Setelah sekian lama absen saya baru sempat melanjutkan cerita ini ... dimana William Kane memulai karier profesionalnya di Bank milik keluarganya. Bank Kane & Cabot.
Selamat menikmati ...
BAGIAN
KETIGA
1928
- 1932
BAB 15
Ketika William mulai
bekerja sebagai direktur muda di bank Kane & Cabot bulan September 1928,
untuk pertama kali dalam hidupnya ia merasa melakukan sesuatu yang sungguh
berarti. Ia mulai kariernya di ruangan kecil dekat Tony Simmons direktur
investasi bank. Sejak minggu ketika William datang, ia tahu, kalau tak ada
suatu pun yang dikatakan, bahwa Tony Simmons mengharap dapat menggantikan Alan
Llyod sebagai presiden direktur bank.
Seluruh rencana investasi
bank menjadi tanggung-jawab Simmons. Ia dengan cepat mendelegasikan kepada
William beberapa aspek pekerjaannya. Khususnya investasi swasta dalam bisnis
kecil, tanah, dan setiap kegiatan usaha luar yang melibatkan bank. Salah satu
kewajiban resmi William ialah membuat laporan bulanan tentang investasi yang
ingin ia rekomendasikan dalam rapat lengkap seluruh dewan. Ketujuh belas warga
dewan bertemu sekali sebulan dalam ruangan besar yang berdinding kayu sejenis
jati (oak). Dan dihiasi dua buah potret di kedua sisi. Satu potret ayah
William. Dan yang lain potret kakeknya. William belum pernah mengenal kakeknya.
Tapi ia pasti seorang "pria jempolan" karena telah menikahi Nenek
Kane. Masih ada tempat luas di dinding untuk potretnya sendiri.
Selama hari-hari permulaan
di bank William bertindak hati-hati. Dan para rekan anggota dewan segera menghargai
penilaiannya. Dan mereka mengikuti saran-saran William. Jarang mengadakan
pengecualian. Sebab sudah terbukti bahwa saran yang mereka tolak ternyata
termasuk saran terbaik yang pernah diberikan William. Pada kesempatan pertama
seorang tuan Mayer mencari pinjaman dari bank untuk diinvestasikan dalam
"gambar-gambar yang berbicara". Tapi dewan tak mau melihat masa depan
atau suatu arti dari ide tersebut. Saat lain, Tuan Paley mendatangi William dengan
rencana ambisius untuk menyelenggarakan jaringan siaran radio yang terpadu.
Alan Llyod yang penghargaannya terhadap telegrafi sebesar ia menghargai
telepathi, tak mau tahu tentang rencana itu. Dewan mendukung pandangan Alan.
Dan Louis B. Mayer kelak mengepalai MGM. Sedang William Paley memimpin perusahaan
yang menjadi CBS (Columbia Broadcasting System). William percaya akan penilaiannya
sendiri dan mendukung dua orang itu dengan uang dari perseroannya. Dan seperti
ayahnya, tak pernah memberi tahu para penerima dana tentang sokongannya.
Salah satu segi dari
pekerjaan William sehari-hari yang kurang menyenangkan ialah menangani likuidasi
dan kebangkrutan dari para klien yang meminjam jumlah besar uang dari bank.
Kemudian mereka tak mampu membayar kembali pinjaman mereka. William pada
dasarnya bukanlah pribadi yang lunak. Itu telah dialami oleh Henry Osborne
dengan pahitnya. Tetapi bila harus mendesak para klien lama dan terhormat untuk
melikuidasi saham dan bahkan menjual rumah mereka, maka hal itu membuat orang
tak mudah tidur di malam hari. William cepat mengetahui bahwa klien itu terbagi
menjadi dua golongan: mereka yang memandang kebangkrutan sebagai bagian bisnis
sehari-hari, dan mereka yang ngeri bila mendengar kata itu. Dan mereka ini akan
menghabiskan sisa hidup mereka untuk membayar kembali setiap sen yang mereka
pinjam. William merasa sudah sewajarnya bersikap tegar terhadap golongan
pertama. Tapi selalu jauh lebih lunak bagi golongan kedua, dengan persetujuan
Tony Simmons yang menggerutu.
Selama kasus demikian
itulah William melanggar salah satu peraturan emas bank. Dan secara pribadi menjadi
terlibat dengan seorang klien. Nama klien itu Katherine Brookes dan suaminya
Max Brookes. Mereka telah meminjam uang sejuta dollar lebih dari bank Kane
& Cabot untuk investasi jual beli tanah yang pasarannya sedang menanjak di
Florida tahun 1925. Suatu investasi yang tak akan pernah didukung oleh William
seandainya ia pada saat pinjaman itu terjadi sudah bekerja di bank. Tetapi Max
Brookes itu semacam pahlawan di Massachusetts. Salah seorang pendukung balon
dan penerbang pemberani serta sahabat karib Charles Lindbergh. Itu semua masuk perhitungan.
Kematian Brookes yang tragis ketika ia menerbangkan pesawat kecil, hanya 3
meter di atas tanah, dan menumbuk pohon hanya 90 meter setelah lepas landas
telah diliput dalam pers dan tersebar di seluruh Amerika sebagai suatu
kehilangan tokoh nasional.
William bertindak sebagai
wakil bank langsung mengambil-alih tanah milik Brookes yang sudah bangkrut.
Melikuidasinya. Dan mencoba mengurangi kerugian bank dengan menjual semua tanah
milik di Florida kecuali tanah seluas 2 akre tempat rumah mereka. Kerugian bank
ternyata masih meliputi $300.000. Beberapa orang direktur agak mencela keputusan
cepat William untuk menjual tanah; suatu keputusan yang tak disetujui Tony
Simmons. William telah memasukkan ketidaksetujuan Tony Simmons terhadap tindakan-tindakannya
ke dalam notulen, maka beberapa bulan kemudian ia dapat menunjukkan bahwa bank akan
kehilangan sebagian besar investasi aslinya sebesar $1000.000 lebih, bila
mereka menahan tanah tersebut. Pembuktian visi prospek ini tidak membuat William
disayang Tony Simmons. Walau hal itu membuat anggota dewan lainnya menyadari
kecerdasan pandangannya yang luar biasa.
Ketika William telah
melikuidasi semua milik bank atas nama Max Brookes, ia memalingkan perhatiannya
terhadap Nyonya Brookes yang masih memiliki garansi pribadi bagi utang-utang
mendiang suaminya. Walaupun William selalu mencoba mengamankan garansi sedemikian
itu atas tiap pinjaman kepada bank, namun pelaksanaan kewajiban seperti itu
bukannya jalan yang direkomendasikannya kepada sahabat-sahabatnya. Betapapun
mereka mempercayai spekulasi ini. Sebab bila gagal, hampir pasti membuat sangat
sedihnya pemberi jaminan'
William menulis surat
resmi kepada Nyonya Brookes. Ia menyarankan supaya membuat janji untuk membicarakan
keadaan itu. William telah membaca berkas Brookes dengan cermat. Ia tahu bahwa
Nyonya Brookes baru berusia 22 tahtn. Seorang putrid Andrew Higginson, anggota
keluarga Boston yang lama dan terkenal, cucu-sepupu Henry Ire Higginson, pendiri
Simfoni Boston. Ia juga mengetahui bahwa nvonya ini memiliki aset sendiri yang
cukup substansial. Ia tak menyukai gagasan meminta nyonya itu memindahkan aset
tersebut ke bank. Tapi ia dan Tony Simmons, sekali ini sepakat, bahwa itulah
garis yang harus dianut. Maka ia menabahkan diri untuk menghadapi pertemuan
yang tak menyenangkan ini.
Yang tak ditawar-tawar
oleh William ialah Katherine Brookes sendiri. Dalam kehidupannya di kemudian
hari ia selalu dapat mengenang dengan rinci kejadian di pagi hari itu. Ia habis
bercek-cok dengan Tony Simmons mengenai investasi substansial dalam kuningan
dan timah yang ingin ia rekomendasikan kepada dewan. Permintaan dari pihak
industri akan kedua metal itu tetap meningkat. Dan William percaya bahwa pasti
akan disusul dengan kekurangan dunia akan bahan tersebut' Tony Simmons tak
dapat menyetujuinya. Ia berpendapat mereka seharusnya lebih banyak menginvestasikan
uang tunai ke dalam bursa saham. Dan persoalan itu masih menggejolak di benak
William,ketika sekretarisnya mengantarkan nyonya Brookes ke dalam kantornya.
Dengan satu senyum coba-coba nyonya itu menghapus seluruh urusan kuningan,
timah, dan segala kekurangan dunia dari pikiran William. Sebelum nyonya Brookes
dapat duduk ia sudah berada di sisi lain mejanya. Ia mempersilakannya duduk di
kursi. Hanya untuk meyakinkan diri bahwa nyonya Brookes tidak akan lenyap seperti
khayalan belaka bila diamati lebih teliti lagi. William belum pernah menjumpai
wanita yang menurut pandangannya berkecantikan setengah kecantikan Katherine
Brookes. Rambut pirang panjang terjuntai menjadi untaian keriting di pundaknya.
