Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Kamis, 10 Agustus 2017

BAB 14 KANE DAN ABEL. WILLIAM KANE KULIAH DI HARVARD

Sementara Abel DI Columbia University, Kane hebat di Harvard. Dimasa depan keduanya akan bertarung sengit dalam sisi bisnis, namun yang lucu dalam sisi kemanusiaan mereka saling bantu tanpa tahu siapa yang dibantu dan terbantu. Akhirnya ... silakan ikuti terus kisah yang bagus ini ....

BAB 14

William dengan Matthew memulai tahun pertamanya di Harvard dalam musim gugur tahun 1924. Walau tak disetujui neneknya, William menerima beasiswa matematika Hamilton Memorial. Dan dengan biaya $290 ia memanjakan diri membeli "Daisy", mobil Ford Model T, yang merupakan kesayangan pertama dalam kehidupan William. Daisy dicatnya kuning cerah. Ini menyebabkan harganya jatuh menjadi setengahnya. Tapi sekaligus melipatgandakan jumlah teman-teman gadisnya. Calvin Coolidge memenangkan pemilihan dengan kelebihan suara amat banyak untuk kembali ke Gedung Putih. Dan volume Bursa Saham New York mencapai rekor selama 5 tahun yaitu dengan jumlah 2.336.160 saham.

Kedua anak muda itu ("kita tak lagi dapat menyebut mereka sebagai anak-anak" demikian penjelasan Nenek Cabot) sudah merindukan kuliah. Setelah menghabiskan musim panas dengan melampiaskan energi main tennis dan golf mereka siap mengejar sesuatu yang lebih serius. William mulai belajar pada hari pertama ia tiba di kamar baru mereka di 'Paltai Emas". Jauh lebih bagus daripada kamar sempit mereka di St. Paul. Sementara Matthew mencari klab dayung di Universitas. Matthew terpilih menjadi kapten awak perahu dari tahun pertama. Dan William meninggalkan buku-bukunya setiap minggu siang untuk mengamati temannya dari tebing Sungai Charles. Secara diam-diam ia menyukai sukses Matthew. Tetapi secara lahiriah ia memberi komentar pedas.'Hidup itu bukan seperti 8 orang besar mendorong potongan kayu berat melintasi air berombak. Sedang seorang yang lebih kecil meneriaki mereka." demikianlah penjelasan William dengan sombong.

"Katakan hal itu tadi kepada Yale," kata Matthew. Sementara itu William dengan cepat membuktikan kepada para professor matematika bahwa ia adalah tepat seperti Matthew itu: jauh mendahului dalam bidangnya. William juga menjadi Ketua Kelompok Diskusi mahasiswa tingkat pertama. Ia juga membujuk Rektor Lowell, yang masih merupakan kakek-paman, memasukkan rencana asuransi pertama di universitas.

Para alumni Harvard akan mengambil asuransi hidup sebesar $1000 setiap orang dan akan menyebutkan universitas sebagai ahliwaris. William memperkirakan ongkos setiap peserta kurang dari satu dollar perminggu. Dan jika 40% dari alumni mengikuti asuransi itu, Harvard akan menerima pendapatan pasti sekitar $ 3 juta setahun dari tahun 1950 seterusnya. Rektor sangat terkesan. Dan mendukung sepenuhnya rencana tersebut. Dan setahun kemudian ia mengundang William untuk bergabung dalam dewan Panitia Pengumpul Dana Universitas. William menerimanya dengan bangga. Ia tidak menyadari bahwa penunjukan itu adalah untuk seumur hidup. Rektor Iowell member informasi kepada Nenek Kane bahwa ia telah menangkap salah seorang genius keuangan terbaik dalam generasi itu dengan cuma-cuma. Nenek Kane memberi kesaksian kepada sepupunya bahwa "tiap-tiap hal ada tujuannya sendiri. Dan ini akan mengajar William membaca cetak halus dalam laporan keuangan bank-"

