“ Tidak bisa “ buru buru Tang Lo
Seng Kong berseru. “ Sumoayku sedang sakit, kau jangan mengganggu
ketenangannya “.
“ Baiklah kalau begitu. Kho Yong coba
kau bawa kemari orangnya, kita segera berangkat “.
Kedua orang iblis nomer wahid dari
kolong langit ini menganggap si Bocah Ajaib Bermuka Seribu Giam In
Kok bagaikan barang dalam saku saja, mereka menyangka pemuda itu
sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melakukan perlawanan.
Kho Yong yang mendapat perintah gurunya
dengan langkah lebar segera berjalan menghampiri pemuda itu. Serunya
sambil terkekeh kekeh :“ Bocah keparat, nampaknya nasibmu memang
kurang mujur ! “.
Mendadak….. dari balik pokon
berkelebat sesosok bayangan hijau. Sambil munculkan diri orang itu
segera membentak nyaring :“ Tahan ! “.
Menghadapi perubahan yang sama sekali
tidak terduga ini tanpa terasa Kho Yong mundur selangkah kebelakang,
tahu tahu dia saksikan seorang gadis cantik yang berusia muda dengan
sepasang pedang terhunus telah berdiri tegak dihadapan Giam In Kok.
Dalam sekilas pandangan saja Tang Lo
Seng Kong telah mengenali orang itu sebagai murid pertama adik
seperguruannya.
Buru buru bentaknya :“ Keponakan
murid Ciau, kau tak usah banyak mencampuri urusanku !“.
Dengan sepasang pedang disilangkan
didepan dada Ciau li Leng menjura dalam dalam, kemudian katanya :“
Perkataan dari Supek tak berani tecu membangkang, akan tetapi
Siauhiap ini sangat diperlukan untuk menyembuhkan sakit guru kami,
jadi bagaimanapun juga tecu tak akan membiarkan dia terjatuh ketangan
orang lain “.
“ Sehumu membutuhkan orang ini karena
dia bisa mengobati penyakitnya “ kata Tang Lo Seng Kong sambil
tertawa. “Tetapi dewasa ini dia sudah mengalami jalan api menuju
neraka. Bahkan dia sendiripun tak sanggup menyembuhkan dirinya
sendiri. Bagaimana mungkin bisa mengobati gurumu ?. Dia telah
kehilangan nilainya. Buat apa kita meski repot repot menahannya
disini ? “.
“ Tidak. Suhu hanya meminta siauhiap
ini segera kembali kedalam goa, tecu tidak mencampuri urusan yang
lain ! “.
“ Kau berani menentang perintahku ?!
“ bentak Tang Lo Seng Kong mulai naik darah.
“ Perintah suhu tidak berani tecu
tentang….. “.
“ Hemmmm, gurumupun tak akan berani
menentang kehendakku ! “.
Ciau li Leng segera tertawa hambar :“
Bagus, bila kau ingin membawa pergi Siauhiap ini, silahkah mengatakan
dulu kepada guru kami ! “.
“ Ngaco belo….. “ umpat Tang Lo
Seng Kong dengan gemas.
Tanpa ambil perduli perkataan dari
keponakan muridnya lagi, ditengah bentakan keras, ia segera maju dua
langkah kedepan. Buru buru Kho Yong menyingkir kesamping dan memberi
jalan. Ternyata Ciau li Leng sama sekali tidak menjadi gentar karena
ulah Supeknya itu.
Kembali ia berkata dengan wajah serius
:“ Tecu rasa tidak sepantasnya kalau Supek mendatangkan kesulitan
bagi tecu sekalian “.
“ Kesulitan apa yang ku datangkan
bagi kalian ? “.
Bersamaan dengan selesainya perkataan
itu tangannya segera digapai kearah Giam In Kok yang sedang duduk
lunglai diatas tanah itu.
Tampaknya dia hendak menggunakan ilmu
hisapan untuk merampas Giam In Kok lebih dulu. Cian Li Ling yang
menyaksikan peristiwa ini menjadi sangat terkejut. Buru buru sepasang
pedangnya diayunkan kencang. Dua gulung cahaya berkilauan segera
membias keangkasa dan membendung datangnya tenaga hisapan dari
Supeknya itu.
Pada saat dia menjerit kaget. Dari
balik hutan terdengar kembali suara bentakan keras disusul munculnya
beberapa sosok bayangan manusia yang masing masing melepaskan sebuah
pukulan ketengah arena.
Deru angin serangan yang sangat
gencarpun seketika menyelimuti seluruh angkasa.
Biarpun serangan dari beberapa orang
gadis itu amat cepat, namun tenaga hisapan yang dipancarkan Tang Lo
Seng Kong telah menyelimuti sekeliling badan Giam In Kok.
Semestinya dengan terperangkapnya Giam
In Kok dibawah tenaga hisapan lawan, tubuhnya akan segera
meninggalkan permukaan tanah dan melayang kearah orang yang
melepaskan serangan tersebut. Siapa tahu pemuda itu cuma kelihatan
sedikit bergerak, namun tubuhnya tetap terbaring diatas tanah dalam
posisi semula.
Tang Lo Seng Kong segera mengangggap
kejadian tersebut ulah dari Ciau li Leng beserta kawanan gadis
lainnya, dengan penuh amarah ia segera menggapai kearah Ciau Li Leng
sambil membentak :“ Kau maju kemari ! “.
Sim Li Ji yang berusia paling muda
cepat cepat berteriak keras :“ Toa Suci jangan maju, Supek akan
membunuhmu ! “.
Teriakan tersebut dengan cepat
menimbulkan nafsu membunuh terlintas diwajah Tang Lo Seng Kong.
Nampak sepasang alis matanya yang lebat berkenyit kencang lalu sambil
tertawa dingin serunya :“ Kurang ajar. Kalian sekawanan perempuan
rendah berani amat menentang diriku. Hemmmm, ayoh cepat serahkan
nyawa kalian “.
Ciau Li Leng tidak gentar, diapun
segera membentak nyaring :“ Kami hanya melaksanakan perintah suhu.
Biar menentang atasanpun tidak menjadi masalah. Nah Sumoay sekalian
bentuk barisan ! “.
Sepasang pedangnya segera digetarkan.