Dan rambut suri kecil terlepas bebas dari topi dan melingkar di pelipis.
Kenyataan bahwa ia sedang berkabung sama sekali tidak mengurangi kecantikan tubuhnya
yang ramping. Dan kerangka tulang yang molek memberi kepastian bahwa ia adalah
wanita yang akan nampak cantik pada usia berapa pun. Ma-tanya yang coklat sungguh
hebat. Mata itu juga jelas-jelas mencemaskan William. Begitu pula apa yang hendak
ia katakan.
William mengusahakan nada
bisnis dalam suaranya. "Nyonya Brookes, bolehkah saya menyatakan turut
berduka cita atas kematian suami nyonya. Dan saya sungguh menyesalkan keharusan
meminta nyonya datang ke mari hari'ini."
Satu kalimat mengandung
dua dusta. Kalimat yang tentunya benar lima menit sebelum itu. Ia menunggu nyonya
Brookes berbicara.
"Terimakasih, Tuan
Kane. " Suaranya lembut. Bernada rendah. Empuk. "Saya sadar akan
kewajiban saya terhadap bank anda. Dan yakinlah saya akan melakukan segalanya
dalam batas kemampuan saya untuk memenuhi kewajiban tersebut. "
William tak berkata
sepatah pun. Ia mengharap nyonya Brookes akan terus bicara. Tapi tidak. Maka William
mengutarakan keadaan tanah milik Max Brookes. Nyonya Brookes mendengarkan
dengan mata tertunduk.
“Nah, nyonya Brookes, anda
bertindak sebagai penjamin pinjaman suami anda. Dan ini mengharuskan kami
menanyakan aset pribadi anda." William memeriksa berkasnya. "Anda
memiliki investasi 80.000 dollar. Kiranya uang keluarga anda sendiri. Dan tujuh
belas ribu empat ratus lima puluh enam dollar dalam rekening anda
sendiri."
Nyonya Brookes mendongak.
"Pengetahuan anda tentang keadaan finansial saya pantas dipuji, Tuan Kane.
Namun perlu ditambah: Taman Buckhurst, rumah kami di Florida atas nama Max, dan
beberapa perhiasan berharga milik saya sendiri. Semua itu saya taksir seharga
tiga ratus ribu dollar. Yaitu jumlah yang anda tagih. Dan saya telah mengatur untuk
merealisasikan jumlah tersebirt sepenuhnya bagi anda selekas-lekasnya."
Hanya ada sedikit getaran
dalam suaranya. William memandangnya kagum.
“Nyonya Brookes, bank
tidak bermaksud mengambil milik anda yang terakhir. Dengan persetujuan anda
kami akan menjual semua saham dan surat obligasi anda. Semua hal lain yang anda
sebut, termasuk rumah, kiranya tetap akan menjadi milik anda."
Nyonya Brookes ragu.
"Kemurahan hati anda sangat saya hargai, Tuan Kane. Namun saya tidak menghendaki
berhutang sesuatu kepada bank anda. Atau membiarkan nama suami saya dalam awan
kegelapan." Sedikit getaran lagi. Tapi cepat diatasi. "Bagaimanapun
juga saya telah memutuskan menjual rumah di Florida dan kembali ke rumah orang
tua saya secepat mungkin."
Nadi William memburu ketika
mendengar bahwa Nyonya Brookes akan kembali ke Boston.
"Jika demikian,
mungkin kita dapat mencapai kesepakatan tentang hasil penjualan." kata
William.
"Itu dapat kita
laksanakan sekarang." katanya datar. "Anda harus memperoleh seluruh
jumlah itu."
William mengusahakan
pertemuan sekali lagi. "Jangan membuat keputusan yang terlalu
tergesa-gesa. Kiranya akan bijaksana bila berkonsultasi dengan kolega-kolega
saya dan membahas hal ini dengan anda lagi."
Nyonya Brookes mengangkat
bahu sedikit. "Sesuka anda. Saya sungguh-sungguh tak mempedulikan uang
itu. Dengan cara apa pun. Dan saya tidak mau menyulitkan anda lagi."
William berkedip.
"Nyonya Brookes, saya harus mengakui sangat tercengang atas sikap anda
yang murah hati itu. Paling sedikit izinkanlah saya mengajak anda makan
siang."
Untuk pertama kalinya
Nyonya Brookes tersenyum. Menunjukkan lesung di pipi kanan yang tak terduga-duga.
William memandangnya dengan senang. Dan berusaha keras untuk memancing
munculnya lagi selama berlama-lama makan siang di Ritz. Ketika ia kembali ke
mejanya lagi sudah pukul 3 lewat.
