Kelanjutannya ... sekaligus 2 Bab aja ya ...
Bab 7. Tidak Sengaja Melukai Anak Sahabat
Setelah Li Xun Huan minum anggur,
obat penawarnya bekerja lebih cepat. Setelah dua belas jam, tenaganya berangsur-angsur
pulih.
Hari sudah mulai fajar. Sang
Kusir sama sekali tidak terlelap, namun ia tetap bersemangat. Hanya saja karena
minum terlalu banyak, kepalanya terasa berdenyut-denyut. Tuan Mei Er
memukul-mukul kepalanya, “Sialan. Sialan. Sudah pagi lagi.”
“Kenapa kalau sudah pagi?”
Kata Tuan Mei Er, “Kalau sedang
minum, hal yang paling kubenci adalah fajar. Selama di luar masih gelap, aku
bisa minum selama-lamanya. Tapi kalau sudah tampak cahaya matahari, aku tidak
bernafsu lagi untuk minum.”
Li Xun Huan masih berbaring. Di
bibirnya terbayang seulas senyum. “Bukan hanya kau. Itu problem semua pemabuk.”
Sahut Mei Er, “Kalau begitu,
sebelum betul-betul terang, mari cepat-cepat kita minum arak ini.”
Li Xun Huan tertawa. “Kurasa
kakakmu akan kesal melihat bagaimana kita minum.”
Sahut Mei Er, “Makanya dia sudah
tidur dari tadi. Kalau dia tidak melihat kejadiannya, ia takkan merasa
gelisah.”
Li Xun Huan hendak minum lagi,
namun ia mulai batuk-batuk.
Mei Er memandangnya dan tiba-tiba
bertanya, “Berapa lama suda kau batuk seperti ini?”
“Mungkin sepuluh tahun.”
Mei Er berpikir sebentar, lalu
berkata, “Kalau begitu, seharusnya kau tidak minum lagi. Batuk terlalu banyak
tidak baik untuk hatimu. Kalau kau terus minum….”
Li Xun Huan memotong sambil
tertawa, “Tidak baik untuk hatiku? Hatiku sudah rusak total.”
Tiba-tiba ia berhenti bicara.
Matanya menyelidik. Ia berkata perlahan, “Ada yang datang.”
Kata Mei Er, “Orang yang datang
pagi-pagi buta seperti ini pasti bukan tamu kakakku. Kurasa mereka datang
mencari aku.”
Ia mendengar suara itu dengan
jelas sekarang. Ada beberapa orang yang datang. Langkah mereka semua sangat
ringan. Dan seseorang berbicara lantang, “Apakah di sini betul Klinik Keluarga
Mei?”
Sesaat kemudian terdengarlah
suara Mei Da. “Datang pagi-pagi buta macam ini, kalian perampok atau pencuri?”
Orang itu menjawab, “Kami datang
berkunjung, bukan untuk merampok atau mencuri. Kami
membawa hadiah.”
Mei Da tertawa dingin. “Datang
membawa hadiah di pagi buta? Maksud kalian pasti tidak baik. Silakan pergi.”
Kata orang itu sambil tertawa,
“Jikalau demikian, aku harus membawa pulang lukisan Wang Muo Jie ini.”
Sebelum kalimatnya selesai, pintu
sudah terbuka lebar.
Mei Er mengangkat alisnya,
katanya, “Orang-orang ini menyelidiki kesukaan kakakku sebelum datang. Mereka
pasti menginginkan sesuatu. Mari kita dengarkan apa permintaan mereka.”
Ia tidak keluar dari ruangan.
Dibukanya pintu sedikit saja untuk melihat siapa yang datang.
Ada tiga orang. Yang pertama
berusia tiga puluhan. Tubuhnya pendek, wajahnya seram. Matanya berkilat-kilat.
Tangannya memegang sebuah kotak panjang.
Orang yang kedua wajahnya seperti
buah prun. Jenggotnya panjang sampai ke pinggang. Ia mengenakan jubah ungu.
Wajahnya gagah. Tampak seperti seorang pemimpin.
Yang ketiga adalah seorang anak
berusia sepuluh tahunan. Mukanya bundar, matanya bundar. Ia mengenakan baju
warna merah dengan leher bulu kelinci. Seperti Anak Merah kecil yang didandani.
Selain anak ini, kedua orang yang
lain tampak kuatir dan tidak sabar.
Orang berwajah seram itu memegang
kotak dan membungkuk ke arah Mei Da. Katanya, “Lukisan ini dibeli oleh
majikanku seharga 1000 tail emas. Telah diselidiki keasliannya. Bukalah.”
Mata Mei Da memang tidak pernah
lepas dari kotak itu. Namun sahutnya, “Tidak mungkin kau menghadiahkannya
kepadaku dengan cuma-cuma. Apa yang kau inginkan?”
Orang itu tersenyum. “Kami hanya
ingin tahu di mana Mei Er berada.”
Mei Da langsung bernafas lega,
katanya, “Mudah saja.”
Segera disambarnya kotak itu dari
tangan orang itu. Teriaknya, “Adik kedua, keluarlah. Ada yang ingin bertemu.”
Mei Er menghela nafas,
menggelengkan kepala kesal. “Kurang ajar. Setelah kau dapatkan lukisan, kau tak
peduli pada adikmu sendiri.”
Orang tua berjubah ungu dan orang
berwajah seram itu langsung melihat Mei Er. Wajah keduanya tampak gembira.
Hanya anak kecil itu yang menggeleng-gelengkan kepalanya, lalu bertanya,
“Lihatlah orang ini. Apakah dia kelihatan seperti orang yang bisa
menyembuhkan?”
Sahut Mei Er, “Aku tak bisa menyembuhkan
orang yang sakit parah, tapi aku takkan membunuh orang yang sakit ringan. Aku
ada di tengah-tengah.”
Orang tua berjubah ungu itu
kuatir anak itu akan salah bicara lagi, sehingga cepat-cepat dikatakannya,
“Telah lama kudengar bahwa kau memiliki ‘tangan yang bisa menghadirkan musim
semi’. Jadi aku datang, berharap bisa membawamu pergi sebentar. Berapa banyak
uang yang kau minta, aku dapat membayarnya di muka.”
Mei Er tertawa. “Sepertinya kau
sudah paham dengan kebiasaanku. Tidakkah kau takut aku akan
melarikan diri?”
Orang tua berjubah ungu terdiam,
seakan-akan hendak berkata bahwa Mei Er tidak mungkin dapat melarikan diri.
Orang yang pendek itu pun
kemudian memaksakan diri tertawa, dan berkata, “Jika Tuan Mei Er bersedia
pergi, kami akan memberikan lebih daripada sekedar emas dan perak.”
Mei Er melanjutkan lagi, “Selain
pembayaran, tahukah kau bahwa aku punya kebiasaan lain? Perampok tak akan
kurawat. Pencuri tak akan kesembuhkan.”
Orang pendek itu tersenyum sambil
berkata, “Namaku adalah Ba Ying. Walaupun aku bukan siapa-siapa, orang ini, Qin
Xiao Yi, Tuan Qin cukup terkenal dalam dunia persilatan. Pasti Tuan Mei Er
pernah mendengar tentang dia.”
Sahut Mei Er sambil memandang
orang berjubah ungu itu, “Qin Xiao Yi? Engkau adalah ‘Si Semangat Baja
Terbentang ke Delapan Arah’ Qin Xiao Yi?”
Sahut Ba Ying, “Benar. Ia adalah
majikanku.”
Mei Er menganggukkan kepalanya,
katanya, “Kelihatannya kau cukup bonafid. Baiklah. Datang beberapa hari lagi,
dan mungkin aku akan pergi denganmu.
Sebelum ia selesai bicara, Anak
Merah itu telah melompat, dan berteriak, “Orang ini sombong betul. Hei, kenapa
kita harus membuang-buang waktu berbicara dengan dia? Kita tangkap saja,
masalah selesai.”
Ba Ying menarik baju anak ini,
dan memaksakan untuk tersenyum. “Jika penyakitnya tidak kritis, tidak apalah
menunggu beberapa hari. Tapi kita tidak dapat menunggu bahkan beberapa jam
saja.”
Sahut Mei Er, “Jadi pasienmu
penting, dan pasienku tidak penting?”
Kata Ba Ying, “Maksud Tuan Mei
Er, kau punya pasien di sini?”
“Betul sekali. Sebelum aku
memulihkannya aku tak bisa pergi.”
Ba Ying berkata terbata-bata,
“Ta..tapi pasienku adalah putra tertua Qin Xiao Yi. Ia adalah murid
terbaik Shaolin.”
Sergah Mei Er tak senang, “Lalu
kenapa kalau dia adalah putra Qin Xiao Yi. Atau murid Shaolin. Apakah menurutmu
dia lebih berharga daripada pasienku?”
Saat ini amarah Qin Xiao Yi sudah
meluap, tapi ia tidak bisa berkata apa-apa.
Mata Anak Merah itu berputar,
lalu berkata tiba-tiba, “Bagaimana jika pasienmu mati?”