Begitu tahun kedua dimulai tibalah saatnya memilih (atau dipilih) memasuki salah satu Klab Penamatan Studi yang mendominasi kehidupan sosial orang-orang kaya di Harvard. William di "bom" untuk memasuki Klab Porcellius: salah satu klab tertua, ter-kaya, dan paling eksklusif dan paling tidak mencolok. Di wisma Klab di Massachussetts Avenue yang terletak tak begitu serasi di atas kafetaria murah Hayes-Bickford, ia duduk di kursi empuk, mengamati masalah peta empat. warna, mendiskusikan dampak pengadilan Loeb-Leopold. Dan santai memandang jalanan di bawah melalui cermin yang terpasang tepat terarah sambil mendengar'kan radio besar yang baru saja terpasang.

Ketika liburan Natal tiba, William dapat diyakinkan untuk ikut ski bersama Matthew ke Vermont Dan menghabiskan seminggu terengah-engah naik bukit mengikuti temannya yang lebih gesit.

"Nah Matthew, apa faedahnya menghabiskan satu jam mendaki bukit lalu menuruninya lagi beberapa detik dengan risiko besar bagi tubuh dan hidupmu ?"

Matthew menggerutu. "Pasti mendorongku lebih baik daripada teori diagram, William. Mengapa tidak kau akui saja bahwa kamu tidak bagitu baik bila mendaki maupun turun?"
Mereka berdua cukup banyak belajar dalam tahun kedua untuk bisa lulus. Walau interpretasi mereka tentang "lulus" itu jauh berbeda. Selama dua bulan pertama dalam liburan musim panas mereka bekerja sebagai pembantu manajer muda di bank Charles Lester di New York. Ayah Matthew sudah lama menyerah dalam perang menjauhkan William. Ketika hari-hari terpanas di bulan Agustus tiba, mereka menghabiskan kebanyakan waktu mereka dengan meluncur di pedalaman New England dengan "Daisy". Mereka berlayar di Sungai Charles dengan gadis berbeda-beda sebanyak-banyaknya. Dan mereka menghadiri setiap pesta rumah bila mendapatkan undangan. Dalam waktu singkat mereka menjadi tokoh-tokoh yang diakui di Universitas. Dikenal oleh para cognoscenti (pengenal) sebagai Si Cendekia dan Si Manis. Di lingkungan masyarakat Boston sudah menjadi pengetahuan umum bahwa gadis yang menikah dengan William Kane atau Matthew Lester tak usah mencemaskan hari depan lagi. Tapi begitu ibu-ibu penuh harapan muncul dengan putri-putri mereka yang berparas ceria, maka Nenek Kane dan Nenek Cabot tanpa ampun memulangkan mereka.

Pada tanggal 18 April 1927,William merayakan hari ulang tahunnya yang ke-21 dengan menghadiri rapat terakhir para wali milik tanahnya. Alan Llyod dan Tony Simmons telah menyiapkan semua dokumen untuk ditandatangani.

"Nah, William sayang," kata Milly Preston seolah-olah suatu tanggungjawab besar sudah diangkat dari pundaknya.

"Aku yakin, engkau pasti bisa melakukan sesuatunya dengan baik seperti kami juga"'
ifunulp demikian, Nyonya Preston' Tapi bila aku suatu saat perlu tahu bagaimana kehilangan setengah juta dollar dalam waktu semalam, maka aku tahu aku harus menelepon siapa'"

Milly Preston merah padam' Tapi tak berusaha menjawabnya.

Perseroan itu kini memiliki $32 juta lebih' Dan William mempunyai rencana yang pasti untuk menangkarkan uang itu. Tapi ia juga menugaskan diri untuk memperoleh uang satu juta dollar sendiri sebelum meninggalkan Harvard' Itu bukan jumlah uang yang banyak bila dibandingkan dengan uang perseroanya. tapi harta kekayaan yang diwarisinya tidak begitu berarti baginya dibanding dengan neraca rekeningnya di bank Lester.