“Makan siangnya lama amat
William" komentar Tony Simmons.
“Ya, masalah keluarga
Brookes ternyata lebih pelik daripada yang kuperkirakan."
“Bila kupelajari
berkas-berkasnya nampaknya cukup gamblang. " kata Simmons. "Nyonya
Brookes kan tidak mengeluh mengenai tawaran kita, bukan? Kiraku kita terlalu
murah hati dalam situasi sekarang ini.."
'Ya, ia berpendapat
demikian pula. Aku harus meyakinkannya tidak melepas uang dollarnya yang terakhir
untuk membengkakkan dana kita
sendiri."
Tony Simmons terpana.
"Itu bukan suara William Kane yang kita kenal dan kita sayangi sekali.
Namunmemang bank belum pernah mengalami masa
sebaik
sekarang ini untuk bermurah hati."
William menyeringai. Sejak
hari kedatangannya ia semakin tidak sepakat dengan Tony Simmons tentang arah
pasar saham. Pasar secara tetap bergerak ke atas sejak Herbert Hoover dipilih
ke Gedung Putih bulan Nopember 1928. Sebenarnya hanya 10 hari ke-mudian, Bursa
Saham New York membukukan volume tertinggi 6 juta saham lebih dalam sehari.
Tapi William yakin bahwa kecenderungan naik yang diperbesar dengan arus uang
banyak dari industri mobil akan menghasilkan inflasi harga hingga titik keti-dakstabilan.
Sebaliknya Tony Simmons yakin bahwa kenaikan ini akan berkelanjutan. Maka
ketika William dalam rapat-rapat dewan menganjurkan sikap hati-hati, ia jelas
dikesampingkan. Namun dengan uang perseroannya, ia bebas mengikuti intuisinya,
lalu mulai menanam investasi dalam tanah, emas, komoditi, dan bahkan dalam beberapa
lukisan gaya impresionis yang dipilihnya secara cermat. Hanya menyisihkan 50%
asetnya dalam saham.
Ketika Bank Reserve
Federal di New York mengeluarkan keputusan bahwa tak akan memberi rabat pinjaman
kepada bank yang mengeluarkan uang kepada nasabah yang hanya bertujuan
berspekulasi, William menganggap bahwa para spekulan mulai dimasukkan ke dalam peti
mati. Ia langsung memeriksa program peminjaman bank. Dan ia memperkirakan Kane
& Cabot mengeluarkan $26 juta lebih dalam pinjaman-pinjaman seperti itu. Ia
memintaTony Simmons untuk menarik jumlah tersebut karena ia yakin bahwa dengan
peraturan pemerintah di bidang operasional seperti itu, harga saham pasti akan
merosot dalam jangka panjang. Mereka hampir-hampir berkelahi dalam rapat dewan
bulanan. Dan di dalam pemilihan William dikalahkan dengan suara 12 lawan 2.
Tanggal 21 Maret 1929,
Blair dan Perusahaannya mengumumkan konsolidasi dengan Bank Amerika. Itu
merupakan penggabungan yang ketiga dalam rangkaian merger yang nampaknya
menunjukkan masa depan cerah. Dan tanggal 25 Maret Tony Simmons mengirim nota
kepada William menunjukkan bahwa pasar membuat terobosan lagi menuju rekor sepanjang
masa. Dan ia bergerak memasukkan uang bank lebih banyak lagi ke dalam saham.
Pada saat itu William sudah mengatur kembali modalnya sehingga hanya tinggal 25%
ditanam dalam pasar saham. Tindakan ini telah memakan biaya $2 juta. Dan telah
menyebabkan William mendapat teguran penuh kecemasan dari Alan Llyod.
“Ya ampun, kuharap engkau
tahu apa yang sedang kau lakukan,William."
“Alan, aku sudah
mengalahkan pasar saham sejak aku umur 14 tahun. Dan aku selalu melakukannya
dengan melawan arus kecenderungan."
Tetapi karena pasar
menanjak terus selama musim panas 1929, maka bahkan William pun berhenti menjualnya.
Ia bertanya-tanya jangan-jangan penilaian Simmons memang benar.
Menjelang masa pensiun
Alan Llyod semakin dekat, maksud jelas Tony Simmons untuk menggantikanya
sebagai presiden direktur mulai Nampak seperti fait accompli. Prospek itu meresahkan William. Ia menganggap
pemikiran Simmons terlalu kon-vensional. Ia selalu semeter di belakang
orang-orang lain dalam pasar. Hal itu baik-baik saja selama tahun-tahun gemuk bila
investasi berjalan lancar. Tetapi dapat berbahaya bagi bank dalam masa-masa
kurus dan penuh persaingan. Seorang investor yang cerdik, demikian pandangan
William, belum tentu lari bersama kawanannya. Dengan suara menggeledek ataupun
sebaliknya.