Mei Er tertawa dingin, “Jika dia
mati, tentu saja aku tak perlu lagi merawat dia. Sayangnya, dia tidak mungkin
mati.”
Si Anak Merah tertawa cekikikan,
katanya, “Jangan terlalu yakin.”
Secepat kilat ia lari masuk ke
ruang dalam. Bahkan Sang Kusir pun terpana. Ba Ying dan Qin Xiao
Yi hanya saling pandang, namun
tidak mencegah anak itu.
Setelah ada di dalam ruangan,
Anak Merah itu langsung melihat pada Li Xun Huan, katanya sombong, “Jadi kaulah
pasien itu.”
Li Xun Huan tersenyum. “Adik
kecil, benarkah kau ingin aku mati sekarang juga?”
Si Anak merah menjawab, “Betul.
Jika kau mati, maka si tua bangka itu bisa pergi merawat Kakak Qin.”
Selagi ia masih berbicara, tiga
anak panah kecil telah melesat dari lengan bajunya, terarah pada dahi dan tenggorokan
Li Xun Huan. Kecepatan dan tenaganya kuat sekali.
Tak ada yang mengira bahwa anak
sepuluh tahun ini sungguh berbisa. Jika orang itu bukan Li Xun Huan, pasti ia
sudah tergeletak mati.
Namun Li Xun Huan dengan tenang
melambaikan tangannya dan menangkap ketiga panah itu. Katanya kemudian, “Kau
masih sangat muda, tapi sudah begitu kejam. Aku tak bisa membayangkan seperti
apa engkau setelah dewasa.”
Si Anak Merah tertawa dingin.
“Kau pikir hanya dengan mempertontonkan kepintaranmu menangkap panah, lalu kau
bisa mengguruiku?”
Tiba-tiba, sambil membalikkan
badan, dihunusnya sebilah pedang pendek. Dan sebelum berakhir kalimatnya, tujuh
sabetan telah menyerang Li Xun Huan.
Anak ini bukan hanya cepat dan
gesit, ia juga sangat berbahaya. Banyak pendekar yang lebih berpengalaman pun
tak bisa menandinginya. Ia bertempur, seolah-olah lawannya adalah musuh
bebuyutannya, dan satu-satunya keinginannya adalah melubangi tubuh Li Xun Huan
dengan pedangnya.”
Kata Li Xun Huan, “Sungguh, anak
ini akan tumbuh menjadi Yin Wu Ji berikutnya.”
Kata Sang Kusir, “Walaupun
julukan Yin Wu Ji adalah Si Pedang Darah, ia tidak pernah membunuh orang yang
tidak berdosa. Tapi anak ini….”
Si Anak Merah tersenyum seperti
setan kecil. “Bagaimana dengan Yin Wu Ji. Aku sudah membunuh orang sejak umur
tujuh tahun. Bagaimana dengan dia?”
Ia melihat Li Xun Huan masih
tetap duduk di tempat yang sama, maka diubahlah jurus-jurusnya. Semakin dahsyat
dan mematikan.
Li Xun Huan tersenyum getir.
“Betul sekali. Bahkan Yin Wu Ji pun mungkin tidak sekejam ini dalam usia semuda
engkau.”
Wajah Sang Kusir menjadi kelam.
“Jika ia tumbuh dewasa, ia pasti berbahaya untuk masyarakat. Mungkin….”
Si Anak Merah telah mengeluarkan
seratus jurus, namun belum juga bisa menang. Akhirnya ia menyadari bahwa dia
telah bertemu lawan yang sangat tangguh. Ia merasa sangat marah, sampai matanya
pun menjadi merah. Dikertakkan giginya dan katanya, “Tahukah kau siapa orang
tuaku? Jika kau lukai aku, mereka akan mencincangmu hidup-hidup.”
Li Xun Huan menjadi berang,
katanya, “Jadi hanya kau saja yang boleh membunuh orang, tapi mereka tidak
boleh melukaimu?”
Sahut Si Anak Merah, “Jika kau
memang punya nyali, silakan saja bunuh aku.”
Li Xun Huan merasa ragu-ragu
untuk sesaat. Lalu katanya, “Aku masih tidak ingin membunuhmu, sebab engkau
masih sangat muda. Dengan didikan yang baik, engkau masih ada kesempatan
menjadi orang yang baik. Pergilah sekarang, sebelum aku berubah pikiran.”
Anak Merah inipun tahu bahwa kali
ini dia tidak punya kesempatan untuk menang. Ditariknya pedangnya, lalu
bertanya, “Ilmu silatmu sungguh hebat. Siapakah engkau? Mengapa aku belum
pernah bertemu denganmu?”
Sahut Li Xun Huan, “Kau tanyakan
namaku, supaya bisa membalas dendam?”
Tiba-tiba di wajah Si Anak Merah
terbayang senyum yang sangat lugu, katanya, “Kau tidak membunuhku, mengapa aku
harus membalas dendam? Aku sungguh menghormati engkau. Aku telah mengeluarkan
seratus tujuh jurusku, namun engkau tidak bergerak sejengkalpun.”
Mata Li Xun Huan bercahaya, “Kau
ingin belajar dariku?”
Si Anak Merah menjadi sangat
girang, tanyanya, “Benarkah kau mau menerima aku sebagai muridmu?”
Li Xun Huan tersenyum. “Jika aku
dapat membantu orang tuamu untuk menjagamu, mungkin kau masih punya kesempatan
di kemudian hari.”
Sebelum ia selesai bicara, Anak
Merah ini telah berlutut di hadapannya, katanya, “Didiklah aku, dan terimalah
sembah sujud murid.”
Waktu kata ‘murid’ diucapkannya,
tiga kilat sinar melesat dari belakang bajunya.
Tubuh anak ini penuh senjata
rahasia.
Li Xun Huan terkejut setengah
mati. Jika ia belum berpengalaman, dan jika gerak refleksnya tidak secepat
kilat, ia pasti sudah mati di tangan anak ini.
Si Anak Merah, waktu melihat Li
Xun Huan belum mati juga, segera bangkit, dan berteriak, “Kau pikir kau ini
siapa? Berani-beraninya kau hendak mendidikku menggantikan orang tuaku. Kau
pikir kau pantas jadi guruku?”
Wajah Sang Kusir menjadi sedingin
es dan berkata, “Seseorang yang punya hati berbisa seperti ini, tidak pantas
hidup.”
Li Xun Huan menghela nafas.
Diputarnya telapak tangannya dan dihempaskannya ke depan.
Qin Xiao Yi dan Ba Ying tahu
bahwa Si Anak Merah masuk ke dalam untuk membunuh orang.
Namun seincipun mereka tidak
bergerak.
Mei Da melamun memandangi lukisan
barunya. Tak peduli apapun yang sedang terjadi di dunia.
Sebaliknya Mei Er bertanya, “Anak
yang kalian bawa, saat ini sedang berusaha membunuh orang. Dan kalian diam
saja?”
Ba Ying mengangkat tangannya dan
tersenyum. “Jujur saja, walaupun kami mau, kami tak dapat mencegahnya.”
Mei Er tersenyum dingin, “Namun
kalau dialah terbunuh hari ini, pedulikah engkau?”
Ba Ying tidak menjawab, namun
tetap tersenyum.
Kata Mei Er, “Melihat ekspresimu,
aku tahu bahwa dalam pandanganmu ilmu silatnya cukup tinggi. Jadi hanya dialah
yang dapat membunuh orang. Orang lain takkan sanggup membunuhnya, bukan?”
Ba Ying hanya dapat menahan
tawanya. “Jujur saja, ilmu silatnya memang hebat. Banyak pesilat tangguh telah
mati di tangannya. Dan lagi, ia punya ayah dan ibu yang hebat. Walaupun banyak
orang telah dirugikan, mereka tak dapat berbuat apa-apa.”
“Jadi orang tuanya tidak mau
mengaturnya?”
‘Untuk anak sepandai ini, orang
tua sebaiknya tidak mengekang terlalu keras.”
Sahut Mei Er, “Kau benar. Waktu
orang tuanya melihat dia membunuh orang, mereka mungkin menegurnya di depan
orang-orang. Namun dalam lubuk hati mereka, mereka lebih bahagia dari siapapun
juga. Sayangnya, hari ini ia bertemu dengan pasienku. Hari ini hari sialnya.”
Lanjut Mei Er, “Pasienku hanya
perlu mengibaskan tangannya, dan nyawa anak itupun akan melayang.”
Ba Ying tertawa. “Hanya
mengibaskan tangannya untuk membunuh dia? Aku rasa tidak mungkin. Maksudmu,
pasien itu adalah Li Tan Hua, Si Pisau Terbang pencabut nyawa, yang tak pernah
luput?”
Mei Er mendesah. “Jujur saja,
pasienku ini memang Li Xun Huan.”
Waktu didengarnya kalimat ini,
wajah Ba Ying langsung pucat pasi. Dia tertawa kering. “Mengapa kau…. bercanda
seperti ini?”
Sahut Mei Er, “Jika kau tidak
percaya, lihat saja sendiri.”
Ba Ying segera merangsak ke dalam
sambil berteriak, “Pahlawan Li, Li Tan Hua, sayangkanlah nyawanya!”
