnya menyelinap kesamping
menghindari ancamannya, pemuda itu berkelebat kesisi badannya.
“ Plakkkk …. ! “.
Sebuah tamparan yang amat keras tahu
tahu sudah bersarang diwajah Tang Lo Seng Kong membuat pipinya merah
sembab dan muncul bekas jari tangan yang berwarna merah. Bisa
dibayangkan betapa gusarnya orang itu atas kejadian yang menimpa
dirinya, sambil membentak nyaring sepasang telapak tangannya serentak
dibabatkan kedepan.
Terdengar desingan tajam menderu deru,
angin pukulan yang amat kuat langsung menggulung kedepan membuat
suasana dalam lorong tersebut diliputi dengan angin pukulannya.
Mengandalkan kelincahan gerakan tubuhnya, Giam In Kok melesat
kemudian dengan tubuh hampir menempel diatas permukaan tanah. Dalam
waktu singkat dia telah berada dibelakang lawannya, sebuah tendangan
keras lagi lagi bersarang dipinggangnya yang gemuk.
“ Duuukkkk…. ! “.
Diiringi suara benturan keasm tubuh
Tang Lo Seng Kong sudah tertendang telak hingga maju beberapa langkah
dengan sempoyongan. Walaupun begitu, Giam In Kok sendiripun menerima
pantulan dari badan musuh sehingga melesat sejauh satu kaki sebelum
berhasil untuk tegak berdiri.
Mimpipun Tang Lo Seng Kong tidak
menyangka kalau hasil latihannya selama banyak tahun ternyata sia sia
belaka. Bahkan nama besar yang telah dipupuk selama inipun harus
hancur ditangan seorang pemuda kemarin sore. Rasa benci, gusar boleh
dibilang tidak terlukiskan lagi dengan kata kata.
Baru saja tubuhnya berdiri tegak, ia
membentak lagi dengan suara keras :“ Bajingan cilik, kalau memang
bernyali ayo ikuti aku ! “.
“ Boleh boleh saja jangan anggap
siauya takut kepada tampang cecunguk tua macam kau ! “.
Mendadak dibalik ruangan tersengar
suara Say Lo Seng Bo berkumandang :“ Suheng, kau tak boleh
mencelakai Chin Siauhiap. Dan Siauhiap…. Harap kau sembuhkan
penyakitku dulu ? “.
Tang Lo Seng Kong kelihatan agak
tertegun, lalu serunya dengan suara dingin :“ Sumoay, apakah kau
benar benar hendak memusuhi aku ? “.
“ Aaaiii…. Suheng, buat apa sih kau
memojokkan diriku terus menerus ?. Seandainya kau masih mempunyai
perasaan persaudaraan denganku, sudah sepantasnya bila kau memberi
kesempatan kepada Siauhiap untuk mengobati penyakitku. Urusan
selanjutnya bisa kita rundingkan belakangan “.
“ Hemmmmm mungkin saat itu sudah
tiada kemungkinan untuk berunding lagi…. “.
Dibalik perkataan orang itu, Giam In
Kok berhasil menemukan tanda tanda yang mencurigakan, tanpa terasa
bentaknya nyaring : “ Bajingan tua, apakah kau yang menjadi
penyebab dari sakitnya Seng Bo ? “.
Berubah hebat paras muka Tang Lo Seng
Kong, tubuhnya langsung bergerak menerjang Giam In Kok, bahkan
segenap kepandaian silat yang dimiliki dikeluarkan untuk membendung
seluruh lorong rahasia tersebut. Setelah itu umpatnya dengan penuh
perasaan benci :“ Bajingan cilik, percuma aku belajar ilmu silat
bila membunuh cecunguk macam dirimupun tak sanggup. Lihatlah, hari
ini aku akan mencincang tubuhmu hingga hancur berkeping keping “.
Baru saja perkataan itu diutarakan,
dari balik ruangan kembali terdengan Seng Bo menghela nafas panjang.
Berhubung Giam In Kok lebih lamban dalam melancarkan serangannya
tadi, dalam waktu singkat dia berhasil didesak oleh Tang Lo Seng Kong
hingga mundur terus kebelakang berulang kali. Dia telah bertekad
untuk menghadapi setiap kemungkinan menurut
situasi yang ada.
Setelah keluar dari goa tersebut, dia
baru berseru lantang :“ Bajingan tua. Kali ini aku akan menyuruh
kau mampus dengan perasaan puas “.
Sementara itu Tang Lo Seng Kong
sendiripun merasa terkejut setelah menyaksikan permainan ilmu
pukulannya Cuma berhasil mendesak musuhnya keluar dari goa. Namun
sifat buasnya telah tumbuh saat ini, bagaimana mungkin dia membiarkan
musuhnya berkeliaran dengan begitu saja ?. Ketika dilihatnya beberapa
muridnya tidak ikut menyusul keluar goa, dia segera mendengus dan
sepasang telapak tangannya kembali dilontarkan kedepan melancarkan
serangan dahsyat.
Dengan amat cekatan Giam In Kok
menghindarkan diri kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman,
kemudian serunya sambil tertawa dingin : “ Bajingan tua, sebelum
kau mampus, siauya ingin mengajukan beberapa pertanyaan lebih dahulu,
sebetulnya…. “.
Tapi Tang Lo Seng Kong telah membentak
keras berulang kali, serangkaian pukulan yang amat gencar membuat
perkataan Giam In Kok segera terhenti ditengah jalan. Angin pukulan
yang dilepaskan orang itu memang hebat. Akibat dari deruan angin
serangan yang maha dahsyat ini hutan dan pepohonan yang rindang
disekeliling tempat inipun menjadi porak poranda tidak karuan
bentuknya.
Suara pepohonan yang bertumbangan
membuat burung burung beterbangan karena panik, binatang kecil
berlarian karena takut. Lama kelamaan Giam In Kok dibuat mendongkol
oleh ulah lawannya, amarahnya berkobar didalam dadanya membuat ia
menjadi geram. Sambil menghimpun tenaga dalamnya dia melepaskan
sebuah tangkisan keras melawankeras.
“ Blanggg…. ! “.
Ditengah suara benturan yang amat
keras, dedauanan dan ranting nampak berguguran. Tanah dan pasir
beterbangan diangkasa, waktu itu sungguhmengerikan sekali. Tak selang
beberapa saat kemudian suasana menjadit tenang kembali, tampak Tang
Lo Seng Kong mundur sejauh beberapa kaki dari posisi semula dan
berdiri mematung, agaknya dia sedang mengatur pernafasan. Sebaliknya
Giam In Kok yang tak sempat menggunakan tenaga dalam sepenuhnya ikut
tergetar mundur pula sejauh satu kaki. Dia merasakan hawa darah
didalam dadanya bergejolak keras, buru buru hawa murninya dihimpun
kembali lalu dengan memanfaatkan kesempatan tersebut dia berusaha
untuk makin melebur empedu ular bunga kedalam tenaga dalamnya.
Selang beberapa saat kemudian Tang Lo
Seng Kong telah selesai mengatur pernafasannya dan membuka matanya.
Ketika melihat Giam In Kok berdiri tak bergerak ditengah arena, ia
segera
membentak keras denganmaksud memancing
amarah musuhnya :“ Bocah keparat, kau memang tak malu disebut Bocah
Ajaib Bermuka Seribu. Coba sambut pukulanku ini ! “.
Namun ketika itu Giam In Kok sedang
mengatur pernafasannya, maka dia menganggap bentakan tersebut sebagai
angin lalu dan sama sekali tidak memperhatikannya.
Kembali Tang Lo Seng Kong berseru
sambil tertawa dingin :“ Hei Bocah Ajaib Bermuka Seribu, tulikan
kau ?. Atau mungkin badanmu itu empuk seperti tahu sehingga tidak
berani berkaok kaok lagi ? “.
Baru selesai perkataan itu diucapkan
mendadak dari kejauhan sana berkumandang datang suara pekikan keras,
disusul kemudian terdengar suara seseorang berseru sambil tertawa : “
Tunggu sebentar Tang Lo Seng Kong, berada dimanakah si Bocah Ajaib
Bermuka Seribu itu ? “.
Giam In Kok segera mengenali itu adalah
Tiong Giok Kisu. Hal ini kontan saja membuat hatinya tercengang.
Belum hilang ingatannya, suara ujung baju yang terhembus angin telah
berkumandang datang dari kejaujan sana.
Kemudian terdengar Tang Lo Seng Kong
berteriak kegirangan :“ Ahhhh rupanya saudara Ciu telah datang,
apakah kau kenal dengan bocah keparat itu ? “.
Orang itu segera menjawab sambil
tertawa :“ Aaahhh… rupanya dia memang benar si Bocah Ajaib
Bermuka Seribu. Soal wajah sesungguhnya bukan soal yang penting “.
“ Orang itu mengakui dirinya sebagai
si Bocah Ajaib Bermuka Seribu, aku rasa tidak bakal salah lagi “.
“ Bagaimana dengan kepandaian
silatnya ? “ tanya orang itu.
“ Barusan dia telah menyambut sebuah
pukulanku dengan keras melawan keras…. “.
“ Ahhhh… rupanya dia sedang
mengatur pernafasan. Kalau memang mampu menerima sebuah pukulan dari
Seng Kok, orang ini tak bakal salah lagi. Tempo hari siautepun pernah
bertemu dengannya dibukit Tang Lo San. Hayo kita ringkus bocah
keparat ini sebelum membicarakan masalah yang lain… “.
“Eeee…. Tunggu dulu, ada urusan apa
saudara Ciu datang kemari mencariku ? “.
“ Apalagi, tentu saja mengajakmu
untuk menghadapi bocah keparat ini…. “.
“ Aahhhh…. Masa bocah kunyuk
semacam inipun harus dipandang begitu serius ? “.
“ Sebetulnya siaute seorangpun sudah
cukup untuk menghadapinya, tapi aku perlu memberitahukan hal ini
kepadamu agar kau jangan sampai tertipu olehnya “.
“ Hemmmm…perkataan ini memang ada
benarnya, terbukti adik seperguruanku telah terperangkap oleh tipu
muslihatnya “.
“ Ahhh…apakah adik seperguruanmu
berada disini ? “.
Tiba tiba Tang Lo Seng Kong melegak,
tapi segera bisiknya lirih :“ Siapa sih beberapa orang yang datang
bersama sama saudara Ciu itu ? “.
Tidak sampai pertanyaan itu selesai
diutarakan, Tiong Giok Kisu telah menjawab sambil tertawa : “
Ohhhh, mereka berdua adalah murid muridku Tong Seng Song serta Kho
Yong. Harap Seng Kong janganmenaruh curiga “.
Terhadap tanya jawab yang sedang
berlangsung, Giam In Kok berlagak seolah olah tidak mendengarkan,
seluruh perhatiannya tertuju untuk mengatur pernafasan. Ia merasa
peredaran hawa murninya bergolak keras, tapi hanya dijalan darah Cian
Gi Hiatnya seakan akan tersumbat oleh segulung gumpalan hawa aneh
sekali. Bagaikan ada sebuah batu besar yang tidak mampu disingkirkan
dari mulut pintu masuk. Seingatnya gejala semacam ini belum
pernah dialami semenjak belajar ilmu
silat, ia menduga sudah pasti hal ini disebabkan oleh empedu ular
bunga tersebut.
Dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia
harus menghimpun segenap hawa khikang pelindung badannya untuk
menggencet serta mendesak gumpalan hawa yang menyumbat itu. Tiba tiba
dadanya terasa meledak amat keras, disusul kemudian munculnya semacam
kekuatan tak berwujud yang meledak kearah dalam. Begitu kerasnya
getaran yang terjadi membuat ia tidak bisa menguasai diri lagi dan
segera ia jatuh terduduk keatas tanah.
“ Aduh celaka “ pekiknya tanpa
terasa.
Sementara itu Tiong Giok Kisu telah
selesai memperkenalkan Tang Lo Seng Kong kepada kedua orang muridnya.
Ketika melihat Giam In Kok jatuh terduduk diatas tanah, ia segera
berseru sambil tertawa terbahak bahak :“ Haaahhhh….haahhh….haahhhh.
tidak dinyana kita bakal meraih keberhasilan tanpa harus bersusah
payah. Coba lihat bocah keparat itu sudah mengalami jalan api menuju
neraka. Daripada membunuhnya, kita akan berhasil membekuknya secara
lebih mudah lagi “.
Dia mengira Giam In Kok sudah mengalami
jalan api menuju neraka, karena itu bangga dan gembiranya setengah
mati. Kembali ujarnya kepada Tang Lo Seng Kong sambil tertawa : “
Sewaktu siaute bertanya soal adik seperguruanmu tadi, agaknya Seng
Kong seperti agak ragu berbicara, apakah masih ada urusan rumah
tangga yang belum terselesaikan ? “.
Merah padam selembar Tang Lo Seng Kong
sehabis mendengar perkataan itu. Dia tidak menjawab tapi segera
mengalihkan pembicaraan lain “ Sesungguhnya tiada masalah yang
terlalu istimewa, andaikata bocah keparat ini tidak muncul, urusan
rumah tanggaku secara otomatis akan selesai dengan sendirinya. Akupun
mendengar bahwa kedua orang muridku yang semula dititipkan pada
perguruan andapun konon telah mati dibunuh bocah keparat ini.
Benarkah ada kejadian seperti itu ? “.
“ Ya…betul. Memang mati, gara gara
persoalan inilah siaute sengaja datang kemari untuk memohon maaf dari
Seng Kong ? “.
Dengan penuh rasa benci Tang Lo Seng
Kong segera berseru : “ Bocah keparat ini betul betul keji dan
berhati jahat. Biar kupotong keempat anggota badannya lebih dulu agar
dia tersiksa hebat sebelum akhirnya mampus dengan cara yang lebih
mengerikan “.
“ Seng Kong tak boleh berbuat
gegabah. Bila kau potong keempat anggota badannya maka kita mesti
menyediakan orang untuk merawat serta memeliharanya. Lebih baik biar
kugunakan ilmu Tiong Giok menghisap sari kekuatan untuk mengambil
alih kekuatan yang dimilikinya, entah bagaimana menurut pendapatmu
?“.
“ Haahhhh….haahhh….haaahhh….
apakah kau Tiong Giok Kisu ?“.
“ Terlalu memuji, terlalu memuji. Itu
hanya sebutan orang lain kepada diriku “.
“ Haahhh….haahhh….haahhhh….,
tadi sibocah keparat itu sempat menyinggung pula nama besar
saudara,…baiklah, mari kita bawa pulang keparat ini kegoaku…. “.
“ Kenapa meski repot repot pergi jauh
?. Untuk sementara waktu biar kupinjam goa dari Sumoaymu saja…. “.
Bersambung Jilid 43