Tapi ia memperhitungkan
sebelumnya kawanan itu akan berpaling ke arah mana dalam masa berikutnya.
William masih merasakan bahwa investasi dikemudian hari dalam bursa saham
nampak penuh risiko. Sedang Tony Simmons yakin bahwa Amerika sedang memasuki zaman
keemasan.
Masalah William yang lain
ialah karena Tony Simmons baru berusia 39 tahun. Itu berarti bahwa William
tidak dapat mengharapkan menjadi presiden direktur bank Kane & Cabot selama
paling sedikit 26 tahun lagi. Itu tak sesuai lagi dengan apa yang di Harvard
disebut "pola karier seseorang".
Sementara itu citra
Katherine Brookes tetap jelas membekas di benak William. William menyuratinya sekerap
mungkin mengenai penjualan saham dan surat obligasinya. Surat-surat resmi
diketik, yang menimbulkan jawaban tak lebih dari surat-surat resmi ditulis
tangan. Nyonya Brookes pasti mengira William adalah bankir paling teliti di
seluruh dunia. Kemudian dalam awal musim gugur Nyonya Brookes menulis telah
menemukan perusahaan yang mau membeli tanahnya di Florida. William menyurati supaya
ia diperbolehkan bernegosiasi syarat-syarat penjualan atas nama bank dan Nyonya
Brookes setuju.
William bepergian ke
Florida di awal bulan September 1929. Nyonya Brookes menjemputnya di stasiun.
Dan William terpesona karena penampilan pribadi Nyonya Brookes jauh lebih
cantik daripada yang ada dalam ingatannya. Angin sepoi menghem-bus gaun
hitamnya menempel tubuh ketika ia berdiri menanti di perron. Sosok ini
menunjukkan profil yang memastikan setiap pria kecuali William akan meman-dangnya
untuk kedua kalinya. Mata William tidak pernah meninggalkannya.
Nyonya Brookes masih
berkabung. Dan kelakuannya terhadap William terasa terkendali dan korek. William
semula tak bergairah untuk bertindak mengesankan baginya. Ia mengadakan
perundingan selama mungkin dengan petani yang hendak membeli Buckhurst Park.
Dan meyakinkan Katherine Brookes untuk menerima 1/3 dari harga yang sudah
disetujui, sedang bank menerima yang 2/3. Akhirnya ketika dokumen-dokumen hukum
itu sudah ditandatangani, ia tak lagi mempunyai dalih untuk tidak pulang ke
Boston. William mengundangnya makan malam di hotel. Dengan keputusan untuk
mengungkapkan sesuatu dalam perasaannya terhadap Nyonya Brookes. Bukan untuk pertama kalinya Nyonya Brookes mengejutkan
William. Sebelum William memulai pembicaraan, Nyonya Brookes memintanya, sambil
mutar-mutar gelas dan menghindari pandangan William, apakah suka tinggal
beberapa hari di Buckhurks Park.
“Semacam liburan bagi kita
berdua'" Nyonya Broorkes memerah. Dan William tetap bungkam.
Akhirnya Nyonya Brookes
berani melanjutkan “Saya tahu, ini gila, tapi William perlu menyadari bahwa aku
akhir-akhir ini sangat kesepian. Hal yang luar biasa ialah bahwa aku lebih
menikmati beberapa hari akhir-akhir ini dengan William daripada masa-masa lain
seingatku." Ia memerah lagi' "Aku telah menjelaskannya dengan buruk.
Dan engkau pasti memikirkan yang terburuk tentang diriku."
Nadi William menggejolak.
"Kate, selama 9 bulan terakhir ini aku ingin mengatakan sesuatu yang
paling sedikit sama buruknya."
“Nah, kamu akan tinggal
beberapa hari William?"
“Ya Kate, aku mau."
Malam itu Kate Brookes
menempatkan William dalam kamar tamu utama di Buckhurst Park. Dalam kehidupannya
kelak William selalu memandang beberapa hari itu sebagai masa selingan emas
dalam hidupnya. Ia bermobil dengan Kate. Dan Kate mendahului keluar sebelum
dibukakan pintu. Ia berenang dengannya dan Kate jauh meninggalkannya. Ia berjalan-jalan
dengannya dan selalu pulang kembali lebih dahulu. Dan akhirnya terpaksa main
poker dengannya dan menang $3,5 juta dalam 3,5 jam main.
"Apa menerima
cek?" kata Kate anggun.
"Engkau lupa, aku
tahu berapa nilaimu, Nyonya Brookes. Tapi aku akan berbisnis denganmu. Kita akan
terus main, hingga akhirnya engkau memperolehnya kembali."
"Itu mungkin
berlangsung beberapa tahun. “ kata Kate.
"Aku akan menunggu.
" jawab William.
Tanpa disengaja ia
menceritakan kepada Kate peristiwa-peristiwa yang telah lama terpendam dalam masa
silam. Hal-hal yang hampir tak pernah diperbincangkan. Bahkan dengan Matthew
juga tidak. Rasa hormat terhadap ayahnya. Cinta kepada ibunya. Kebencian yang
membuta terhadap Henry Osborne. Ambisinya bagi Kane & Cabot. Pada
gilirannya Kate menceritakan masa kanak-kanaknya di Boston. Masa ia sekolah di
Virginia. Dan pernikahannya dengan Max Brookes.
Tujuh hari kemudian ketika
Kate mengucapkan selamat jalan kepada William di stasiun, William menciumnya
untuk pertama kali.
'Kate, aku akan mengatakan
sesuatu yang sangat lancang. Aku harap suatu saat engkau akan lebih sayang
kepadaku daripada kepada Max."
“Aku mulai merasakan
demikian sekarang ini. " kata Kate tenang.
William tetap menatapnya.
“Jangan ke luar dari hidupku selama 9 bulan lagi."
“Aku tak bisa. Engkau
telah menjual rumahku."
·
* *
Dalam perjalanan pulang ke
Boston William mengkonsep laporan tentang penjualan Buckhurst Park. Ia merasa lebih
bahagia dan lebih mapan daripada pada waktu-waktu lain sejak kematian ayahnya.
Pikiran
William terus-menerus
kembali ke Kate dan lima hari yang baru saja berselang. Tepat sebelum kereta
api bergerak ke Stasiun Selatan, ia menulis surat cepat-cepat dengan tulisannya
yang rapi tapi hampir tak terbaca.
Kate.
Kurasa aku sudah merindukan dirimu. Padahal ini baru beberapa jam saja.
Tulislah surat dan beritahu bila akan datang ke Boston. Sementara itu aku akan
kembali menekuni bisnis bank.
Aku
ternyata dapat melupakanmu selama waktu yang cukup lama (yaitu 10 atau kurang
lebih 5 menit) dalam satu
kurun waklu.
Sayang,
William.
Ia baru saja memasukkan
amplop ke dalam bis surat di Charles Street, ketika semua gagasan tentang Kate terusir
dari pikirannya karena teriakan anak penjual koran.
"Wall Street
jatuh!"
William menyambar koran
selembar. Dan cepat-cepat membaca berita utama. Semalam pasar sudah terjungkir.
Beberapa ahli keuangan memandangnya sebagai suatu penyesuaian saja. William
memandangnya sebagai permulaan tanah longsor yang telah beberapa bulan ia ramalkan.
Ia buru-buru ke bank dan
langsung ke ruangan presiden direktur.
"Saya rasa pasar akan
kembali stabil dalam jangka panjang. " kata Alan Llyod menenteramkan.
"Tak akan" kata
William. "Pasar sudah terlalu jenuh. Jenuh dengan investor-investor kecil
yang mengira mereka masuk tinggal mencari untung dengan cepat. Mereka pasti
lari sekarang menyelamatkan hidup mereka. Tak tahukah kau balon hamper meletus?
Aku akan menjual segala-galanya. Menjelang akhir tahun alasnya akan menghilang
dari pasar ini. Dan aku telah memperingatkan dirimu di bulan Februari,
Alan."
"Aku masih belum
setuju denganmu, William. Tapi aku akan mengundang rapat pleno dewan esok pagi.
Kita akan dapat mendiskusikan pandangan-pandanganmu secara lebih rinci."
"Terima kasih."
kata William. Ia kembali ke ruangannya. Dan menyambar telepon antar kantor.
"Alan, aku tadi lupa
mengatakan kepadamu. Aku telah menemukan wanita yang akan kunikahi."
'Apa ia sudah tahu?"
tanya Alan.
'Belum" jawab
William.
*Oh, begitu. " kata
Alan. "Kalau begitu pernikahanmu sangat mirip kariermu sebagai bankir, William.
Setiap orang yang terlibat secara langsung baru diberitahu setelah engkau
mengambil keputusan. "
William tertawa. Mengambil
telepon lain. Menjual semua miliknya di pasar. Dan mencairkannya dalam tunai.