Mei Er mengeluh. “Orang-orang
yang mengaku gagah ternyata kosong melompong. Hanya hidup anak-anaknya sendiri
yang dianggap berharga. Hidup orang lain tak ada artinya. Hanya mereka yang
boleh membunuh. Orang lain tak boleh menyentuh mereka.”
Di wajah Qin Xiao Yi yang tegang
tiba-tiba terbentuk seulas senyuman.
Ia berusaha keras untuk menahan
senyumnya. Malahan berkata, “Jika Li Xun Huan berani membunuh anak itu, ia akan
menyesal seumur hidup.”
Waktu telapak tangan Li Xun Huan
maju, tidak tampak adanya gerakan yang aneh.
Walaupun Si Anak Merah masih
kecil, ia sudah berpengalaman. Ia melihat telapak tangan itu, namun tidak
menghindar atau menangkis. Ia pikir, lawan hanya berusaha mengalihkan perhatiannya,
dan jurus yang mematikan akan datang sesudahnya. Ia hanya terus menyabetkan
pedangnya.
Telapak tangan itu tidak
mengandung jurus, namun pedang dapat berubah arah sewaktu-waktu. Walaupun
telapak tangan Li Xun Huan dapat memukul anak itu, pedang anak itu pun dapat
melukai Li Xun Huan.
Jurus-jurus pedangnya sungguh
hebat. Hanya sedikit pesilat saja yang mampu menandingi kecepatannya,
tenaganya, ketepatannya, dan perhitungannya. Bukan gurunya yang hebat. Anak ini
memang mempunyai bakat alami.
Tapi sayang, kali ini ia
berhadapan dengan Li Xun Huan.
Walaupun telapak tangannya tidak
mengandung jurus, gerakan sangat sangat cepat. Kecepatannya tak terbayangkan.
Jadi berapa banyak gerak tipu
yang dikuasai Si Anak Merah, ia takkan sempat menggunakannya. Sebelum pedangnya
mengenai Li Xun Huan, telapak tangannya telah memukul dada anak itu.
Namun Si Anak Merah tidak merasa
sakit. Ia hanya merasa suatu sensasi yang aneh menjalar ke sekujur tubuhnya.
Rasanya seperti sehabis minum anggur hangat.
Pada saat yang sama, seseorang
menubruk masuk sambil berteriak, “Pahlawan Li. Sayangkanlah
nyawanya!”
Namun Si Anak Merah telah
telentang di tanah. Seakan-akan baru bangun dari tidur. Badannya
terasa lemah sekali, dan ia tidak
bisa bergerak.
Tanya Ba Ying kuatir, “Tuan Muda
Yun, engkau baik-baik saja?”
Si Anak Merah menyadari ada
sesuatu yang salah. Matanya merah. “Sep… sepertinya aku telah
dilukai dengan dalam oleh orang
ini. Cepat. Beritahu ayahku untuk datang membalas dendam.”
Lalu ia pun menangis
meraung-raung.
Ba Ying tak tahu apa yang harus
dilakukannya. Keringat bercucuran dari dahinya.
Sang Kusir berkata dingin.
“Kungfu anak ini telah dimusnahkan, namun setidaknya ia tetap hidup. Itu hanya
karena Tuan Mudaku sungguh welas asih. Jika itu aku…..”
Ba Ying pura-pura tidak
mendengar.
“Jika kau ingin membalas dendam,
silakan saja.”
Ba Ying diam saja. Lalu ia
berlutut di depan Li Xun Huan.
Li Xun Huan terperangah,
tanyanya, “Apa hubunganmu dengan anak ini?”
Sahut Ba Ying, “Namaku Ba Ying.
Li Tan Hua pasti tidak mengenal aku. Namun aku mengenal Li Tan Hua.”
Kata Li Xun Huan, “Bagus. Jika
orang tua anak ini ingin membalas dendam, beri tahu mereka untuk mencariku.”
Si Anak Merah terus menangis
meraung-raung, dan berteriak-teriak, “Kau jahat sekali! Berani-beraninya kau
musnahkan kungfuku. Aku tidak mau hidup lagi… tidak mau hidup lagi.”
Sang Kusir membentaknya, “Ini
pengajaran bagimu untuk tidak menyakiti orang lain. Jika kau mengerti, kau
mungkin dapat hidup lebih lama. Kalau tidak, kau akan segera mati.”
Lalu terdengar seseorang berkata,
“Kalau begitu, mengapa Li Tan Hua yang berdarah dingin belum mati juga?”
“Siapa itu?”
Seorang tua berjubah ungu masuk.
“Sudah sepuluh tahun. Li Tan Hua tidak mengenaliku lagi?”
Li Xun Huan tersenyum, sahutnya,
“Oh, Si Semangat Baja Terbentang ke Delapan Arah, Tuan Qin. Tak heran anak ini
dapat membunuh tanpa ragu-ragu. Bersama denganmu, siapa yang tak dapat
dibunuhnya?”
Qin Xiao Yi menjawab dingin,
“Kurasa orang yang kubunuh tak sampai setengah dari yang Saudara Li bunuh.”
Kata Li Xun Huan, “Tuan Qin tak
perlu merendah. Hanya saja, jika aku membunuh, itu karena aku adalah pembunuh
berdarah dingin. Jika kau membunuh, itu demi keadilan dunia!”
Ia menjengek dan lanjutnya, “Jika
anak ini berhasil membunuhku, kabar yang tersiar pasti adalah bahwa dia
membunuh bukan karena berebut tabib, tapi karena dia dan Pahlawan Qin
bahumembahu memberantas kejahatan. Begitu kan?”
Walaupun Qin Xiao Yi telah
berpengalaman dan tahu bagaimana menjaga raut wajahnya tetap tenang, tak urung
warna merah merayapi selebar wajahnya.
Si Anak Merah yang tadinya
mendengarkan dengan seksama, kini mulai meraung-raung lagi, “Paman Qin. Mengapa
tak kau bunuh dia untuk membalaskan dendamku?”
Qin Xiao Yi tersenyum dingin. “Jika
orang lainlah yang melukaimu, pasti dendammu akan dibalaskan. Tapi karena orang
inilah yang melukaimu, kau takkan bisa berbuat apa-apa.”
Kata Si Anak Merah, “Ke…kenapa?”
Qin Xiao Yi memandang Li Xun
Huan, lalu bertanya pada anak itu, “Tahukah kau siapa dia?”
Si Anak Merah menggelengkan
kepalanya dan berkata keras, “Aku hanya tahu dia adalah seorang penjahat
kejam!”
Seulas senyum keji terbayang di
wajah Qin Xiao Yi. “Dia adalah ‘Si Jago Golok nomor Satu di Kolong Langit’ yang
terkenal di seluruh dunia, Li Xun Huan. Dia dan ayahmu adalah saudara angkat
sehidup semati!”
Waktu mendengar kata-kata ini Si
Anak Merah sangat terkejut, namun Li Xun Huan merasa hampir pingsan. “Siapa
ayahnya?”
Ba Ying mendesah, katanya, “Ia
adalah Long Xiao Yun, anak tertua Tuan Keempat Long, Long Xiao Yun!”
[Penulisan nama ayah dan anak
dalam huruf romawi sama persis. Untuk selanjutnya, untuk ayahnya akan ditulis
sebagai Long Xiao Yun, dan untuk anaknya Long Xiao Yun muda]
Saat itu, nyawa Li Xun Huan
seperti terbang meninggalkan raganya. Matanya berkejap-kejap, dan air mata pun
mengalir.
Ekspresi Sang Kusir pun berubah.
Keringat mulai membasahi dahinya.
Ia tahu benar tentang hubungan Li
Xun Huan dengan pasangan Long Xiao Yun dan Lin Shi Yin. Sekaranga ia melukai
putra mereka. Dapat dibayangkannya betapa hancur hati Li Xun Huan.
Kata Ba Ying, “Aku tak menyangka
akan jadi seperti ini. Semuanya berawal ketika putra Tuan Qin hendak menangkap
Si Bandit Bunga Plum. Sayangnya ia terluka dalam pertempuran itu. Dengan obat-obatan
kami yang terbaik, kami berhasil menyelamatkan nyawanya. Namun ia perlu
pertolongan lebih lanjut untuk terus hidup. Kami tahu bahwa Si Tabib Sakti Tuan
Mei Er adalah ahli menyembuhkan luka nomor satu di dunia, terlebih khusus luka
akibat senjata rahasia. Oleh sebab itulah kami datang. Siapa sangka malah jadi
begini.”
Ia bicara pada dirinya sendiri,
tak ada yang mendengarkan.
Mei Er juga dapat merasakan
kepdihan pada wajah Li Xun Huan. Ia memeriksa luka Si Anak Merah, lalu bangkit
berdiri. “Anak ini tak kurang suatu apapun. Ia dapat melakukan apa saja, sama
seperti orang lain.”
“Bagaimana dengan ilmu silatnya?”
Sahut Mei Er dingin, “Mengapa dia
perlu ilmu silat? Masih ingin membunuh lagi?”
