Nah, di Bab 11 ini Abel atau si Habil, resmi menggunakan nama Abel. Lika-liku hidup pun di mulai baginya, diawali perkenalannya dengan orang-orang di Kapal, akan menentukan juga jalan hidupnya kemudian. Selamat menikmati kisah ini, semakin seru ....
BAB
11
Wladek tinggal di konsulat
Polandia di Konstanstinopel selama satu tahun. Bukan hanya beberapa hari sebagaimana
ia harapkan. Sambil bekerja siang malam untuk Pawel Zaleski. Dan menjadi
pembantu yang tak terpisahkan. Serta menjadi sahabat karibnya.
Tak ada satu hal pun yang
terlalu sulit baginya. Dan Zaleski cepat mulai keheran-heranan bagaimana ia, sebelum
kedatangan Wladek, dapat membereskan segala sesuatunya. Anak itu mengunjungi
kedutaan Inggris sekali seminggu untuk makan di dapur bersama Ny. Henderson,
wanita Skotlandia itu. Dan suatu saat bahkan bersama Konsul Kedua Kerajaan
Inggris sendiri.
Sekitar mereka cara hidup
Islam kuno mulai luntur. Dan kerajaan Uthman mulai tertatih-tatih. Mustafa
Kemal adalah nama yang disebut-sebut setiap orang. Perasaan akan adanya
perubahan tak menentu yang sedang terjadi membuat Wladek resah. Pikirannya
selalu kembali ke Tuan Baron. Dan semuanya saja yang dicintainya di kastil.
Keharusan untuk bertahan hidup di Rusia dari hari ke hari telah menjauhkan mereka
dari alam pikirannya. Tapi di Turki mereka bangkit kembali di hadapannya.
Merupakan perarakan pelan dan diam-diam. Kadang.kadang ia dapat melihat mereka kuat
dan bahagia Leon sedang berenang di sungai . Floretyna sedang bermain-main sarang
kucing di ranjangnya. Wajah Tuan Baron. Tegap dan bangga. Diterpa sinar lilin
di waktu senja. Tetapi selalu wajah-wajah yang ia ingat. Sangat ia cintai.. Dan
bergetar bila Wladek ingin mendekap mereka. Mereka berubah menjadi pemandangan
yang mengerikan. Leon mati menindihi tubuhnya. Florentyna berlumuran darah
sedang sekarat. Dan tuan Baron hampir buta. Patah.
Wadek mulai menyadari
bahwa ia tidak bisa kembali ke tanah yang dihuni oleh hantu-hantu seperti itu. Kecuali
bila ia dapatmembuat kehidupannyu menjadi sesuatu yang pantas. Dengan gagasan
satu itu dalam pikirannya ia memusatkan hatinya, untuk pergi Ke Amerika.
Sebagaimana teman setanah airnya Tadeusz Kosciusko telah berbuat lama sebelumnya.
Orang ini telah diceritakan Tuan Baron penuh kisah-kisah memikat. Amerika
Serikat yang oleh Pawel Zaleski dilukiskan sebagai “Dunia Baru”. Julukan ini mengilhami
Wladek mempunyai harapan, terhadap masa depan. Dan kesempatan, suatu saat,
kembali berjaya ke polandia. Pawel Zaleski-lah. yang mengumpulkan uang untuk
membeli tiket kapal bagi Wladek menjadi imigran ke Amerika Serikat. Tiket itu memang
sulit diperoleh, sebab selalu dipesan paling sedikit, setahun sebelumnya. Bagi
Wladek seolah-olah seluruh Eropa Timur mencoba melarikan diri dan mulai baru
sama sekali di Dunia Baru.
Dalam musim semi tahun 1921,
Wladek Koskiewicz akhirnya meninggalkan Konstantinopel. Naik kapal Black Arrow
menuju Pulau Ellis, New York. Ia mempunyai satu kopor berisikan seluruh
miliknya. Dan seberkas surat-surat penting yang dikeluarkan oleh Pawel Zaleski.
Konsul Polandia
mengantarkannya sampai dermaga. Dan memeluknya hangat. 'Pergilah bersama Tuhan,
anakku."
Jawaban Polandia tradisional
sudah barang tentu meluncur dari lubuk kedalaman masa kanak-kanak Wladek
"Tetaplah bersama Tuhan," jawabnya.
