Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Rabu, 07 Maret 2012

Pendekar Buruk Muka - Can ID 43

Sambungan yang lalu ... semakin seru ...




“ Tidak bisa “ buru buru Tang Lo Seng Kong berseru. “ Sumoayku sedang sakit, kau jangan mengganggu ketenangannya “.

“ Baiklah kalau begitu. Kho Yong coba kau bawa kemari orangnya, kita segera berangkat “.

Kedua orang iblis nomer wahid dari kolong langit ini menganggap si Bocah Ajaib Bermuka Seribu Giam In Kok bagaikan barang dalam saku saja, mereka menyangka pemuda itu sudah tidak mempunyai kemampuan lagi untuk melakukan perlawanan.

Kho Yong yang mendapat perintah gurunya dengan langkah lebar segera berjalan menghampiri pemuda itu. Serunya sambil terkekeh kekeh :“ Bocah keparat, nampaknya nasibmu memang kurang mujur ! “.

Mendadak….. dari balik pokon berkelebat sesosok bayangan hijau. Sambil munculkan diri orang itu segera membentak nyaring :“ Tahan ! “.

Menghadapi perubahan yang sama sekali tidak terduga ini tanpa terasa Kho Yong mundur selangkah kebelakang, tahu tahu dia saksikan seorang gadis cantik yang berusia muda dengan sepasang pedang terhunus telah berdiri tegak dihadapan Giam In Kok.

Dalam sekilas pandangan saja Tang Lo Seng Kong telah mengenali orang itu sebagai murid pertama adik seperguruannya.

Buru buru bentaknya :“ Keponakan murid Ciau, kau tak usah banyak mencampuri urusanku !“.

Dengan sepasang pedang disilangkan didepan dada Ciau li Leng menjura dalam dalam, kemudian katanya :“ Perkataan dari Supek tak berani tecu membangkang, akan tetapi Siauhiap ini sangat diperlukan untuk menyembuhkan sakit guru kami, jadi bagaimanapun juga tecu tak akan membiarkan dia terjatuh ketangan orang lain “.

“ Sehumu membutuhkan orang ini karena dia bisa mengobati penyakitnya “ kata Tang Lo Seng Kong sambil tertawa. “Tetapi dewasa ini dia sudah mengalami jalan api menuju neraka. Bahkan dia sendiripun tak sanggup menyembuhkan dirinya sendiri. Bagaimana mungkin bisa mengobati gurumu ?. Dia telah kehilangan nilainya. Buat apa kita meski repot repot menahannya disini ? “.

“ Tidak. Suhu hanya meminta siauhiap ini segera kembali kedalam goa, tecu tidak mencampuri urusan yang lain ! “.

“ Kau berani menentang perintahku ?! “ bentak Tang Lo Seng Kong mulai naik darah.

“ Perintah suhu tidak berani tecu tentang….. “.

“ Hemmmm, gurumupun tak akan berani menentang kehendakku ! “.

Ciau li Leng segera tertawa hambar :“ Bagus, bila kau ingin membawa pergi Siauhiap ini, silahkah mengatakan dulu kepada guru kami ! “.

“ Ngaco belo….. “ umpat Tang Lo Seng Kong dengan gemas.

Tanpa ambil perduli perkataan dari keponakan muridnya lagi, ditengah bentakan keras, ia segera maju dua langkah kedepan. Buru buru Kho Yong menyingkir kesamping dan memberi jalan. Ternyata Ciau li Leng sama sekali tidak menjadi gentar karena ulah Supeknya itu.

Kembali ia berkata dengan wajah serius :“ Tecu rasa tidak sepantasnya kalau Supek mendatangkan kesulitan bagi tecu sekalian “.

“ Kesulitan apa yang ku datangkan bagi kalian ? “.

Bersamaan dengan selesainya perkataan itu tangannya segera digapai kearah Giam In Kok yang sedang duduk lunglai diatas tanah itu.

Tampaknya dia hendak menggunakan ilmu hisapan untuk merampas Giam In Kok lebih dulu. Cian Li Ling yang menyaksikan peristiwa ini menjadi sangat terkejut. Buru buru sepasang pedangnya diayunkan kencang. Dua gulung cahaya berkilauan segera membias keangkasa dan membendung datangnya tenaga hisapan dari Supeknya itu.

Pada saat dia menjerit kaget. Dari balik hutan terdengar kembali suara bentakan keras disusul munculnya beberapa sosok bayangan manusia yang masing masing melepaskan sebuah pukulan ketengah arena.

Deru angin serangan yang sangat gencarpun seketika menyelimuti seluruh angkasa.

Biarpun serangan dari beberapa orang gadis itu amat cepat, namun tenaga hisapan yang dipancarkan Tang Lo Seng Kong telah menyelimuti sekeliling badan Giam In Kok.

Semestinya dengan terperangkapnya Giam In Kok dibawah tenaga hisapan lawan, tubuhnya akan segera meninggalkan permukaan tanah dan melayang kearah orang yang melepaskan serangan tersebut. Siapa tahu pemuda itu cuma kelihatan sedikit bergerak, namun tubuhnya tetap terbaring diatas tanah dalam posisi semula.

Tang Lo Seng Kong segera mengangggap kejadian tersebut ulah dari Ciau li Leng beserta kawanan gadis lainnya, dengan penuh amarah ia segera menggapai kearah Ciau Li Leng sambil membentak :“ Kau maju kemari ! “.

Sim Li Ji yang berusia paling muda cepat cepat berteriak keras :“ Toa Suci jangan maju, Supek akan membunuhmu ! “.

Teriakan tersebut dengan cepat menimbulkan nafsu membunuh terlintas diwajah Tang Lo Seng Kong. Nampak sepasang alis matanya yang lebat berkenyit kencang lalu sambil tertawa dingin serunya :“ Kurang ajar. Kalian sekawanan perempuan rendah berani amat menentang diriku. Hemmmm, ayoh cepat serahkan nyawa kalian “.

Ciau Li Leng tidak gentar, diapun segera membentak nyaring :“ Kami hanya melaksanakan perintah suhu. Biar menentang atasanpun tidak menjadi masalah. Nah Sumoay sekalian bentuk barisan ! “.

Sepasang pedangnya segera digetarkan. Dalam waktu singkat kawanan gadis tersebut telah menyebarkan diri dan membentuk sebuah barisan pedang yang sangat tangguh.

Tiong Giok Kisu yang melihat kejadian ini buru buru berkata :“ Seng Kong tak usah bertarung sendiri dengan keponakan keponakan muridmu, biar Tong Seng Song serta Kho Yong saja yang melabrak mereka….. “.

Mendadak terdengar gelak tertawa nyaring bergema memecah keheningan. Tahu tahu Giam In Kok telah melejit setinggi beberapa kaki ketengah udara dan melayang turun dihadapan Ciau Li Leng, katanya kemudian sambil tertawa : “ Harap Cici sekalian mundur kebelakang. Kalian tak usah melayani kawanan binatang buas itu ! “.

Tiong Giok Kisu sama sekali tidak menduga kalau musuhnya bukan saja tidak mengalami jalan api menuju neraka, bahkan ilmu silatnya nampak jauh lebih maju dibandingkan dengan sewaktu berada dibukit Siong San tempo hari. Ia menjadi tertegun lalu tegurnya :“ Sungguh tidak kusangka sebocah keparat ini berumur panjang… “.

“ Haahhh….haahhh…haahhhh….. seandainya siauya sudah mati duluan, siapakah yang akan meringkus kawanan bajingan tua macam kalian ini….. “.

Ternyata yang dialami Giam In Kok tadi bukanlah gejala jalan api menuju neraka, melainkan merupakan awal dari meleburnya Empedu Ular Bunga kedalam hawa murninya. Tak kala tubuhnya menjadi lemas dan jatuh terduduk keatas tanah tadi, Giam In Kok segera menghimpun tenaga dalamnya dan mencoba untuk mengatur nafas, dengan cepat ia menemukan bahwa hawa murninya bergulung gulung bagaikan arus sungai yang menjebolkan tanggul. Sadarlah Giam In Kok bahwa tenaga dalamnya telah memperoleh peningkatan yang luar biasa.

Kebetulan pada saat itulah Tiong Giok Kisu salah menganggapnya telah mengalami jalan api menuju neraka, maka pemuda tersebut berlagak seakan akan dia memang telah lumpuh.

Menanti Tang Lo Seng Kong sudah mulai memperlihatkan belangnya dan bersengkongkol dengan Tiong Giok Kisu, diapun segera menampilkan diri.

Dari tingkah laku Tang Lo Seng Kong yang nyata sekali bermoral bejad ini kemudian dihubungkan dengan penyakit aneh yang diderita Say Lo Seng Bo maka dengan cepat pula Giam In Kok dapat meraba duduk persoalan yang sebenarnya.

Sudah barang tentu Tiong Giok Kisu tidak mengetahui seluk beluk persoalan tersebut. Kini sambil tertawa tergelak ia berkata :“ Sekalipun bocah keparat ini berumur panjang, tapi hal inipun akan berakhir tidak lama lagi, sebab aku sekarang hendak menuntut ganti rugi atas rusak dan musnahnya atas gedung kami beserta bunganya “.

“ Hemmmmm, modalnya saja belum tentu bisa diambil kembali, jangan lagi soal bunganya ? “.

“ Hemmmmm….hemmmmm….hemmm…. kau tak usah kuatir. Soal modal sih sudah ada orang yang akan membayarku “.

“ Siapa ? “.

“ Siapa lagi, tentu saja Sepasang Iblis Langit dan Bumi. Si Burung Nuri tua, keluarga Sim Peng serta keluarga Ciang. Meski belum cukup namun kalau ditambahkan dirimu lagi, aku pikir sudah cukup untuk membayar bunganya….. “.

Giam In Kok yang mendengar kata kata tersebut menjadi amat terkesiap. Tapi diapun merasa dendam setengah mati, segera bentaknya :“ Apa yang telah kau lakukan terhadap mereka ? “.

“ Hemmmm….tentu saja akan kupakai mereka sebagai bahan pengisi kekuatan ilmu Tiong Giok Sam Tiong-ku ! “.

Sepasang Iblis Langit dan Bumi serta Burung Nuri adalah orang orang yang telah berusia seabad lebih. Namun kenyataannya mereka telah dijadikan sebagai bahan pemuas seks disamping menambah kekuatan tubuh kawanan iblis tersebut, meski kedengarannya lucu, namun hal ini mungkin saja dapat terjadi.

Giam In Kok semakin mendendam. Tanpa terasa lagi dia memperdengarkan suara tertawa panjangnya yang amat menyeramkan. Begitu kerasnya suara tawa tersebut membuat kawanan gadis yang bertenaga dalam rendah itu merasa telingannya mendengung dengung sakit, dan cepat cepat mundur beberapa langkah.

Tiong Giok Kisu pun merasakan hawa darah dalam dadanya bergolak keras, cepat cepat dia menghimpun tenaga dalamnya sambil membentak :“ Setan cilik. Apa yang menggelikan ? “.

“ Haaahhh….haahhhh….haahhhh…. aku hendak membunuhmu !“.

Biarpun Tiong Giok Kisu adalah gembong iblis nomer wahid dari dunia persilatan saat ini, tak urung hatinya dibuat bergidik juga setelah mendengar perkataannya yang sama sekali tak berhawamanusia itu.

Apalagi Tong seng Song dan Kho Yong, mereka semakin bergidik, sehingga tanpa terasa saling bertukar pandangan sekejap. Selesai tertawa, berkilat sepasang mata Giam In Kok sambil mengawasi sekeliling tempat itu. Ujarnya lagi dengan suara yang dingin bagaikan es :“ Bajingan tua Ciu, kau tak perlu gugup, walaupun kau tak akan lolos dari kematian, tapi siauya akan menyuruh kalian merasakan dulu bagaimana tersiksanya oleh kekuatan Kim Tong kalian sendiri“.

Tiba tiba muka Tiong Giok Kisu berubah menjadi merah padam. Bentaknya keras :“ Kubunuh kau bangsat…. ! “.

Dengan cepat sepasang telapak tangannya disilangkan didepan dada lalu melontarkannya kedepan.

“ Wuuuussss………. ! “.

Segulung angin pukulan yang amat gencar dengan membawa debu dan pasir beterbangan sehingga membentuk selapis kabut yang tebal segera terwujud, dua gulungan awan gelap yangmenerjang kedepan dengan hebatnya.

“ Haaahhhhh….haaahhhhh…..hahhhhh…. “.

Giam In Kok tidak ambil perduli atas serangan tersebut, bahkan memperdengarkan suara tawanya yang menggidikkan hati.

Sim Li Ji yang melihat kejadian ini menjadi kuatir setengah mati. Buru buru teriaknya :“ Toa Suci cepat tolong dia……… “ sambil berteriak dia melompat maju kedepan.

Tapi disaat dia hampir mencapai tubuh Giam In Kok, tahu tahu segulung kabut cahaya telah memancar keluar dari tubuh Giam In Kok dan menghadang jalan majunya sehingga membuat gadis itu mundur beberapa kali sambil berjumplitan.

“ Blaaammmmmm…. “.

Suatu ledakan yang dahsyat segera bergema memecah keheningan. Begitu kerasnya bentrokan ini sehingga bumi serasa tergoncang dengan hebatnya. Menyusul suara benturan tersebut, tampak sesosok bayangan manusia terpental sejauh beberapa kaki dari posisi semula dan tahu tahu jatuh terduduk ditanah.

Ternyata orang itu tidak lain adalah Tiong Giok Kisu Ciu Tiok sendiri. Sekalipun dia berilmu tinggi dan memiliki tenaga dalam sebesar seratus tahun hasil latihan, akan tetapi begitu membentur hawa Ceng Goan Hiat Khi dari Giam In Kok seketika itu juga badannya roboh terkapar diatas tanah.

Tak terlukiskan rasa terkejut Tang Lo Seng Kong menyaksikan peristiwa ini. Dia segera melompat maju kedepan dan bentaknya dengan keras :“ Bajingan cilik, kau berani melukai orang dengan tenaga pukulan beracun ?. Hemmmmm…. Rasakan sebuah pukulanku lebih dulu ! “.

“ Haaahhhh…..haahhh….haaahhhh…. kau manusia laknatpun harus mendapat bagian yang setimpal ! “ jengek Giam In Kok sambil terawa seram. Pelan pelan telapak tangan kanannya dipersiapkan dan siap melepaskan serangan.

Sementara itu Tiong Giok Kisu telah melompat bangun dari atas tanah, berkat tenaga dalamnya yang sempurna, sekalipun ia menderita kerugian yang tidak kecil namun tubuhnya sama sekali tidak terluka. Kini dia melepaskan serangan kembali. Tang Lo Seng Kong sendiri meskipun tidak berniat mengerubuti musuhnya dengan dua lawan satu. Tapi setelah berada dalam keadaan begini, mau tak mau dia harus melepaskan pula serangannya.

Dalam waktu singkat diangkasa telah muncul lapisan kabut hijau yang dihasilkan dari pukulan Ciang Lo Ciang serta lapisan tujuh warna yang dihasilkan ilmu Tiong Giok Khikang. Kedua macam tenaga pukulan yang maha dahsyat ini dengan membawa suara desingan tajam serta deru angin kencang langsung melabrak keatas tubuh si Bocah Ajaib Bermuka Seribu.

Melihat Supek mereka telah melancarkan serangan dengan menggunakan tenaga dalam….
Halaman 21 dan 22 sobek….
….. tubuhnya dan jatuh terduduk diatas tanah. Jeritan kaget bergema dari mulut gadis itu. Suasana berubah menjadi kalut.

Sebaliknya Tang Lo Seng Kong serta T iong Giok Kisu sendiripun terpental seperti bola yang disepak, dan mencelat sejauh beberapa puluh kali dari posisinya semula.

Tong Seng Song serta Kho Yong menjadi terperanjat pula sehingga paras mukanya berubah hebat. Tak sempat lagi untuk melukai musuhnya, serentak mereka melompat kebelakang dan menyambar tubuh Tiong Giok Kisu yang terpental itu.

Dengan cepat Tiong Giok Kisu menatur pernafasan dan menghimpun hawa murninya kedalam dada. Ketika dilihatnya Tang Lo Seng Kong belum selesai bersemedi, sedang Bocah Ajaib Bermuka Seribu sedang bersemedi dan dikelilingi barisan nona.

Diam diam ia berbisik kepada kedua orang muridnya itu.“ Kalian berdua cepat ringkis keparat tersebut mumpung dia belum selesai bersemedi ! “.

Si Tikus dari Pecomberan Tong Seng Song buru buru mengiaya. Bersama Kho Yong mereka melompat kemuka secepat kilat, dan bentaknya dengan keras “

“ Hei bocah perempuan ayo pada minggir ! “.

Siapa tahu belum selesai perkataan itu diucapkan, Giam In Kok telah melompat bangun dari tanah, tangan kirinya disodokkan kedepan, sementara tangan kanannya melancarkan sebuah sapuan kilat.

Mimpipun kedua iblis tersebut tidak menyangka kalau si Bocah Ajaib Bermuka Seribu bakal menjebak mereka dengan akal cerdik.

Tak ampun lagi tubuh si Tikus dari Pecomberan terpental sejauh sepuluh kaki lebih dari posisi semula. Sedangkan Kho Yong menjerit kesakitan dan merasakan tulang persendiannya tergetar patah, bahkan sewaktu tubuhnya terbanting keatas tanah jalan darah Khi Hay Hitnya tertotok dengan telak sehingga tenaga dalamnya punah sama sekali.

Betapa gusarnya Tiong Giok Kisu setelah melihat kedua muridnya terluka, dia melompat kedepan untuk menyambar tubuh Tong Seng Song yang terpental, lalu bentaknya dengan keras : “ Bajingan cilik, terhitung manusia macam apakah dirimu itu, hemmmmm pandainya cuma melukai orang dengan cara licik “.

“ Hemmmmm…. Untuk menghadapi kawanan manusia busuk macam kalian, apa salahnya kalau kupergunakan sedikit taktik ? “ sahut Giam In Kok dingin.

“ Apa yang hendak kau perbuat atas diri Kho Yong ? “ kembali Tiong Giok Kisu membentak.

“ Hemmmmm…..hemmmm…. bilamana sudah berhasil kutangkap, saksikan saja bagaimana siauya praktikkan ilmu menghisap tenagaku ! “.

Bergidik perasaan Tiong Giok Kisu sesudah mendengar ancaman ini, matanya segera melotot penuh amarah. Setelah tertawa seram teriaknya :“ Bocak keparat, aku ingin melihat sampai dimanakah kehebatan ilmu silat peninggalan Cing Khu ! “.

Giam In Kok tertawa dingin :“ Hemmmm, walaupun anak murid Cing Khu Siangjin tak seberapa ilmunya, tapi untuk membunuh bajingan tua seperti kau rasanya masih lebih dari cukup…….. “.

“ Baiklah, sambutlah seranganku ini lebih dahulu ! “ bentak iblis tua itu mendadak.

Sekalipun diluaran Tiong Giok Kisu berbicara secara takabur, namun dia tidak berani bertindak gegabah, sepasang telapak tangannya segera diayunkan dengan penuh tenaga dan mengeluarkan kepandaiannya yang paling hebat yang dimilikinya. Dalam waktu singkat seluruh angkasa telah diliputi oleh kabut yang berwarna warni dan langsung menyelimuti badan Giam In Kok. Melihat musuhnya sudah menyerang lebih dulu, Giam In Kok tersenyum. Dia menunggu sampai kabut tadi mendekati badannya. Setelah itu sambil membentak keras sepasang telapan tangannya baru didorong kedepan secara bersama sama….

“ Blammmm ! “.

Kembali terjadi ledakan yang memekakkan telinga. Lapisan kabut warna wani itu hilang lenyap secara tiba tiba. Tapi dengan cepatnya selapis kabut warna warni yang lain telah menyelimuti
kembali sekeliling tubuhnya.

“ Serangan yang hebat “ bentak Giam In Kok.

Dengan tubuh tegap bagaikan bukit karang, dia mengayunkan sepasang tangannya secara bergantian dan secara beruntun melancarkan serangkaian pukulan dengan menggunakan tenaga Ceng Goan Hiat Khi.

Benturan demi benturan bergema saling susul menyusul, suaranya keras dan sangat memekakkan telinga. Sadar kalau musuhnya amat tangguh, tampaknya Tiong Gion Kisu telah mempertaruhkan tenaga dalam hasil latihannya selama seratus tahun.

Dalam keadaan begini, sekalipun Giam In Kok sudah berulang kali memperoleh penemuan diluar dugaan, dan tenaga Ceng Goan Hiat Khinya benar benar luar biasa hebatnya, akan tetapi kabut warna warni yang berada disekeliling tubuhnya ibarat ombak dikolam, setiap kali dibuyarkan dengan cepat terhimpun kembali.

Setiap kali bentrokan terjadi Giam In Kok merasakan hawa yang amat panas selain membawa bau yang amat aneh, lama kelamaan dia merasa terkejut juga dibuatnya.

“ Saudara Ciu tak usah kuatir, aku segera datang membantu ! “ mendadak terdengar Tang Lo Seng Kong bertetiak keras. Bukan saja diapun mengerahkan tenaga dalamnya, bahkan selalu bekerjasama secara akrab dengan Tiong Giok Kisu dalam melancarkan pukulan pukulannya.

Gulungan tenaga pukulan yang menerjang datang dari balik kabut dengan cepat membuat Giam In Kok merasakan tenaga yang menghimpit tubuhnya kian lama kian bertambah keras. Akhirnya dia tak mampu menahan diri dan segera tergetar mundur sejauh tiga langkah. Siapa tahu baru saja ia berhasil untuk berdiri tegak, dari sisi arena kembali terdengar suara bentakan keras disusul munculnya segulung pukulan yang menerjang tiba.

Dalam waktu singkat Giam In Kok dapat mengenali suara tersebut adalah suara dari si Tikus dari Pecomberan yang nampaknya bersembunyi dibalik kabut sambil melancarkan serangkaian sergapan.

“ Bangsat, kau kepengin mampus nampaknya …… “ dengan gemas ia segera membentak nyaring. Menyusul ia mengayunkan tangannya, terdengar suara jerit kesakitan bergema memecahkan keheningan. Nampak sesosok tubuh manusia terpental sejauh sepuluh kaki lebih dari posisi semula.

Kabut tebal yang menyelimuti seluruh angkasa mendadak hilang tak berbekas. Tampak Tiong Giok Kisu sambil membopong tubuh si Tikus dari Pecomberan berdiri disamping Tang Lo Seng Kong, sementara selembar wajahnya telah dilapisi kabut berwarna hijau.

“ Bajingan keparat, kau benar benar amat keji. Beranikan beradu tenaga dalam lagi ? “.

“ Haaahhhh…..haahhhh….haahhh… asal saja berminat tentu saja kulayani. Tapi aku rasa kita tak usah terlalu bertingkah, yang penting kau dapat mencabut nyawa lawan. Nah bajingan tua, ayo cepat serahkan nyawamu…. “.

Giam In Kok memang sudah menaruh kebencian yang luar biasa terhadap iblis tua yang menodai Nenek serta Ik Poo-nya ini. Begitu selesai berkata ia segera menerjang kehadapannya.

Tiba tiba Tang Lo Seng Kong tampilkan diri kedepan lalu membentak nyaring :“ Tunggu sebentar ! “.

Giam In Kok merasakan cahaya berkilat melintas didepan mata, tahu tahu sebatang pedang telah menyambar persis dihadapan tubuhnya. Dengan gemas pemuda itu mendengus dingin, tegurnya : “ Bangsat tua, kau harus mengerti bahwa siauya enggan mencabut nyawa anjingmu berhubung aku masih memberi muka kepada Seng Bo. Jangan kau anggap aku jeri kepadamu sehingga kau mencari jalan kematian bagi diri sendiri…. “.

“ Haaahhhh…..haahhh…..haahhhh…. ilmu pedang Cing Lo Kiam Hoatku tiada duanya dikolong langit. Bila kau menganggap punya kepandaian, silahkan mencoba untuk mencari kehidupan lewat ujung pedangku “.

“ Kenapa aku mesti mencari kehidupan ?. Hemmm, justru siauya yang hendak mencabut nyawa anjingmu ! “.

“ Bajingan cilik, tak usah banyak bicara lagi, lebih baik kita buktikan dengan kenyataan ! “.
Usai berkata Tang Lo Seng Kong segera menggetarkan pergelangan tangannya, pedang lemasnya seketika memancarkan selapis cahaya hijau serta hawa pedang yang menggidikkan hati.

Giam In Kok melirik sekejap dengan wajah sini, jengeknya dingin:“ Bila ingin mencari mampus, ayo cepat maju, buat apa banyak bertingkah dihadapanku ? “.

Ciau Li Leng yang melihat peristiwa ini buru buru berteriak keras :“ Siauhiap jangan bersikap gegabah, cepat loloskan senjatamu !“.

Tang Lo Seng Kong segera tertawa bergelak, tiba tiba ia menyindir :“ Hei bocah perempuan, tak nyana kau pandai mengkuatirkan orang lain. Lim Pek telah salah memilih pasangannya ! “.

Merah padam selembar wajah Ciau Li Leng, segera teriaknya :“ Kau sebagai Supek kenapa berbicara sekotor itu terhadap angkatan muda ? “.

“ Supek !. Angkatan Muda !?. Huuhhh…. Bila kalian kawanan perempuan rendah masih mengakui diriku Supek, ayo cepat menggelinding masuk kedalam goa dan jangan membangkitkan amarahku lagi. Kalau aku sampai jengkel, akan kularang Lim Pek untuk berhubungan dengan dirimu lagi “.

Mungkin terpengaruh oleh kekuatan cinta, Ciau Li Leng segera tertunduk dengan wajah malu dan merah. Untuk beberapa saat lamanya dia tak mampu mengucapkan sepatah katapun. Sim Li Ji menjadi penasaran. Setelah mendengus dingin umpatnya : “ Tidak boleh yang tidak boleh….heeemmmm, memangnya hanya Lim Pek yang paling hebat, paling luar biasa ? “.

Sementara itu Giam In Kok telah memanfaatkan kesempatan disaat pihak lawan cekcok dengan kawanan gadis tersebut, ia berpaling kearah Tiong Giok Kisu, tiba tiba ditemuinya iblis tua sedang memeluk tubuh si Tikus dari Pecomberan dalam pelukannya, sedang mulutnya menempel dimulut lawan. Agaknya mereka sedang saling mengisi tenaga dalam.

Tapi Giam In Kok yang cerdik segera dapat menduga apa gerangan yang terjadi, rupanya Tiong Giok Kisu yang merasakan dirinya terdesak, kini sedang merampas dengan paksa tenaga dalam yang dimiliki si Tikus dari Pecomberan untuk dipergunakan dirinya sendiri.

Menyadari akan datangnya ancaman bahaya, ia segera berpekik nyaring dan melesak kedepan sambil melepaskan sebuah pukulan dahsyat ketubuh Tiong Giok Kisu.

“ Haahhhh….haahhhh…hahhh…. Bocah Ajaib , meski kau cerdik mengetahui apa yang sedang kuperbuat, sayang sekali kedatanganmu tetap terlambat satu tindak “ seru Tiong Giok Kisu tiba tiba.

Ditengah seruan tersebut ia berkelebat sejauh beberapa kaki untuk menghindarkan diri dari ancaman, kemudian melemparkan mayat si Tikus dari Pecomberan kehadapan anak muda tersebut. Kembali ia mengejek sambil menyengiri seram : “ Aku telah mengorbankan seorang muridku. Terpaksa sebagai ganti dari kekosongan ini. Kau harus mengisinya kembali ! “.

Mengorbankan orang lain demi keberhasilan diri sendiri, peristiwa ini benar benar amat keji dan luar biasa. Apalagi merampas tenaga dalam yang dimiliki seseorang dengan cara yang dipraktikkan Tiong Giok Kisu barusan. Peristiwa semacam ini boleh dibilang belum pernah terjadi sebelumnya.

Giam In Kok menjadi amat bergidik hingga bulu kuduknya bangun berdiri. Kejut dan gusar segera bentaknya keras keras :“ Iblis keji, serahkan nyawa anjingmu ! “.

Mendadak terasa desingan ujung baju terhembus angin bergema lagi dari atas kepalanya.
Dengan cekatan Giam In Kok menghindar sejauh beberapa kaki.

Sewaktu berpaling, ia saksikan Tang Lo Seng Kong telah melayang turun dari tengah udara. Maka dengan wajah dingin dan nada setengah mengejek dia berseru :“ Apakah kalian ingin turun tangan bersama lagi ? “.

“ Kenapa harus turun tangan bersama ? “ jawab Tang Lo Seng Kong sambil mendengus. “ Aku akan menghajarmu setengah mati lebih dulu, kamudian baru diserahkan kepada situa Ciu untuk menikmati tenaga dalammu ! “.

“ Haahhh….haahhh…..haaahhhh…. pandai amat kau bermimpi disiang bolong. Aku takut hawa murnimu bakal dihisap habis oleh si iblis keji itu seperti apa yang dialami si Tikus busuk itu “.

Tiong Giok Kisu yang berada disamping arena segera melangkah maju kedepan, serunya sambil tertawa dingin : “ Kurang ajar. Kau berani memfitnah orang semaumu sendiri ? “.

“ Siapa bilang aku memfitnah ?. Toh kenyataan sudah terpampang diddepan mata ? “.

“ Kau berani bertarung lebih dulu denganku ? “.

“ Kenapa tidak ?. Tetapi kau meski memperhitungkan dulu secara masak masak. Andaikata kau yang kalah akhirnya tenaga dalam milikmu bakal terjatuh ketangan siapa ? “.

Tiong Giok Kisu menjadi tertegun untuk sementara waktu. Tanpa sadar ia berpaling dan memandang sekejap kearah Tang Lo Seng Kong.
Kemudian Giam In Kok berseru sambil tertawa terkekeh kekeh : “ Haaahhhh…. Haaahhhh…. haahhhh…. kuanjurkan kepadamu lebih baik ajaklah saudaramu itu untuk mati bersama, dengan demikian kaupun tak usah takut tenaga dalammu bakal beralih tangan “.

Sindiran demi sindiran yang diterima Tiong Giok Kisu kontan saja membangkitkan nafsu membunuh didalam hati Iblis tua tersebut, segera bentaknya nyaring :“ Bajingan cilik, rasakan sebuah pukulanku lebih dulu “.

Tampak dia menggetarkan telapak tangannya. Kabut berwarna warnipun dengan cepat menggulung kemuka bagaikan amukan angin topan.

Sejak berhasil merampas tenaga dalam yang dimiliki si Tikus dari Pecomberan, tenaga dalam yang dimiliki Tiong Giok Kisu saat ini telah memperoleh peningkatan yang luar biasa. Giam In Kok amat terkesiap. Cepat cepat ia mundur selangkah kebelakang untuk menghindarkan diri.

“ Weeeessssss……. ! “.

Segulung tenaga pukulan yang sangat gencar menyambar lewat persis dari sisi tubuhnya.“ Rasakan juga sebuah tusukan pedangku ini “ tiba tiba Tang Lo Seng Kong membentak juga.

Menyusul kemudian terasa segulung desingan angin tajam mengancam kebelakang tubuh anak muda itu. Sekalipun digencet oleh dua orang musuh yang tangguh, Bocah Ajaib Bermuka Seribu sama sekali tidak menjadi panik ataupun gugup.

Dalam keadaan yang amat kritis ini, cepat cepat dia melejit setinggi tujuh delapan kaki ketengah udara dan melompat naik kepuncak pohon.

Tiba tiba terdengar seseorang berseru dengan suara merdu :“ Mengapa kau tidak menggunakan senjata ?. Apakah tidak membekal senjata tajam ? “.

Sebagaimana diketahui, pedang pendeknya telah dihadiahkan kepada Ho Koan Kim untuk menjaga diri. Cakar Elang saktinya tergantung pula diatas lidah Ular Bunga dibalik kabut. Ini berarti tinggal Kipas Emas Bertulang Bajai pemberian si Iblis Langit Suto Liong yang masih terselip dipinggangnya.

Begitu diingatkan kembali oleh Sim Li Ji tadi, senjata tersebut segera diloloskan, lalu serunya :
“ Tiong Giok si Iblis tua, hari ini kau bakal mampus ! “. Waktu itu Tiong Giok Kisu telah menghimpun tenaga dalamnya yang mendekati tiga ratus tahun hasil latihan, sudah barang tentu dia tidak memandang sebelah mata terhadap sebuah kipas baja.

Ketika mendengar ucapan tersebut, ia segera tertawa seram, tiba tiba tubuhnya melejit ketengah udara. Belum lagi tubuhnya mencapai sasaran, angin pukulan yang membawa kabut berwarna warni telah menyambar batang pohon tersebut hingga patah menjadi beberapa bagian.

Kejadian tersebut dengan cepat mengandung perasaan kaget dan ngeri dari kawanan gadis itu, bahkan Sim Li Ji sampai menjerit keras. Gerakan tubuh Tiong Giok Kisu benar benar amat cepat, belum lagi teriak kaget Sim Li Ji bergema, angin pukulannya telah menyentuh batang ranting yang ditinju oleh Giam In Kok.

Tapi pada saat yang bersamaan itulah mendadak Giam In Kok merentangkan Kipas Bajanya sambil dikibaskan kebawah, angin pukulan yang menyambar tiba seketika menyebar kemana mana.

Tiong Giok Kisu tak sempat menahan gerakan tubuhnya lagi, dia langsung menerjang kepuncak pohon. Dengan suara menggeledek Giam In Kok segera membentak nyaring :
“Turun ! “.

Tampak Kipas Bajanya dirapatkan dan memancarkan segulung tenaga serangan, bersamaan waktunya telapak tangan kirinya melancarkan sebuah babatan dahyat.

“ Blammmmmmm ! “.

Ditengah benturan keras terdengar Tiong Giok Kisu menjerit kaget, mengikuti hembusan daun dan ranting yang memancar keempat penjuru. Badannya terpental sejauh belasan kaki lebih. Giam In Kok sendiri meski berhasil menghajar Tiong Giok Kisu dengan tenaga pukulannya yang maha dahsyat itu hingga terpental kebawah pohon, dia sendiripun merasakan hawa darahnya bergolak keras, cepat cepat ia duduk bersila sambil mengatur pernafasannya.

Dengan suatu gerakan cepat Sim Li Ji memburu kesamping anak muda tersebut, ketika melihat wajah pemuda itu pucat pias, ia segera berseru sambil menghela nafas panjang : “ Aaaaiiii, seandainya kau turuti perkataanku sejak tadi, tak mungkin kau akan terluka begini “.

Baru habis ia berkata, tiba tiba dari belakang tubuhnya terdengar seseorang tertawa cekikikan sambil berkata :“ Pat Sumoay, kau jangan terlalu mengusik ketenangannya. Hati hati kalau dia sampai mengalami jalan api menuju neraka “.

Sewaktu berpaling, ia saksikan Sam Sucinya Chin Li Gi telah berdiri dihadapannya sambil tertawa, kontan saja wajahnya berubah menjadi merah padam, serunya cepat :“ Hemmmm, burung gagak semuanya berwarna hitam, memangnya kau sendiri tidak bersikap begitu ? “.

Dalam pada itu Giam In Kok telah selesai dengan semedinya, melihat para gadis tersebut kecuali Chin Li Leng seorang telah berdiri disekelilingnya, dengan rasa berterima kasih ia segera berseru : “ Terima kasih banyak atas perhatian Cici sekalian, bagaimana keadaan Tiong Giok Kisu si iblis tua itu ? “.

“ Haahhhh, siapa yang ambil perduli dengan mati hidupnya ? “ sahut Sim Li Ji sambil mencibirkan bibirnya.

“ Aduh celaka. Kita telah meninggalkan bibit bencana “mendadak pemuda itu berseru kaget.
Cepat cepat dia melompat naik kepuncak pohon dan menerawang jauh kedepan. Betul juga, tampak sesosok bayangan manusia telah berada setengah li dari situ. Dalam sekilas pandang saja ia mengenali orang itu adalah Tang Lo Seng Kong yang membopong Tiong Giok Kisu.

Dengan mengerahkan senenap kemampuan yang dimilikinya, ia segera melakukan pengejaran .
“ Tinggal disini saja ! “ terdengar suara bentakan dengan keras.

Mengikuti bentakan tersebut, segulung tenaga pukulan telah menyambar kearahnya dengan dahsyat. Giam In Kok terkesiap, cepat cepat ia melejit kebelakang untuk menghindarkan diri dari sergapan tersebut. Kemudian tanpa perduli siapa penyergapnya dia menutulkan kembali ujung kakinya keatas tanah dan meluncur maju kedepan.

Tapi bentakan nyaring kembali berkumandang. Kali ini tampak cahaya pedang menghadang dihadapannya. Menghadapi penghadangan yang berlangsung secara berulang ulang, terpaksa Giam In Kok harus melambung satu kaki ketengah udara. Kemudian berjumplitan dan melompat keatas dahan pohon. Ternyata dihadapannya telah berdiri empat orang pemuda yang sedang mengawasinya dengan wajah penuh amarah. Mereka berdiri disitu dengan senjata terhunus.

“ Kurang ajar “ umpat Giam In Kok marah. “ Siapa kalian dan mengapa menghalangi jalan pergiku ? “.

Sebagai pimpinan rombongan dari kawanan pemuda tersebut adalah seorang laki laki tampan berusia dua puluh tahunan. Ia segera tertawa dingin dan balas mengejek : “ Mengapa kami halangi perjalananmu. Lebih baik tanyakan pada diri sendiri….. “.

Sementara tanya jawab berlangsung, kawanan gadis tadi telah menyusul kesitu, terdengar Sim Li Ji berteriak keras : “ Hei Lim Suko, kenapa kalian datang kemari ?. Mana Supek ? “.

Dengan cepat Giam In Kok tahu kalau pemuda pemuda tersebut adalah anak murid Tang Lo Seng Kong, maka serunya kemudian : “ Harap cici sekalian tunggu disini, aku hendak mengejar gembong iblis tersebut “.

Belum lagi Giam In Kok bergerak, pemuda she Lim itu membentak keras, empat bilah pedang kembali diayunkan kemuka menghalangi perginya.

Terdengar pemuda she Lim membentak dengan hawa pembunuhanan menyelimuti wajahnya :
“ Bajingan keparat, kau berani memaki guruku sebagai gembong iblis ! . Ayo sebutkan namamu untuk menerima kematian ? “.

Giam In Kok tertawa dingin :“ Heehhhh….heeehhhh…heeehhhh… dengan mengandalkan kemampuan kalianpun berani berkata demikian ?. Huh !?. Siauya tak pernah membunuh kawanan keledai dungu. Ayo cepat enyah dari sini ! “.

Karena tergesa gesa ingin mengejar Tang Lo Seng Kong untuk merebut kembali Tiong Giok Kisu, begitu selesai berkata sebuah pukulan gencar segera dilancarkan kedepan.

“ Weesssss ! “.

Segulung tenaga pukulan berkelebat lewat membuat keempat pemuda tadi mundur dengan langkah sempoyongan. Pemuka she Lim itu segera membentak keras : “ Serbu terus ! “.

Begitu bergerak mundur mereka maju lagi sambil melancarkan pukulan dengan tangan kiri dan menciptakan selapis kabut hilau dengan pedang kanannya, kemudian menggunakan jurus ‘ jaring langit menangkap burung ‘ serentak mereka mengepung tubuhlawan.

“ Hemmmm, kalian benar benar sekawanan keledai dungu ! “ umpat Giam In Kok gemas.

Penghadangan yang berulang ulang dengan cepat mengobarkan hawa amarahnya. Ditengah bentakan keras, kembali sebuah pukulan dilontarkan kemuka.

Tiba tiba tampak sesosok bayangan kecil melejit ketengah arena sambil berteriak :“ Ampuni selembar jiwanya ! “.

Orang itu adalah Chin Li Leng murid pertama Say Lo Seng Bo, waktu itu dia menerobos ketengah arena dengan tergopoh gopoh, namun sayang kedatangannya tetap saja terlambat satu langkah.

Tenaga dalam tiga ratus tahun hasil latihan Tiong Giok Kisu saja tidak mampu menghadapi serangan Giam In Kok, apalagi pihak musuh hanya sekawanan pemuda kemarin sore.

Untung saja Giam In Kok memang tidak berniat melukai musuhnya. Karena itu hanya sedikit kekuatan yang dipergunakan. Biarpun begitu, ternyata pukulan tadi berakibat fatal bagi kawanan pemuda tadi, terutama pemuda she Lim tadi, tubuhnya terpental jauh sampai sepuluh kaki lebih.

Kebetulan Chin Li Leng menyusul tiba. Cepat cepat gadis itu menyambar tubuh pemuda tadi dan berseru : “ Lim Skjo, kenapa kalian malah saling gontok gontokan ? “.

Rasa malu, gemas, gusar bercampur aduk dalam dada pemuda she Lim itu, dengan cepat dia meronta bangun dari pelukan Chin Li Leng dan berseru dengan gemas :“ Siapakah bocah keparat itu ? “.

“ Aneh benar Lim Suko ini, kalau tidak mengetahui siapa dia, mengapa kalian berkelahi dengan orang itu ? “.

“ Ohhhh…jadi kau membela dia ?. Hemmmm. Bagus, bagus sekali….kalau memang kau lebih suka membela bocah keparat itu, anggap saja aku Lim Pek memang punya mata tak berbiji “.

“ Lim Suko apa maksudmu ? “ tegur Chin Li Leng

“ Hemmm, apa yang tidak tahu kalau perempuan sekarang banyak yang suka memilih, apalagi setelah melihat pemuda tampan“.

Chin Li Leng menjadi gusar. Tiba tiba bentaknya :“ Kau berani menghina aku ?! “.

Tangannya langsung diayunkan dan menampar pipi pemuda tersebut dengan keras. Sementara itu Giam In Kok yang melihat ada kesempatan baginya untuk meninggalkan tempat tersebut ia segera memanfaatkan dengan sebaik baiknya.

Sambil tertawa keras tubuhnya melesat kedepan dan langsung mengejar kearah Tang Lo Seng Kong melarikan diri tadi. Sayang sekali ia datang terlambat. Suasana disekelilingnya nampak sangat hening dan tidak kelihatan sesosok bayangan manusiapun. Setelah mengejar sekian lama, tiba tiba ia teringat akan sesuatu, sudah pasti Tang Lo Seng Kong telah membawa Tiong Giok Kisu kembali ketempat tinggalnya. Ini berarti ia bisa mengetahui alamat tersebut dari para nona.

“ Mengapa aku tidak mengobati penyakit Seng Bo lebih dahulu sebelum mencari langsung kealamat iblis tersebut “ demikian Giam In Kok berpikir.

Tapi sebelum ia sempat kembali ketempat semula, dari kejauhan terdengar jelas suara pertarungan sengit diiringi bentakan bentakan nyaring….

Rupanya antara para gadis murid Say Lo Seng Bo telah bertarung sengit melawan empat pemuda murid murid Tang Ko Seng Kok. Sementara itu Giam In Kok termangu mendadak terdengar suara lirih :

“ Engko In “.

Cepat Giam In Kok berpaling, ternyata Sim Li Ji dengan wajah tersipu s ipu munculkan diri dari balik pohon. Giam In Kok segera menegur sambil tertawa :“ Ada apa adik Ji ? “.

“ Engkoh In, bila kau ingin mengobati penyakit Suhu, ayolah cepat ikut aku ! “.

“ Aku memang berniat mengobati penyakit Suhumu. Tapi aku kuatir melihat beberapa orang Cici bertarung melawan orang lain. Untuk sesaat aku tidak tahu harus bertindak yang mana terlebih dahulu “.

“ Jangan perdulikan dengan pertarungan itu. Tak nanti kawanan manusia busuk itu bisa mengungguli Suciku ! “.

Begitulah Giam In Kok segera mengikuti dibelakang Sim Li Ji kembali kedalam ruang bawah tanah. Ketika masuk kembali kedalam ruangan, tampaklah Say Lo Seng Bo sedang duduk murung dengan air mata bercucuran.

Dengan terkejut Giam In Kok segera bertanya : “ Seng Bo, apakah keadaan penyakitmu terjadi suatu perubahan ? “.

Agaknya Say Lo Seng Bo terlalu murung sehingga tidak mengetahui akan kehadiran mereka berdua. Ia baru mendongakkan kepalanya dengan kaget setelah mendengar pertanyaan tersebut. Buru buru Say Lo Seng Bo berkata :“ Aku benar benar telah menderita kekesalan yang tidak terkirakan. Baru hari ini aku menjadi sadar sebab sebab terjadinya semua peristiwa ini….. ?!? “.

“ Ya… aku mengerti “ sahut Giam In Kok cepat.

“ Kau bisa mengetahui apa yang kualami ? “.

“ Benar. Aku hanya meraba menurut keadaan ! “.

Paras muka Say Lo Seng Bo berubah semakin sedih. Tiba tiba katanya lirih :“ Adik Li Ji cepat kau tutup pintu ruangan, setelah itu baliklah kemari……. “.

“ Suhu, mengapa kau memanggilku dengan sebutan Adik ? “ seru Sim Li Ji dengan perasaan terperanjat.

“ Aaaiiihh… tentu saja aku mempunyai maksud mendalam. Setelah Siauhiap menyembuhkan sakitku nanti, tentu nanti akan kukatakan hal yang sebenarnya kepadamu, pergilah !. Sewaktu
Siauhiap mengobati penyakitku, entah cara apa yang hendak digunakan ? “.

“ Aku hendak memaksa meluar janin aneh dari kandungan dengan tenaga dalam, lalu akan kugunakan darahku untuk menambah kekuatan Seng Bo….. “.

“ Jangan kau sebut Seng Bo lagi padaku. Bila kau bersedia menyebut Enci Bo Li No saja aku telah merasa puas “.

Mendadak Giam In Kok menemukan sesuatu yang aneh. Ia teringat bahwa nama dari kawanan gadis tersebut ternyata hampir semuanya menggunakan kata ‘ Li ‘ seperti nama gurunya, tapi karena Bo Li Bo tak ingin menjelaskan lebih jauh dan mungkin saka mengandung suatu masalah yang pelik, maka Giam In Kok-pun tidak menyelidiki lebih jauh.

Halaman 59 – 60 robek/hilang

Dengan perasaan setengah percaya setengah tidak Sin Li Ji segera berjalan menuju kesisi meja. Menggunakan kesempatan itulah Giam In Kok menekan bawah perut Say Lo Seng Bo secara pelan pelan. Dia merasa perut perempuan tersebut terasa ada suatu benda yang bergerak gerak.

Tanpa terasa ia berpikir : “ Jangan jangan janin aneh yang berada dalam kandungannya telah mulai berwujud ? “.

Teringat bahwa kandungan Bo Li Bo bisa jadi adalah sebuah janin setan atau makhluk aneh, tanpa terasa dia mengerahkan hawa murni Ceng Goan Hiat Khi-nya.

Segulung tenaga panas dengan cepat menembusi pinggu perempuan tersebut dan menyusup masuk kedalam.

“ Aduh sakit….. ?!? “.

Menyusul keluhan yang memilukan hati itu kembali Bo Li Bo merenggangkan sepasang pahanya lebar lebar. Kali ini tampak darah menyembur keluar sejauh satu kaki lebih dan…..
“ Duuukkk ! “ sesosok benda melompat keluar dari lubang kelamin perempuan itu.

Sim Li Ji menjadi amat terkejut. Sambil menjerit kaget buru buru dia menyusul datang. Kebetulan sekali semburan darah menodai seluruh tubuhnya. Nona cilik ini menjadi marah dan segera melepaskan sebuah pukulan kedepan…….

Bersambung Jilid 44

Tidak ada komentar:

Posting Komentar