Pada musim panas itu, kedua nenek karena takut akan adanya luapan gadis-gadis ganas, mengirim William dan Matthew untuk keliling Eropa' Itu ternyata merupakan sukses besar bagi mereka berdua' Matthew mengatasi segala hambatan bahasa, menemukan gadis jelita di setiap ibukota besar di Eropa' Cinta itu begitu ia meyakinkan William, adalah komoditi internasional. Dari London, ke Berlin, Roma' kedua orang muda itu meninggalkan jejak beberapa hati yang patah dan para bankir yang cukup terkesan' Ketika mereka kembali ke Harvard di bulan September' mereka berdua siap menyerbu untuk tahun mereka yang terakhir.

Dalam musim dingin yang keras di tahun 1927, Nenek Kane meninggal. Berusia 85 tahun. Dan untuk pertama kalinya sejak kematian ibunya William menangis.

"Ayolah," kata Matthew setelah beberapa hari bertenggang rasa terhadap depresi William. ..Nenek telah hidup dengan bahagia. Dan ia lama menunggu untuk mengetahui apakah Tuhan itu anggota keluarga Cabot atau Lowell."

William tak menangkap kata-kata cerdik yang tak begitu ia hargai selama kehidupan neneknya. Dan ia menyelenggarakan suatu pemakaman yang pasti dihadiri dengan bangga oleh nenek. Walau nyonya besar tiba di makam dengan mobil jenazah packard warna hitam. ("Salah satu alat aneh yang keterlaluan. Haruslah melintasi mayatku.', Tapi nyatanya di bawah mayatnya!). Satu-satunya kritik nenek terhadap pemuliaan pemakamannya oleh William mestinya hanya mengenai alat transpor yang tidak sesuai ini. Kematiannya memacu William untuk bekerja dengan lebih terarah pada tujuannya selama tahun terakhir di Harvard itu. Ia berdharmabakti untuk meraih hadiah tertinggi di Universitas di bidang matematika demi kenangan akan neneknya. Nenek Cabot meninggal kira-kira 6 bulan sepeninggal nenek Kane. Kemungkinan besar, kata William, karena tidak ada siapa-siapa lagi yang diajaknya bicara.

Pada bulan Februari tahun 1928, William dikunjungi ketua Kelompok Diskusi. Akan diadakan diskusi dengan pakaian lengkap bulan berikutnya mengenai mosi *Sosialisme atau kapitalisme bagi hari depan Amerika'. Dan sudah barang tentu William diminta mewakili kapitalisme.

'Dan bagaimana bila aku mengatakan aku hanya mau bicara atas nama massa yang diinjak-injak?" Demikian pertanyaan William. Dan ketua itu terkejut. William sedikit sakit hati memikirkan bahwa pandangan inteleltualnya hanya diasumsikan saja oleh orang-orang luar sebab ia mewarisi nama terkenal dan bank yang subur.

“Nah, sebenarnya William, kami memperkirakan bahwa preferensimu adalah A-"
“Memang. Aku menerima undanganmu. Aku mengandaikan bahwa aku bebas memilih partnerku?"

“Tentu!"

"Baiklah. Nah, aku memilih Matthew Lester. Bolehkah aku tahu siapalawan kami?"

"Engkau tak boleh diberitahu hingga sehari sebelumnya, bila poster-poster telah dipasang di Halaman.”

Selama sebulan berikutnya Matthew dan William mengubah kritik selama sarapan mereka terhadap koran tentang kiri dan kanan, dan diskusi malam tentang "Makna hidup ", menjadi sarasehan strategi untuk yang kini oleh kampus sudah mulai disebut sebagai "Debat Besar". William memutuskan Matthew' harus yang memulai.

Ketika hari amat penting itu sudah dekat- menjadi jelaslah bahwa kebanyakan para mahasiswa yang sadar politik, para professor, bahkan beberapa orang terkemuka di Boston dan Cambridge akan datang menghadiri. Pada pagi hari sebelum kedua sahabat itu berangkat menuju halaman untuk mengetahui siapa lawan mereka :

"Leland Crosby dan Thaddeus Cohen. Apakah salah satu nama itu kaukenal William? Kiraku Crosby itu pasti salah seorang dari Crosby di Philadelphia."

"Sudah barang tentu. 'Maniak Merah dari Lapangan Rittenhouse' sebagaimana bibinya sendiri menjulukinya. Persis. Ia adalah seorang revolusioner paling meyakinkan di kampus. Ia siap tembak. Ia menghabiskan semua uangnya untuk kepentingan perkara-perkara radikal populer. Aku dapat mendengar pidato pembukaannya sekarang."

William membuat olok-olok atas nada Crosby yang menjengkelkan.

"Saya tahu dari tangan pertama ketamakan dan kekurangsadaran sosial kelas orang-orang Amerika yang beruang. " Jika tak ada seorang pun di antara para pendengar yang belum pernah mendengar itu hingga 50 kali, kiraku ia akan menjadi lawan yang tangguh.

"Dan Thaddeus Cohen?"

"Belum pernah dengar."

Sore hari hari berikutnya, mereka berdua karena tak mau mengakui terkena demam panggung, mereka berjalan melintasi salju dan diterpa angin dingin. Sementara mantol-mantol tebal menggelepar di belakang mereka. Mereka melewati pilar-pilar mengkilat Perpustakaan Widener menuju Balai Boylston. Seperti ayah William, putra sang donatir, telah tenggelam di atas kapal Titanic.

"Dengan cuaca semacam ini, paling sedikit bila kita menerima pukulan, tak akan ada banyak orang yang mau bicara. " kata Matthew penuh harapan. Tapi ketika mereka mengitari sisi perpustakaan, mereka dapat melihat rombongan sosok-sosok memadati, merentak-rentak kaki, mendaki tangga dan memenuhi balai. Di dalam balai mereka ditunjukkan kursi mereka di atas podium. William duduk tenang. Tapi matanya memperhatikan orang-orang yang ia kenal di antara hadirin. Rektor Lowell duduk santun di deretan tengah. Newbury St. John kuno, profesor botani. Sepasang bluestocking yang ia kenal dari pesta-pesta di Rumah Merah. Dan di kanannya sekelompokpria dan wanita muda yang nampak bebas. Beberapa di antaranya bahkan tak mengenakan dasi. Mereka ini berpaling dan mulai bertepuk tangan ketika juru bicara mereka, Crosby dan Cohen, berjalan menuju panggung.

Di antara kedua orang itu Crosbylah yang lebih mengesankan. Tinggi dan kurus. Hampir-hampir seperti karikatur. Ia berpakaian sembarangan. Atau sangat hati-hati. Dengan setelan lusuh. Tapi kemeja diseterika licin. Dan sebuah pipa menggelayut tak jelas terikat pada tubuh, pada bibir sebelah bawah. Thaddeus Cohen lebih pendek. Dan mengenakan kacamata lornyet. Bersetelan wol gelap yang sangat sempurna potongannya.

Keempat pembicara bersalaman hati-hati. Sementara persiapan-persiapan akhir dilaksanakan. Lonceng Gereja Memorial, yang hanya berjarak sekitar 30 meter, berdentang samar dan tak jelas tujuh kali.

"Tuan Leland Crosby muda" kata ketua.

Pidato Crosby menyebabkan William memberi selamat kepada diri sendiri. Ia telah mengantisipasi segala hal. Nada pidatonya melengking. Pokok-pokok pembicaraan terlalu ditekankan. Bahkan hampir-hampir histeris. Ia seakan-akan menderas litani radikalisme Amerika: Haymarket, Money Trust, Standard Oil, bahkan Cross of Gold. Menurut pendapat William, Crosby hanya memamerkan diri belaka. Tidak lebih. Walau ia menunda tepuk tangan yang diharapkan dari supporter sewaan di sebelah kanan William.

Ketika Crosby duduk kembali, ia jelas tidak memperoleh supporter baru. Dan bahkan nampaknya ia kehilangan beberapa supporter lama. Perbandingan dengan William dan Matthew, sama-sama kaya, sama-sama menonjol dalam aspek sosial, tapi karena egois menolak mati sahid demi kemajuan keadilan sosial, malah akan merusak saja.

Matthew berpidato bagus. Dan tepat sasaran. Ia menyejukkan pendengarnya. Ia mengejawantahkan toleransi liberal. William menyambut tangan sahabatnya dengan hangat, ketika Matthew kembali ke kursi dengan tepuk tangan riuh.

"Kini telah selesai. Tinggal teriakannya kiraku,, ia “berbisik.

Tapi Thaddeus Cohen mengejutkan hampir semua orang. Ia berperilaku menyenang kan. Malu-malu. Dan bergaya simpatik. Rujukan-rujukannya dan kutipannya katolik, terarah, dan memperjelas persoalan. Kepada para pendengar ia tak memberikan perasaan dengan sengaja dibuat terkesan. Ia memancarkan kesungguhan moral yang membuat segalanya Nampak tak begitu gagal bagi manusia rasional' Ia bersedia mengakui ekses-ekses pihaknya serta ketidak-konsekwenan para pemimpinnya. Tapi ia meninggalkan kesan bahwa walau berbahaya, tak ada alternatif lain kecuali sosialisme, bila nasib umat manusia hendak diperbaiki.

William bingung. Penyerangan logis seperti pisau bedah di panggung politik para lawannya akan sia-sia belaka menghadapi presentasi Cohen yang lembut dan persuasif. Namun mengalahkannya sebagai pembicara harapan dan kepercayaan akan semangat manusiawi juga tidak mungkin. William mula-mula memfokuskan diri membantah beberapa dakwaan Crosby. Kemudian menyerang argumen Cohen dengan deklarasi kepercayaannya sendiri akan kemampuan sistem Amerika untuk membuahkan hasil paling baik melalui persaingan intelektual maupun ekonomis. Ia merasa telah memainkan permainan defensive yang baik. Tapi tak lebih dari itu. Dan duduk dengan mengandaikan ia telah dikalahkan oleh Cohen.

Crosby merupakan pembicara penangkis dari lawan-lawannya. Ia mulai dengan ganas. Kedengarannya seolah-olah ia kini perlu memukul Cohen maupun William dan Matthew. Dan bertanya kepada para pendengar dapatkah mereka mengidentifikasi –musuh rakyat" di antara mereka sendiri malam itu. Ia memandang seputar ruangan beberapa detik lamanya. Sebab para pendengar menggeliat diam kebingungan.

Sedang para supporternya yang setia hanya memperhatikan sepatu mereka. Kemudian ia bersandar ke depan serta menggeledek: "Ia berdiri di muka saudara. Ia baru saja bicara di tengah-tengah saudara. Namanya William Lowell Kane." Sambil membuat gerakan satu tangan terhadap William. Tapi tanpa memandangnya. Ia menggeledek: "Banknya memiliki tambang emas di mana para buruh mati untuk memberikan sejuta dollar dividen ekstra setiap tahunnya kepada pemiliknya-pemiliknya. Banknya mendukung diktator Latin Amerika yang berdarah dan kelewat korup. Melalui banknya Perwakilan Rakyat Amerika disuap untuk mengganyang petani kecil. Banknya. . .”

Beberapa menit lamanya semprotan itu berlangsung terus. William duduk diam. Dingin. Kadang mencatat sebuah komentar di atas notes kuningnya. Beberapa pendengar mulai berteriak. ..Tidak,,. Para supporter Crosby berteriak kembali dengan setia. Para petugas mulai nampak senewen.

Waktu yang dijatahkan kepada Crosby sudah hampir habis. Ia mengacungkan kepalan dan berkata "Saudara-saudara, saya menyampaikan bahwa tidak lebih dari 200 yard dari , ruangan ini, kita menemukan jawaban atas bukti Amerika.Di sana terdapat perpustakan Widener, perpustakaan swasta terbesar di seluruh dunia. Para imigran cendekiawan yang miskin datang kemari bersama-sama dengan orang-orang Amerika yang terdidik paling baik intuk menambah pengetahuan dan kesejahteraan dunia. Sebab seorang playboy kaya bernasib malang 16 tahun yang lalu berlayar dalam kapal pesiar Titanic. Maka kusarankan saudara-saudara, hanya bila bangsa Amerika menyerahkan kepada setiap anggota kelas yang memerintah sebuah karcis masuk kabin pribadi dalam kapal Titanic kapitalisme, maka kekayaan bertimbun-timbun benua besar ini akan terbebas dan dibaktikan untuk mengabdi kebebasan, persamaan, dan kemajuan."

Ketika Matthew mendengar pidato Crosby, perasaannya berubah menjadi sorak-sorai karena ketololan ini. Maka kemenangan pasti di pihaknya. Karena malu atas kelakuan lawannya yang mengamuk dengan menyebut kapal Titanic. Ia tak dapat membayang kan bagaimana jawaban William atas provokasi sedemikian ini.

Ketika ketenangan sudah diusahakan kembali, ketua berjalan menuju mimbar, dan berkata "Tuan William Lowell Kane".

William menuju ke podium. Dan memandang para hadirin. Seluruh ruangan hening penuh harapan.

"Menurut hematku pandangan-pandangan yang diutarakan tuan Crosby tidak layak ditanggapi."

Ia duduk kembali. Sesaat hening. Kaget. Kemudian meledaklah tepuk tangan riuh.

Ketua kembali ke podium. Tapi nampak tak pasti apa yang akan dilakukannya. Suatu suara di belakangnya memecah ketegangan.

"Jika diizinkan, tuan ketua, saya ingin meminta Tuan Kane apa boleh mempergunakan waktu tangkisannya." Itu adalah Thaddeus Cohen.

William mengangguk setuju kepada ketua.

Cohen berjalan menuju mimbar. Dan menatap para hadirin penuh pesona. Lama sekali memang merupakan kebenaran" demikian ia memulai ,.bahwa hambatan terbesar sukses sosialisme demokratis di Amerika Serikat adalah ekstremisme dari beberapa sekutunya. Tak ada yang lebih jelas menunjukkan fakta yang menyedihkan ini daripada pidato kolegaku malam ini. Kecenderungan untuk merusak perjuangan progresif dengan menuntut kepunahan fisik para lawan mungkin bisa dipahami dalam diri seorang imigran yang tegar tertempa perjuangan. Seorang veteran dari peperangan luar negeri yang lebih ganas dari peperangan kita. Di Amerika hal ini merupakan penyakit dan dapat dimaafkan. Berbicara bagi diri saya sendiri, saya menyampaikan permohonan maaf yang setulus-tulusnya kepada Tuan Kane.',

Kali ini tepuk tangan meledak serentak. Sebenarnya seluruh hadirin berdiri sambil terus-menerus bertepuk tangan.

William melintas ke seberang untuk bersalaman dengan Thaddeus Cohen. Keduanya tidaklah terkejut bahwa William dan Matthew memenangkan pemilihan dengan selisih lebih dari 150 suara. Acara malam itu sudah usai. Para hadirin berbondong ke luar menuju jalan yang hening dan tertutup salju. Mereka berjalan di tengah jalanan. Sambil berbincang penuh semangat dengan suara lantang.