Tony Simmons tepat baru saja masuk. Ia berdiri di pintu terbuka. Ia mengamati
William. Dan mengira ia sendiri sudah menjadi gila.
“Engkau bisa jatuh miskin
dalam semalam dengan menjual sahammu,dalam keadaan pasar seperti sekarang ini."
“Aku akan kehilangan lebih
banyak lagi bila aku menahannya. " jawab William.
Minggu berikutnya ia
kehilangan $1000.000 lebih. Itu pasti mengguncangkan seseorang yang kurang
percaya diri.
Dalam rapat dewan hari
berikutnya ia juga kalah suara (8 lawan 6) ketika mengusulkan likuidasi saham-saham
bank. Tony Simmons meyakinkan dewan, tidaklah bertanggungjawab bila tidak
bertahan sebentar lagi. Satu-satunya kemenangan kecil yang dibukukan William
ialah meyakinkan kolega-kolega direktur supaya bank tidak menjadi pembeli saham
lagi.
Pesar menanjak sedikit
pada hari itu. Itu memberi kesempatan kepada William untuk menjual sahamnya
sendiri. Pada akhir pekan, ketika indeks telah naik dengan mantap selama empat
hari berturut-turut, William mulai bertanya-tanya apakah ia tidak bereaksi kelewat
batas. Namun latihan di masa silam dan nalurinya mengatakan bahwa ia telah
membuat keputusan yang benar. Alan Llyod tak berkata apa-apa. Uang William yang
hilang bukan miliknya. Dan ia mengharapkan segera pensiun dengan tenang.
Pada tanggal 22 Oktober
pasar anjlok lagi. Dan Lagi-lagi William meminta-minta kepada Alan Llyod supaya
keluar selagi ada kesempatan. Kali ini 'Alan mendengarkannya dan mengizinkan
William untuk memerintahkan penjualan saham bank yang besar-besar. Hari
berikutnya pasar merosot lagi melalui penjualan dengan harga bantingan. Dan tak
ada artinya lagi persoalan apa yang hendak diselesaikan bank, sebab memang
tidak ada pembelinya lagi. Pengobralan saham menjadi suatu rebutan, sebab
setiap investor kecil di Amerika menawarkan penjualan untuk mencoba keluar dari
bawah. Demikian besar paniknya sehingga pita pengetik telegram tak mampu menangani
semua transaksi. Hanya setelah Bursa dibuka di pagi hari, setelah para pegawai
bekerja semalam suntuk, para pedagang tahu secara faktual mereka kehi-langan
berapa sehari sebelumnya.
Alan Llyod mengadakan
pembicaraan per telepon dengan bank Morgan. Dan ia setuju Kane & Cabot bergabung
dengan kelompok bank-bank yang mencoba menanggulangi keruntuhan nasional dengan
saham-saham besar. William tidak menolak kebijakan ini, dengan alasan bila
harus diadakan usaha kelompok, Kane & Cabot harus terlibat secara bertanggungjawab
dalam tindakan itu. Dan sudah barang tentu bila berhasil, semua bank akan lebih
baik kedaannya. Richard Whitney, wakil presiden direktur Bursa Saham New York,
wakil kelompok Morgan, telah bergabung, mendasari Bursa hari berikutnya, dan menanam
investasi $30 juta dalam saham-saham kuat. Pasar mulai jadi. Pada hari itu
telah diperdagangkan sejumlah 12.894.650 saham. Dan selama dua hari berikutnya
pasar tetap mantap. Setiap orang, dari Presiden Hoover hingga para pesuruh
pialang mengira bahwa yang terburuk kini telah lewat.
William telah menjual
hampir semua saham pribadinya. Dan uangnya sendiri yang hilang relative lebih
kecil daripada uang bank yang hilang. Bank kehilangan 3 juta lebih dalam 4
hari. Bahkan Tony Simmons telah mulai mengikuti semua saran William. Pada tanggal
29 Oktober, hari Selasa Hitam, sebagaimana Hari itu kemudian dikenal, pasar
jatuh lagi. Enam belas juta enam ratus sepuluh ribu tiga puluh buah saham diperdagangkan.
Bank di seluruh negeri tahu bahwa nyatanya mereka kini bangkrut. Jika setiap
nasabah mereka meminta uang tunai, atau kalau mereka pada gilirannya mencoba
menarik kembali semua pinjaman mereka, seluruh sistem perbankan akan tenggelam
cukup dalam.
Scbuah rapat dewan tanggal
9 November dibuka dengan mengheningkan cipta satu menit lamanya untuk mengenang
John J. Riordan, ketua Perseroan Dearah dan seorang direktur Kane & Cabot,
yang bunuh diri dengan menembak diri sendiri di rumahnva. Itu adalah bunuh diri
kesebelas di kalangan perbankan di Boston dalam waktu dua minggu. Almarhum
adalah sahabat karib Alan Llyod sendiri. Pak Presiden Direktur melanjutkan
pengumuman bahwa Kane & Cabot telah kehilangan $4 juta. Kelompok Morgan
gagal dalam usaha mempersatukan bank. Dan kini setiap bank diharapkan bertindak
demi keuntungan sendiri. Hampir semua investor kecil bank jatuh. Dan kebanyakan
yang lebih besar mendapat kesulitan uang tunai.. Rakyat banyak yang marah mulai
berkumpul di luar bank di New york. Dan penjaga yang lebih tua harus dilengkapi
dengan Pinkerton. Bila begini ini seminggu lagi, kata Alan, maka setiap orang
dari kelompok kita akan tergusur. Ia mengajukan permohonan berhenti. Tapi para
direktur tak mau tahu tentang hal itu. Kedudukannya tidak berbeda dari kedudukan
setiap presiden direktur setiap bank Amerika yang besar. Tony Simmons juga memohon
pemberhentian. Tapi kolega-kolega direktur tak mau tahu. Tony nampak
seolah-olah ia tak lagi ditakdirkan untuk menggantikan tempat Alan Llyod. Maka
William tetap bungkam menunjukkan budi luhur. Sebagai kompromi Simmons dikirim
ke London untukmenangani investasi luar negeri. Bebas dari marabahaya, demikian
pikir William, yang kini ditunjuk sebagai Direktur Investasi yang mengurusi
seluruh investasi bank. Ia langsung mengundang Matthew Lester bergabung dengannya
sebagai wakilnya. Kali ini Alan Llyod bahkan tidak mengernyitkan alis.
Matthew setuju bergabung
dengan William pada awal musim semi. Itu adalah saat secepat ayahnya dapat
melepaskannya. Keluarga Lester tidak kekurangan kesulitan sendiri. Maka William
menangani sendiri bagian investasi itu hingga Matthew datang. Musim dingin tahun 1929 ternyata menjadi waktu yang
sangat merepotkan baginya. Sebab ia melihat perusahaan kecil maupun besar yang
dijalankan oleh seseorang dari Boston yang ia kenal, gulung tikar. Bahkan sementara lamanya ia bertanya-tanya apakah Kane
& Cabot dapat bertahan hidup.
Pada masa Natal William
tinggal seminggu lamanya di Florida di tempat Kate. Ia menolongnya mengepak
milik Kate dalam kotak teh untuk perjalanan kembali ke Boston. (Kotak-kotak itu
diperbolehkan Kane & Cabot untuk dimiliki Kate sendiri. Demikian goda
Kate.) Hadiah Natal William memenuhi sebuah kotak teh lain lagi. Dan Kate merasa
bersalah atas kemurahan hati William.
“Seorang janda tak berduit
mau berharap ganti memberikan hadiah apa kepadamu?" katanya berpura-pura.
William menjawab dengan mengepak Kate ke dalam kotak teh sisanya. Dan memasang
label “Hadiah William".
Ia kembali ke Boston penuh semangat. Sambil berharap
semoga masa bersama Kate meramalkan permulaan tahun yang lebih baik lagi.Ia
menempati bekasruang kerja Tony Simmons untuk membaca pos pagi. Ia tahu harus
memimpin dua atau tiga rapat likuidasi seperti biasanya yang telah dijadwalkan
pada minggu itu. Ia menanyakan kepada sekretaris siapa yang harus ditemuinya
lebih dahulu.
“Kiranya ada yang bangkrut
lagi, tuan Kane"
“Oh ya, aku ingat kasus
itu. " kata William. Nama itu tak berarti apa-apa baginya.
"Semalam aku
telah membaca berkasnya. Peristiwa sangat menyedihkan. Pukul berapa
gilirannya?"
"Pukul sepuluh. Tapi
orang itu telah berada di lobi menunggu anda, tuan."
"Baik" kata
William. *Antarkan ia masuk. Mari segera kita selesaikan."
William membuka berkasnya
lagi. Untuk mengingatkannya kembali akan fakta-fakta yang menonjol.
Nama klien yang asli
dicoret yaitu Davis Leroy. Sudah diganti dengan nama tamu pagi itu: Abel
Rosnovski.
William masih ingat segar
akan pembicaraannya yang terakhir dengan Tuan Rosnovski. Dan ia menyesalinya.