Kata Ba Ying, “Tuan Mei Er, kau
tidak paham. Tuan Keempat Long hanya punya satu putra, dan ia sangat berbakat
dalam ilmu silat. Pasangan itu menaruh harapan yang begitu besar padanya.
Berharap ia akan dapat membawa kehormatan bagi keluarganya. Jika mereka tahu,
ia tidak bisa lagi belajar ilmu silat, betapa sedihnya hati mereka.”
Mei Er tertawa dingin, “Kau hanya
bisa menyalahkan pendidikannya yang sangat jelek. Membiarkan putra mereka
menjadi begini kejam. Itu bukan salah orang lain!”
Li Xun Huan tidak menangkap satu
pun kata percakapan ini.
Entah mengapa, ia tiba-tiba
tenggelam ke masa lalu. Begitu banyak kenangan lama, yang tidak seharusnya
dibangunkan, bermunculan satu per satu.
Ia ingat hari itu adalah hari
ketujuh di tahun yang baru. Ia mempunyai sedikit urusan penting, sehingga ia
harus pergi dari rumah sebelum perayaan tahun baru selesai.
Hari itu, juga turun salju. Lin
Shi Yin memasak masakan yang khusus. Ia pun duduk menemani Li Xun Huan minum
anggur dan menikmati salju yang turun.
Lin Shi Yin tumbuh dewasa di
rumahnya. Ayahnya adalah saudara laki-laki istri muda ayah Li Xun Huan. Sebelum
mereka meninggal, mereka telah membicarakan tentang pernikahan anak-anak
mereka.
Akan tetapi Li Xun Huan dan Lin
Shi Yin tidaklah seperti anak-anak orang kaya pada umumnya, yang suka menjaga
jarak. Mereka bukan hanya sepasang kekasih, mereka adalah sahabat karib.
Walaupun sepuluh tahun telah
berlalu, Li Xun Huan mengingat hari itu bagai hari kemarin saja.
Hari itu bunga plum mekar sangat
indah. Namun senyum Lin Shi Yin yang sudah setengah mabuk jauh lebih indah
daripada bunga plum. Hatinya yang lugu dipenuhi dengan sukacita dan
kebahagiaan.
Namun…. tragedi menunggu di depan
pintu.
Dalam perjalanan, musuh-musuhnya
berkomplot dengan preman-preman lokal untuk membunuh dia. Walaupun sembilan
belas orang dapat dibunuhnya, ia pun terluka. Mereka menangkapnya dan
memasukkannya ke dalam kurungan.
Saat itulah Long Xiao Yun tiba.
Dengan tombak perak dirusaknya
kurungan itu, sehingga nyawa Li Xun Huan selamat. Lalu dirawatnya luka-luka Li
Xun Huan dengan sabar, sampai sembuh betul. Lalu diantarnya Li Xun Huan pulang.
Sejak saat itulah mereka menjadi
sahabat karib.
Namun tidak berapa lama kemudian,
Long Xiao Hun jatuh sakit. Orang yang kuat seperti dia, sakit parah dalam
setengah bulan saja, tubuhnya menjadi sangat kurus.
Setelah ia bertanya berkali-kali,
baru Li Xun Huan tahu bahwa penyakit Long Xiau Yun disebabkan oleh Lin Shi Yin.
Ia telah jatuh cinta, sampai hampir jadi gila.
Ia tidak tahu bahwa Lin Shi Yin
adalah tunangan Li Xun Huan. Oleh sebab itu, ia minta izin pada Li Xun Huan
untuk boleh menikah dengan ‘sepupunya’. Ia berjanji, ia akan menjaganya sepenuh
hati.
Bagaimana Li Xun Huan harus
menjawabnya?
Namun bagaimana mungkin ia hanya
berpangku tangan melihat penolongnya, sahabat karibnya, mati perlahan-lahan?
Di lain pihak, tidak mungkin ia
bisa membujuk Lin Shi Yin untuk menikah dengan orang lain. Ia tidak mungkin
mau.
Hatinya menjadi penuh duka cita,
penuh kontradiksi. Ia hanya dapat menemukan sedikit ketenangan dalam anggur.
Setelah lima hari lima malam minum, akhirnya ia mengambil keputusan bulat.
Keputusan yang paling pahit seumur hidupnya.
Ia memutuskan untuk membiarkan
Lin Shi Yin meninggalkannya.
Ia harus memberikan jalan bagi
Lin Shi Yin dan Long Xiao Yun untuk bertemu.
Ia mulai hidup tidak karuan.
Walaupun Lin Shi Yin membujuknya untuk berubah, ia hanya tertawa saja. Bahkan
membawa dua pelacur terkenal pulang ke rumah.
Setelah dua tahun, hati Lin Shi
Yin akhirnya hancur luluh. Seluruh impiannya hancur berantakan.
Rencana Li Xun Huan telah
berhasil. Namun kemenangannya dipenuhi dengan kesedihan, dan rasa sakit bukan
kepalang. Bagaimana mungkin dia dapat terus berada di sana dan terus melihat
bunga plum itu?
Maka diberikannya seluruh rumah
dan isinya sebagai hadiah pernikahan mereka. Lalu ia pergi sendirian. Telah
diputuskannya, tak akan pernah ditemuinya Lin Shi Yin lagi.
Namun sekarang, ia telah melukai
anak tunggal mereka.
Li Xun Huan menelan kenangan
pahit ini, dan menelan air matanya. Ia bangkit berdiri dan berkata, “Di mana
Tuan Keempat Long? Aku ikut engkau untuk menemuinya.”
Plakat bertuliskan ‘Taman Li’
kini berganti menjadi ‘Puri Awan Riang’. Namun tulisan di sebelah kiri kanannya
masih terpampang.
‘Satu keluarga, tujuh kelulusan
ujian’
‘Ayah anak, ketiganya menjadi Tan
Hua’
Li Xun Huan memandangi tulisan
ini, seakan-akan seseorang menendang perutnya.
Ba Ying telah menggendong Si Anak
Merah masuk. Qin Xiao Yi pun menarik Mei Er bersamanya. Namun orang-orang di
sana menatap Li Xun Huan.
Mereka semua heran mengapa orang
asing ini memandangi tempat ini begitu rupa?
Bab 8. Masa Lalu Tak Mungkin
Diubah
Dulu taman ini adalah milik Li
Xun Huan. Ia tumbuh di sini. Masa kecilnya menyenangkan dan penuh kenangan
indah. Namun demikian, di tempat ini pulalah ia mengantarkan kedua orang tuanya
dan kakaknya ke tempat peristirahatan mereka yang terakhir.
Siapa sangka, ia menjadi orang
asing di tempat ini.
Li Xun Huan tersenyum. Sebuah
lagu teringat olehnya, “Lihat dia sedang membangun rumah. Lihat dia sedang
menjamu tamu. Lihat rumahnya hancur berantakan.”
Ia sungguh memahami lagu ini
sekarang. Memahami pertemuan dan perpisahan dalam hidup, lagu sendu kehidupan.
Sang Kusir berkata pelan, “Tuan
Muda, mari kita masuk.”
Li Xun Huan menarik nafas panjang,
tertawa getir, dan berkata, “Karena kita sudah ada di sini, cepat atau lambat
kita harus masuk, bukan?”
Baru saja kakinya melangkah masuk
ke pintu depan, seorang laki-laki tiba-tiba berteriak kasar, “Siapa kau?
Berani-beraninya kau masuk ke rumah Tuan Keempat Long!”
Seseorang dengan wajah burik,
mengenakan mantel bulu domba, dan tangannya memegang sangkar burung, datang dan
menghalangi langkah Li Xun Huan.
Kata Li Xun Huan, “Kau adalah….”
Si wajah burik berkacak pinggang
dan menjawab galak, “Aku adalah pengurus rumah tangga di sini. Anak gadisku
adalah adik angkat Nyonya Long. Apa maumu?”
Sahut Li Xun Huan, “Mmmm…. kalau
begitu, aku menunggu di sini saja.”
Si wajah burik tertawa dingin dan
berkata, “Kau tak boleh menunggu di sini. Kau pikir pintu depan rumah Tuan Long
ini tempat nongkrong?”
Sang Kusir sangat geram, namun ia
berusaha keras menahan diri.
Lalu si wajah burik berteriak
lagi, “Aku suruh kalian pergi! Apakah kalian berlagak tuli?”
Li Xun Huan masih dapat menahan
geramnya, namun Sang Kusir tak tahan lagi.
Baru saja hendak dihajarnya orang
burik itu, terdengar suara tergesa-gesa dari dalam, “Xun Huan, Xun Huan,
benarkah kau yang datang?”
Seorang laki-laki setengah umur
yang gagah dan berpakaian indah keluar, wajahnya penuh dengan kegembiraan dan
harapan. Segera setelah dilihatnya Li Xun Huan, ia memeluk Li Xun Huan
erat-erat, katanya, “Aku benar. Betul-betul kau….betul-betul kau….”
Bahkan sebelum selesai berbicara,
air matanya telah berlinang-linang.
