Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Kamis, 08 Maret 2012

Sebuah Selingan- Kisah Seorang Gadis Berhati Malaikat

Selingan ....

Cerita yang sangat menyentuh dari Pak Hindra Jaya yang di copas dari Kompasiana. Bagus ... dan menggugah hati.

Sebuah kisah terjadi tahun 2005..namun wajib buat kita kenang, sebagai pelajaran hidup.
YU YUAN Gadis Kecil Berhati Malaikat, yang berjuang hidup dari 
Leukimia Ganas. Setelah merasa tidak dapat disembuhkan lagi, ia rela 
melepaskan segala-galanya dan menyumbangkan untuk anak-anak lain yang 
masih punya harapan. Sungguh .. tak abis kata2 untuk Yu Yuan. Terima 
kasih telah memberikan contoh mulia kepada kami…
Kisah ini tentang seorang gadis kecil yang cantik yang memiliki 
sepasang bola mata yang indah dan hati yang lugu polos. Dia adalah 
seorang yatim piatu dan hanya sempat hidup di dunia ini selama delapan 
tahun. Satu kalimat terakhir yang ia tinggalkan di batu nisannya adalah 
“saya pernah datang dan saya sangat penurut”. Anak ini rela melepasakan 
pengobatan, padahal sebelumnya dia telah memiliki dana pengobatan 
sebanyak 540.000 dolar yang didapat dari perkumpulan orang Chinese 
seluruh dunia.
Dia membagi dana tersebut menjadi tujuh , yang dibagikan kepada tujuh anak kecil yang juga sedang berjuang menghadapi kematian. Dan dia rela 
melepaskan pengobatannya. Begitu lahir dia sudah tidak mengetahui siapa 
orang tua kandungnya. Dia hanya memiliki seorang papa yang 
mengadopsinya. Papanya berumur 30 tahun yang bertempat tinggal di 
provinsi She Cuan kecamatan Suang Liu, kota Sang Xin Zhen Yun Ya Chun Er Cu. Karena miskin, maka selama ini ia tidak menemukan pasangan 
hidupnya.
Kalau masih harus mengadopsi anak kecil ini, mungkin tidak ada lagi 
orang yang mau dilamar olehnya. Pada tanggal 30 November 1996, tgl 20 
bln 10 imlek, adalah saat dimana papanya menemukan anak kecil tersebut 
diatas hamparan rumput, disanalah papanya menemukan seorang bayi kecil 
yang sedang kedinginan. Pada saat menemukan anak ini, di dadanya 
terdapat selembar kartu kecil tertulis, 20 November jam 12. Melihat anak kecil ini menangis dengan suara tangisannya sudah mulai melemah. 
Papanya berpikir kalau tidak ada orang yang memperhatikannya, maka kapan saja bayi ini bisa meninggal.
Dengan berat hati papanya memeluk bayi tersebut, dengan menghela 
nafas dan berkata, “saya makan apa, maka kamu juga ikut apa yang saya 
makan”. Kemudian, papanya memberikan dia nama Yu Yan. Ini adalah kisah 
seorang pemuda yang belum menikah yang membesarkan seorang anak, tidak 
ada Asi dan juga tidak mampu membeli susu bubuk, hanya mampu memberi 
makan bayi tersebut dengan air tajin (air beras). Maka dari kecil anak 
ini tumbuh menjadi lemah dan sakit-sakitan. Tetapi anak ini sangat 
penurut dan sangat patuh.
Musim silih berganti, Yu Yuan pun tumbuh dan bertambah besar serta 
memiliki kepintaran yang luar biasa. Para tetangga sering memuji Yu Yuan sangat pintar, walaupun dari kecil sering sakit-sakitan dan mereka 
sangat menyukai Yu Yuan. Ditengah ketakutan dan kecemasan papanya, Yu 
Yuan pelan-pelan tumbuh dewasa. Yu Yuan yang hidup dalam kesusahan 
memang luar biasa, mulai dari umur lima tahun, dia sudah membantu papa 
mengerjakan pekerjaan rumah. Mencuci baju, memasak nasi dan memotong 
rumput. Setiap hal dia kerjakan dengan baik. Dia sadar dia berbeda 
dengan anak-anak lain.
Anak-anak lain memiliki sepasang orang tua, sedangkan dia hanya 
memiliki seorang papa. Keluarga ini hanya mengandalkan dia dan papa yang saling menopang. Dia harus menjadi seorang anak yang penurut dan tidak 
boleh membuat papa menjadi sedih dan marah. Pada saat dia masuk sekolah 
dasar, dia sendiri sudah sangat mengerti, harus giat belajar dan menjadi juara di sekolah. Inilah yang bisa membuat papanya yang tidak 
berpendidikan menjadi bangga di desanya. Dia tidak pernah mengecewakan 
papanya, dia pun bernyanyi untuk papanya. Setiap hal yang lucu yang 
terjadi di sekolahnya di ceritakan kepada papanya. Kadang-kadang dia 
bisa nakal dengan mengeluarkan soal-soal yang susah untuk menguji 
papanya. Setiap kali melihat senyuman papanya, dia merasa puas dan 
bahagia.
Walaupun tidak seperti anak-anak lain yang memiliki mama, tetapi bisa hidup bahagia dengan papa, ia sudah sangat berbahagia. Mulai dari bulan Mei 2005 Yu Yuan mulai mengalami mimisan. Pada suatu pagi saat Yu Yuan 
sedang mencuci muka, ia menyadari bahwa air cuci mukanya sudah penuh 
dengan darah yang ternyata berasal dari hidungnya. Dengan berbagai cara 
tidak bisa menghentikan pendarahan tersebut. Sehingga papanya membawa Yu Yuan ke puskesmas desa untuk disuntik. Tetapi sayangnya dari bekas 
suntikan itu juga mengeluarkan darah dan tidak mau berhenti. Dipahanya 
mulai bermunculan bintik-bintik merah. Dokter tersebut menyarankan 
papanya untuk membawa Yu Yuan ke rumah sakit untuk diperiksa.
Begitu tiba di rumah sakit, Yu Yuan tidak mendapatkan nomor karena 
antrian sudah panjang. Yu Yuan hanya bisa duduk sendiri dikursi yang 
panjang untuk menutupi hidungnya. Darah yang keluar dari hidungnya 
bagaikan air yang terus mengalir dan memerahi lantai. Karena papanya 
merasa tidak enak kemudian mengambil sebuah baskom kecil untuk menampung darah yang keluar dari hidung Yu Yuan. Tidak sampai sepuluh menit, 
baskom yang kecil tersebut sudah penuh berisi darah yang keluar dari 
hidung Yu Yuan. Dokter yang melihat keadaaan ini cepat-cepat membawa Yu 
Yuan untuk diperiksa. Setelah diperiksa, dokter menyatakan bahwa Yu Yuan terkena Leukimia ganas. Pengobatan penyakit tersebut sangat mahal yang 
memerlukan biaya sebesar 300.000 $. Papanya mulai cemas melihat anaknya 
yang terbaring lemah di ranjang. Papanya hanya memiliki satu niat yaitu 
menyelamatkan anaknya.
Dengan berbagai cara meminjam uang ke sanak saudara dan teman dan 
ternyata, uang yang terkumpul sangatlah sedikit. Papanya akhirnya 
mengambil keputusan untuk menjual rumahnya yang merupakan harta satu 
satunya. Tapi karena rumahnya terlalu kumuh, dalam waktu yang singkat 
tidak bisa menemukan seorang pembeli. Melihat mata papanya yang sedih 
dan pipi yang kian hari kian kurus. Dalam hati Yu Yuan merasa sedih.
Pada suatu hari Yu Yuan menarik tangan papanya, air mata pun mengalir dikala kata-kata belum sempat terlontar. “Papa saya ingin mati”. 
Papanya dengan pandangan yang kaget melihat Yu Yuan, “Kamu baru berumur 8 tahun kenapa mau mati”. “Saya adalah anak yang dipungut, semua orang 
berkata nyawa saya tak berharga, tidaklah cocok dengan penyakit ini, 
biarlah saya keluar dari rumah sakit ini.”
Pada tanggal 18 juni, Yu Yuan mewakili papanya yang tidak mengenal 
huruf, menandatangani surat keterangan pelepasan perawatan. Anak yang 
berumur delapan tahun itu pun mengatur segala sesuatu yang berhubungan 
dengan pemakamannya sendiri. Hari itu juga setelah pulang kerumah, Yu 
Yuan yang sejak kecil tidak pernah memiliki permintaan, hari itu meminta dua permohonan kepada papanya. Dia ingin memakai baju baru dan berfoto. Yu Yuan berkata kepada papanya: “Setelah saya tidak ada, kalau papa 
merindukan saya lihatlah melihat foto ini”.
Hari kedua, papanya menyuruh bibi menemani Yu Yuan pergi ke kota dan 
membeli baju baru. Yu Yuan sendirilah yang memilih baju yang dibelinya. 
Bibinya memilihkan satu rok yang berwarna putih dengan corak 
bintik-bintik merah. Begitu mencoba dan tidak rela melepaskannya. 
Kemudian mereka bertiga tiba di sebuah studio foto. Yu Yuan kemudia 
memakai baju barunya dengan pose secantik mungkin berjuang untuk 
tersenyum. Bagaimanapun ia berusaha tersenyum, pada akhirnya juga tidak 
bisa menahan air matanya yang mengalir keluar. Kalau bukan karena 
seorang wartawan Chuan Yuan yang bekerja di surat kabar Cheng Du Wan 
Bao, Yu Yuan akan seperti selembar daun yang lepas dari pohon dan hilang ditiup angin.
Setelah mengetahui keadaan Yu Yuan dari rumah sakit, Chuan Yuan 
kemudian menuliskan sebuah laporan, menceritakan kisah Yu Yuan secara 
detail. Cerita tentang anak yg berumur 8 tahun mengatur pemakamannya 
sendiri dan akhirnya menyebar keseluruh kota Rong Cheng. Banyak 
orang-orang yang tergugah oleh seorang anak kecil yang sakit ini, dari 
ibu kota sampai satu negara bahkan sampai ke seluruh dunia. Mereka 
mengirim email ke seluruh dunia untuk menggalang dana bagi anak ini.
Dunia yang damai ini menjadi suara panggilan yang sangat kuat bagi 
setiap orang. Hanya dalam waktu sepuluh hari, dari perkumpulan orang 
Chinese didunia saja telah mengumpulkan 560.000 dolar. Biaya operasi pun telah tercukupi. Titik kehidupan Yu Yuan sekali lagi dihidupkan oleh 
cinta kasih semua orang. Setelah itu, pengumuman penggalangan dana 
dihentikan, tetapi dana terus mengalir dari seluruh dunia. Dana pun 
telah tersedia dan para dokter sudah ada untuk mengobati Yu Yuan. Satu 
demi satu gerbang kesulitan pengobatan juga telah dilewati. Semua orang 
menunggu hari suksesnya Yu Yuan.
Ada seorang teman di-email bahkan menulis: Yu Yuan anakku yang 
tercinta saya mengharapkan kesembuhanmu dan keluar dari rumah sakit. 
Saya mendoakanmu cepat kembali ke sekolah. Saya mendambakanmu bisa 
tumbuh besar dan sehat. Yu Yuan anakku tercinta. Pada tanggal 21 Juni, 
Yu Yuan yang telah melepaskan pengobatan dan menunggu kematian akhirnya 
dibawa kembali ke ibu kota. Dana yang sudah terkumpul, membuat jiwa yang lemah ini memiliki harapan dan alasan untuk terus bertahan hidup. Yu 
Yuan akhirnya menerima pengobatan dan dia sangat menderita didalam 
sebuah pintu kaca tempat dia berobat. Yu Yuan kemudian berbaring di 
ranjang untuk diinfus. Ketegaran anak kecil ini membuat semua orang 
kagum padanya. Dokter yang menangani dia, Shii Min berkata, dalam 
perjalanan proses terapi akan mendatangkan mual yang sangat hebat.
Pada permulaan terapi Yu Yuan sering sekali muntah. Tetapi Yu Yuan 
tidak pernah mengeluh. Pada saat pertama kali melakukan pemeriksaan 
sumsum tulang belakang, jarum suntik ditusukkan dari depan dadanya, 
tetapi Yu Yuan tidak menangis dan juga tidak berteriak, bahkan tidak 
meneteskan air mata. Yu yuan yang dari dari lahir sampai maut menjemput 
tidak pernah mendapat kasih sayang seorang ibu. Pada saat dokter Shii 
Min menawarkan Yu Yuan untuk menjadi anak perempuannya. Air mata Yu Yuan pun mengalir tak terbendung.
Hari kedua saat dokter Shii Min datang, Yu Yuan dengan malu-malu 
memanggil dengan sebutan Shii Mama. Pertama kalinya mendengar suara itu, Shii Min kaget, dan kemudian dengan tersenyum dan menjawab, “Anak yang 
baik”. Semua orang mendambakan sebuah keajaiban dan menunggu momen 
dimana Yu Yuan hidup dan sembuh kembali. Banyak masyarakat datang untuk 
menjenguk Yu Yuan dan banyak orang menanyakan kabar Yu Yuan dari email. 
Selama dua bulan Yu Yuan melakukan terapi dan telah berjuang menerobos 
sembilan pintu maut. Pernah mengalami pendarahan dipencernaan dan selalu selamat dari bencana. Sampai akhirnya darah putih dari tubuh Yu Yuan 
sudah bisa terkontrol. Semua orang-orang pun menunggu kabar baik dari 
kesembuhan Yu Yuan. Tetapi efek samping yang dikeluarkan oleh obat-obat 
terapi sangatlah menakutkan, apalagi dibandingkan dengan anak-anak 
leukemia yang lain. Fisik Yu Yuan jauh sangat lemah.
Setelah melewati operasi tersebut fisik Yu Yuan semakin lemah. Pada 
tanggal 20 agustus, Yu Yuan bertanya kepada wartawan Fu Yuan: “Tante 
kenapa mereka mau menyumbang dana untuk saya? Tanya Yu Yuan kepada 
wartawan tersebut. Wartawan tersebut menjawab, karena mereka semua 
adalah orang yang baik hati”. Yu Yuan kemudia berkata : “Tante saya juga mau menjadi orang yang baik hati”. Wartawan itupun menjawab, “Kamu 
memang orang yang baik. Orang baik harus saling membantu agar bisa 
berubah menjadi semakin baik”. Yu yuan dari bawah bantal tidurnya 
mengambil sebuah buku, dan diberikan kepada ke Fu Yuan. “Tante ini 
adalah surat wasiat saya.”
Fu Yuan kaget, sekali membuka dan melihat surat tersebut ternyata Yu 
Yuan telah mengatur tentang pengaturan pemakamannya sendiri.
Ini adalah seorang anak yang berumur delapan tahun yang sedang 
menghadapi sebuah kematian dan diatas ranjang menulis tiga halaman surat wasiat dan dibagi menjadi enam bagian, dengan pembukaan, tante Fu Yuan, dan diakhiri dengan selamat tinggal tante Fu Yuan. Dalam satu artikel 
itu nama Fu Yuan muncul tujuh kali dan masih ada sembilan sebutan 
singkat tante wartawan. Dibelakang ada enam belas sebutan dan ini adalah kata setelah Yu Yuan meninggal. Tolong,……. Dan dia juga ingin 
menyatakan terima kasih serta selamat tinggal kepada orang- orang yang 
selama ini telah memperhatikan dia lewat surat kabar.
“Sampai jumpa tante, kita berjumpa lagi dalam mimpi. Tolong jaga papa saya. Dan sedikit dari dana pengobatan ini bisa dibagikan kepada 
sekolah saya. Dan katakan ini juga pada pemimpin palang merah. Setelah 
saya meninggal, biaya pengobatan itu dibagikan kepada orang-orang yang 
sakit seperti saya. Biar mereka lekas sembuh”.
Surat wasiat ini membuat Fu Yuan tidak bisa menahan tangis yang 
membasahi pipinya. Saya pernah datang, saya sangat patuh, demikianlah 
kata-kata yang keluar dari bibir Yu Yuan. Pada tanggal 22 agustus, 
karena pendarahan dipencernaan hampir satu bulan, Yu Yuan tidak bisa 
makan dan hanya bisa mengandalkan infus untuk bertahan hidup. Mula 
mulanya berusaha mencuri makan, Yu Yuan mengambil mie instant dan 
memakannya. Hal ini membuat pendarahan di pencernaan Yu Yuan semakin 
parah. Dokter dan perawat pun secepatnya memberikan pertolongan darurat 
dan memberi infus dan transfer darah setelah melihat pendarahan Yu Yuan 
yang sangat hebat. Dokter dan para perawat pun ikut menangis. Semua 
orang ingin membantu meringankan pederitaannya. Tetapi tetap tidak bisa 
membantunya.
Yu Yuan yang telah menderita karena penyakit tersebut akhirnya 
meninggal dengan tenang. Semua orang tidak bisa menerima kenyataan ini 
melihat malaikat kecil yang cantik yang suci bagaikan air. Sungguh telah pergi kedunia lain.
Di kecamatan She Chuan, sebuah email pun dipenuhi tangisan menghantar kepergian Yu Yuan. Banyak yang mengirimkan ucapan turut berduka cita 
dengan karangan bunga yang ditumpuk setinggi gunung. Ada seorang pemuda 
berkata dengan pelan “Anak kecil, kamu sebenarnya adalah malaikat kecil 
diatas langit, kepakanlah kedua sayapmu. Terbanglah……………” demikian 
kata-kata dari seorang pemuda tersebut.
Pada tanggal 26 Agustus, pemakaman Yu Yuan dilaksanakan saat hujan 
gerimis. Didepan rumah duka, banyak orang-orang berdiri dan menangis 
mengantar kepergian Yu Yuan. Mereka adalah papa-mama Yu Yuan yang tidak 
dikenal oleh Yu Yuan semasa hidupnya. Demi Yu Yuan yang menderita karena leukemia dan melepaskan pengobatan demi orang lain, maka datanglah papa mama dari berbagai daerah yang diam-diam mengantarkan kepergian Yu 
Yuan.
Di depan kuburannya terdapat selembar foto Yu Yuan yang sedang 
tertawa. Diatas batu nisannya tertulis, “Aku pernah datang dan aku 
sangat patuh” (30 nov 1996- 22 agus 2005). Dan dibelakangnya terukir 
perjalanan singkat riwayat hidup Yu Yuan. Dua kalimat terakhir adalah 
disaat dia masih hidup telah menerima kehangatan dari dunia. 
Beristirahatlah gadis kecilku, nirwana akan menjadi lebih ceria dengan 
adanya dirimu. Sesuai pesan dari Yu Yuan, sisa dana 540.000 dolar 
tersebut disumbangkan kepada anak-anak penderita luekimia lainnya. Tujuh anak yang menerima bantuan dana Yu Yuan itu adalah : Shii Li, Huang Zhi Qiang, Liu Ling Lu, Zhang Yu Jie, Gao Jian, Wang Jie. Tujuh anak kecil 
yang kasihan ini semua berasal dari keluarga tidak mampu. Mereka adalah 
anak-anak miskin yang berjuang melawan kematian.
Pada tanggal 24 September, anak pertama yang menerima bantuan dari Yu Yuan di rumah sakit Hua Xi berhasil melakukan operasi. Senyuman yang 
mengambang pun terlukis diraut wajah anak tersebut. “Saya telah menerima bantuan dari kehidupan Anda, terima kasih adik Yu Yuan, kamu pasti 
sedang melihat
kami diatas sana. Jangan risau, kelak di batu nisan, kami juga akan 
mengukirnya dengan kata-kata “Aku pernah datang dan aku sangat patuh”.
Kesimpulan:
Demikianlah sebuah kisah yang sangat menggugah hati kita. Seorang 
anak kecil yang berjuang bertahan hidup dan akhirnya harus menghadapi 
kematian akibat sakit yang dideritanya. Dengan kepolosan dan ketulusan 
serta baktinya kepada orang tuanya, akhirnya mendapatkan respon yang 
luar biasa dari kalangan Dunia. Walaupun hidup serba kekurangan, Dia 
bisa memberikan kasihnya terhadap sesama. Inilah contoh yang seharusnya 
kita pun mampu melakukan hal yang sama, berbuat sesuatu yang bermakna 
bagi sesama, memberikan sedikit kehangatan dan perhatian kepada orang 
yang membutuhkan. Pribadi dan hati seperti inilah yang dinamakan pribadi seorang Pengasih. “Ketulusan, Pengorbanan, selalu peduli terhadap 
sesama adalah kekayaan yang terindah”

SUMBER : http://umum.kompasiana.com/2008/12/28/true-story-yu-yuan-gadis-kecil-berhati-malaikat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar