Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Senin, 05 Juni 2017

BAB 11 KANE DAN ABEL. SI HABIL TIBA DI AMERIKA, AWAL HIDUP

Nah, di Bab 11  ini Abel atau si Habil, resmi menggunakan nama Abel. Lika-liku hidup pun di mulai baginya, diawali perkenalannya dengan orang-orang di Kapal, akan menentukan juga jalan hidupnya kemudian. Selamat menikmati kisah ini, semakin seru ....

BAB 11

Wladek tinggal di konsulat Polandia di Konstanstinopel selama satu tahun. Bukan hanya beberapa hari sebagaimana ia harapkan. Sambil bekerja siang malam untuk Pawel Zaleski. Dan menjadi pembantu yang tak terpisahkan. Serta menjadi sahabat karibnya.

Tak ada satu hal pun yang terlalu sulit baginya. Dan Zaleski cepat mulai keheran-heranan bagaimana ia, sebelum kedatangan Wladek, dapat membereskan segala sesuatunya. Anak itu mengunjungi kedutaan Inggris sekali seminggu untuk makan di dapur bersama Ny. Henderson, wanita Skotlandia itu. Dan suatu saat bahkan bersama Konsul Kedua Kerajaan Inggris sendiri.

Sekitar mereka cara hidup Islam kuno mulai luntur. Dan kerajaan Uthman mulai tertatih-tatih. Mustafa Kemal adalah nama yang disebut-sebut setiap orang. Perasaan akan adanya perubahan tak menentu yang sedang terjadi membuat Wladek resah. Pikirannya selalu kembali ke Tuan Baron. Dan semuanya saja yang dicintainya di kastil. Keharusan untuk bertahan hidup di Rusia dari hari ke hari telah menjauhkan mereka dari alam pikirannya. Tapi di Turki mereka bangkit kembali di hadapannya. Merupakan perarakan pelan dan diam-diam. Kadang.kadang ia dapat melihat mereka kuat dan bahagia Leon sedang berenang di sungai . Floretyna sedang bermain-main sarang kucing di ranjangnya. Wajah Tuan Baron. Tegap dan bangga. Diterpa sinar lilin di waktu senja. Tetapi selalu wajah-wajah yang ia ingat. Sangat ia cintai.. Dan bergetar bila Wladek ingin mendekap mereka. Mereka berubah menjadi pemandangan yang mengerikan. Leon mati menindihi tubuhnya. Florentyna berlumuran darah sedang sekarat. Dan tuan Baron hampir buta. Patah.

Wadek mulai menyadari bahwa ia tidak bisa kembali ke tanah yang dihuni oleh hantu-hantu seperti itu. Kecuali bila ia dapatmembuat kehidupannyu menjadi sesuatu yang pantas. Dengan gagasan satu itu dalam pikirannya ia memusatkan hatinya, untuk pergi Ke Amerika. Sebagaimana teman setanah airnya Tadeusz Kosciusko telah berbuat lama sebelumnya. Orang ini telah diceritakan Tuan Baron penuh kisah-kisah memikat. Amerika Serikat yang oleh Pawel Zaleski dilukiskan sebagai “Dunia Baru”. Julukan ini mengilhami Wladek mempunyai harapan, terhadap masa depan. Dan kesempatan, suatu saat, kembali berjaya ke polandia. Pawel Zaleski-lah. yang mengumpulkan uang untuk membeli tiket kapal bagi Wladek menjadi imigran ke Amerika Serikat. Tiket itu memang sulit diperoleh, sebab selalu dipesan paling sedikit, setahun sebelumnya. Bagi Wladek seolah-olah seluruh Eropa Timur mencoba melarikan diri dan mulai baru sama sekali di Dunia Baru.

Dalam musim semi tahun 1921, Wladek Koskiewicz akhirnya meninggalkan Konstantinopel. Naik kapal Black Arrow menuju Pulau Ellis, New York. Ia mempunyai satu kopor berisikan seluruh miliknya. Dan seberkas surat-surat penting yang dikeluarkan oleh Pawel Zaleski.

Konsul Polandia mengantarkannya sampai dermaga. Dan memeluknya hangat. 'Pergilah bersama Tuhan, anakku."

Jawaban Polandia tradisional sudah barang tentu meluncur dari lubuk kedalaman masa kanak-kanak Wladek "Tetaplah bersama Tuhan," jawabnya.

Ketika mencapai puncak tangga naik kapal, Wladek ingat perjalanannya yang mengerikan dari Odessa ke Konstantinopel. Kali ini tak ada batubara yang nampak. Hanya orang-orang di mana-mana. Orang-orang Polandia, Lithuania, Estonia, Ukraina, dan lain-lain berbagai tipe ras yang tidakbiasa bagi Wladek. Ia memegang erat miliknya. Dan antri menanti. Suatu penantian pertama dari sekian banyak penantian yang akan mengiringinya masuk keAmerika Serikat.

Surat-suratnya diperiksa dengan teliti oleh petugas geladak yang jelas memiliki predisposisi mencurigai Wladek bahwa ia menghindari wajib militer di Turki. Tapi dokumen-dokumen Pawel Zaleski tanpa cela. Dengan diam Wladek memohon berkat atas sahabat setanahairnya itu. Karena ia melihat orang-orang lain ditolak.

Kemudian diadakan cacar serta pemeriksaan kesehatan. Bila Wladek tidak berada di Konstantinopel satu tahun sebelumnya dengan makanan bergizi dan kesempatan memulihkan kesehatan, maka ia pasti gagal dalam pemeriksaan itu. Akhirnya setelah berkali-kali dicek ulang, ia diizinkan ke geladak bawah ke ruangan kelas dek. Ada ruangan khusus pria, wanita, dan pasangan suami-isteri. Wadek cepat menuju ke ruangan khusus pria. Ia berjumpa dengan kelompok Polandia yang menempati satu blok besar tempat tidur. Setiap tempat tidur berisikan empat ranjang susun. Setiap ranjang susun itu dialasi kasur jerami. Selimut tipis. Tanpa bantal. Tak berbantal tidaklah mencemaskan Wladek yang tak pernah tidur berbantal sejak meninggalkan Rusia.

Wladek memilih ranjang susun di bawah seorang bocah yang kira-kira seumur dengannya. Dan ia memperkenalkan diri.

"Saya Wladek Koskiewicz.”

"Saya Jerzy Nowak dari Warsawa,,, anak itu dengan suka rela berbahasa polandia, bahasa ibunya.

“Dan aku akan mengadu untung di Amerika.,”Bocah itu mengacungkan tangannya.

Selama waktu sebelum kapal berlayar Wladek dan Jerzy saling menceritakan pengalaman mereka. Mereka berdua senang menemukan seseorang yang diajak berbagi kesendirian mereka. Tak ada yang mau mengakui sama sekali tidak mengenal Amerika . Jerzy ternyata sudah kehilangan orang-tuanya selama perang. Tapi punya sedikit tuntutan lain yang harus diperhatikan. Ia sangat kagum akan cerita Wladek: putra seorang baron. Dididik di pondok seorang penjerat binatang. Dipenjara oleh orang-orang Jerman dan orang-orang Rusia. Lolos dari Siberia. Kemudian dapat terbebas dari algojo Turki berkat gelang perak yang tak habis-habisnya diamati oleh Jerzy. Wladek dalam waktu 15 tahun telah mengumpulkan bekal lebih daripada yang diperkirakan Jerzy dapat ia kumpulkan sepanjang hidupnya. Semalam suntuk Wladek menceritakan masa silamnya. Sedang Jerzy mendengarkannya penuh minat. Tak ada yang mau tidur. Dan tak ada yang mau mengakui kecemasannya tentang masa depan.

Keesokan harinya Black Arrow berlayar. Wladek dan Jerzy berdiri di pegangan tangga. Dan memandangi kota Konstantinopel menghilang dalam bentangan biru selat Bosphorus. Setelah tenang melintasi laut Marmara, maka serangan laut Aegea mengguncang mereka dan kebanyakan para penumpang lain dengan gerakan mendadak yang dahsyat. Dua ruang cuci muka untuk para penumpang kelas, dengan sepuluh bak mandi terpisah, enam WC dan saluran air asin dingin tidak mencukupi. Setelah beberapa hari bau ruangan mereka sangat menyengat.

Makanan disajikan di meja panjang dalam bangsal makan yang besar dan kotor sop panas, kentang, ikan, daging rebus dan kol, roti coklat atau hitam.

Wladek telah merasakan makanan yang lebih buruk lagi. Tapi tidak sejak di Rusia. Dan ia senang dengan bekal yang telah dibungkuskan oleh Nyonya Henderson: sosis, kacang-kacangan, dan sedikit brandy. Wladek dan Jerzy berbagi makanan itu duduk rapat disudut tempat tidur mereka. Itu merupakan saling pengertian yang tak terucapkan. Mereka makan bersama. Melihat-lihat kapal bersama. Dan malam hari tidur di ranjang susun, satu di bawah, satunya di atas.

Pada hari ketiga di laur Jerzy membawa gadis polandia ke meja makan malam mereka. Nama gadis itu, demikian informasi yang diberikannya kepada Wladek secara sambil lalu, adalah Zaphia. Untuk pertama kali  hidupnya Wladek memandang gadis dua kali. Tapi ia tak dapat berhenti memandangi Zaphia. Zaphia menceriakan kembali ingatan akan Florentyna. Mata kelabu yang hangat. Rambut pirang memanjang hingga ke bahu dun suara yang empuk. Wladek merasakan ingin menyentuhnya. Gadis itu kadang tersenyum kepadaa Wladek. Wladek  sangat menyadari bahwa Jerzy jauh lebih tampan daripada dirinya. Ketika Jerzy mengawal Zaphia kembali ke ruangan wanita, Wladek mengikuti mereka.

Kemudian Jerzy berpaling kepadanya agak tersinggung " Apakah tak bisa ..mencari gadis sendiri? Ini milikku."

Wladek tak siap mengakui bahwa ia tak tahu apa-apa tentang mencari gadisnya sendiri.

"Masih ada cukup waktu untuk gadis-gadis bila kita tiba di Amerika.,; katanya  mengejek

"Mengapa menunggu sampai Amerika? Aku berniat memperoleh sebanyak-banyaknya di kapal ini.”

"Bagaimana engkau bisa melaksanakanya ?” tanya wladek sangat bergairah memperoleh pengetahuan. Tanpa mengakui ketidaktahuannya sendiri.

"Kita masih punya wakru 12 hari di bak mengerikan ini. Dan aku akan memperoleh 12 wanita lagi.,” bual Jerzy.

“Apa yang bisa kau perbuat dengan 12 wanita?,” tanya Wladek.

'Menyetubuhi mereka. Apa lagi?"

Wladek melongo.

'Ya, ampun!" kata Jerzy. "Jangan bilang bahwa orang yang selamat dari tangan orang-orang Jerman dan lolos dari orang Rusia, usia 12 tahun membunuh orang, dan hampir saja tangannya dipenggal segerombolan orang Turki biadab, tak pernah punya wanita?”

Ia tertawa. Dan cemoohan bersama berbagai.bahasa dari bangku-bangku tidur di sekitarnya mengharuskannya tutup mulut.

'Nah," lanjut Jerzy dengan berbisik "sudah tiba saatnya memperluas pendidikanmu. Sebab akhirnya aku menemukan sesuatu yang dapat kuanjurkan kepadamu." Ia menatap melintasi sisi bangku tidurnya, walaupun ia tak dapat melihat wajah Wladek dalam kegelapan. "Zaphia adalah gadis yang penuh pengertian. Aku berani berkata ia dapat diyakinkan untuk sedikit memperluas pendidikanmu. Akan kuatur itu.,”

Wladek tak menjawab.

Tak ada sepatah pun yang dikatakan lagi tentang hal itu. Tapi hari berikutnya Zaphia mulai memperhatikan Wladek. Waktu makan ia duduk di sampingnya. Dan berjam-jam mereka mengobrol tentang pengalaman dan harapan mereka. Ia adalah anak yatim dari Poznan. Sedang dalam perjalanan hendak bergabung dengan saudara-saudara sepupunya di Chicago. Wladek bercerita kepada Zaphia hendak pergi ke New York dan mungkin akan tingal bersama dengan Jerzy.

"Kuharap New York sangat dekat dengan Chicago." kata Zaphia.

“Kalau begitu kamu bisa datang dan menjengukku bila aku jadi walikota" kata Jerzy penuh semangat.

Zaphia mendengus meremehkan. "Engkau terlalu berwatak orang Polandia Jerzy. Engkau bahkan tak dapat bicara Inggris yang bagus seperti Wladek..”

“'Aku akan belajar " kata Jerzy penuh percaya diri ” Aku akan mulai dengan meng-Amerika-kan namaku. Sejak hari ini aku adalah George Novak. Nah, aku tak akan mengalami kesulitan apa-apa lagi. Setiap orang di Amerika Serikat akan mengira aku seorang Amerika. Engkau bagaimana Wladek Koskiewicz? Namamu tak banyak bisa diubah, ya kan?"

Wladek diam. Memandang kepada George yang baru saja menyandang nama baptis baru. Sambil menyesali namanya sendiri. Karena tak dapat menyandang gelar yang ia rasa sebagai warisannya yang sah. Ia membenci nama Koskiewicz. Sekaligus iapun membenci nama itu sebagai yang terus-menerus memperingatkannya akan dirinya sebagai anak haram.

“Aku bisa mengaturnya" katanya. ..Aku bahkan bisa membantumu memperbaiki Inggrismu bila kau mau."

“Dan aku akan membantumu menemukan gadis..”

Zaphia bercekikikan. "Tak usah kau urus. Ia telah menemukan seseorang.'

Jerzy atau George sebagaimana ia kini minta dipanggil, mengundurkan diri setelah makan malam. Masuk ke dalam salah satu perahu penolong yang terselubungi terpal bersama gadis berganti-ganti. Wladek ingin tahu apa yang dikerjakan George dalam perahu itu. Walaupun beberapa wanita pilihan George tidak hanya kumuh, melainkan juga jelas-jelas tak menarik. Bahkan bila disekrop bersih sekalipun.

Suatu malam setelah makan malam, ketika George menghilang lagi, Wladek dan Zaphia duduk di geladak. Dan Zaphia merangkul Wladek. Dan meminta menciumnya. Wladek menekankan bibirnya ke bibir Zaphia dengan kaku. Wladek merasa sangat tidak biasa dengan apa yang seharusnya ia lakukan. Wladek terkejut dan malu ketika lidah Zaphia lepas dari bibirnya. Setelah oemas beberapa saat, Wladek merasakan mulut Zaphia sangat menggairahkan. Dan ia tahu buah zakarnya menjadi kaku. Ia mencoba melepaskan diri dari Zaphia. Malu. Tapi Zaphia sama sekali tidak berkeberatan. Sebaliknya Zaphia mulai menekankan tubuhnya lembut-lembut pada tubuh Wladek dengan berirama. Dan menarik tangan Wladek turun ke bawah sampai pantat Zaphia. Zakar yang membengkak bergeseran dengan tubuh Zaphia. Memberinya kenikmatan luar biasa. Zaphia menarik mulutnya. Dan membisiki telinganya.

'Apa kau menghendaki aku melepas pakaian, Wladek?"

Wladek tak kuasa memberi jawaban.

Zaphia melepaskan diri darinya. Sambil tertawa.'Nah, mungkin besok." katanya. Sambil bangkit dari geladak dan meninggalkannya.

Ia sempoyongan kembali ke ranjangnya. Pusing. Merasa pasti ia besok akan menyelesaikan kerja yang tadi telah dimulai Zaphia. Begitu ia merebahkan diri di ranjang sambil memikirkan bagaimana cara menuntaskan kerja itu, tiba-tiba tangan besar mencekam rambutnya. Dan menariknya dari ranjang jatuh ke lantai. Dalam sekejap kegairahan seksnya lenyap. Dua orang yang belum pernah ia lihat sebelumnya mengungkuli di atasnya. Mereka menyeretnya ke sudut yang jauh dan melemparkannya ke dinding. Kini tangan besar menutup rapat mulut Wladek. Sedang sebuah belati menyentuh tenggorokan.
"Jangan bernafas" bisik seseorang yang memegangi belati. Ia menekankan bilah itu atas kulitnya.

'Yang kami kehendaki ialah gelang perak yang kaukenakan."

Mendadak ia sadar bahwa harta itu mungkin dicuri orang. Itu sangat mengejutkan Wladek. Sebagaimana dulu gagasan akan kehilangan tangannya. Sebelum ia sempat berpikir melakukan suatu apa, salah seorang itu merenggut gelang dari pergelangannya. Ia tak dapat melihat wajah mereka dalam kegelapan. Dan ia takut jangan-j angan harus kehilangan gelangnya untuk selama-lamanya. Tiba-tiba seseorang meloncat ke punggung pemegang belati. Ini memberi kesempatan kepada Wadek meninju orang yang memeganginya terpaku pada dinding. Para imigran yang mengantuk di sekitar mereka mulai terbangun. Mereka memperhatikan apa yang sedang terjadi. Dua orang itu meIarikan diri secepat mungkin. Tapi George sudah menusukkan belati ke sisi salah seorang penyerang..

"Nyahlah terkena kolera sana!,'teriak Wladek kepada orang yang melarikan diri.

"Nampaknya aku datang ke mari tepat pada waktunya" kata George, "Kukira mereka tak akan tergesa-gesa kembali." Ia memandangi gelang perak tergeletak di lantai penuh serbuk gergaji yang terinjak-injak.

“Sungguh hebat" katanya hampir bernada resmi "Pasti selalu ada orang yang ingin mencuri hadiah seperti ini darimu."

Wladek memungut gelang itu. Dan mengenakannya kembali ke pergelangannya.

'Nah, kamu hampir-hampir saja kehilangan benda itu untuk selama-lamanya." kata George. "Untung aku kembali agak terlambat malam ini."

"Mengapa engkau kembali agak terlambat? " Tanya Wladek.

"Reputasiku" jawab George membual. "Reputasiku ini sekarang mendahuluiku. Nyatanya aku menemukan seorang gila lain dalam perahuku malam ini. Sudah rnenurunkan pantalonnya. Namun aku segera terbebas darinya, ketika kuberitahu bahwa ia sedang bersama dengan gadis yang kukencan minggu lalu, tapi aku tak tahu dengan pasti jangan-jangan ia gadis yang terkena cacar. Aku belum pernah melihat seseorang berpakaian secepat itu."

'Engkau mengerjakan apa di perahu itu?" Tanya Wladek.

"Tentu saja menyetubuhi mereka, tolol. Kaukira apa?" Dan dengan ucapan itu George menggelundung dan tidur.

Wladek memandangi langit-langit. Lalu menyentuh gelang perak. Memikirkan apa yang dikatakan George. Merenung-renung bagaimana rasanya “menyetubuhi" Zaphia.

Hari berikutnya mereka diserang badai. Dan semua penumpang diharuskan berada di geladak bawah. Bau yang diperkeras oleh sistem pemanasan kapal serasa meresap sampai ke sumsum Wladek.

 "Dan yang paling celaka,” geram George “Aku tak akan berhasil mencapai lengkap 12 orang sekarang ini."

Ketika badai reda, hampir semua penumpang mengungsi ke geladak. Wladek dan George menyeruat di gang penuh orang. Bersyukur atas udara yang Segar. Banyak gadis-gadis tersenyum kepada Ceorge. Tapi bagi Wladek nampaknya mereka- sama sekali tidak memperhatikannya. Seorang gadis berambut hitam, dengan pipi merah jambu diterpa angin, berpapasan dengan George dan tersenyum kepadanya. George berpaling ke Wadek.

"Akan kudapat dia malam ini.,”

Wladek menatap gadis itu. Dan mengamati caranya memandang kepada George.

"Nanti malam,, kata George ketika gadis itu berpapasan sejauh telinga dapat mendengai kata-katanya. Gadis itu pura-pura tidak mendengarnya. Dan pergi agak terlalu cepat.

"Berpalinglah Wadek, dan perhatikan apakah ia menengok kembali kepadaku. "

Wladek berputar. “ya, ia menengok kepadamu." katanya keheran-heranan.

"Ia milikku nanti malam.” kata George. “Apakah engkau telah memiliki Zaphia?”

"Belum. Nanti malam,” kata Wladek.

"Sudah waktunya, ya kan? Engkau tak akan pernah melihat gadis itu lagi sesampai di New York.,,

Memang betul. Malam itu George datang makan malam bersama gadis berambut hitam. Tanpa berkata sepatah katapun, Wladek dan Zaphia meninggalkan mereka. Sambil saling memeluk pinggang. Pergi ke geladak.

Dan berjalan-jalan mengelilingi kapal beberapa kali. Wladek melirik wajah Zaphia yang cantik dan muda. Maka Wadek memutuskan: sekarang atau tak akan pernah terjadi. Wladek membimbingnya ke sudut yang penuh bayangan. Dan mulai menciumi Zaphia sebagaimana Zaphia menciumnya: dengan mulut terbuka. Zaphia undur sedikit hingga pundaknya bersandar pada dinding. Dan Wladek bergerak bersamanya. Zaphia menurunkan tangan Wladek pelan hingga ke payudara. Ia coba-coba menyentuhnya. Kaget karena lunak. Zaphia melepas beberapa kancing bajunya. Dan meyelipkan tangan Wladek ke dalamnya. Rasa pertama menyentuh daging telanjang sangatlah nikmatnya.

"Buset. Tanganmu dingin ! " kata Zaphia.

Wladek merapatkan diri pada Zaphia. Mulut kering. Napas tersengal. Zaphia sedikit merenggangkan kakinya. Dan Wladek dengan kaku menyerbu melalui beberapa lapis pakaian di antara mereka. Beberapa menit lamanya Zaphia bergerak mengikutinya dengan simpati. Lalu mendorongnya pergi.

"Jangan di sini di geladak." katanya. "Mari cari perahu."

Tiga perahu pertama yang mereka tengok ternyata sudah terisi. Tapi akhirnya mereka menemukan satu perahu kosong. Lalu menggeliut di bawah terpal. Dalam kegelapan Zaphia membuat beberapa penyesuaian pakaiannya hingga Wadek tak dapat membayangkan bagaimana. Dan Zaphia dengan lembut menariknya menindih dirinya. Zaphia hanya butuh waktu sebentar untuk merangsang Wladek hingga memuncak seperti semula melalui beberapa lembar pakaian di antara mereka.Ia memasukkannya di antara kaki Zaphia dan hampir mencapai saat orgasme, ketika Zaphia menarik mulutnya.

"Lepaskan pantalonmu" bisik Zaphia.

Wladek merasa seperti orang gila. Tapi buru-buru melepaskan pantalonnya. Lalu menyerbu daging empuk yang menyerahkan diri terakhir mereka kepadanya. Langsung memuncak. Merasakan lendir basah-basah lengket meleleh ke dalam bagian dalam paha Zaphia. Wladek terlentang pusing. Senang karena kejutan tindakan itu. Tiba-tiba ia sadar takik kayu perahu penyelamat itu menyakiti siku dan lututnya.

"Apakah ini pertama kali engkau bercintaan dengan gadis?" Tanya Zaphia. Mengharapkan supaya Wladek merapat.

"Tidak. Sudah barang tentu tidak." kata Wladek.

"Apa kau cinta padaku, Wladek?"

"Ya, aku cinta padamu." katanya. "Dan begitu aku telah mapan di New York aku akan datang menemuimu di Chicago."

"Itu yang kusukai, Wladek." kata Zaphia sambil menutup kancing bajunya. "Aku juga cinta padamu."

Ketika Wladek kembali, pertanyaan George yang pertama adalah "Apa sudah kau setubuhi?"

"Ya"

“Apa hebat?"

“Ya' kata Wladek ragu. Kemudian ia tertidur. Di pagi hari mereka terbangun karena hiruk-pikuk penumpang-penumpang lain. Mereka senang karena tahu bahwa hari itu adalah hari terakhir mereka di kapal Black Arrow (Panah Hitam). Beberapa dari mereka sudah bangun berada di geladak sebelum matahari terbit. Mereka mengharap melihat tanda pertama adanya daratan. Wladek mengemasi miliknya yang sedikit itu ke dalam kopor barunya. Ia mengenakan satu-satunya setelannya. Dan pet. Lalu bergabung dengan Zaphia dan George di geladak. Ketiga-tiganya memandang kabut yang menyelimuti laut. Dengan diam mereka menunggu melihat Amerika Serikat untuk pertama kalinya.

"Itu dia!" teriak seorang penumpang di geladak di atas mereka. Dan mereka bersorak ketika melihat garis kelabu Long Island makin mendekat di pagi harimmusim semi.
Kapal-kapal penyeret buru-buru datang di sisi kapal Black Arrow dan memandunya memasuki pelabuhan New York melewati di antrra Brooklyn dan Staten Island. Patung Kemerdekaan raksasa itu nampak memandangi mereka dengan tajam, sementara mereka kagum memandang kaki langit Manhattan yang menjulang. Obor patung Kemerdekaan itu diangkat tinggi-tinggi di langit dini hari.

Akhirnya mereka berlabuh dekat gedung bermenara dan berpuncak bata merah di Ellis Island. Para penumpang yang mempunyai kabin pribadi adalah yang pertama-tama meninggalkan kapal. Wladek tidak memperhatikan mereka hingga hari itu. Mereka mestinya mempergunakan geladak tersendiri dengan bangsal makan tersendiri pula. Kopor-kopor mereka diangkut para kuli. Dan di geladak mereka disambut wajah-wajah penuh senyum. Wladek tahu itu tak akan berlaku baginya. Setelah beberapa gelintir orang istimewa turun kapal, maka kapitan mengumumkan dengan corong kepada semua sisa penumpang bahwa mereka tak boleh meninggalkan kapal selama beberapa jam. Mereka menggerutu kecewa. Dan Zaphia duduk di geladak. Menangis. Airmatanya bercucuran. Wladek mencoba menghiburnya. Akhirnya seorang petugas berkeliling mengedarkan kopi petugas kedua membawa label bernomor yang digantungkan di leher penumpang. Nomor Wladek B l27. Itu mengingatkannya akan kali terakhir ketika ia masih merupakan nomor belaka. Ia masuk mau dijadikan apa? Apakah Amerika seperti kamp-kamp Rusia? Di tengah sore hari (mereka tidak lagi diberi makan maupun informasi apa pun) mereka dibawa masuk dok di Ellis Island. Di sana para pria dipisahkan dari para wanita. Dan dikirim ke berbagai bangsal.

Wladek mencium Zaphia dan tak mau melepaskannya, sambil menempati urutannya. Seorang petugas yang lewat lalu memisahkan mereka.

"Baiklah. Ayo jalan terus.,, katanya. ..pegang erat-erat. Dan kami segera akan menikahkan kalian berdua.,'

Wladek tak melihat Zaphia lagi ketika ia dan George didorong maju. Mereka bermalam di gudang tua dan pengap. Mereka tak dapat tidur. Sebab para penerjemah lalu-lalang melalui deretan ranjang, sambil memberikan pertolongan singkat tapi ramah kepada para imigran yang masih kebingungan.

Pagi hari kesehatan mereka diperiksa. Rombongan pertama paling ditekan. Wladek diharuskan mendaki tangga yang sangat terjal. Dokter yang berseragam biru itu menyuruhnya mengerjakan itu dua kali. Sambil mengawasi gaya jalannya dengan hati-hati Wladek berusaha sekuat tenaga mengurangi kepincangannya.

Dan akhirnya dokter itu puas. Wladek lalu diperintahkan melepas topi dan kolar yang kaku, sehingga wajah, mata, rambut, tangan, dan leher dapat diperiksa dengan cermat. Orang di belakang Wladek tepat, mempunyai bibir sumbing. Dokter segera menghen-tikannya. Pundak kanan diberi tanda salib dengan kapur. Lalu dikirim ke sisi lain gudang itu. Setelah pemeriksaan fisik selesai, Wladek bergabung dengan George, antri panjang di luar ruang Pemeriksaan Umum. Di situ setiap orang diwawancarai sekitar lima menit. Tiga jam kemudian ketika George dipanggil masuk ruangan, Wladek keheran-heranan apa yang hendak ditanyakan kepadanya. Ketika George akhirnya keluar ia menggerutu kepada Wladek. "Mudah saja. Kamu akan lolos begitu saja." katanya. Wladek dapat merasakan telapak tangannya berkeringat, ketika ia maju.

Ia mengikuti petugas memasuki ruangan kecil tanpa hiasan. Ada dua orang pemeriksa sedang duduk dan kesetanan menulis di kertas-kertas resmi.

“Bisa berbahasa Inggris?" tanya pemeriksa pertama.

'Ya, pak. Cukup lancar." jawab Wladek yang sebenarnya menginginkan berbicara bahasa Inggris lebih banyak dalam perjalanan itu.

"Siapa namamu?"

"Wladek Koskiewicz  pak."

Orang-orang itu menyerahkannya sebuah buku hitam besar. "Tahukah kamu apa ini?"

"Ya pak. Kitab Suci."

"Apa kamu percaya kepada Tuhan?"

"Ya pak. Aku percaya."

"Letakkan tanganmu atas Kitab Suci dan bersumpahlah bahwa kamu akan menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dengan sebenarnya."

Wladek memegang Kitab Suci dengan tangan kiri, dan meletakkan tangan kanan di atasnya. "Aku berjanji akan mengatakan kebenaran."

"Kamu berkebangsaan apa? "

"Polandia"

"Siapa yang membayar tiketmu ke mari?,,

"Aku membayarnya dengan uang yang kuperoleh di Konsulat Polandia di Konstantinopel.,,

Salah seorang petugas memeriksa surat-surat Wladek. Mengangguk. Lalu bertanya"Apa sudah punya alamat rumah yang kau tuju?"

"Ya, pak. Aku akan tinggal di rumah Tuan Peter Novak. Ia adalah paman sahabatku. Ia tinggal di New York."

"Baik. Apakah sudah punya pekerjaan yang akan kau lakukan?"

"Sudah pak. Aku akan bekerja di toko roti Tuan Novak."

"Apakah pernah ditahan? "

Rusia sekilas melintas di benak Wladek. Itu tak termasuk. Turki? Ia tak akan menyebutnya.
“Tidak pak. Tak pernah."

“Apakah kamu seorang anarkis?"

“Bukan pak. Aku benci orang-orang komunis. Mereka membunuh kakak perempuanku."

"Apa kamu tinggal berdasarkan hukum Negara Amerika Serikat?"

"Ya Pak."

"Apa kamu punya uang?"

'Ya pak."

"Bolehkah kami melihatnya?"

"Ya pak." Wladek meletakkan setumpuk lembaran uang kertas dan beberapa uang logam.
'Terimakasih.' kata pemeriksa. "Kau boleh memasukkan uangmu ke dalam saku."

Pemeriksa kedua melihat Wladek. "Dua puluh satu ditambah dua puluh empat menjadi berapa?"

'Empat puluh lima' jawab Wladek tanpa ragu.

'Lembu itu punya kaki berapa?"

Wladek hampir-hampir tak mempercayai pendengarannya. "Empat pak" kalanya. Keheran-heranan jangan-jangan pertanyaan tersebut merupakan suatu kiat.

"Dan seekor kuda?"

"Empat, pak" jawab Wladek. Tetap bengong.

"Mana yang akan kau lempar ke laut bila kau berada di laut dalam sebuah perahu kecil yang perlu diperingan: Roti atau uang?"

'Uang pak." kata Wladek.

“Bagus." Penguji mengambil kartu yang telah diberi tanda "Diterima'. Dan menyerahkannya kepada Wladek. "setelah menukarkan uangmu, tunjukkan kartu ini kepada Pejabat Imigrasi. Sebutkan nama lengkapmu. Dan kamu akan memperoleh kartu registrasi. Kamu lalu akan diberi sertifikat tanda masuk. Bila kamu tak melakukan kejahatan selama lima tahun, dan lulus ujian membaca dan menulis dalam bahasa Inggris, dan setuju mendukung Konstitusi, kamu akan diizinkan memohon kewarganegaraan penuh Amerika Serikat. Selamat berjuang, Wladek.”

"Terimakasih pak."

Di loket penukaran uang, Wladek menyerahkan hasil tabungannya selama delapan belas bulan di Turki. Dan uang lembaran 50 rubel tiga lembar. Maka uang Turki itu ditukar dengan $ 47.20. Sedang uang rubel dikatakan tak ada nilainya sama sekali. Ia hanya dapat mengenang Dokter Dubien yang rajin menabung selama 15 tahun.

Langkah terakhir ialah menghadap pejabat Imigrasi, yang duduk di belakang balustrada di pagar jalan ke luar di bawah potret presiden Harding. Wladek dan George menghadapnya.

"Nama lengkapmu', tanya petugas kepada George.

"George Novak" jawabnya tegas. petugas menulis nama itu di atas sebuah kartu.

"Dan alamatmu?" tanyanya.

“286 Broome Street, New york, New york.”

Petugas itu menyerahkan kartu kepada George."Ini sertifikat Imigrasimu, 2l871 George Novak. Selamat datang di Amerika Serikat George. Aku juga seorang Polandia. Engkau akan senang di sini. Selamat dan sukses!'

George tersenyum dan bersalaman dengan petugas. Berdiri di sisi dan menunggu Wladek. Petugas memandang kepada Wladek. Wladek menyerahkan kartu yang telah ditandai "Diterima.”

“Nama lengkapmu?" tanya petugas.

Wladek ragu.

"Siapa namamu?" ulang orang itu agak lebih keras. Sedikit kurang sabar.

Wladek tak dapat mengeluarkan kata-katanya. Betapa ia membenci nama petani itu.

"Untuk terakhir kalinya, siapa namamu?,, George memandangi Wladek. Demikian pula orang-orang lain yang antri menghadap petugas imigrasi. Wladek tetap belum bicara. Petugas itu tiba-tiba menyambar pergelangan tangannya. Mengamati tulisan di gelang perak dengan cermat, menuliskannya di kartu dan menyerahkannya kepada Wladek.
"21872 - Baron Abel Rosnovski. Selamat datang di Amerika Serikat. Selamat dan sukses, Abel."