Bagaimana mungkin Li Xun Huan
tidak mempunyai perasaan yang serupa, katanya, “Saudaraku…”
Si wajah burik hanya bisa melongo
dan berdiri di situ seperti orang tolol.
Long Xiao Yun terus-menerus
berkata, “Saudaraku, aku selalu ingat padamu selama bertahuntahun ini… ingat
padamu….”
Diucapkannya kalimat ini
berulang-ulang, dan akhirnya ia tertawa dan berkata, “Kita saudara angkat
bertemu kembali adalah peristiwa yang bahagia. Mengapa kita malah menangis
seperti nenek-nenek…”
Ia terus tertawa-tawa dan
mengajak Li Xun Huan masuk. Lalu ia berseru, “Panggilkan Nyonya. Semua orang
kemari. Mari kuperkenalkan dengan saudara angkatku. Kau tahu siapa dia? Hehehe…
aku jamin kalian pasti kaget.”
Sang Kusir memandang mereka, di
matanya air mata sudah mengambang. Hatinya terasa masam, tak tahu apakah ini
kebahagiaan, atau kesedihan.
Baru sekarang si wajah burik
bernafas lagi. Sambil dipukul-pukulnya kepalanya ia berkata, “Mati aku, ia
adalah Li…. Li Tan Hua. Katanya rumah ini adalah hadiahnya kepada Tuan dan
Nyonya. Tapi aku malah menghalangi dia masuk. A…aku pantas mati.”
Si Anak Merah, Long Xiao Yun
muda, duduk di sofa besar di ruang keluarga, dikelilingi beberapa orang. Ia
tahu sekarang bagaimana hubungan Li Xun Huan dengan ayahnya, sehingga ia jadi
merasa sangat takut. Bahkan untuk menangis pun tidak berani.
Namun pada saat Long Xiao Yun
membawa masuk Li Xun Huan, dua orang yang berdiri dekat Long Xiao Yun muda
segera maju. Sambil menuding Li Xun Huan, seorang berkata, “Apakah kau yang
melukai Tuan Muda Yun?”
Sahut Li Xun Huan, “Benar.”
Orang itu berkata lagi, “Bagus.
Kau memang punya nyali.”
Dua orang, satu dari kiri dan
satu dari kanan menyerang Li Xun Huan bersamaan.
Li Xun Huan tidak bergerak sama
sekali, namun Long Xiao Yun menyorongkan telapak tangannya dan menendang sambil
melompat, menyelesaikan kedua penyerang itu. Dengan marah ia berteriak,
“Berani-beraninya kau menyerang dia! Kalian berdua memang punya nyali. Tahukah
kalian siapa dia?”
Kedua penjilat ini tak menyangka
bahwa perbuatan mereka menjadi senjata makan tuan.
Salah seorang berkata tergagap,
“Ka..kami hanya berusaha membantu Tuan Muda…”
Long Xiao Yun berkata dengan
penuh wibawa, “Apa maksud kalian? Putra Long Xiao Yun adalah putra Li Xun Huan.
Ia berhak mendidik anak itu. Jika ia mengambil nyawa setan kecil itu pun, bukan
masalah bagiku.”
Tambahnya lagi, “Mulai saat ini,
masalh ini tak perlu diungkit-ungkit lagi. Siapa yang berani mengungkitnya,
berarti dengan sengaja mencari permusuhan dengan aku!”
Li Xun Huan berdiri mematung, tak
tahu harus merasa apa.
Jika Long Xiao Yun memaki-maki
dia, atau memutuskan persaudaraan mereka, mungkin ia malah merasa lebih lega.
Namun sebaliknya, Long Xiao Yun menilai hubungan mereka sangat berharga,
membuat Li Xun Huan semakin merasa bersalah dan tertekan. “Saudaraku, aku tak
menyangka….”
Long Xiao Yun menepuk pundaknya,
dan berkata sambil tersenyum, “Saudaraku, sejak kapan kau jadi pemalu? Anak
berandalan ini terlalu dimanja oleh ibunya. Tidak seharusnya aku mengajari dia
kungfu.”
Lanjutnya, “Ayo, ayo. Ambilkan
anggur kemari. Siapa yang dapat membuat kami bersaudara mabuk akan kuberi 500
tail perak.”
Ketika ia bicara tentang uang
itu, siapakah dalam ruangan itu yang tidak menjadi rakus? Semua orang segera
berlomba-lomba menyulangi mereka.
Terdengar suara berkata, “Nyonya
telah tiba.”
Akhirnya Li Xun Huan berjumpa
lagi dengan Lin Shi Yin.
Walaupun Lin Shi Yin bukan wanita
sempurna, kecantikannya pun tak dapat disangkal. Wajahnya pucat, tubuhnya
kurus, dan matanya, walaupun sangat cerah, tapi pandangannya dingin. Namun
perilakunya, keanggunannya, tak ada bandingannya.
Apapun yang terjadi, ia dapat
membuat kehadirannya dirasakan orang. Siapapun yang berjumpa dengannya, takkan
dapat melupakannya.
Wajah ini telah hadir dalam benak
Li Xun Huan ribuan kali. Namun setiap kali selalu tampak sangat, sangat jauh.
Setiap kali Li Xun Huan akan
memeluknya, ia selalu bangun dari mimpinya, dengan sekujur tubuh berkeringat
dingin. Memandangi malam yang kelam dan dingin, menunggu datangnya fajar dengan
hati perih. Namun setelah pagi tiba pun, ia tetap merasa hancur, tetap
kesepian.
Kini wanita dalam mimpinya berada
di depan matanya. Namun kenyataan kadang-kadang lebih kejam daripada
angan-angan. Dalam kenyataan, ia tidak punya pilihan untuk melarikan diri. Ia
hanya bisa menggunakan senyum untuk menyembunyikan perasaan yang sesungguhnya.
Ia memaksakan diri untuk tersenyum, sapanya, “Kakak ipar, apa kabar?”
‘Kakak ipar’.
Wanita impiannya kini telah
menjadi kakak iparnya. Sang Kusir memalingkan wajahnya, tak kuasa melihat lebih
jauh. Karena hanya dia seoranglah yang tahu bagaimana menyakitkannya bagi Li
Xun Huan untuk memanggilnya ‘kakak ipar’.
Jika ia ada di tempat Li Xun
Huan, ia tidak yakin ia mampu mengucapkannya. Ia tidak tahu, sanggupkah ia
menerima kenyataan sepahit itu.
Jika ia tidak memalingkan
wajahnya, air matanya pasti sudah berlinang-linang.
Namun, Lin Shi Yin sepertinya
tidak mendengar sapaannya.
Kesedihannya tertumpah seluruhnya
pada putranya.
Waktu anak ini melihat ibunya,
segera ia berlari ke pelukannya, lalu kembali menangis meraungraung,
“Aku tidak bisa lagi belajar
kungfu, aku sudah cacad. A…Aku tak mau hidup lagi!”
Lin Shi Yin memeluknya erat-erat,
tanyanya, “Siapa yang melukaimu?”
Si Anak Merah menjawab cepat,
“DIA!”
Kepala Lin Shi Yin berputar ke
arah yang ditunjuk olek putranya, dan matanya bertemu dengan wajah Li Xun Huan.
Ia menatap Li Xun Huan,
seakan-akan menatap seorang asing. Sedikit demi sedikit kebencian merebak di
matanya. Ia berkata sekata demi sekata, “Kau…. Benarkah kau yang melukainya?”
Li Xun Huan hanya dapat
mengangguk cepat.
Tidak tahu tenaga dari mana yang
menahan dia tetap berdiri. Lututnya terasa sangat lemas.
Lin Shi Yin terus menatapnya
tanpa berkedip, lalu katanya sambil menggigit bibirnya, “Bagus. Bagus sekali.
Aku sudah tahu sejak lama bahwa kau takkan membiarkan aku hidup dengan tenang.
Kau bahkan mengambil secercah kebahagiaanku yang terakhir. Kau….”
Long Xiao Yun memotong
kata-katanya, “Kau tak boleh berbicara seperti itu padanya. Ini bukan kesalahannya.
Semuanya karena Yun Er suka mencari masalah. Sekarang ia bisa berhenti berbuat
onar. Dan lagi, pada saat itu ia tidak tahu bahwa anak itu adalah putra kita.”
Si Anak Merah berteriak, “Dia
tahu! Dia sudah tahu. Pada awalnya dia tak sanggup melukai aku. Tapi waktu aku
dengar bahwa dia adalah sahabat ayah, aku berhenti. Tapi dia malah mengambil
kesempatan dan melukai aku.”
Tubuh Sang Kusir hampir meledak
mendengar ucapan anak ini, namun Li Xun Huan hanya berdiri terdiam, bahkan
tidak berusaha membela diri.
Ia telah melewati lembah tergelap
dalam hidupnya. Buat apa berdebat dengan anak kecil?
Namun Long Xiao Yun membentak,
“Anak kurang ajar, masih berani kau berbohong!”
Si Anak Merah hanya menangis
terus sambil berkata, “Aku tidak bohong, Bu. Sungguh aku tidak bohong!”
Long Xiao Yun dengan marah hendak
menarik anak itu, tapi Lin Shi Yin menghalanginya, dan bertanya keras, “Kau mau
apa?”
Long Xiao Yun menghentakkan
kakinya, sahutnya, “Anak setan ini sungguh terlalu liar. Aku akan membuatnya cacad
sekarang, supaya ia tidak lagi membuat keributan!”
Wajah Lin Shi Yin yang pucat jadi
bersemu merah, dan berkata, “Kalau begitu silakan bunuh aku juga!”
Pandangannya tiba-tiba beralih
pada Li Xun Huan, dan berkata dengan seringai dingin, “Kalian adalah laki-laki
yang gagah perkasa. Pasti mudah bagi kalian berdua untuk membunuh seorang anak
kecil. Tambah satu wanita lemah, tak akan jadi soal, bukan?”
Long Xiao Yun mengeluh panjang,
katanya, “Shi Yin, sejak kapan kau jadi ngaco begini?”
Lin Shi Yin tidak menggubrisnya
dan segera menggendong anaknya pergi ke kamarnya. Langkahnya ringan, namun
sudah cukup untuk meluluhlantakkan hati Li Xun Huan.
Long Xiao Yun menghela nafas,
katanya, “Maafkanlah dia, Xun Huan. Ia biasanya cukup mau mengerti. Namun waktu
seorang wanita menjadi seorang ibu, kadang-kadang ia jadi tidak masuk akal.”
Sahut Li Xun Huan, “Aku tahu.
Demi anak, semua yang dilakukan ibu adalah benar.”
Dipaksakannya tersenyum, dan
dilanjutkannya, “Walaupun aku belum pernah jadi ibu, aku pernah jadi anak
seorang ibu.”
Ucapan ‘Jika kau minum untuk
mengurangi kesedihanmu, kau malah akan merasa tambah sedih’, tidaklah terlalu
tepat. Sedikit anggur memang akan membuat seseorang semakin teringat akan masa
lalu, masa lalu yang pahit. Namun jika seseorang mabuk berat, maka ia akan lupa
segalanya. Kelihatannya Li Xun Huan paham akan hal ini, oleh sebab itu ia minum
sedemikian rupa, seolaholah hidupnya bergantung pada botol arak itu.
Tidak sulit untuk menjadi mabuk.
Namun seseorang yang memiliki begitu banyak persoalan akan minum lebih sering
dan lebih banyak. Jadi waktu tiba saatnya ia ingin mabuk, ia tidak bisa mabuk
lagi.
Kini hari telah gelap.
Begitu banyak anggur telah
diminumnya, namun Li Xun Huan tidak menunjukkan sedikit pun tanda-tanda akan
mabuk.
Tapi tiba-tiba ia menyadari,
tidak ada seorang pun yang mabuk. Hampir 20 orang ada di situ dan mereka telah
minum begitu lama. Namun tidak seorang pun mabuk. Sungguh aneh.
Malam telah semakin larut. Wajah
setiap orang sungguh kelam. Sepertinya mereka sedang menantikan kedatangan
seseorang.
Tiba-tiba terdengar bunyi
lonceng. Hari sudah tengah malam.
Wajah semua orang langsung
berubah. Salah satunya berkata, “Sudah tengah malam. Mengapa Tuan Zhao yang
Terhormat belum datang juga?”
Li Xun Huan mengangkat alisnya
dan bertanya, “Siapakah Zhao ini? Mengapa tidak ada yang minum anggur sebelum
dia datang?”
Seorang dari mereka tersenyum dan
berkata, “Aku tak ingin menyembunyikan ini dari Li Tan Hua, namun sebelum Tuan
Zhao yang Terhormat tiba, kami semua tidak berani minum.”
Seorang yang lain berkata, “Tuan
Zhao yang Terhormat berjulukan Si Wajah Besi Maha Adil, Zhao Zheng Yi. Ia pun
kakak angkat Tuan Keempat Long. Apakah kau tidak tahu?”
Li Xun Huan tersenyum lebar,
katanya, “Dalam sepuluh tahun terakhir ini, kelihatannya kakak angkatku telah
menjalin persahabatan dengan begitu banyak orang hebat. Aku bersulang untukmu.”
Wajah Long Xiao Yun menjadi
merah, ia tersenyum terpaksa dan berkata, “Saudaraku adalah saudaramu juga.
Mari, aku pun ingin bersulang untukmu.”
Kata Li Xun Huan, “Tidak jelek
juga. Tak kusangka aku tiba-tiba mempunyai beberapa orang kakak. Namun aku
tidak tahu apakah pahlawan-pahlawan besar ini mau menganggap aku sebagai adik.”
Long Xiao Yun terbahak-terbahak,
sahutnya, “Mereka akan gembira luar biasa. Mengapa mereka tidak senang?”
“Tapi….”
Tidak jelas apa yang hendak
dikatakannya, tapi tiba-tiba ia mengganti pembicaraannya. “Tuan Zhao yang
Terhormat telah lama berjulukan Si Wajah Besi Maha Adil. Katanya ia tidak pernah
tersenyum. Jika aku bertemu dengannya, mungkin aku takkan berselera lagi untuk
minum. Tak kusangka semua orang di sini menunggunya datang sebelum mulai
minum.”
Long Xiao Yun berpikir sejenak,
lalu ia tersenyum, katanya, “Si Bandit Bunga Plum telah muncul lagi….”
Li Xun Huan memotongnya dengan
cepat, “Aku sudah dengar.”
Kata Long Xiao Hun, “Tapi tahukah
kau di mana dia berada?”
Jawab Li Xun Huan, “Kudengar
orang ini tak pernah menetap.”
Long Xiao Yun menyahut cepat,
“Benar. Ia bisa berada di manapun juga. Tapi aku berani jamin, saat ini ia
sedang berada di kota ini. Malah mungkin ada dekat rumahku.”
Waktu ia mengatakan hal ini,
leher semua orang langsung menciut. Api besar di tengah ruangan seakan-akan tak
mampu menghalangi angin dingin dari luar.
Li Xun Huan bertanya, “Maksudmu
ia telah muncul?”
Long Xiao Yun menjawab perlahan.
“Betul. Putra tertua Saudara Ketiga Qin hampir mati di tangannya dua hari yang
lalu.”
Li Xun Huan bertanya, “Siapa lagi
yang dilukainya?”
Jawab Long Xiao Yun, “Aku tak
tahu jawabannya. Biasanya orang ini hanya melukai satu orang sekali bertempur.
Dan lagi, ia hanya muncul setelah tengah malam!”
Mian Qiang terkekeh, katanya,
“Caranya membunuh sama seperti cara seseorang minum anggur.
Ia menetapkan waktunya, dan juga
dosisnya.”
Li Xun Huan ikut terkekeh, namun
ia tidak tampak tenang lagi. Tanyanya, “Bagaimana dengan semalam?”
Sahut Long Xiao Yun, “Semalam tak
ada kejadian apapun.”
Kata Li Xun Huan, “Kalau begitu,
mungkin tujuannya memang Tuan Muda Qin. Ia tak akan muncul lagi.”
Namun jawab Long Xiao Yun, “Ia
akan muncul cepat atau lambat.”
“Kenapa? Apakah ia punya masalah
denganmu, Saudaraku?”
Long Xiao Yun menggelengkan
kepalanya, katanya, “Tujuannya bukan Qin Zhong ataupun diriku.”
“Lalu siapa?”
Long Xiao Yun belum sempat
menyelesaikan jawabannya, “Tujuannya adalah Lin….”
Waktu Li Xun Huan mendengar kata
‘Lin’, jawahnya langsung berubah. Namun ternyata ia tidak menyebut ‘Lin Shi
Yin’, namun ‘Lin Xian Er’.
Li Xun Huan menghela nafas lega
dalam hati, ia bertanya, “Lin Xian Er? Siapa dia?”
Long Xiao Yun tertawa
terbahak-bahak, katanya, “Saudaraku, jika kau tak tahu siapa Lin Xian Er, maka
engkau sudah terlalu tua. Jika ini terjadi sepuluh atau lima belas tahun yang
lalu, mungkin kau akan lebih mengenal nama ini dibandingkan dengan orang lain.”
Li Xun Huan juga tertawa. “Ia
pasti sangat cantik.”
Kata Long Xiao Yun, “Ia tidak
hanya cantik, ia disebut sebagai wanita tercantik seluruh jagad persilatan.
Jumlah pahlawan muda yang jatuh cinta padanya tidak terhitung.”
Kemudian ia melihat pada
orang-orang yang ada di sana, dan dengan geli berkata, “Kau pikir mereka semua
ini datang untuk aku? Jika Lin Xian Er tidak ada di sini, walaupun kusuguhkan
makanan dan arak yang terbaik, mungkin tak ada seorangpun yang sudi datang.”
Wajah semua orang di situ bersemu
merah. Namun wajah dua orang pemuda menjadi merah padam. Long Xiao Yun menatap
mereka berdua dan katanya, “Kalian berdua cukup beruntung. Setidaknya sekarang
kalian punya kesempatan. Jika saudaraku ini masih muda, kalian tak mungkin
punya secuilpun harapan.”
Li Xun Huan pun tertawa, katanya,
“Jadi kakakku menganggap aku benar-benar tua? Tubuhku mungkin tua, namun hatiku
tetap muda.”
Mata Long Xiao Yun
berbinar-binar, lalu tertawa lagi. “Benar, kau memang benar. Walaupun ia punya
begitu banyak pengagum, namun kurasa ia akan tertarik padamu.”
Sahut Li Xun Huan, “Sayangnya aku
telah tenggelam dalam anggur sepuluh tahun ini. Teknikku sudah ketinggalan
jaman.”
Long Xiao Yun memegang tangannya
erat-erat, katanya, “Tapi ada suatu hal yang tidak kau sadari. Nona Lin tidak
hanya cantik, ia juga sangat berambisi. Ia tidak ingin menikah dengan siapapun.
Namun ia telah mengumumkan bahwa siapa pun yang berhasil membunuh Si Bandit
Bunga Plum, sekalipun dia sudah tua atau burikan, ia bersedia menjadi
istrinya.”
Sahut Li Xun Huan, “Jadi mungkin
karena inilah Si Bandit Bunga Plum bermaksud membunuh dia.”
Long Xiao Yun menjawab, “Benar.Si
Bandit Bunga Plum pergi ke Bilik Keharuman Sejuk dua hari yang lalu untuk
mencari dia. Dia tidak menyangka bahwa Qin Zhonglah yang ada di sana, sehingga
ia melukai Qin Zhong.
Mata Li Xun Huan bercahaya, “Jadi
Tuan Muda Qin juga adalah salah satu pengagumnya?”
Long Xiao Yun terkekeh, lalu
berkata, “Tadinya ia punya kesempatan besar, namun sekarang…”
Li Xun Huan tersenyum. “Bilik
Keharuman Sejuk telah kosong sejak lama. Kini, karena wanita itu tinggal di
sana, suasananya pasti lebih hangat. Bahkan pemuda-pemuda yang sedang dimabuk
cinta pun datang ke sana.”
Wajah Long Xiao Yun menjadi
merah, katanya, “Bilik Keharuman Sejuk adalah tempat kau tinggal dulu.
Seharusnya tak kubiarkan orang lain mendiaminya. Tapi… tapi….”
Li Xun Huan memotongnya cepat,
“Kalau tempat itu dapat merasakan kehadiran seorang yang cantik, itu keuntungan
baginya. Jika sang hutan menyadari siapa yang ada di sana, mereka pasti akan
bersuka cita. Mereka takkan membiarkan aku meludah sembarangan lagi di sana.”
“Namun apakah hubungan wanita ini
denganmu, Saudaraku?”
Long Xiao Yun terbatuk dua kali,
katanya, “Ia bertemu dengan Shi Yin waktu ia pergi berdoa ke kuil. Mereka
langsung cocok dan menjadi saudari angkat. Sama seperti kau dan aku.”
Kata Li Xun Huan, “Jadi ayahnya
adalah pengurus rumah tangga yang bertemu denganku di pintu depan?”
Long Xiao Yun tertawa, sahutnya,
“Tak bisa dipercaya bukan? Sebenarnya tak ada yang percaya orang burik itu
memiliki anak seperti dia. Ini yang namanya ‘Dalam sarang gagak lahir burung
api (burung phoenix)’.
Lalu kata Li Xun Huan, “Tuan Zhao
yang Terhormat sedang mengumpulkan orang untuk melindunginya? Apakah Tuan Zhao
yang Terhormat kini telah menjadi seorang romantis?”
Long Xiao Yun seperti tidak
menangkap maksud Li Xun Huan, dan ia terus berkata, “Di samping hendak
melindunginya, ia juga ingin menangkap Si Bandit Bunga Plum. Dan lagi, begitu
banyak orang telah bersusah-payah mengumpulkan uang untuk hadiah yang
dijanjikan. Seluruh uang itu ada di rumahku sekarang. Jika sesuatu terjadi pada
uang itu….”
Waktu Li Xun Huan mendengar, ia
langsung bertanya, “Mengapa Saudaraku bersedia memikul beban yang begitu
berat?”
Jawab Long Xiao Yun, “Seseorang
harus memikulnya.”
Li Xun Huan berpikir sejenak,
lalu katanya, “Sudah lewat tengah malam. Mungkinkah si bandit tidak akan datang
malam ini?”
Ia tiba-tiba bangkit, dan katanya
lagi, “Karena Tuan Zhao yang Terhormat belum juga datang, dan tidak ada yang
mau minum, aku pikir aku akan berjalan-jalan. Mungkin aku akan mengunjungi
teman-teman lamaku, pohon-pohon plum.”
Kata Long Xiao Yun, “Mungkin kau
tak hanya akan bertemu dengan pohon plum, tapi juga dengan Si Bandit Bunga
Plum.”
Li Xun Huan hanya tersenyum.
Long Xiao Yun bertanya, “Mengapa
kau pergi menghadapi bahaya sendirian?”
Li Xun Huan hanya terus
tersenyum.
Long Xiao Yun masih memandangnya,
lalu berkata sambil tersenyum, “Baik, baiklah. Aku tahu, kalau kau sudah ingin,
tak ada orang yang dapat menahanmu. Lagi pula, jika Si Bandit Bunga Plum tahu
bahwa kau ada di sini, ia pasti tidak akan berani muncul.”
Pohon-pohon plum di taman masih
ada. Tapi apakah yang telah terjadi pada orang dalam taman itu?
Li Xun Huan duduk di sana
sendirian. Dipandangnya secercah cahaya lilin di kejauhan. Sepuluh tahun yang
lalu, rumah itu adalah miliknya. Orang-orang dalam rumah ini adalah pelayannya.
Kini, semuanya telah berlalu. Tak
dapat kembali lagi. Hanya mimpi, dan kesendirian yang tinggal
tetap.
Mimpi memang menyakitkan. Namun
tanpa mimpi itu, bagaimana bisa ia bertahan hidup?
Setelah menyeberangi jembatan di
hutan pohon plum, ada sebuah bilik kecil di antara pepohonan. Ini adalah tempat
Li Xun Huan dulu berlatih silat dan membaca buku. Jika ia membuka jendela bilik
itu, ia dapat melihat rumah itu, dan melihat orang itu tersenyum manis padanya.
Namun kini……
Waktu cinta makin mendalam, ia
menjadi dangkal. Li Xun Huan menghela nafas. Dibersihkannya salju di bahunya,
dan ia mulai menyeberangi jembatan ini. Tak ada seorang pun di sini. Ia pun
tidak mendengar apa-apa. Waktu Si Bandit Bunga Plum beraksi adalah lewat tengah
malam. Tidak ada seorang pun yang berani datang ke sini pada saat itu.
Ia tidak berniat menemui Lin Xian
Er. Ia tahu, Lin Xian Er pun tak akan tinggal di situ lama. Ia hanya ingin
melihat bekas biliknya.
Saat itulah terdengar suara tawa
halus.
Seluruh tubuh Li Xun Huan
menegang. Tubuhnya yang biasanya malas-malasan kini penuh dengan tenaga, dan ia
segera melesat ke arah suara itu.
Suara tawa itu kedengaran seperti
tawa seorang wanita. Dan tawa yang sangat halus.
Lalu dilihatnya sekelebat
bayangan putih melarikan lari di belakangnya. Lalu sekelebat bayangan hitam
datang menyerangnya.
Tubuh orang ini cukup besar, dan
gerakannya cepat. Walaupun jaraknya masih sekitar tiga meteran, Li Xun Huan
sudah dapat merasakan angin yang kuat dan dingin datang menyambutnya.
Li Xun Huan menyadari, ilmu silat
orang ini aneh, tapi sangat hebat.
Si Bandit Bunga Plum!
Mungkinkah memang dia?
Li Xun Huan tidak menangkis. Jika
tidak benar-benar perlu, ia tidak pernah akan bertempur matimatian dengan
siapapun. Ia merasa, tenaganya jauh lebih penting dari pada tenaga orang lain.
Suatu ketika, Si Kepalan Emas
Deng Lie mendesak dia untuk bertanding tenaga dalam, namun Li Xun Huan terus
menolak. Deng Lie ingin tahu alasannya.
Li Xun Huan hanya menjawab, “Aku
kan bukan kerbau. Kenapa aku harus bertarung seperti seekor kerbau?”
Ia menganggap ilmu silat juga
adalah ilmu seni. Gerakannya harus luwes. Jika seseorang memaksa berduel dengan
orang lain, kedua orang itu pastilah bodoh seperti kerbau.
Karena Deng Lie adalah
sahabatnya, ia bisa menolak ajakannya. Namun orang ini menginginkan
kematiannya, maka mula-mula ia harus menutup seluruh jalan Li Xun Huan untuk
melarikan diri.
Selain itu, kedua orang ini
sedang berlari saling mendekati. Jika Li Xun Huan mengelak, berarti ia sudah
kalah selangkah. Ketika musuh menyerang lagi, Li Xun Huan akan benar-benar
tidak bisa berkutik.
Oleh sebab itu, tiba-tiba Li Xun
Huan mundur.
Kecepatannya berubah arah,
sungguh mengagumkan. Bahkan lebih cepat daripada ikan di air.
Namun orang berbaju hitam itu pun
terus merangsak dengan telapak tangan teracung ke arahnya.
Setelah mundur dengan kecepatan
bagai kilat, tiba-tiba tubuh Li Xun Huan menjadi santai. Tangannya seolah-olah
tidak bergerak, namun pisau terbangnya telah melesat!
Orang berbaju hitam itu menjerit
kesakitan. Ia melompat, berbalik arah, dan kemudian lari masuk kembali ke dalam
hutan.
Li Xun Huan tetap berdiri,
seolah-olah merasa bosan. Ia tidak mengejar.
Sebelum berhasil keluar dari
hutan, orang berbaju hitam itu telah terjerembab.
Li Xun Huan menggelengkan
kepalanya dan menghela nafas. Diikutinya tetesan darah itu, dan ditemukannya
tubuh orang itu.
Tangannya sedang memegangi
lehernya, darah masih terus membanjir keluar. Pisau kecil yang berkilat itu
telah dicabut, tergeletak di samping tubuhnya.
Li Xun Huan memungut pisaunya,
dan memperhatikan wajah orang itu yang menggambarkan rasa sakit luar biasa.
Tanyanya, “Jikalau kau bukan Si Bandit Bunga Plum, mengapa kau menyerang aku?”
Orang ini hanya bisa mengertakkan
gigi.
Li Xun Huan berkata, “Walaupun
kau tidak mengenal aku, aku ingat siapa engkau. Kau adalah murid tertua Yi Ku.
Aku bertemu denganmu sepuluh tahun yang lalu. Aku tak pernah lupa pada orang
yang pernah kutemui.”
Orang itu berusaha
sungguh-sungguh untuk berbicara. “Ak….Aku jug…a meng…enalimu.”
“Jika kau mengenaliku, mengapa
kau ingin membunuhku? Kau ingin aku tutup mulut? Bahkan jika engkau punya janji
kencan dengan seseorang di tempat ini. Itu pun bukan rahasia yang terlalu
besar, bukan?”
Orang ini ingin menjawab, tapi
tidak bisa.
Li Xun Huan hanya bisa
menggelengkan kepalanya, katanya, “Aku tahu, kau pasti sedang berbuat sesuatu
yang kau tidak ingin orang lain tahu. Maka kau ingin membunuhku. Mungkin pada
saat itu kau tidak tahu bahwa orang itu adalah aku.”
Ia mendesah lagi sebelum
melanjutkan. “Karena kau ingin membunuhku, maka aku harus membunuhmu. Kau
memilih orang yang salah. Demikian pula aku….”
Tiba-tiba orang itu menjerit
keras dan menubruk ke arah Li Xun Huan.
Li Xun Huan berdiri mematung.
Sesaat sebelum telapak tangannya menyentuh dada Li Xun Huan, ia terkulai,
selamanya takkan bangun lagi.
Li Xun Huan memandangnya cukup
lama. Lalu ia menengadah dan berkata, “Dua malam yang lalu, putra Qin Xiao Yi.
Malam ini giliran murid Yi Ku. Sepertinya Lin Xian Er punya banyak waktu
senggang dan punya selera yang cukup baik pula. Kenalannya adalah anak-anak
muda kenamaan. Namun adakah anak gadis yang tidak bermimpi bertemu pangerannya?
Apa yang dipikir oleh pemuda-pemuda yang dimabuk cinta ini? Ini kan bukan
kejahatan. Mengapa mereka menyembunyikannya? Apakah ada rahasia lain di balik
semua ini?”
Lilin di Bilik Keharuman Sejuk
masih menyala. Ada bayangan seseorang di sana. Tampaknya seperti orang yang
pergi melarikan diri tadi. Tubuh itu sangat ramping. Mungkikah itu Lin Xian Er?
Sambil berpikir, Li Xun Huan
berjalan ke sana.
Matanya tiba-tiba berbinar,
seperti sedang memikirkan sesuatu yang sangat menarik.
Angin dingin berhembus melewati
hutan itu dan salju pun berjatuhan ke tanah.
Tiba-tiba salju itu terhambur,
seakan-akan digerakkan oleh kekuatan gaib. Seseorang sedang menyerang dari
belakang.
Li Xun Huan menegakkan tubuhnya,
menyadari sepenuhnya akan adanya tenaga pedang yang sedang terarah padanya.
Pedang itu telah menyayat
sebagian jubahnya.
Di malam yang dingin ini, dalam
hutan plum yang sepi, ada berapa orangkah yang menginginkan nyawanya? Ia telah
berkelana selama sepuluh tahun, dan baru hari ini pulang!
Mungkinkah ini penyambutan yang
telah dipersiapkan untuknya?
Jika Li Xun Huan mengelak ke
kiri, tangan kanannya pasti buntung. Jika ia mengelak ke kanan, tangan
kirinyalah yang akan buntung. Jika ia maju, punggungnya akan ditembus pedang.
Ke manapun dia pergi, tak mungkin ia menghindari pedang ini!
Ujung pedang itu telah menembus
jubahnya.
Di saat yang tepat, tubuh Li Xun
Huan berpindah. Dapat dirasakannya dinginnya ujung pedang itu lewat sangat
dekat dengan tubuhnya.
Dalam semua pertempurannya, belum
pernah ia sedekat ini dengan kematian.
Namun musuhnya lebih terkejut
lagi karena serangannya gagal. Tiba-tiba ujung pedang itu berganti arah,
menukik ke bawah ke arah Li Xun Huan. Tapi pada saat itu pisau Li Xun Huan
telah menyayat pergelangan tangannya.
Pisau ini sangat sangat cepat,
tak ada yang dapat membayangkan kecepatannya.
Orang itu terkejut luar biasa. Ia
menjerit keras. Dilepaskannya pedangnya selagi bergerak mundur.
Adakah ilmu silat yang lebih
cepat daripada Pisau Terbang Si Li Kecil?
Tiba-tiba seseorang beseru,
“Saudaraku, berhenti!”
Suara ini milik Long Xiao Yun.
Li Xun Huan berusaha menenangkan
diri. Long Xiao Yun telah masuk ke dalam hutan. Penyerang Li Xun Huan pun unjuk
diri. Ia adalah seorang pemuda berwajah gagah dan berpakaian serba putih.
Long Xiao Yun segera berdiri di
antara mereka berdua. Ia bertanya, “Bagaimana kalian berdua bisa jadi
bertempur?”
Mata anak muda itu bercahaya di
tengah malam, seperti mata burung hantu. Ia menatap Li Xun Huan dan menyahut
dingin, “Aku menemukan orang mati di dekat hutan. Maka aku yakin bahwa orang di
dalam hutan pastilah Si Bandit Bunga Plum.”
Li Xun Huan tersenyum, “Mengapa
tidak terpikir olehmu bahwa orang mati itu adalah si bandit?”
Anak muda itu tertawa dingin,
katanya, “Bagaimana mungkin Si Bandit Bunga Plum mati dengan sangat mudah?”
Sahut Li Xun Huan, “Maksudmu, Si
Bandit Bunga Plum hanya mungkin terbunuh oleh dirimu? Sayang sekali….”
Long Xiao Yun segera memotong
sambil tertawa, “Kalian berdua, tenanglah dulu. Ini hanya suatu kesalahpahaman.
Untung saja kami datang cepat. Kalau tidak, mungkin akan ada yang terluka.”
Li Xun Huan tersenyum sedikit,
lalu diambilnya pedang yang masih tersangkut di jubahnya. Ia memandangi pedang
itu, lalu pujinya, “Pedang yang sangat bagus!”
Ia mengembalikan pedang itu pada
si anak muda, dan berkata, “Pedangnya sangat terkenal. Pemiliknya pun pasti
terkenal. Hari ini terjadi salah paham, namun aku gembira bisa bertemu
denganmu. Tidak setiap hari seseorang bisa bertemu dengan pedang setenar itu.”
Muka anak muda itu menjadi merah
padam. Setelah diterimanya kembali, dijentiknya pedang itu dan patahlah pedang
itu menjadi dua.
Li Xun Huan mengeluh, katanya,
“Pedang yang luar biasa. Sungguh sayang.”
Anak muda itu menatap Li Xun Huan
sambil berkata, “Tanpa pedang itu pun aku masih bisa membunuh. Kau tidak perlu
menguatirkan aku.”
Li Xun Huan tertawa. “Kalau saja
aku tahu, lebih baik baik kuminta pedang itu untuk ditukarkan dengan jubah yang
baru.”
Anak muda itu tertawa mengejek,
sahutnya, “Kau tak perlu kuatir akan hal itu juga. Jangankan satu, sepuluh
jubah pun akan kuganti.”
Kata Li Xun Huan, “Tapi tak ada
satu jubah pun seperti milikku.”
“Apa sih istimewanya? Apakah
warnanya khusus?”
Li Xun Huan berkata dengan wajah
serius, “Bukan warnanya. Hanya saja, jubahku ini punya mata.”