Dalam waktu singkat kawanan gadis tersebut telah menyebarkan diri dan
membentuk sebuah barisan pedang yang sangat tangguh.
Tiong Giok Kisu yang melihat kejadian
ini buru buru berkata :“ Seng Kong tak usah bertarung sendiri
dengan keponakan keponakan muridmu, biar Tong Seng Song serta Kho
Yong saja yang melabrak mereka….. “.
Mendadak terdengar gelak tertawa
nyaring bergema memecah keheningan. Tahu tahu Giam In Kok telah
melejit setinggi beberapa kaki ketengah udara dan melayang turun
dihadapan Ciau Li Leng, katanya kemudian sambil tertawa : “ Harap
Cici sekalian mundur kebelakang. Kalian tak usah melayani kawanan
binatang buas itu ! “.
Tiong Giok Kisu sama sekali tidak
menduga kalau musuhnya bukan saja tidak mengalami jalan api menuju
neraka, bahkan ilmu silatnya nampak jauh lebih maju dibandingkan
dengan sewaktu berada dibukit Siong San tempo hari. Ia menjadi
tertegun lalu tegurnya :“ Sungguh tidak kusangka sebocah keparat
ini berumur panjang… “.
“ Haahhh….haahhh…haahhhh…..
seandainya siauya sudah mati duluan, siapakah yang akan meringkus
kawanan bajingan tua macam kalian ini….. “.
Ternyata yang dialami Giam In Kok tadi
bukanlah gejala jalan api menuju neraka, melainkan merupakan awal
dari meleburnya Empedu Ular Bunga kedalam hawa murninya. Tak kala
tubuhnya menjadi lemas dan jatuh terduduk keatas tanah tadi, Giam In
Kok segera menghimpun tenaga dalamnya dan mencoba untuk mengatur
nafas, dengan cepat ia menemukan bahwa hawa murninya bergulung gulung
bagaikan arus sungai yang menjebolkan tanggul. Sadarlah Giam In Kok
bahwa tenaga dalamnya telah memperoleh peningkatan yang luar biasa.
Kebetulan pada saat itulah Tiong Giok
Kisu salah menganggapnya telah mengalami jalan api menuju neraka,
maka pemuda tersebut berlagak seakan akan dia memang telah lumpuh.
Menanti Tang Lo Seng Kong sudah mulai
memperlihatkan belangnya dan bersengkongkol dengan Tiong Giok Kisu,
diapun segera menampilkan diri.
Dari tingkah laku Tang Lo Seng Kong
yang nyata sekali bermoral bejad ini kemudian dihubungkan dengan
penyakit aneh yang diderita Say Lo Seng Bo maka dengan cepat pula
Giam In Kok dapat meraba duduk persoalan yang sebenarnya.
Sudah barang tentu Tiong Giok Kisu
tidak mengetahui seluk beluk persoalan tersebut. Kini sambil tertawa
tergelak ia berkata :“ Sekalipun bocah keparat ini berumur panjang,
tapi hal inipun akan berakhir tidak lama lagi, sebab aku sekarang
hendak menuntut ganti rugi atas rusak dan musnahnya atas gedung kami
beserta bunganya “.
“ Hemmmmm, modalnya saja belum tentu
bisa diambil kembali, jangan lagi soal bunganya ? “.
“ Hemmmmm….hemmmmm….hemmm…. kau
tak usah kuatir. Soal modal sih sudah ada orang yang akan membayarku
“.
“ Siapa ? “.
“ Siapa lagi, tentu saja Sepasang
Iblis Langit dan Bumi. Si Burung Nuri tua, keluarga Sim Peng serta
keluarga Ciang. Meski belum cukup namun kalau ditambahkan dirimu
lagi, aku pikir sudah cukup untuk membayar bunganya….. “.
Giam In Kok yang mendengar kata kata
tersebut menjadi amat terkesiap. Tapi diapun merasa dendam setengah
mati, segera bentaknya :“ Apa yang telah kau lakukan terhadap
mereka ? “.
“ Hemmmm….tentu saja akan kupakai
mereka sebagai bahan pengisi kekuatan ilmu Tiong Giok Sam Tiong-ku !
“.
Sepasang Iblis Langit dan Bumi serta
Burung Nuri adalah orang orang yang telah berusia seabad lebih. Namun
kenyataannya mereka telah dijadikan sebagai bahan pemuas seks
disamping menambah kekuatan tubuh kawanan iblis tersebut, meski
kedengarannya lucu, namun hal ini mungkin saja dapat terjadi.
Giam In Kok semakin mendendam. Tanpa
terasa lagi dia memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang amat
menyeramkan. Begitu kerasnya suara tawa tersebut membuat kawanan
gadis yang bertenaga dalam rendah itu merasa telingannya mendengung
dengung sakit, dan cepat cepat mundur beberapa langkah.
Tiong Giok Kisu pun merasakan hawa
darah dalam dadanya bergolak keras, cepat cepat dia menghimpun tenaga
dalamnya sambil membentak :“ Setan cilik. Apa yang menggelikan ? “.
“ Haaahhh….haahhhh….haahhhh….
aku hendak membunuhmu !“.
Biarpun Tiong Giok Kisu adalah gembong
iblis nomer wahid dari dunia persilatan saat ini, tak urung hatinya
dibuat bergidik juga setelah mendengar perkataannya yang sama sekali
tak berhawamanusia itu.
Apalagi Tong seng Song dan Kho Yong,
mereka semakin bergidik, sehingga tanpa terasa saling bertukar
pandangan sekejap. Selesai tertawa, berkilat sepasang mata Giam In
Kok sambil mengawasi sekeliling tempat itu. Ujarnya lagi dengan suara
yang dingin bagaikan es :“ Bajingan tua Ciu, kau tak perlu gugup,
walaupun kau tak akan lolos dari kematian, tapi siauya akan menyuruh
kalian merasakan dulu bagaimana tersiksanya oleh kekuatan Kim Tong
kalian sendiri“.
Tiba tiba muka Tiong Giok Kisu berubah
menjadi merah padam. Bentaknya keras :“ Kubunuh kau bangsat…. !
“.
Dengan cepat sepasang telapak tangannya
disilangkan didepan dada lalu melontarkannya kedepan.
“ Wuuuussss………. ! “.