Ketika mencapai puncak
tangga naik kapal, Wladek ingat perjalanannya yang mengerikan dari Odessa ke
Konstantinopel. Kali ini tak ada batubara yang nampak. Hanya orang-orang di
mana-mana. Orang-orang Polandia, Lithuania, Estonia, Ukraina, dan lain-lain
berbagai tipe ras yang tidakbiasa bagi Wladek. Ia memegang erat miliknya. Dan
antri menanti. Suatu penantian pertama dari sekian banyak penantian yang akan
mengiringinya masuk keAmerika Serikat.
Surat-suratnya diperiksa
dengan teliti oleh petugas geladak yang jelas memiliki predisposisi mencurigai Wladek
bahwa ia menghindari wajib militer di Turki. Tapi dokumen-dokumen Pawel Zaleski
tanpa cela. Dengan diam Wladek memohon berkat atas sahabat setanahairnya itu. Karena
ia melihat orang-orang lain ditolak.
Kemudian diadakan cacar
serta pemeriksaan kesehatan. Bila Wladek tidak berada di Konstantinopel satu
tahun sebelumnya dengan makanan bergizi dan kesempatan memulihkan kesehatan,
maka ia pasti gagal dalam pemeriksaan itu. Akhirnya setelah berkali-kali dicek
ulang, ia diizinkan ke geladak bawah ke ruangan kelas dek. Ada ruangan khusus
pria, wanita, dan pasangan suami-isteri. Wadek cepat menuju ke ruangan khusus
pria. Ia berjumpa dengan kelompok Polandia yang menempati satu blok besar
tempat tidur. Setiap tempat tidur berisikan empat ranjang susun. Setiap ranjang
susun itu dialasi kasur jerami. Selimut tipis. Tanpa bantal. Tak berbantal
tidaklah mencemaskan Wladek yang tak pernah tidur berbantal sejak meninggalkan
Rusia.
Wladek memilih ranjang
susun di bawah seorang bocah yang kira-kira seumur dengannya. Dan ia memperkenalkan
diri.
"Saya Wladek Koskiewicz.”
"Saya Jerzy Nowak
dari Warsawa,,, anak itu dengan suka rela berbahasa polandia, bahasa ibunya.
“Dan aku akan mengadu
untung di Amerika.,”Bocah itu mengacungkan tangannya.
Selama waktu sebelum kapal
berlayar Wladek dan Jerzy saling menceritakan pengalaman mereka. Mereka berdua
senang menemukan seseorang yang diajak berbagi kesendirian mereka. Tak ada yang
mau mengakui sama sekali tidak mengenal Amerika . Jerzy ternyata sudah kehilangan
orang-tuanya selama perang. Tapi punya sedikit tuntutan lain yang harus diperhatikan.
Ia sangat kagum akan cerita Wladek: putra seorang baron. Dididik di pondok
seorang penjerat binatang. Dipenjara oleh orang-orang Jerman dan orang-orang
Rusia. Lolos dari Siberia. Kemudian dapat terbebas dari algojo Turki berkat
gelang perak yang tak habis-habisnya diamati oleh Jerzy. Wladek dalam waktu 15
tahun telah mengumpulkan bekal lebih daripada yang diperkirakan Jerzy dapat ia
kumpulkan sepanjang hidupnya. Semalam suntuk Wladek menceritakan masa silamnya.
Sedang Jerzy mendengarkannya penuh minat. Tak ada yang mau tidur. Dan tak ada
yang mau mengakui kecemasannya tentang masa depan.
Keesokan harinya Black
Arrow berlayar. Wladek dan Jerzy berdiri di pegangan tangga. Dan memandangi
kota Konstantinopel menghilang dalam bentangan biru selat Bosphorus. Setelah
tenang melintasi laut Marmara, maka serangan laut Aegea mengguncang mereka dan
kebanyakan para penumpang lain dengan gerakan mendadak yang dahsyat. Dua ruang cuci
muka untuk para penumpang kelas, dengan sepuluh bak mandi terpisah, enam WC dan
saluran air asin dingin tidak mencukupi. Setelah beberapa hari bau ruangan
mereka sangat menyengat.
Makanan disajikan di meja
panjang dalam bangsal makan yang besar dan kotor sop panas, kentang, ikan,
daging rebus dan kol, roti coklat atau hitam.
Wladek telah merasakan
makanan yang lebih buruk lagi. Tapi tidak sejak di Rusia. Dan ia senang dengan bekal
yang telah dibungkuskan oleh Nyonya Henderson: sosis, kacang-kacangan, dan
sedikit brandy. Wladek dan Jerzy berbagi makanan itu duduk rapat disudut tempat
tidur mereka. Itu merupakan saling pengertian yang tak terucapkan. Mereka makan
bersama. Melihat-lihat kapal bersama. Dan malam hari tidur di ranjang susun,
satu di bawah, satunya di atas.