William mendesak supaya Thaddeus Cohen bergabung dengannya dan Matthew untuk minum_minum. Mereka berangkat bersanma menyeberangi Massachusetts Avenue. Hampir-hampir tak bisa melihat akan ke mana mereka pergi dalam salju yang tertiup angin itu. Dan mereka berhenti di luar pintu hitam besar hampir langsung berhadapan dengan Balai Boylston. William membukanya dengan kuncinya.

Dan ketiga orang itu memasuki ruang depan. Sebelum pintu tertutup Thaddeus Cohen berkata "Aku khawatir jangan-jangan aku tidak disukai di sini." William sesaat terkejut.

"Omong kosong. Engkau bersamaku." Matthew' melayangkan pandangan kepada sahabatnya supaya berhati-hati. Tapi ia melihat bahwa William sudah bulat niatnya. Mereka menaiki tangga.Memasuki ruangan besar yang dilengkapi perabotan nyaman tapi tidak luks. Disitu arda sekitar 12 orang muda sedang duduk di kursi bersandaran. Atau berdiri dalam kelompok dua atau tiga orang. Begitu William muncul di gang, mereka langsung memberi ucapan selamat.

"Kamu hebat, William. Itu cara yang tepat untuk menanggapi orang-orang semacam itu."

"Masuklah dalam kemenangan, Bolski pembunuh."

Thaddeus Cohen tetap di belakang. Masih setengah terlindungi jalan masuk, tapi William tidak melupakannya.

"Dan tuan-tuan, perkenankan saya memperkenalkan lawan saya Tuan Thaddeus Cohen."
Cohen melangkah maju agak ragu-ragu.

Semua suara berhenti. Beberapa kepala berpaling. Seolah-olah mereka memandang pohon elm di Halaman. Ranting-rantirignya bergayut penuh salju baru. Akhirnya ada geretak di lantai ketika seorang anak muda meninggalkan ruangan melalui pintu lain. Kemudian ada lain lagi yang pergi. Tak tergesa-gesa.

Tanpa persetujuan yang nampak. Seluruh kelompok itu keluar semua. Orang terakhir yang pergi menatap William lama-lama. Kemudian membalik. Dan menghilang.

Matthew memandang sahabat-sahabatnya penuh kecemasan. Thaddeus Cohen menjadi merah padam. Dan berdiri dengan kepala tertunduk. Bibir William terkatup rapat. Ketat. Marah seperti ketika Crosby menyebut-nyebut Titanic.

Matthew menyentuh lengan sahabatnya. ..Kita sebaiknya pergi saja."

Ketiganya bersusah-payah menuju kamar William. Dan diam-diam minum brendi biasa saja.

Ketika William bangun di pagi hari, ada amplop diselipkan di bawah pintu. Di dalamnya terdapat berita pendek dari ketua Klab Procellius yang member informasi kepadanya bahwa ia berharap "Jangan sampai insiden kemarin malam itu terulang lagi. Dan sebaiknya dilupakan saja."

Menjelang makan siang ketua itu menerima dua pucuk surat pengunduran diri.

Setelah berbulan-bulan lamanya belajar setiap hari dengan tekun, William dan Matthew sudah himpir siap (tak seorang pun merasa sudah siap) menghadapi ujian-ujian akhir mereka. Selama 6 hari mereka menjawab pertanyaan-pertanyaan, mengisi halaman per halaman buku biru kecil. Kemudian mereka menunggu. Tidak sia-sia. Sebab mereka berdua sebagaimana yang diharapkan, diwisuda di Harvard bulan Juni 1928.

Seminggu setelah ujian, diumumkan bahwa William memenangkan Hadiah Rektor di bidang matematika. Ia sebenarya menginginkan seandainya ayahnya masih hidup ayah William itu masih dapat menyaksikan penyerahan hadiah itu pada hari wisuda'

Matthew berhasil lulus memperoleh nilai "C dengan persetujuan" yang melegakan dirinya. Dan tak mengherankan semua orang. Keduanya tak berminat melanjutkan studi. Keduanya telah memilih terjun ke dunia *nyata" secepat mungkin.