Segulung angin pukulan yang amat gencar
dengan membawa debu dan pasir beterbangan sehingga membentuk selapis
kabut yang tebal segera terwujud, dua gulungan awan gelap
yangmenerjang kedepan dengan hebatnya.
“ Haaahhhhh….haaahhhhh…..hahhhhh….
“.
Giam In Kok tidak ambil perduli atas
serangan tersebut, bahkan memperdengarkan suara tawanya yang
menggidikkan hati.
Sim Li Ji yang melihat kejadian ini
menjadi kuatir setengah mati. Buru buru teriaknya :“ Toa Suci cepat
tolong dia……… “ sambil berteriak dia melompat maju kedepan.
Tapi disaat dia hampir mencapai tubuh
Giam In Kok, tahu tahu segulung kabut cahaya telah memancar keluar
dari tubuh Giam In Kok dan menghadang jalan majunya sehingga membuat
gadis itu mundur beberapa kali sambil berjumplitan.
“ Blaaammmmmm…. “.
Suatu ledakan yang dahsyat segera
bergema memecah keheningan. Begitu kerasnya bentrokan ini sehingga
bumi serasa tergoncang dengan hebatnya. Menyusul suara benturan
tersebut, tampak sesosok bayangan manusia terpental sejauh beberapa
kaki dari posisi semula dan tahu tahu jatuh terduduk ditanah.
Ternyata orang itu tidak lain adalah
Tiong Giok Kisu Ciu Tiok sendiri. Sekalipun dia berilmu tinggi dan
memiliki tenaga dalam sebesar seratus tahun hasil latihan, akan
tetapi begitu membentur hawa Ceng Goan Hiat Khi dari Giam In Kok
seketika itu juga badannya roboh terkapar diatas tanah.
Tak terlukiskan rasa terkejut Tang Lo
Seng Kong menyaksikan peristiwa ini. Dia segera melompat maju kedepan
dan bentaknya dengan keras :“ Bajingan cilik, kau berani melukai
orang dengan tenaga pukulan beracun ?. Hemmmmm…. Rasakan sebuah
pukulanku lebih dulu ! “.
“ Haaahhhh…..haahhh….haaahhhh….
kau manusia laknatpun harus mendapat bagian yang setimpal ! “
jengek Giam In Kok sambil terawa seram. Pelan pelan telapak tangan
kanannya dipersiapkan dan siap melepaskan serangan.
Sementara itu Tiong Giok Kisu telah
melompat bangun dari atas tanah, berkat tenaga dalamnya yang
sempurna, sekalipun ia menderita kerugian yang tidak kecil namun
tubuhnya sama sekali tidak terluka. Kini dia melepaskan serangan
kembali. Tang Lo Seng Kong sendiri meskipun tidak berniat mengerubuti
musuhnya dengan dua lawan satu. Tapi setelah berada dalam keadaan
begini, mau tak mau dia harus melepaskan pula serangannya.
Dalam waktu singkat diangkasa telah
muncul lapisan kabut hijau yang dihasilkan dari pukulan Ciang Lo
Ciang serta lapisan tujuh warna yang dihasilkan ilmu Tiong Giok
Khikang. Kedua macam tenaga pukulan yang maha dahsyat ini dengan
membawa suara desingan tajam serta deru angin kencang langsung
melabrak keatas tubuh si Bocah Ajaib Bermuka Seribu.
Melihat Supek mereka telah melancarkan
serangan dengan menggunakan tenaga dalam….
Halaman 21 dan 22 sobek….
….. tubuhnya dan jatuh terduduk
diatas tanah. Jeritan kaget bergema dari mulut gadis itu. Suasana
berubah menjadi kalut.
Sebaliknya Tang Lo Seng Kong serta T
iong Giok Kisu sendiripun terpental seperti bola yang disepak, dan
mencelat sejauh beberapa puluh kali dari posisinya semula.
Tong Seng Song serta Kho Yong menjadi
terperanjat pula sehingga paras mukanya berubah hebat. Tak sempat
lagi untuk melukai musuhnya, serentak mereka melompat kebelakang dan
menyambar tubuh Tiong Giok Kisu yang terpental itu.
Dengan cepat Tiong Giok Kisu menatur
pernafasan dan menghimpun hawa murninya kedalam dada. Ketika
dilihatnya Tang Lo Seng Kong belum selesai bersemedi, sedang Bocah
Ajaib Bermuka Seribu sedang bersemedi dan dikelilingi barisan nona.
Diam diam ia berbisik kepada kedua
orang muridnya itu.“ Kalian berdua cepat ringkis keparat tersebut
mumpung dia belum selesai bersemedi ! “.
Si Tikus dari Pecomberan Tong Seng Song
buru buru mengiaya. Bersama Kho Yong mereka melompat kemuka secepat
kilat, dan bentaknya dengan keras “
“ Hei bocah perempuan ayo pada
minggir ! “.
Siapa tahu belum selesai perkataan itu
diucapkan, Giam In Kok telah melompat bangun dari tanah, tangan
kirinya disodokkan kedepan, sementara tangan kanannya melancarkan
sebuah sapuan kilat.
Mimpipun kedua iblis tersebut tidak
menyangka kalau si Bocah Ajaib Bermuka Seribu bakal menjebak mereka
dengan akal cerdik.
Tak ampun lagi tubuh si Tikus dari
Pecomberan terpental sejauh sepuluh kaki lebih dari posisi semula.
Sedangkan Kho Yong menjerit kesakitan dan merasakan tulang
persendiannya tergetar patah, bahkan sewaktu tubuhnya terbanting
keatas tanah jalan darah Khi Hay Hitnya tertotok dengan telak
sehingga tenaga dalamnya punah sama sekali.
Betapa gusarnya Tiong Giok Kisu setelah
melihat kedua muridnya terluka, dia melompat kedepan untuk menyambar
tubuh Tong Seng Song yang terpental, lalu bentaknya dengan keras : “
Bajingan cilik, terhitung manusia macam apakah dirimu itu, hemmmmm
pandainya cuma melukai orang dengan cara licik “.
“ Hemmmmm…. Untuk menghadapi
kawanan manusia busuk macam kalian, apa salahnya kalau kupergunakan
sedikit taktik ? “ sahut Giam In Kok dingin.
“ Apa yang hendak kau perbuat atas
diri Kho Yong ? “ kembali Tiong Giok Kisu membentak.
“ Hemmmmm…..hemmmm…. bilamana
sudah berhasil kutangkap, saksikan saja bagaimana siauya praktikkan
ilmu menghisap tenagaku ! “.
Bergidik perasaan Tiong Giok Kisu
sesudah mendengar ancaman ini, matanya segera melotot penuh amarah.
Setelah tertawa seram teriaknya :“ Bocak keparat, aku ingin melihat
sampai dimanakah kehebatan ilmu silat peninggalan Cing Khu ! “.
Giam In Kok tertawa dingin :“ Hemmmm,
walaupun anak murid Cing Khu Siangjin tak seberapa ilmunya, tapi
untuk membunuh bajingan tua seperti kau rasanya masih lebih dari
cukup…….. “.
“ Baiklah, sambutlah seranganku ini
lebih dahulu ! “ bentak iblis tua itu mendadak.
Sekalipun diluaran Tiong Giok Kisu
berbicara secara takabur, namun dia tidak berani bertindak gegabah,
sepasang telapak tangannya segera diayunkan dengan penuh tenaga dan
mengeluarkan kepandaiannya yang paling hebat yang dimilikinya. Dalam
waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi oleh kabut yang berwarna
warni dan langsung menyelimuti badan Giam In Kok. Melihat musuhnya
sudah menyerang lebih dulu, Giam In Kok tersenyum. Dia menunggu
sampai kabut tadi mendekati badannya. Setelah itu sambil membentak
keras sepasang telapan tangannya baru didorong kedepan secara bersama
sama….
“ Blammmm ! “.
Kembali terjadi ledakan yang memekakkan
telinga. Lapisan kabut warna wani itu hilang lenyap secara tiba tiba.
Tapi dengan cepatnya selapis kabut warna warni yang lain telah
menyelimuti
kembali sekeliling tubuhnya.
“ Serangan yang hebat “ bentak Giam
In Kok.
Dengan tubuh tegap bagaikan bukit
karang, dia mengayunkan sepasang tangannya secara bergantian dan
secara beruntun melancarkan serangkaian pukulan dengan menggunakan
tenaga Ceng Goan Hiat Khi.
Benturan demi benturan bergema saling
susul menyusul, suaranya keras dan sangat memekakkan telinga. Sadar
kalau musuhnya amat tangguh, tampaknya Tiong Gion Kisu telah
mempertaruhkan tenaga dalam hasil latihannya selama seratus tahun.
Dalam keadaan begini, sekalipun Giam In
Kok sudah berulang kali memperoleh penemuan diluar dugaan, dan tenaga
Ceng Goan Hiat Khinya benar benar luar biasa hebatnya, akan tetapi
kabut warna warni yang berada disekeliling tubuhnya ibarat ombak
dikolam, setiap kali dibuyarkan dengan cepat terhimpun kembali.
Setiap kali bentrokan terjadi Giam In
Kok merasakan hawa yang amat panas selain membawa bau yang amat aneh,
lama kelamaan dia merasa terkejut juga dibuatnya.
“ Saudara Ciu tak usah kuatir, aku
segera datang membantu ! “ mendadak terdengar Tang Lo Seng Kong
bertetiak keras. Bukan saja diapun mengerahkan tenaga dalamnya,
bahkan selalu bekerjasama secara akrab dengan Tiong Giok Kisu dalam
melancarkan pukulan pukulannya.
Gulungan tenaga pukulan yang menerjang
datang dari balik kabut dengan cepat membuat Giam In Kok merasakan
tenaga yang menghimpit tubuhnya kian lama kian bertambah keras.
Akhirnya dia tak mampu menahan diri dan segera tergetar mundur sejauh
tiga langkah. Siapa tahu baru saja ia berhasil untuk berdiri tegak,
dari sisi arena kembali terdengar suara bentakan keras disusul
munculnya segulung pukulan yang menerjang tiba.
Dalam waktu singkat Giam In Kok dapat
mengenali suara tersebut adalah suara dari si Tikus dari Pecomberan
yang nampaknya bersembunyi dibalik kabut sambil melancarkan
serangkaian sergapan.
“ Bangsat, kau kepengin mampus
nampaknya …… “ dengan gemas ia segera membentak nyaring.
Menyusul ia mengayunkan tangannya, terdengar suara jerit kesakitan
bergema memecahkan keheningan. Nampak sesosok tubuh manusia terpental
sejauh sepuluh kaki lebih dari posisi semula.
Kabut tebal yang menyelimuti seluruh
angkasa mendadak hilang tak berbekas. Tampak Tiong Giok Kisu sambil
membopong tubuh si Tikus dari Pecomberan berdiri disamping Tang Lo
Seng Kong, sementara selembar wajahnya telah dilapisi kabut berwarna
hijau.
“ Bajingan keparat, kau benar benar
amat keji. Beranikan beradu tenaga dalam lagi ? “.
“ Haaahhhh…..haahhhh….haahhh…
asal saja berminat tentu saja kulayani. Tapi aku rasa kita tak usah
terlalu bertingkah, yang penting kau dapat mencabut nyawa lawan. Nah
bajingan tua, ayo cepat serahkan nyawamu…. “.
Giam In Kok memang sudah menaruh
kebencian yang luar biasa terhadap iblis tua yang menodai Nenek serta
Ik Poo-nya ini. Begitu selesai berkata ia segera menerjang
kehadapannya.
Tiba tiba Tang Lo Seng Kong tampilkan
diri kedepan lalu membentak nyaring :“ Tunggu sebentar ! “.
Giam In Kok merasakan cahaya berkilat
melintas didepan mata, tahu tahu sebatang pedang telah menyambar
persis dihadapan tubuhnya. Dengan gemas pemuda itu mendengus dingin,
tegurnya : “ Bangsat tua, kau harus mengerti bahwa siauya enggan
mencabut nyawa anjingmu berhubung aku masih memberi muka kepada Seng
Bo. Jangan kau anggap aku jeri kepadamu sehingga kau mencari jalan
kematian bagi diri sendiri…. “.
“ Haaahhhh…..haahhh…..haahhhh….
ilmu pedang Cing Lo Kiam Hoatku tiada duanya dikolong langit. Bila
kau menganggap punya kepandaian, silahkan mencoba untuk mencari
kehidupan lewat ujung pedangku “.
“ Kenapa aku mesti mencari kehidupan
?. Hemmm, justru siauya yang hendak mencabut nyawa anjingmu ! “.
“ Bajingan cilik, tak usah banyak
bicara lagi, lebih baik kita buktikan dengan kenyataan ! “.
Usai berkata Tang Lo Seng Kong segera
menggetarkan pergelangan tangannya, pedang lemasnya seketika
memancarkan selapis cahaya hijau serta hawa pedang yang menggidikkan
hati.
Giam In Kok melirik sekejap dengan
wajah sini, jengeknya dingin:“ Bila ingin mencari mampus, ayo cepat
maju, buat apa banyak bertingkah dihadapanku ? “.
Ciau Li Leng yang melihat peristiwa ini
buru buru berteriak keras :“ Siauhiap jangan bersikap gegabah,
cepat loloskan senjatamu !“.
Tang Lo Seng Kong segera tertawa
bergelak, tiba tiba ia menyindir :“ Hei bocah perempuan, tak nyana
kau pandai mengkuatirkan orang lain. Lim Pek telah salah memilih
pasangannya ! “.
Merah padam selembar wajah Ciau Li
Leng, segera teriaknya :“ Kau sebagai Supek kenapa berbicara
sekotor itu terhadap angkatan muda ? “.
“ Supek !. Angkatan Muda !?. Huuhhh….
Bila kalian kawanan perempuan rendah masih mengakui diriku Supek, ayo
cepat menggelinding masuk kedalam goa dan jangan membangkitkan
amarahku lagi. Kalau aku sampai jengkel, akan kularang Lim Pek untuk
berhubungan dengan dirimu lagi “.
Mungkin terpengaruh oleh kekuatan
cinta, Ciau Li Leng segera tertunduk dengan wajah malu dan merah.
Untuk beberapa saat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah
katapun. Sim Li Ji menjadi penasaran. Setelah mendengus dingin
umpatnya : “ Tidak boleh yang tidak boleh….heeemmmm, memangnya
hanya Lim Pek yang paling hebat, paling luar biasa ? “.
Sementara itu Giam In Kok telah
memanfaatkan kesempatan disaat pihak lawan cekcok dengan kawanan
gadis tersebut, ia berpaling kearah Tiong Giok Kisu, tiba tiba
ditemuinya iblis tua sedang memeluk tubuh si Tikus dari Pecomberan
dalam pelukannya, sedang mulutnya menempel dimulut lawan. Agaknya
mereka sedang saling mengisi tenaga dalam.
Tapi Giam In Kok yang cerdik segera
dapat menduga apa gerangan yang terjadi, rupanya Tiong Giok Kisu yang
merasakan dirinya terdesak, kini sedang merampas dengan paksa tenaga
dalam yang dimiliki si Tikus dari Pecomberan untuk dipergunakan
dirinya sendiri.
Menyadari akan datangnya ancaman
bahaya, ia segera berpekik nyaring dan melesak kedepan sambil
melepaskan sebuah pukulan dahsyat ketubuh Tiong Giok Kisu.
“ Haahhhh….haahhhh…hahhh….
Bocah Ajaib , meski kau cerdik mengetahui apa yang sedang kuperbuat,
sayang sekali kedatanganmu tetap terlambat satu tindak “ seru Tiong
Giok Kisu tiba tiba.
Ditengah seruan tersebut ia berkelebat
sejauh beberapa kaki untuk menghindarkan diri dari ancaman, kemudian
melemparkan mayat si Tikus dari Pecomberan kehadapan anak muda
tersebut. Kembali ia mengejek sambil menyengiri seram : “ Aku telah
mengorbankan seorang muridku. Terpaksa sebagai ganti dari kekosongan
ini. Kau harus mengisinya kembali ! “.
Mengorbankan orang lain demi
keberhasilan diri sendiri, peristiwa ini benar benar amat keji dan
luar biasa. Apalagi merampas tenaga dalam yang dimiliki seseorang
dengan cara yang dipraktikkan Tiong Giok Kisu barusan. Peristiwa
semacam ini boleh dibilang belum pernah terjadi sebelumnya.
Giam In Kok menjadi amat bergidik
hingga bulu kuduknya bangun berdiri. Kejut dan gusar segera bentaknya
keras keras :“ Iblis keji, serahkan nyawa anjingmu ! “.
Mendadak terasa desingan ujung baju
terhembus angin bergema lagi dari atas kepalanya.
Dengan cekatan Giam In Kok menghindar
sejauh beberapa kaki.
Sewaktu berpaling, ia saksikan Tang Lo
Seng Kong telah melayang turun dari tengah udara. Maka dengan wajah
dingin dan nada setengah mengejek dia berseru :“ Apakah kalian
ingin turun tangan bersama lagi ? “.
“ Kenapa harus turun tangan bersama ?
“ jawab Tang Lo Seng Kong sambil mendengus. “ Aku akan
menghajarmu setengah mati lebih dulu, kamudian baru diserahkan kepada
situa Ciu untuk menikmati tenaga dalammu ! “.
“ Haahhh….haahhh…..haaahhhh….
pandai amat kau bermimpi disiang bolong. Aku takut hawa murnimu bakal
dihisap habis oleh si iblis keji itu seperti apa yang dialami si
Tikus busuk itu “.
Tiong Giok Kisu yang berada disamping
arena segera melangkah maju kedepan, serunya sambil tertawa dingin :
“ Kurang ajar. Kau berani memfitnah orang semaumu sendiri ? “.
“ Siapa bilang aku memfitnah ?. Toh
kenyataan sudah terpampang diddepan mata ? “.
“ Kau berani bertarung lebih dulu
denganku ? “.
“ Kenapa tidak ?. Tetapi kau meski
memperhitungkan dulu secara masak masak. Andaikata kau yang kalah
akhirnya tenaga dalam milikmu bakal terjatuh ketangan siapa ? “.
Tiong Giok Kisu menjadi tertegun untuk
sementara waktu. Tanpa sadar ia berpaling dan memandang sekejap
kearah Tang Lo Seng Kong.
Kemudian Giam In Kok berseru sambil
tertawa terkekeh kekeh : “ Haaahhhh…. Haaahhhh…. haahhhh….
kuanjurkan kepadamu lebih baik ajaklah saudaramu itu untuk mati
bersama, dengan demikian kaupun tak usah takut tenaga dalammu bakal
beralih tangan “.
Sindiran demi sindiran yang diterima
Tiong Giok Kisu kontan saja membangkitkan nafsu membunuh didalam hati
Iblis tua tersebut, segera bentaknya nyaring :“ Bajingan cilik,
rasakan sebuah pukulanku lebih dulu “.
Tampak dia menggetarkan telapak
tangannya. Kabut berwarna warnipun dengan cepat menggulung kemuka
bagaikan amukan angin topan.
Sejak berhasil merampas tenaga dalam
yang dimiliki si Tikus dari Pecomberan, tenaga dalam yang dimiliki
Tiong Giok Kisu saat ini telah memperoleh peningkatan yang luar
biasa. Giam In Kok amat terkesiap. Cepat cepat ia mundur selangkah
kebelakang untuk menghindarkan diri.
“ Weeeessssss……. ! “.
Segulung tenaga pukulan yang sangat
gencar menyambar lewat persis dari sisi tubuhnya.“ Rasakan juga
sebuah tusukan pedangku ini “ tiba tiba Tang Lo Seng Kong membentak
juga.
Menyusul kemudian terasa segulung
desingan angin tajam mengancam kebelakang tubuh anak muda itu.
Sekalipun digencet oleh dua orang musuh yang tangguh, Bocah Ajaib
Bermuka Seribu sama sekali tidak menjadi panik ataupun gugup.
Dalam keadaan yang amat kritis ini,
cepat cepat dia melejit setinggi tujuh delapan kaki ketengah udara
dan melompat naik kepuncak pohon.
Tiba tiba terdengar seseorang berseru
dengan suara merdu :“ Mengapa kau tidak menggunakan senjata ?.
Apakah tidak membekal senjata tajam ? “.
Sebagaimana diketahui, pedang pendeknya
telah dihadiahkan kepada Ho Koan Kim untuk menjaga diri. Cakar Elang
saktinya tergantung pula diatas lidah Ular Bunga dibalik kabut. Ini
berarti tinggal Kipas Emas Bertulang Bajai pemberian si Iblis Langit
Suto Liong yang masih terselip dipinggangnya.
Begitu diingatkan kembali oleh Sim Li
Ji tadi, senjata tersebut segera diloloskan, lalu serunya :
“ Tiong Giok si Iblis tua, hari ini
kau bakal mampus ! “. Waktu itu Tiong Giok Kisu telah menghimpun
tenaga dalamnya yang mendekati tiga ratus tahun hasil latihan, sudah
barang tentu dia tidak memandang sebelah mata terhadap sebuah kipas
baja.
Ketika mendengar ucapan tersebut, ia
segera tertawa seram, tiba tiba tubuhnya melejit ketengah udara.
Belum lagi tubuhnya mencapai sasaran, angin pukulan yang membawa
kabut berwarna warni telah menyambar batang pohon tersebut hingga
patah menjadi beberapa bagian.
Kejadian tersebut dengan cepat
mengandung perasaan kaget dan ngeri dari kawanan gadis itu, bahkan
Sim Li Ji sampai menjerit keras. Gerakan tubuh Tiong Giok Kisu benar
benar amat cepat, belum lagi teriak kaget Sim Li Ji bergema, angin
pukulannya telah menyentuh batang ranting yang ditinju oleh Giam In
Kok.
Tapi pada saat yang bersamaan itulah
mendadak Giam In Kok merentangkan Kipas Bajanya sambil dikibaskan
kebawah, angin pukulan yang menyambar tiba seketika menyebar kemana
mana.
Tiong Giok Kisu tak sempat menahan
gerakan tubuhnya lagi, dia langsung menerjang kepuncak pohon. Dengan
suara menggeledek Giam In Kok segera membentak nyaring :
“Turun ! “.
Tampak Kipas Bajanya dirapatkan dan
memancarkan segulung tenaga serangan, bersamaan waktunya telapak
tangan kirinya melancarkan sebuah babatan dahyat.
“ Blammmmmmm ! “.
Ditengah benturan keras terdengar Tiong
Giok Kisu menjerit kaget, mengikuti hembusan daun dan ranting yang
memancar keempat penjuru. Badannya terpental sejauh belasan kaki
lebih. Giam In Kok sendiri meski berhasil menghajar Tiong Giok Kisu
dengan tenaga pukulannya yang maha dahsyat itu hingga terpental
kebawah pohon, dia sendiripun merasakan hawa darahnya bergolak keras,
cepat cepat ia duduk bersila sambil mengatur pernafasannya.
Dengan suatu gerakan cepat Sim Li Ji
memburu kesamping anak muda tersebut, ketika melihat wajah pemuda itu
pucat pias, ia segera berseru sambil menghela nafas panjang : “
Aaaaiiii, seandainya kau turuti perkataanku sejak tadi, tak mungkin
kau akan terluka begini “.
Baru habis ia berkata, tiba tiba dari
belakang tubuhnya terdengar seseorang tertawa cekikikan sambil
berkata :“ Pat Sumoay, kau jangan terlalu mengusik ketenangannya.
Hati hati kalau dia sampai mengalami jalan api menuju neraka “.
Sewaktu berpaling, ia saksikan Sam
Sucinya Chin Li Gi telah berdiri dihadapannya sambil tertawa, kontan
saja wajahnya berubah menjadi merah padam, serunya cepat :“ Hemmmm,
burung gagak semuanya berwarna hitam, memangnya kau sendiri tidak
bersikap begitu ? “.
Dalam pada itu Giam In Kok telah
selesai dengan semedinya, melihat para gadis tersebut kecuali Chin Li
Leng seorang telah berdiri disekelilingnya, dengan rasa berterima
kasih ia segera berseru : “ Terima kasih banyak atas perhatian Cici
sekalian, bagaimana keadaan Tiong Giok Kisu si iblis tua itu ? “.
“ Haahhhh, siapa yang ambil perduli
dengan mati hidupnya ? “ sahut Sim Li Ji sambil mencibirkan
bibirnya.
“ Aduh celaka. Kita telah
meninggalkan bibit bencana “mendadak pemuda itu berseru kaget.
Cepat cepat dia melompat naik kepuncak
pohon dan menerawang jauh kedepan. Betul juga, tampak sesosok
bayangan manusia telah berada setengah li dari situ. Dalam sekilas
pandang saja ia mengenali orang itu adalah Tang Lo Seng Kong yang
membopong Tiong Giok Kisu.
Dengan mengerahkan senenap kemampuan
yang dimilikinya, ia segera melakukan pengejaran .
“ Tinggal disini saja ! “ terdengar
suara bentakan dengan keras.
Mengikuti bentakan tersebut, segulung
tenaga pukulan telah menyambar kearahnya dengan dahsyat. Giam In Kok
terkesiap, cepat cepat ia melejit kebelakang untuk menghindarkan diri
dari sergapan tersebut. Kemudian tanpa perduli siapa penyergapnya dia
menutulkan kembali ujung kakinya keatas tanah dan meluncur maju
kedepan.
Tapi bentakan nyaring kembali
berkumandang. Kali ini tampak cahaya pedang menghadang dihadapannya.
Menghadapi penghadangan yang berlangsung secara berulang ulang,
terpaksa Giam In Kok harus melambung satu kaki ketengah udara.
Kemudian berjumplitan dan melompat keatas dahan pohon. Ternyata
dihadapannya telah berdiri empat orang pemuda yang sedang
mengawasinya dengan wajah penuh amarah. Mereka berdiri disitu dengan
senjata terhunus.
“ Kurang ajar “ umpat Giam In Kok
marah. “ Siapa kalian dan mengapa menghalangi jalan pergiku ? “.
Sebagai pimpinan rombongan dari kawanan
pemuda tersebut adalah seorang laki laki tampan berusia dua puluh
tahunan. Ia segera tertawa dingin dan balas mengejek : “ Mengapa
kami halangi perjalananmu. Lebih baik tanyakan pada diri sendiri…..
“.
Sementara tanya jawab berlangsung,
kawanan gadis tadi telah menyusul kesitu, terdengar Sim Li Ji
berteriak keras : “ Hei Lim Suko, kenapa kalian datang kemari ?.
Mana Supek ? “.
Dengan cepat Giam In Kok tahu kalau
pemuda pemuda tersebut adalah anak murid Tang Lo Seng Kong, maka
serunya kemudian : “ Harap cici sekalian tunggu disini, aku hendak
mengejar gembong iblis tersebut “.
Belum lagi Giam In Kok bergerak, pemuda
she Lim itu membentak keras, empat bilah pedang kembali diayunkan
kemuka menghalangi perginya.
Terdengar pemuda she Lim membentak
dengan hawa pembunuhanan menyelimuti wajahnya :
“ Bajingan keparat, kau berani memaki
guruku sebagai gembong iblis ! . Ayo sebutkan namamu untuk menerima
kematian ? “.
Giam In Kok tertawa dingin :“
Heehhhh….heeehhhh…heeehhhh… dengan mengandalkan kemampuan
kalianpun berani berkata demikian ?. Huh !?. Siauya tak pernah
membunuh kawanan keledai dungu. Ayo cepat enyah dari sini ! “.
Karena tergesa gesa ingin mengejar Tang
Lo Seng Kong untuk merebut kembali Tiong Giok Kisu, begitu selesai
berkata sebuah pukulan gencar segera dilancarkan kedepan.
“ Weesssss ! “.
Segulung tenaga pukulan berkelebat
lewat membuat keempat pemuda tadi mundur dengan langkah sempoyongan.
Pemuka she Lim itu segera membentak keras : “ Serbu terus ! “.
Begitu bergerak mundur mereka maju lagi
sambil melancarkan pukulan dengan tangan kiri dan menciptakan selapis
kabut hilau dengan pedang kanannya, kemudian menggunakan jurus ‘
jaring langit menangkap burung ‘ serentak mereka mengepung
tubuhlawan.
“ Hemmmm, kalian benar benar
sekawanan keledai dungu ! “ umpat Giam In Kok gemas.
Penghadangan yang berulang ulang dengan
cepat mengobarkan hawa amarahnya. Ditengah bentakan keras, kembali
sebuah pukulan dilontarkan kemuka.
Tiba tiba tampak sesosok bayangan kecil
melejit ketengah arena sambil berteriak :“ Ampuni selembar jiwanya
! “.
Orang itu adalah Chin Li Leng murid
pertama Say Lo Seng Bo, waktu itu dia menerobos ketengah arena dengan
tergopoh gopoh, namun sayang kedatangannya tetap saja terlambat satu
langkah.
Tenaga dalam tiga ratus tahun hasil
latihan Tiong Giok Kisu saja tidak mampu menghadapi serangan Giam In
Kok, apalagi pihak musuh hanya sekawanan pemuda kemarin sore.
Untung saja Giam In Kok memang tidak
berniat melukai musuhnya. Karena itu hanya sedikit kekuatan yang
dipergunakan. Biarpun begitu, ternyata pukulan tadi berakibat fatal
bagi kawanan pemuda tadi, terutama pemuda she Lim tadi, tubuhnya
terpental jauh sampai sepuluh kaki lebih.
Kebetulan Chin Li Leng menyusul tiba.
Cepat cepat gadis itu menyambar tubuh pemuda tadi dan berseru : “
Lim Skjo, kenapa kalian malah saling gontok gontokan ? “.
Rasa malu, gemas, gusar bercampur aduk
dalam dada pemuda she Lim itu, dengan cepat dia meronta bangun dari
pelukan Chin Li Leng dan berseru dengan gemas :“ Siapakah bocah
keparat itu ? “.
“ Aneh benar Lim Suko ini, kalau
tidak mengetahui siapa dia, mengapa kalian berkelahi dengan orang itu
? “.
“ Ohhhh…jadi kau membela dia ?.
Hemmmm. Bagus, bagus sekali….kalau memang kau lebih suka membela
bocah keparat itu, anggap saja aku Lim Pek memang punya mata tak
berbiji “.
“ Lim Suko apa maksudmu ? “ tegur
Chin Li Leng
“ Hemmm, apa yang tidak tahu kalau
perempuan sekarang banyak yang suka memilih, apalagi setelah melihat
pemuda tampan“.
Chin Li Leng menjadi gusar. Tiba tiba
bentaknya :“ Kau berani menghina aku ?! “.
Tangannya langsung diayunkan dan
menampar pipi pemuda tersebut dengan keras. Sementara itu Giam In Kok
yang melihat ada kesempatan baginya untuk meninggalkan tempat
tersebut ia segera memanfaatkan dengan sebaik baiknya.
Sambil tertawa keras tubuhnya melesat
kedepan dan langsung mengejar kearah Tang Lo Seng Kong melarikan diri
tadi. Sayang sekali ia datang terlambat. Suasana disekelilingnya
nampak sangat hening dan tidak kelihatan sesosok bayangan manusiapun.
Setelah mengejar sekian lama, tiba tiba ia teringat akan sesuatu,
sudah pasti Tang Lo Seng Kong telah membawa Tiong Giok Kisu kembali
ketempat tinggalnya. Ini berarti ia bisa mengetahui alamat tersebut
dari para nona.
“ Mengapa aku tidak mengobati
penyakit Seng Bo lebih dahulu sebelum mencari langsung kealamat iblis
tersebut “ demikian Giam In Kok berpikir.
Tapi sebelum ia sempat kembali ketempat
semula, dari kejauhan terdengar jelas suara pertarungan sengit
diiringi bentakan bentakan nyaring….
Rupanya antara para gadis murid Say Lo
Seng Bo telah bertarung sengit melawan empat pemuda murid murid Tang
Ko Seng Kok. Sementara itu Giam In Kok termangu mendadak terdengar
suara lirih :
“ Engko In “.
Cepat Giam In Kok berpaling, ternyata
Sim Li Ji dengan wajah tersipu s ipu munculkan diri dari balik pohon.
Giam In Kok segera menegur sambil tertawa :“ Ada apa adik Ji ? “.
“ Engkoh In, bila kau ingin mengobati
penyakit Suhu, ayolah cepat ikut aku ! “.
“ Aku memang berniat mengobati
penyakit Suhumu. Tapi aku kuatir melihat beberapa orang Cici
bertarung melawan orang lain. Untuk sesaat aku tidak tahu harus
bertindak yang mana terlebih dahulu “.
“ Jangan perdulikan dengan
pertarungan itu. Tak nanti kawanan manusia busuk itu bisa mengungguli
Suciku ! “.
Begitulah Giam In Kok segera mengikuti
dibelakang Sim Li Ji kembali kedalam ruang bawah tanah. Ketika masuk
kembali kedalam ruangan, tampaklah Say Lo Seng Bo sedang duduk murung
dengan air mata bercucuran.
Dengan terkejut Giam In Kok segera
bertanya : “ Seng Bo, apakah keadaan penyakitmu terjadi suatu
perubahan ? “.
Agaknya Say Lo Seng Bo terlalu murung
sehingga tidak mengetahui akan kehadiran mereka berdua. Ia baru
mendongakkan kepalanya dengan kaget setelah mendengar pertanyaan
tersebut. Buru buru Say Lo Seng Bo berkata :“ Aku benar benar telah
menderita kekesalan yang tidak terkirakan. Baru hari ini aku menjadi
sadar sebab sebab terjadinya semua peristiwa ini….. ?!? “.
“ Ya… aku mengerti “ sahut Giam
In Kok cepat.
“ Kau bisa mengetahui apa yang
kualami ? “.
“ Benar. Aku hanya meraba menurut
keadaan ! “.
Paras muka Say Lo Seng Bo berubah
semakin sedih. Tiba tiba katanya lirih :“ Adik Li Ji cepat kau
tutup pintu ruangan, setelah itu baliklah kemari……. “.
“ Suhu, mengapa kau memanggilku
dengan sebutan Adik ? “ seru Sim Li Ji dengan perasaan terperanjat.
“ Aaaiiihh… tentu saja aku
mempunyai maksud mendalam. Setelah Siauhiap menyembuhkan sakitku
nanti, tentu nanti akan kukatakan hal yang sebenarnya kepadamu,
pergilah !. Sewaktu
Siauhiap mengobati penyakitku, entah
cara apa yang hendak digunakan ? “.
“ Aku hendak memaksa meluar janin
aneh dari kandungan dengan tenaga dalam, lalu akan kugunakan darahku
untuk menambah kekuatan Seng Bo….. “.
“ Jangan kau sebut Seng Bo lagi
padaku. Bila kau bersedia menyebut Enci Bo Li No saja aku telah
merasa puas “.
Mendadak Giam In Kok menemukan sesuatu
yang aneh. Ia teringat bahwa nama dari kawanan gadis tersebut
ternyata hampir semuanya menggunakan kata ‘ Li ‘ seperti nama
gurunya, tapi karena Bo Li Bo tak ingin menjelaskan lebih jauh dan
mungkin saka mengandung suatu masalah yang pelik, maka Giam In
Kok-pun tidak menyelidiki lebih jauh.
Halaman 59 – 60 robek/hilang
Dengan perasaan setengah percaya
setengah tidak Sin Li Ji segera berjalan menuju kesisi meja.
Menggunakan kesempatan itulah Giam In Kok menekan bawah perut Say Lo
Seng Bo secara pelan pelan. Dia merasa perut perempuan tersebut
terasa ada suatu benda yang bergerak gerak.
Tanpa terasa ia berpikir : “ Jangan
jangan janin aneh yang berada dalam kandungannya telah mulai berwujud
? “.
Teringat bahwa kandungan Bo Li Bo bisa
jadi adalah sebuah janin setan atau makhluk aneh, tanpa terasa dia
mengerahkan hawa murni Ceng Goan Hiat Khi-nya.
Segulung tenaga panas dengan cepat
menembusi pinggu perempuan tersebut dan menyusup masuk kedalam.
“ Aduh sakit….. ?!? “.
Menyusul keluhan yang memilukan hati
itu kembali Bo Li Bo merenggangkan sepasang pahanya lebar lebar. Kali
ini tampak darah menyembur keluar sejauh satu kaki lebih dan…..
“ Duuukkk ! “ sesosok benda
melompat keluar dari lubang kelamin perempuan itu.
Sim Li Ji menjadi amat terkejut. Sambil
menjerit kaget buru buru dia menyusul datang. Kebetulan sekali
semburan darah menodai seluruh tubuhnya. Nona cilik ini menjadi marah
dan segera melepaskan sebuah pukulan kedepan…….
Bersambung Jilid 44
Tidak ada komentar:
Posting Komentar