Pada hari ketiga di laur
Jerzy membawa gadis polandia ke meja makan malam mereka. Nama gadis itu,
demikian informasi yang diberikannya kepada Wladek secara sambil lalu, adalah
Zaphia. Untuk pertama kali hidupnya Wladek
memandang gadis dua kali. Tapi ia tak dapat berhenti memandangi Zaphia. Zaphia
menceriakan kembali ingatan akan Florentyna. Mata kelabu yang hangat. Rambut
pirang memanjang hingga ke bahu dun suara yang empuk. Wladek merasakan ingin
menyentuhnya. Gadis itu kadang tersenyum kepadaa Wladek. Wladek sangat menyadari bahwa Jerzy jauh lebih
tampan daripada dirinya. Ketika Jerzy mengawal Zaphia kembali ke ruangan
wanita, Wladek mengikuti mereka.
Kemudian Jerzy berpaling kepadanya
agak tersinggung " Apakah tak bisa ..mencari gadis sendiri? Ini milikku."
Wladek tak siap mengakui
bahwa ia tak tahu apa-apa tentang mencari gadisnya sendiri.
"Masih ada cukup waktu
untuk gadis-gadis bila kita tiba di Amerika.,; katanya mengejek
"Mengapa menunggu
sampai Amerika? Aku berniat memperoleh sebanyak-banyaknya di kapal ini.”
"Bagaimana engkau bisa
melaksanakanya ?” tanya wladek sangat bergairah memperoleh pengetahuan. Tanpa
mengakui ketidaktahuannya sendiri.
"Kita masih punya
wakru 12 hari di bak mengerikan ini. Dan aku akan memperoleh 12 wanita lagi.,” bual
Jerzy.
“Apa yang bisa kau perbuat
dengan 12 wanita?,” tanya Wladek.
'Menyetubuhi mereka. Apa
lagi?"
Wladek melongo.
'Ya, ampun!" kata
Jerzy. "Jangan bilang bahwa orang yang selamat dari tangan orang-orang
Jerman dan lolos dari orang Rusia, usia 12 tahun membunuh orang, dan hampir
saja tangannya dipenggal segerombolan orang Turki biadab, tak pernah punya
wanita?”
Ia tertawa. Dan cemoohan
bersama berbagai.bahasa dari bangku-bangku tidur di sekitarnya mengharuskannya
tutup mulut.
'Nah," lanjut Jerzy
dengan berbisik "sudah tiba saatnya memperluas pendidikanmu. Sebab
akhirnya aku menemukan sesuatu yang dapat kuanjurkan kepadamu." Ia menatap
melintasi sisi bangku tidurnya, walaupun ia tak dapat melihat wajah Wladek
dalam kegelapan. "Zaphia adalah gadis yang penuh pengertian. Aku berani
berkata ia dapat diyakinkan untuk sedikit memperluas pendidikanmu. Akan kuatur
itu.,”
Wladek tak menjawab.
Tak ada sepatah pun yang
dikatakan lagi tentang hal itu. Tapi hari berikutnya Zaphia mulai memperhatikan
Wladek. Waktu makan ia duduk di sampingnya. Dan berjam-jam mereka mengobrol
tentang pengalaman dan harapan mereka. Ia adalah anak yatim dari Poznan. Sedang
dalam perjalanan hendak bergabung dengan saudara-saudara sepupunya di Chicago.
Wladek bercerita kepada Zaphia hendak pergi ke New York dan mungkin akan tingal
bersama dengan Jerzy.
"Kuharap New York
sangat dekat dengan Chicago." kata Zaphia.
“Kalau begitu kamu bisa
datang dan menjengukku bila aku jadi walikota" kata Jerzy penuh semangat.
Zaphia mendengus
meremehkan. "Engkau terlalu berwatak orang Polandia Jerzy. Engkau bahkan
tak dapat bicara Inggris yang bagus seperti Wladek..”
“'Aku akan belajar "
kata Jerzy penuh percaya diri ” Aku akan mulai dengan meng-Amerika-kan namaku.
Sejak hari ini aku adalah George Novak. Nah, aku tak akan mengalami kesulitan
apa-apa lagi. Setiap orang di Amerika Serikat akan mengira aku seorang Amerika.
Engkau bagaimana Wladek Koskiewicz? Namamu tak banyak bisa diubah, ya
kan?"
Wladek diam. Memandang
kepada George yang baru saja menyandang nama baptis baru. Sambil menyesali
namanya sendiri. Karena tak dapat menyandang gelar yang ia rasa sebagai
warisannya yang sah. Ia membenci nama Koskiewicz. Sekaligus iapun membenci nama
itu sebagai yang terus-menerus memperingatkannya akan dirinya sebagai anak haram.
“Aku bisa
mengaturnya" katanya. ..Aku bahkan bisa membantumu memperbaiki Inggrismu
bila kau mau."
“Dan aku akan membantumu
menemukan gadis..”
Zaphia bercekikikan.
"Tak usah kau urus. Ia telah menemukan seseorang.'
Jerzy atau George
sebagaimana ia kini minta dipanggil, mengundurkan diri setelah makan malam. Masuk
ke dalam salah satu perahu penolong yang terselubungi terpal bersama gadis
berganti-ganti. Wladek ingin tahu apa yang dikerjakan George dalam perahu itu.
Walaupun beberapa wanita pilihan George tidak hanya kumuh, melainkan juga
jelas-jelas tak menarik. Bahkan bila disekrop bersih sekalipun.
Suatu malam setelah makan
malam, ketika George menghilang lagi, Wladek dan Zaphia duduk di geladak. Dan
Zaphia merangkul Wladek. Dan meminta menciumnya. Wladek menekankan bibirnya ke
bibir Zaphia dengan kaku. Wladek merasa sangat tidak biasa dengan apa yang
seharusnya ia lakukan. Wladek terkejut dan malu ketika lidah Zaphia lepas dari
bibirnya. Setelah oemas beberapa saat, Wladek merasakan mulut Zaphia sangat
menggairahkan. Dan ia tahu buah zakarnya menjadi kaku. Ia mencoba melepaskan diri
dari Zaphia. Malu. Tapi Zaphia sama sekali tidak berkeberatan. Sebaliknya
Zaphia mulai menekankan tubuhnya lembut-lembut pada tubuh Wladek dengan berirama.
Dan menarik tangan Wladek turun ke bawah sampai pantat Zaphia. Zakar yang
membengkak bergeseran dengan tubuh Zaphia. Memberinya kenikmatan luar biasa.
Zaphia menarik mulutnya. Dan membisiki telinganya.
'Apa kau menghendaki aku
melepas pakaian, Wladek?"
Wladek tak kuasa memberi
jawaban.
Zaphia melepaskan diri
darinya. Sambil tertawa.'Nah, mungkin besok." katanya. Sambil bangkit dari
geladak dan meninggalkannya.
Ia sempoyongan kembali ke
ranjangnya. Pusing. Merasa pasti ia besok akan menyelesaikan kerja yang tadi
telah dimulai Zaphia. Begitu ia merebahkan diri di ranjang sambil memikirkan bagaimana
cara menuntaskan kerja itu, tiba-tiba tangan besar mencekam rambutnya. Dan
menariknya dari ranjang jatuh ke lantai. Dalam sekejap kegairahan seksnya
lenyap. Dua orang yang belum pernah ia lihat sebelumnya mengungkuli di atasnya.
Mereka menyeretnya ke sudut yang jauh dan melemparkannya ke dinding. Kini tangan
besar menutup rapat mulut Wladek. Sedang sebuah belati menyentuh tenggorokan.
"Jangan bernafas"
bisik seseorang yang memegangi belati. Ia menekankan bilah itu atas kulitnya.
'Yang kami kehendaki ialah
gelang perak yang kaukenakan."
Mendadak ia sadar bahwa
harta itu mungkin dicuri orang. Itu sangat mengejutkan Wladek. Sebagaimana dulu
gagasan akan kehilangan tangannya. Sebelum ia sempat berpikir melakukan suatu
apa, salah seorang itu merenggut gelang dari pergelangannya. Ia tak dapat
melihat wajah mereka dalam kegelapan. Dan ia takut jangan-j angan harus
kehilangan gelangnya untuk selama-lamanya. Tiba-tiba seseorang meloncat ke punggung
pemegang belati. Ini memberi kesempatan kepada Wadek meninju orang yang
memeganginya terpaku pada dinding. Para imigran yang mengantuk di sekitar
mereka mulai terbangun. Mereka memperhatikan apa yang sedang terjadi. Dua orang
itu meIarikan diri secepat mungkin. Tapi George sudah menusukkan belati ke sisi
salah seorang penyerang..
"Nyahlah terkena kolera
sana!,'teriak Wladek kepada orang yang melarikan diri.
"Nampaknya aku datang
ke mari tepat pada waktunya" kata George, "Kukira mereka tak akan
tergesa-gesa kembali." Ia memandangi gelang perak tergeletak di lantai
penuh serbuk gergaji yang terinjak-injak.
“Sungguh hebat"
katanya hampir bernada resmi "Pasti selalu ada orang yang ingin mencuri
hadiah seperti ini darimu."
Wladek memungut gelang
itu. Dan mengenakannya kembali ke pergelangannya.
'Nah, kamu hampir-hampir
saja kehilangan benda itu untuk selama-lamanya." kata George. "Untung
aku kembali agak terlambat malam ini."
"Mengapa engkau
kembali agak terlambat? " Tanya Wladek.
"Reputasiku" jawab
George membual. "Reputasiku ini sekarang mendahuluiku. Nyatanya aku
menemukan seorang gila lain dalam perahuku malam ini. Sudah rnenurunkan
pantalonnya. Namun aku segera terbebas darinya, ketika kuberitahu bahwa ia
sedang bersama dengan gadis yang kukencan minggu lalu, tapi aku tak tahu dengan
pasti jangan-jangan ia gadis yang terkena cacar. Aku belum pernah melihat seseorang
berpakaian secepat itu."
'Engkau mengerjakan apa di
perahu itu?" Tanya Wladek.
"Tentu saja menyetubuhi
mereka, tolol. Kaukira apa?" Dan dengan ucapan itu George menggelundung dan
tidur.
Wladek memandangi
langit-langit. Lalu menyentuh gelang perak. Memikirkan apa yang dikatakan George.
Merenung-renung bagaimana rasanya “menyetubuhi" Zaphia.
Hari berikutnya mereka
diserang badai. Dan semua penumpang diharuskan berada di geladak bawah. Bau
yang diperkeras oleh sistem pemanasan kapal serasa meresap sampai ke sumsum
Wladek.
"Dan yang paling celaka,” geram George “Aku
tak akan berhasil mencapai lengkap 12 orang sekarang ini."
Ketika badai reda, hampir
semua penumpang mengungsi ke geladak. Wladek dan George menyeruat di gang penuh
orang. Bersyukur atas udara yang Segar. Banyak gadis-gadis
tersenyum kepada Ceorge. Tapi bagi Wladek nampaknya mereka- sama sekali tidak
memperhatikannya. Seorang gadis berambut hitam, dengan pipi merah jambu diterpa
angin, berpapasan dengan George dan tersenyum kepadanya. George berpaling ke
Wadek.
"Akan kudapat dia
malam ini.,”
Wladek menatap gadis itu.
Dan mengamati caranya memandang kepada George.
"Nanti malam,, kata
George ketika gadis itu berpapasan sejauh telinga dapat mendengai kata-katanya.
Gadis itu pura-pura tidak mendengarnya. Dan pergi agak terlalu cepat.
"Berpalinglah Wadek,
dan perhatikan apakah ia menengok kembali kepadaku. "
Wladek berputar. “ya, ia
menengok kepadamu." katanya keheran-heranan.
"Ia milikku nanti
malam.” kata George. “Apakah engkau telah memiliki Zaphia?”
"Belum. Nanti malam,”
kata Wladek.
"Sudah waktunya, ya
kan? Engkau tak akan pernah melihat gadis itu lagi sesampai di New York.,,
Memang betul. Malam itu
George datang makan malam bersama gadis berambut hitam. Tanpa berkata sepatah
katapun, Wladek dan Zaphia meninggalkan mereka. Sambil saling memeluk pinggang.
Pergi ke geladak.
Dan berjalan-jalan
mengelilingi kapal beberapa kali. Wladek melirik wajah Zaphia yang cantik dan muda.
Maka Wadek memutuskan: sekarang atau tak akan pernah terjadi. Wladek
membimbingnya ke sudut yang penuh bayangan. Dan mulai menciumi Zaphia
sebagaimana Zaphia menciumnya: dengan mulut terbuka. Zaphia undur sedikit
hingga pundaknya bersandar pada dinding. Dan Wladek bergerak bersamanya. Zaphia
menurunkan tangan Wladek pelan hingga ke payudara. Ia coba-coba menyentuhnya. Kaget
karena lunak. Zaphia melepas beberapa kancing bajunya. Dan meyelipkan tangan
Wladek ke dalamnya. Rasa pertama menyentuh daging telanjang sangatlah
nikmatnya.
"Buset. Tanganmu
dingin ! " kata Zaphia.
Wladek merapatkan diri
pada Zaphia. Mulut kering. Napas tersengal. Zaphia sedikit merenggangkan kakinya.
Dan Wladek dengan kaku menyerbu melalui beberapa lapis pakaian di antara
mereka. Beberapa menit lamanya Zaphia bergerak mengikutinya dengan simpati. Lalu
mendorongnya pergi.
"Jangan di sini di
geladak." katanya. "Mari cari perahu."
Tiga perahu pertama yang
mereka tengok ternyata sudah terisi. Tapi akhirnya mereka menemukan satu perahu
kosong. Lalu menggeliut di bawah terpal. Dalam kegelapan Zaphia membuat
beberapa penyesuaian pakaiannya hingga Wadek tak dapat membayangkan bagaimana.
Dan Zaphia dengan lembut menariknya menindih dirinya. Zaphia hanya butuh waktu
sebentar untuk merangsang Wladek hingga memuncak seperti semula melalui beberapa
lembar pakaian di antara mereka.Ia memasukkannya di antara kaki Zaphia dan hampir
mencapai saat orgasme, ketika Zaphia menarik mulutnya.
"Lepaskan
pantalonmu" bisik Zaphia.
Wladek merasa seperti
orang gila. Tapi buru-buru melepaskan pantalonnya. Lalu menyerbu daging empuk
yang menyerahkan diri terakhir mereka kepadanya. Langsung memuncak. Merasakan
lendir basah-basah lengket meleleh ke dalam bagian dalam paha Zaphia. Wladek
terlentang pusing. Senang karena kejutan tindakan itu. Tiba-tiba ia sadar takik
kayu perahu penyelamat itu menyakiti siku dan lututnya.
"Apakah ini pertama
kali engkau bercintaan dengan gadis?" Tanya Zaphia. Mengharapkan supaya
Wladek merapat.
"Tidak. Sudah barang
tentu tidak." kata Wladek.
"Apa kau cinta
padaku, Wladek?"
"Ya, aku cinta padamu."
katanya. "Dan begitu aku telah mapan di New York aku akan datang menemuimu
di Chicago."
"Itu yang kusukai,
Wladek." kata Zaphia sambil menutup kancing bajunya. "Aku juga cinta
padamu."
Ketika Wladek kembali,
pertanyaan George yang pertama adalah "Apa sudah kau setubuhi?"
"Ya"
“Apa hebat?"
“Ya' kata Wladek ragu.
Kemudian ia tertidur. Di pagi hari mereka terbangun karena hiruk-pikuk penumpang-penumpang
lain. Mereka senang karena tahu bahwa hari itu adalah hari terakhir mereka di kapal
Black Arrow (Panah Hitam). Beberapa dari mereka sudah bangun berada di geladak
sebelum matahari terbit. Mereka mengharap melihat tanda pertama adanya daratan.
Wladek mengemasi miliknya yang sedikit itu ke dalam kopor barunya. Ia mengenakan
satu-satunya setelannya. Dan pet. Lalu bergabung dengan Zaphia dan George di
geladak. Ketiga-tiganya memandang kabut yang menyelimuti laut. Dengan diam
mereka menunggu melihat Amerika Serikat untuk pertama kalinya.
"Itu dia!"
teriak seorang penumpang di geladak di atas mereka. Dan mereka bersorak ketika
melihat garis kelabu Long Island makin mendekat di pagi harimmusim semi.
Kapal-kapal penyeret
buru-buru datang di sisi kapal Black Arrow dan memandunya memasuki pelabuhan
New York melewati di antrra Brooklyn dan Staten Island. Patung Kemerdekaan
raksasa itu nampak memandangi mereka dengan tajam, sementara mereka kagum memandang
kaki langit Manhattan yang menjulang. Obor patung Kemerdekaan itu diangkat
tinggi-tinggi di langit dini hari.
Akhirnya mereka berlabuh
dekat gedung bermenara dan berpuncak bata merah di Ellis Island. Para penumpang
yang mempunyai kabin pribadi adalah yang pertama-tama meninggalkan kapal.
Wladek tidak memperhatikan mereka hingga hari itu. Mereka mestinya mempergunakan
geladak tersendiri dengan bangsal makan tersendiri pula. Kopor-kopor mereka diangkut
para kuli. Dan di geladak mereka disambut wajah-wajah penuh senyum. Wladek tahu
itu tak akan berlaku baginya. Setelah beberapa gelintir orang istimewa turun kapal,
maka kapitan mengumumkan dengan corong kepada semua sisa penumpang bahwa mereka
tak boleh meninggalkan kapal selama beberapa jam. Mereka menggerutu kecewa. Dan
Zaphia duduk di geladak. Menangis. Airmatanya bercucuran. Wladek mencoba
menghiburnya. Akhirnya seorang petugas berkeliling mengedarkan kopi petugas
kedua membawa label bernomor yang digantungkan di leher penumpang. Nomor Wladek
B l27. Itu mengingatkannya akan kali terakhir ketika ia masih merupakan nomor
belaka. Ia masuk mau dijadikan apa? Apakah Amerika seperti kamp-kamp Rusia? Di
tengah sore hari (mereka tidak lagi diberi makan maupun informasi apa pun)
mereka dibawa masuk dok di Ellis Island. Di sana para pria dipisahkan dari para
wanita. Dan dikirim ke berbagai bangsal.
Wladek mencium Zaphia dan
tak mau melepaskannya, sambil menempati urutannya. Seorang petugas yang lewat
lalu memisahkan mereka.
"Baiklah. Ayo jalan terus.,,
katanya. ..pegang erat-erat. Dan kami segera akan menikahkan kalian berdua.,'
Wladek tak melihat Zaphia
lagi ketika ia dan George didorong maju. Mereka bermalam di gudang tua dan
pengap. Mereka tak dapat tidur. Sebab para penerjemah lalu-lalang melalui
deretan ranjang, sambil memberikan pertolongan singkat tapi ramah kepada para
imigran yang masih kebingungan.
Pagi hari kesehatan mereka
diperiksa. Rombongan pertama paling ditekan. Wladek diharuskan mendaki tangga
yang sangat terjal. Dokter yang berseragam biru itu menyuruhnya mengerjakan itu
dua kali. Sambil mengawasi gaya jalannya dengan hati-hati Wladek berusaha sekuat
tenaga mengurangi kepincangannya.
Dan akhirnya dokter itu
puas. Wladek lalu diperintahkan melepas topi dan kolar yang kaku, sehingga wajah,
mata, rambut, tangan, dan leher dapat diperiksa dengan cermat. Orang di
belakang Wladek tepat, mempunyai bibir sumbing. Dokter segera menghen-tikannya.
Pundak kanan diberi tanda salib dengan kapur. Lalu dikirim ke sisi lain gudang
itu. Setelah pemeriksaan fisik selesai, Wladek bergabung dengan George, antri
panjang di luar ruang Pemeriksaan Umum. Di situ setiap orang diwawancarai
sekitar lima menit. Tiga jam kemudian ketika George dipanggil masuk ruangan,
Wladek keheran-heranan apa yang hendak ditanyakan kepadanya. Ketika George akhirnya
keluar ia menggerutu kepada Wladek. "Mudah saja. Kamu akan lolos begitu
saja." katanya. Wladek dapat merasakan telapak tangannya berkeringat, ketika
ia maju.
Ia mengikuti petugas
memasuki ruangan kecil tanpa hiasan. Ada dua orang pemeriksa sedang duduk dan
kesetanan menulis di kertas-kertas resmi.
“Bisa berbahasa
Inggris?" tanya pemeriksa pertama.
'Ya, pak. Cukup
lancar." jawab Wladek yang sebenarnya menginginkan berbicara bahasa
Inggris lebih banyak dalam perjalanan itu.
"Siapa namamu?"
"Wladek Koskiewicz pak."
Orang-orang itu
menyerahkannya sebuah buku hitam besar. "Tahukah kamu apa ini?"
"Ya pak. Kitab
Suci."
"Apa kamu percaya
kepada Tuhan?"
"Ya pak. Aku
percaya."
"Letakkan tanganmu
atas Kitab Suci dan bersumpahlah bahwa kamu akan menjawab pertanyaan-pertanyaan
kami dengan sebenarnya."
Wladek memegang Kitab Suci
dengan tangan kiri, dan meletakkan tangan kanan di atasnya. "Aku berjanji
akan mengatakan kebenaran."
"Kamu berkebangsaan
apa? "
"Polandia"
"Siapa yang membayar
tiketmu ke mari?,,
"Aku membayarnya
dengan uang yang kuperoleh di Konsulat Polandia di Konstantinopel.,,
Salah seorang petugas
memeriksa surat-surat Wladek. Mengangguk. Lalu bertanya"Apa sudah punya alamat
rumah yang kau tuju?"
"Ya, pak. Aku akan
tinggal di rumah Tuan Peter Novak. Ia adalah paman sahabatku. Ia tinggal di New
York."
"Baik. Apakah sudah
punya pekerjaan yang akan kau lakukan?"
"Sudah pak. Aku akan
bekerja di toko roti Tuan Novak."
"Apakah pernah
ditahan? "
Rusia sekilas melintas di
benak Wladek. Itu tak termasuk. Turki? Ia tak akan menyebutnya.
“Tidak pak. Tak
pernah."
“Apakah kamu seorang
anarkis?"
“Bukan pak. Aku benci
orang-orang komunis. Mereka membunuh kakak perempuanku."
"Apa kamu tinggal
berdasarkan hukum Negara Amerika Serikat?"
"Ya Pak."
"Apa kamu punya
uang?"
'Ya pak."
"Bolehkah kami
melihatnya?"
"Ya pak." Wladek
meletakkan setumpuk lembaran uang kertas dan beberapa uang logam.
'Terimakasih.' kata
pemeriksa. "Kau boleh memasukkan uangmu ke dalam saku."
Pemeriksa kedua melihat
Wladek. "Dua puluh satu ditambah dua puluh empat menjadi berapa?"
'Empat puluh lima' jawab
Wladek tanpa ragu.
'Lembu itu punya kaki
berapa?"
Wladek hampir-hampir tak
mempercayai pendengarannya. "Empat pak" kalanya. Keheran-heranan jangan-jangan
pertanyaan tersebut merupakan suatu kiat.
"Dan seekor
kuda?"
"Empat, pak"
jawab Wladek. Tetap bengong.
"Mana yang akan kau
lempar ke laut bila kau berada di laut dalam sebuah perahu kecil yang perlu diperingan:
Roti atau uang?"
'Uang pak." kata
Wladek.
“Bagus." Penguji
mengambil kartu yang telah diberi tanda "Diterima'. Dan menyerahkannya
kepada Wladek. "setelah menukarkan uangmu, tunjukkan kartu ini kepada Pejabat
Imigrasi. Sebutkan nama lengkapmu. Dan kamu akan memperoleh kartu registrasi.
Kamu lalu akan diberi sertifikat tanda masuk. Bila kamu tak melakukan kejahatan
selama lima tahun, dan lulus ujian membaca dan menulis dalam bahasa Inggris,
dan setuju mendukung Konstitusi, kamu akan diizinkan memohon kewarganegaraan
penuh Amerika Serikat. Selamat berjuang, Wladek.”
"Terimakasih
pak."
Di loket penukaran uang,
Wladek menyerahkan hasil tabungannya selama delapan belas bulan di Turki. Dan
uang lembaran 50 rubel tiga lembar. Maka uang Turki itu ditukar dengan $ 47.20.
Sedang uang rubel dikatakan tak ada nilainya sama sekali. Ia hanya dapat
mengenang Dokter Dubien yang rajin menabung selama 15 tahun.
Langkah terakhir ialah
menghadap pejabat Imigrasi, yang duduk di belakang balustrada di pagar jalan ke
luar di bawah potret presiden Harding. Wladek dan George menghadapnya.
"Nama lengkapmu',
tanya petugas kepada George.
"George Novak" jawabnya
tegas. petugas menulis nama itu di atas sebuah kartu.
"Dan alamatmu?"
tanyanya.
“286 Broome Street, New
york, New york.”
Petugas itu menyerahkan
kartu kepada George."Ini sertifikat Imigrasimu, 2l871 George Novak. Selamat
datang di Amerika Serikat George. Aku juga seorang Polandia. Engkau akan senang
di sini. Selamat dan sukses!'
George tersenyum dan
bersalaman dengan petugas. Berdiri di sisi dan menunggu Wladek. Petugas memandang
kepada Wladek. Wladek menyerahkan kartu yang telah ditandai "Diterima.”
“Nama lengkapmu?"
tanya petugas.
Wladek ragu.
"Siapa namamu?"
ulang orang itu agak lebih keras. Sedikit kurang sabar.
Wladek tak dapat
mengeluarkan kata-katanya. Betapa ia membenci nama petani itu.
"Untuk terakhir kalinya,
siapa namamu?,, George memandangi Wladek. Demikian pula orang-orang lain yang
antri menghadap petugas imigrasi. Wladek tetap belum bicara. Petugas itu tiba-tiba
menyambar pergelangan tangannya. Mengamati tulisan di gelang perak dengan
cermat, menuliskannya di kartu dan menyerahkannya kepada Wladek.
"21872 - Baron Abel
Rosnovski. Selamat datang di Amerika Serikat. Selamat dan sukses, Abel."