Rekening William di bank di New York mencapai satu juta dollar delapan hari sebelum ia meninggalkan Harvard. Pada saat itulah ia sangat rinci membicarakan dengan Matthew tentang rencana jangka panjang mengendalikan bank Lester dengan cara menggabungkannya dengan bank Kane & Cabot.

Matthew sangat antusias terhadap gagasan itu. Dan ia mengakui 'Itulah kiranya satu-satunya jalan memperbaiki diriku atas peninggalan ayahku bila ayahku meninggal."

Pada hari wisuda, Alan Llyod, kini berusia 60 tahun, datang ke Harvard. Setelah upacara wisuda, William mengajak tamunya minum teh di plaza' Alan memandang anak muda yang bertubuh tinggi besar itu penuh sayang.

'Nah, apa yang hendak kaulakukan kini engkau meninggalkan Harvard? "

'Aku akan bergabung dengan bank Charles Lester di New York. Aku ingin mendapat pengalaman dulu beberapa tahun sejak sekarang, sebelum aku memasuki Kane & Cabot."

"Tapi William, engkau telah hidup di bank Lester sejak berusia 12 tahun. Mengapa engkau tak langsung bergabung dengan kami sekarang juga? Kami akan menunjukmu langsung sebagai direktur."

Alan Llyod menunggu jawaban. Tapi tak juga keluar.

'Nah William, aku perlu menegaskan, bukan sifatmulah bisa dibuat bungkam oleh sesuatu."

'Tapi aku tak pernah membayangkan engkau akan mengajakku masuk dewan sebelum aku berusia 25 tahun. Ketika ayah . . ."

"Memang benar, ayahmu dipilih ketika berusia 25. Namun itu tidak merupakan halangan bagimu untuk bergabung dalam dewan sebelum itu, jika direktur-direktur lain mendukung gagasan tersebut. Dan aku tahu,mereka mendukungnya. Bagaimanapun juga, ada alasan pribadi mengapa aku menghendaki engkau menjadi direktur secepatnya. Bila aku pensiun dari bank 5 tahun lagi, kita pasti harus memilih presiden direktur yang tepat. Engkau akan berposisi lebih kuat untuk mempengaruhi keputusan itu, bila engkau telah bekerja di Kane & Cabot selama 5 tahun itu. Bukan sebagai pejabat besar di bank Lester. Nah nak, apa mau masuk dewan?"

Itu kali kedua hari itu saat William berharap ayahnya masih hidup.

"Aku seharusnya dengan senang menerimanya, Pak. " katanya.

Alan mendongak ke William. 'Itu tadi pertama kali engkau menyebutku dengan Pak, sejak kita main golf bersama. Aku harus menjagamu dengan sangat hati-hati."

William tersenyum.

“Baiklah. " kata Alan Llyod'Beres. Engkau akan jadi direktur muda bertugas di bidang investasi. Langsung di bawah Tony Simmons."

'Apakah aku dapat menunjuk sendiri pembantuku?" tanya William.

Alan Llyod memandangnya menyelidik. Tak salah lagi. Pasti Matthew Lester."

“Ya"

'Tidak. Aku tak mau ia berbuat di bank kita hal yang hendak kaulakukan di bank mereka. Thomas Cohen pasti telah mengajarmu hal itu."

William tak berkata apa-apa. Tapi ia tak pernah meremehkan Alan lagi.

Charles Lester tertawa ketika William menceritakan ulang pembicaraan itu kata demi kata.


"Sayang, mendengar kamu tak jadi bergabung dengan kami. Walaupun hanya sebagai mata-mata." katanya gemilang. “Tapi aku merasa pasti. suatu saat kamu akan berakhir di sini entah dalam kapasitas sebagai apa."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar