Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Selasa, 21 Februari 2012

Pendekar Muka Buruk - Can ID 42

Sambungan no kemarin ....dari no 41 ....


Jilid 42

“ Adik cilik, mengapa kau hendak menahanku disini ? “.

“ Ciisss tak tahu malu “ seru gadis cilik itu. “ Siapa yang menjadi adik kecilmu ?. Kalau tidak mengganti pakaianku jangan harap kau bisa meninggalkan tempat ini. “.

Giam In Kok menjadi kegelian, segera tanyanya :“ Aneh benar, pakaianmu toh sudah terbakar ditangan Ban Keh Seng Hud, mana bisa aku harus mengganti ? ‘.

“ Seandainya aku tidak takut kau sibocah busuk mati terbanting diatas tanah, mana mungkin akan timbul peristiwa itu ? “.

“ Maksud baik nona dan Cici tadi tidak akan aku lupakan untuk selamanya. Apabila dalam berkelana didalam dunia persilatan besuk membutuhkan bantuanku, pasti akan kubantu sedapat mungkin, apabila Suci kalian Ciu Li Ya…. “.

Tiba tiba sinona pemimpin rombongan membentak keras :“ Dimana kau telah tertemu dengan Su Sumoayku ? “.

“ Aku dan Enci Ciu sudah bertemu beberapa kali. Belakangan ini kamipun bersama sama memusuhi Tiong Giok Sam Tiong, tiga keturunan Tiong Giok. Malah kemarin jejaknya hilang dibalik kabut sebelum aku dibawa elang raksasa itu sampai disini !? “.

“ Siapa sih tiga keturunan Tiong Giok yang kau maksudkan itu ?“.

”Sebagai pendirinya adalah Tiong Giok Kisu Cin Tok, dia mempunyai kepandaian sesat yang diwariskan kepada ketiga orang muridnya, oleh ketiga muridnya diturunkan pula kepada Perkumpulan Kaum Pengemis, Pelajar Rudin serta Su Hay Pang. Masing masing perkumpulan mempunyai sejenis ilmu sesat yang aneh, tapi orang banyak yang menjadi korbannya. Aku adalah salah seorang yang menjadi korbannya “.

“ Aneh betul, ilmu sesat macam apakah itu ? “ tanya sinona keheranan dan ingin tahu.

“ Wah kalau soal ini sih kurang leluasa bagiku untuk mengutarakannya “.

“ Aku tidak perduli, pokoknya kau harus mengatakan secepatnya! “.

“ Aku tidak mau berbicara, karena ingin memberi muka kepada Cici sekalian….. “.

“ Hemmm… ilmu sesat macam apakah itu ?. Mengapa kami tadak boleh mengetahuinya ? “.

Dengan nada tak senang Giam In Kok segera berkata :“ Pernahkah kalian mendengar tentang ilmu sesat yang khusus menghisap sari tubuh seseorang ? “.

“ Ilmu menghisap sari tubuh ?. Aneh betul. Mengapa Suhu tidak pernah menerangkan kepada kami ? “.

“ Suhu kalian tidak menerangkan karena ilmu sesat seperti ini memang tidak sepantasnya diketahui oleh Cici sekalian “.

“ Apa yang tidak sepantasnya ?. Hemmmm, pasti kau sibocah kunyuk yang mengaco belo. Pokoknya sebelum kau menjelaskan alasannya secara tepat. Hari ini jangan harap bisa meninggalkan puncak Giok Jin Hong ini secara selamat…. “.

Dengan wajah serius kembali Giok In Kok berkata :“ Aku tak berbicara karena bermaksud menjaga harga diri kalian semua, lain tidak. Sebagai contoh kakak seperguruan kalian Ko Sengjin serta Cu Cun, merekapun tersesat kejalan yang tak benar karena mempelajari ilmu sesat tersebut. Seandainya aku tidak turun tangan tepat pada waktunya dengan membunuh Ko Sengjin, mungkin adik seperguruan kalian Ciu Li Ya sudah menjadi korban “.

“ Ahhhh… masa ada kejadian seperti ini ?. Aku Ciau Li Long jadi pengin tahu sampai dimanakah taraf kepandaian silat yang kau miliki sehingga mampu membinasakan Cu Cun dan Ko Sengjin berdua ? “.

“ Bila Cici kurang percaya, tanyakan sendiri kepada Cici Ciu bila ia telah kembali nanti, karena aku rasa kurang baik jika kita beradu kepandaian secara sesungguhnya “.

Kembali Ciau Li Long mendengus dingin :“ Hemmmm… kalau begitu bahkan aku sendiri bukan
tandinganmu ? “.

“ Kita tidak pernah terikat dendam sakit hati, siapa saja yang terluka rasanya sama sama kurang baik untuk kita “.

“ Pokoknya aku tak akan melukaimu dan kaupun tidak melukai aku. Buat apa banyak bicara lagi, hayo cepat lancarkan seranganmu“.

“ Baiklah kalau begitu. Sudah lama kudengar ilmu pedang Cing Lo Kiam Hoat dan ilmu gerakan tubuh Liok Huu She dari perguruan kalian yang termasyur didunia persilatan, silahkan Cici melancarkan serangan lebih dulu untuk kenikmati “.

“ Hemmmm… kau belum berhak minta petunjuk ilmu pedang Cing Lo Kiam Hoat dari To Suciku, lebih baik mencoba kepandaianku lebih dulu “ Seru sinona bertali kulit ular itu tiba tiba.

Giam In Kok berpaling, lalu serunya sambil tertawa :“ Aku dan nona pernah saling kenal, aku hanya ingin bertanya kepadamu. Apa sebabnya kau mencuri kulit ular dan kepala ularku secara licik, bahkan sampai menotok jalan darah Ci Kut Hiat dari si Nenek Pertama Nelayan. Aku ingin tahu apa alasanmu berbuat demikian ? “.

Berubah hebat paras muka gadis tersebut, segera bentaknya :“ Siapa yang mencuri kulit ularmu ? “.

“ Itu, lihatlah sendiri. Kulit ular bermata tunggal masih berada ditangan nona. Apakah bukti ini kurang cukup ? “. Kemudian sambil menuding kearah gadis cilik tadi kembali berkata, “ Jala ditangan nona itu tentu terbuat dari kulit kepala ular bermata tunggal bukan?.”

Mendadak Ciau Li Long melirik sekejap kearah dua orang gadis tersebut dan menegurnya dengan suara dingin :“ Sam-moay, Pat-moay, sebetulnya kalian yang mendapatkan kulit ular bermata tunggal itu lebih dahulu ataukah mencuri milik bocah keparat ini ? “.

Paras muka sinona kecil turut berubah hebat. Agak tergagap dia bersuara :“ Berbicara soal kulit ular tesebut, kami tidak merampas, juga tidak mencuri, dia letakan benda tersebut diujung perahu dan bermaksud untuk menghadiahkan kepada sepasang suami isteri Nelayan tua. Sam Suci segera berpendapat bahwa benda itu belum tentu berguna bila dihadiahkan kepada orang lain. Maka diapun mengambilnya pulang, sedang empedu ular tersebut dimaksudkan untuk mengobati luka Suhu…. “.

Belum habis perkataan itu siucapkan, Ciau Li Long telah berseru dengan gelisah :“ Kalian berdua benar benar tak tahu diri. Bukankah Suhu memerintahkan kalian…. “.

Tiba tiba ia merasa masih berada dihadapan orang lain, maka kata selanjutnya segera diurungkan. Buru buru katanya kepada Giam In Kok seraya menjura :“ Sam-moayku Chin Li Gi dan Pat-moayku Sin Li Ji mendapat tugas untuk pergi jauh, tak kusangka mereka telah melakukan kesalahan besar, bila Siauhiap sudi memaafkan, kami bersaudara semua pasti akan berterima kasih sekali “.

Giam In Kok yang bermata tajam segera dapat melihat betapa gugup dan gelagapannya keenam gadis tersebut setelah dia menyinggung masalah kulit ular. Sadarlah pemuda ini bahwa peraturan perguruan mereka pasti ketat sekali, bahkan bisa jadi kesalahan tersebut bisa berakibat dijatuhi hukuman berat. Sekalipun dia merasa tindakan gadis tersebut terlalu keji dan tak tahu aturan.

Namun melihat kegugupan nona nona itu, akhirnya dia merasa tidak tega juga :“ Ciau Suci tak perlu berpikir yang bukan bukan. Seperti apa yang dikatakan adik kecil Sim, kulit ular yang kuperoleh waktu itu memang tak ada gunanya, jadi kalian tak usah menegurnya kelewat batas, tapi bolehkah ku tahu penyakit apa yang diserita guru kalian ?. Mengapa harus disembuhkan dengan otak ular ?. Apakah sakitnya telah disembuhkan ? “.

Belum lagi pertanyaan itu dijawab, mendadak terdengar suara rintihan kesakitan yang memilukan hati bergema dari kejauhan sana.

Semua orang menjadi terperanjat dibuatnya. Buru buru Ciau Li Long berseru keras :“ Sam-moay, Pat-moay, kalian tinggal disini menemani tamu, yang lain cepat ikut aku pulang ! “.

Begitu selesai berkata, Ciau Li Long segera mengajak keempat orang gadis lainnya berlari dari s itu dengan kecepatan tinggi. Giam In Kok yang menyaksikan kejadian ini menjadi tertegun, apalagi setelah menyaksikan paras muka kedua nona itupun berubah menjadi merah padam sambil berbisik bisik lirih.

Dalam keadaan begini sebetulnya dia ingin cepat berpamitan, tapi diapun merasa tak pantas untuk berlalu dengan begitu saja. Apalgi ia pernah dibekali ilmu pertabiban. Sedangkan Say Lo Seng Bo-pun merupakan gurunya Ciu Li Ya, mengapa persoalan ini tidak ditanyakan sampai jelas ?. Maka setelah berpikir sejenak, ia segera maju kedepan dan bertanya kepada Chin Li Gi : ”Enci Gi ! “.

Merah jengah wajah Chin Li Gi, sambil berpaling segera serunya keras :“ Aneh betul kau ini, kami toh tidak kenal kepadamu, kenapa kau memanggil orang dengan sebutan semaumu sendiri. Hemmmm, sampai aku sendiripun turut merasa malu ! “.

Giam In Kok merasa geli, sahutnya :“ Aku berasal dari marga Chin bernama In Kok, jadi dari satu marga dengan Enci Li Gi, usia kitapun hampir sebaya. Maka apa salahnya kalau aku memanggilmu sebagai Enci ? “.

“ Bagaimana dengan aku ? “ seru Sim Li Ji segera.

“ Karena kau masih kecil, maka terpaksa aku harus memanggilmu sebagai adik kecil “.

“ Aaaiiii…. Menjadi adik sih tak jadi apa, tapi kau memanggilku dengan tambahan kata ‘ Ji ‘…“.

“ Kenapa ? “.

“ Kau memanggilnya Enci Gi, kenapa tidak memanggilku sebagai Adik Ji…. ?’.

“ Ohhh… rupanya begitu. Baiklah adik Ji. Aku ingin tahu penyakit apakah yang diderita gurumu ? “.

Chin Li Gi segera berseru cepat :“ Dia sendiripun tak tahu penyakit apa yang diidapnya. Darimana kami bisa tahu ? “.

“ Ahhhh, masih ada kejadian seperti ini ?. Gurumu berilmu tinggi, tak mungkin penyakit biasa dapat menyerangnya. Siaute pernah belajar ilmu pertabiban, bagaimana kalau aku……… “.

“ Kau bisa menyembuhkan penyakit ? “ seru Sim Li Ji kegirangan. “ Aaahhhh kalau begitu sangat kebetulan. Cuma….aku lihat belum tentu kau bisa menyembuhkannya “.

“ Mari kita coba dulu. Aku percaya sedikit banyak pasti dapat mengetahui sumber penyakit tersebut ? “.

Sementara pembicaraan itu masih berlangsung, mendadak dari kejauhan sana terdengar suara orang yang berseru kesakitan. Suaranya amat keras hingga menggetarkan seluruh angkasa. Ditinjau dari suara teriakan kesakitan itu, Giam In Kok bisa menilai bahwa orang tersebut telah berhasil melatih ilmu silatnya hingga mencapai tingkatan yang luar biasa. Tapi aneh sekali, mengapa dia bisa mengidap penyakit yang parah ?. Karena keheranan diapun segera bertanya :“ Apakah orang yang berteriak kesakitan itu adalah gurumu ? “.

Dengan sedih dan murung kedua orang gadis tersebut menganggukkan kepala.

Giam In Kok segera bertanya lagi dengan tercengang :“ Apakah gurumu mengidap penyakit edan ? “.

Sim Li Ji segera menggelengkan kepalanya, katanya :“ Pinggangnya sama sekali tidak bisa bergerak, sebaliknya sebatas pinggang keatas justru menggetar keras sekali. Setiap penyakit itu akan kambuh sampai beberapa kali. Menurut penjelasan guruku, katanya hanya ada tiga jenis benda didunia ini yang bisa menghilangkan bibit penyakitnya itu “.

“ Benda apa sajakah itu “ tanya Giam In Kok buru buru.

“ Dikatakan kepadamu juga percuma. “.

“ Tak apa, katakan dulu….. “.

“ Sari buah Liong Seng Ko telah kau minum, apa gunanya dibicarakan lagi ? “.

Giam In Kok segera tertegun dibuatnya.

“ Bagaimana ? “ kembali Sim Li Ji berseru dengan gemas.

“Sekalipun sudah dikatakan percuma juga “.

“ Aaahhhh belum tentu begitu “ kata Giam In Kok kemudian tertawa. “ Toh didunia ini bukan hanya terdapat sebiji buah Thi Ko saja, aku akan mengusahakan dengan cara lain. Coba kau katakan dua jenis yang lainnya ? “.

Dengan setengah sercaya setengah tidak Sim Li Ji mengerling sekejap kearahnya, lalu katanya lagi sambil mencibir :

“ empedu Ular Bunga yang hidup dibalik kabut, apakah kau bisa mendapatkannya ? “.

“ Waaahhhhhh…. Aneh benar ! “ tanpa sadar Giam In Kok berseru tertahan.
Sim Li Ji mendengus dingin, katanya lebih juah “

“ Masih ada yang lebih aneh lagi. Benda ketiga adalah mutiara Giok Li Li Cu, katanya dari dulu sampai sekarang hanya ada sebutir didunia ini. Coba kau bayangkan sendiri kemana kita harus
mendapatkannya ? “.

Selesai mendengar perkataan tersebut Giam In Kok tak dapat menahan diri lagi, dia segera tertawa terbahak bahak. Melihat pemuda itu tertawa, dengan gemas Sim Li Ji berseru : “Bagaimana sih kamu ini ?. Dengan susah payah aku memberi penjelasan, kau malah tertawa terbahak bahak. Apa sih yang lucu ?“.

“ Cepat kau ajak aku menemui gurumu “ seru Giam In Kok sambil tertawa. “ Sebab ketiga jenis benda yang kau maksudkan itu berada ditubuhku semua “.

“ Sungguh !? “ seru kedua orang gadis itu berbareng dengan rasa kaget dan tercengang menghiasi wajah mereka.

“ Buat apa aku membohongi kalian berdua ? “.

“ Coba perlihatkan kepada kami ! “.

Giam In Kok segera tertawa :“ Terus terang saja kubilang, ketiga jenis benda mustika itu telah
melebur kedalam darahku. Asalkan aku menggunakan cairan darahku untuk mengobati penyakit gurumu, niscara penyakit tersebut akan hilang. Mengapa kita tidak mencobanya dulu ? “.

Kedua gadis itu menjadi terkejut. Chin Li Gi segera memandang pemuda tersebut sekejap lalu katanya :“ Bila darahmu harus dihisap keluar, bukankah kau sendiri bakal mati ? “.

“ Itu sih tak menjadi masalah. Ayo kita periksa dulu keadaan gurumu ? “.

Tanpa banyak cakap lagi berangkatlah mereka menelusuri jalan setapak yang berliku liku sebelum akhirnya memasuki sebuah ruang bawah tanah yang dalam lagi merah.

Mendadak terdengar seseorang membentak keras :“ Berhenti ! “.

Menyusul suara bentakan itu, segulung angin pukulan yang amat keras menyambar datang dengan cepatnya. Giam In Kok yang merasakan datangnya sergapan itu buru buru menarik diri sambil mundur dua langkah kebelakang, akibatnya ia saling bertumbukan dengan Chin Li Gi yang berada dibelakangnya.

Bukan Cuma begitu, karena peristiwa ini berlangsung amat mendadak, akhirnya ia terjatuh dan persis duduk diatas bawah perut gadis tersebut. Kontan saja paras muka Chin Li Gi menjadi merah padam bagaikan kepiting rebus. Bentaknya cepat :“ Hei… bagaimana sih kau ini…. ? “.

Sim Li Ji yang berada didepanpun mundur kebelakang dengan perasaan terkejut. Tahu tahu dihadapan mereka telah bertambah dengan seorang kakek yang berperawakan tinggi besar. Ketika melihat orang tersebut, cepat cepat Sim Li Ji berseru :“ Supek ! “.

Sementara itu Giam In Kok telah melompat bangun dari atas badan Chin Li Gi, belum jelas melihat dengan tegas paras muka orang tersebut. Dia telah membentak dengan keras :“ Hei kau tahu aturan tidak ?. Mengapa tanpa persoalan kau menyerang orang dengan pukulan yang mematikan ? “.

Chin Li Gi mengetahui siapa yang datang, diapun segera mengetahui apa sebabnya Giam In Kok terjatuh tadi. Buru buru serunya :“ Saudara Kok. Kau jangan bertindak gegabah. Cepat kau jumpai Supek kami Tang Lo Seng Kong ! “.

Tapi Giam In Kok segera mendengus dingin, dia membalikkan tubuh dan berlalu dari situ.

“ Bocah keparat, kau hendak kemana “ tiba tiba Tang Lo Seng Kong tertawa dingin dan merentangkan tangannya menghalangi jalan pergi s ianak muda itu.

Giam In Kok segera merasakan ada semacam tenaga hisapan yang membetot tubuhnya mundur kebelakang. Sadarlah pemuda itu bahwa kepandaian silat yang dimiliki orang ini lihai sekali. Tapi ia benci kepada orang itu karena sergapannya tadi. Maka sambil tertawa dingin dia mengerahkan tenaga dalamnya untuk mementalkan kekuatan musuh, lalu seakan akan tidak terjadi apa apa dia meneruskan langkahnya menuju keluar.

Tampaknya Tang Lo Seng Kong dibuat tercengang, segera serunya tertahan “ Hei siapakah bocah keparat itu ? “.

“ Dihadapanmu tidak ada bocah keparat !” sahut Giam In Kok ketus.

Chin Li Gi kuatir peristiwa tersebut akan membuat suasana menjadi tegang hingga kesempatan untuk menyembuhkan penyakit gurunyapun menjadi hilang. Buru buru dia mengejar kesamping Giam In Kok, lalu sembil merentangkan tangannya dia memohon : “ Saudara Kok, dengarkan dulu perkataanku…… kumohon sembuhkan dulu penyakit guruku sebelum membicarakan persoalan lain “.

Ucapan itu dengan cepat mengurungkan niatnya untuk pergi. Pemuda itu segera menganggukkan kepalanya :“ Baiklah, siaute akan mencoba untuk mengobati dulu penyakit
gurumu….. “.

Dalam pada itu Tang Lo Seng Kong telah berseru dengan wajah agak tercengang :“ Kalian mengundang bocah keparat ini untuk mengobati penyakit gurumu ? “.

“ Benar “ jawab Sim Li Ji dengan hormat. “ Dialah si Bocah Ajaib Bermuka Seribu Giam In Kok. Dia memang khusus kami undang untuk mengobati penyakit Suhu. Disamping itu tecupun tidak mengetahui kehadiran Supek sehingga tanpa memberi tahu lebih dulu, tak disangka akhirnya malah menjadi kesalah pahaman ini “.

Tang Lo Seng Kong segera terawa seram :“ Heehhh…..heeehhh…..heehhhh…. kecuali si Tabib Sakti Gak Put Long datang sendiri dengan membawa tiga jenis obat mustika, siapapun jangan harap bisa mengobati penyakit aneh gurumu. Kalian jangan sampai ditipu bocah keparat itu hingga memasuki kamar tidur…. “

Giam In Kok menjadi amat mendongkol, sambil membalikkan badan dan tertawa dingin, jengeknya :“ Yaaa…. Aku tahu, memang hanya murid yang diajarkan manusia macam kau yang pantas memasuki kamar tidur sembarang perempuan…. “.

Tang Lo Seng Kong menjadi gusar sekali, bentaknya :“ Bocah keparat, siapa yang kau maksudkan ? “.

“ Tentu saja kedua orang murid kesayanganmu, Cu Cun dan Kok Sengjin…. “.

“ Kau telah bersua dengan mereka berdua …. “.

“ Bukan hanya bersua, bahkan telah kubunuh manusia she Ko itu “.

“ Bagus sekali. Sekarang rasakan dulu sebuah pukulanku ini ? “.

Sayang sekali Tang Lo Seng Kong tidak menyadari bahwa Bocah Ajaib Bermuka Seribu adalah jago yang berilmu tinggi. Ketika menyelesaikan kata katanya tadi, telapak tangan kirinya diayunkan kedepan untuk melancarkan sebuah pukulan dahsyat. Setelah hampir terhisap oleh tenaga hisapan musuh tadi, Giam In Kok tidak berani gegabah. Telapak tangannya segera diputar dengan jurus ‘ Mengayun Golok Memotong Air ‘ dan membabat kebawah, kemudian diputar lagi keatas dan melepaskan satu pukulan gencar.

“ Blaaammmmm “.

Suatu genturan dahsyat segera bergema, seluruh ruangan gua menjadi terguncang dengan hebatnya. Akibat dari bentrok kekerasan ini, ternyata Tang Lo Seng Kong dibikin tergetar mundur sejauh tiga langkah lebih, sebaliknya Giam In Kok hanya tergetar sedikit tanpa menggeserkan langkah kakinya. Kenyataan ini membuatnya semakin terperanjat lagi.

Sejak terjun kedalam dunia persilatan belum pernah dia alami kerugian seperti yang dialami hari ini. Apalagi dengan latihan yang tekun hampir seratus tahun lamanya. Dia mengira bahwa
kepandaian silat yang dimilikinya sekarang telah mencapai tingkatan yang luar biasa sekali.
Siapa sangka hari ini dihadapan kedua murid keponakannya dia telah menderita kekalahan ditangan seorang anak muda kemarin sore. Bayangkan saja bagaimana mungkin dia dapat menerima kenyataan ini ?.

Kontan saja watak bengisnya kambuh, sambil membentak keras sepasang telapak tangannya didorong bersama kedepan. Dua gulung tenaga pukulan berwarna hijau yang maha dahsyat
dengan cepat meluncur kedepan. Agaknya Giam In Kok tidak menyangka kalau tenaga dalam yang dimilikinya telah pulih kembali sedemikian hebatnya. Untuk sesaat dia menjadi tertegun dan seperti lupa dengan keadaan disekelilingnya.

Menanti dia sadar kembali, tenaga pukulan Tang Lo Seng Kong telah tiba dihadapannya, untuk menangkis jelas tidak mempunyai kesempatan lagi. Untung saja pemuda itu berilmu tinggi, dalam keadaan yang kritis ini, cepat cepat ia memutar tubuhnya dengan kencang dan mundur sejauh setengah langkah lebih dari sambaran angin serangan lawan.

Namun justru karena tubuhnya berputar itulah, ia jadi menubruk kembali ketubuh Chin Li Gi yang waktu itu berdiri disitu dengan perasaan kaget dan gugup sehingga hampir saja bergulingan kembali keatas tanah.

Cepat cepat pemuda itu memeluk tubuh sinona dan melarikan diri kesisi lorong lain untuk menghindari angin pukulan dari Tang Lo Seng Kong yang sangat hebat itu, kemudian setelah menurunkan tubuh sinona keatas tanah, dia menerjang maju lagi kedepan sambil membentak keras : “ Sungguh tidak disangka bahwa seorang jagoan yang menganggap dirinya berilmu tinggi ternyata cara turun tangannya jauh lebih keji daripada Tiong Giok Kisu “.

Didalam gusarnya tadi Tang Lo Seng Kong ingin membunuh lawannya dalam sekali ayunan tangan, tetapi begitu serangan dilepaskan dan melihat Chin Li Gi berdiri dibelakang lawan, dia menjadi kuatir bila lawan menghindar secara tiba tiba sehingga serangan itu menghajar ditubuh sinona.

Sementara dia masih berdiri dengan perasaan menyesak, tiba tiba pandangan matanya menjadi kabur dan bayangan tubuh manusiapun lenyap dari pandangan matanya. Mau tak mau dia harus memuji juga akan kelihaian dan kecepatan tangan pemuda tersebut.

Maka ketika menyaksikan anak muda itu muncul kembali dihadapannya, dengan nada yang gusar dida berseru : “ Kunyuk keparat, tampaknya kau sudah bosan hidup. Siapakah Tiong Giok Kisu yang kau maksudkan tadi ? “.

“ Hemmmm untuk menandingi Tiong Giok Kisu-pun kau belum sanggup, buat apa mengaku diri sebagai jagoan lihai ? “.

Termakan oleh umpatan Giam In Kok yang tak ada ujung pangkalnya itu Tang Lo Seng Kong makin naik darah lagi, bentaknya nyaring :“ Siapa Tiong Giok Kisu itu ? “.

“ Dia adalah gembong iblis nomer wahid dalam dunia persilatan saat ini. Ilmu silatnya beberapa kali lipat jauh lebih hebat daripada kepandaianmu. Kedua orang murid murtadmu justru telah bergabung dalam perguruannya dan mempelajari ilmu sesat mereka“.

Mendengar itu Tang Lo Seng Kong segera terawa terbahakbahak, jengeknya :“ Hahhhh…..haahhh….haahhhh…. dia adalah gembong iblis nomer wahid dari kolong langit. Bagaimana mungkin bisa dibandingkan dengan aku di Malaikat Nomer Satu didunia ini ? “.

“ Hemmm….mengibul. orang macam kalian memang pandainya hanya mengibul serta berbuat sembrono….kenapa kau tidak pergi mencarinya bila merasa tidak puas ? “.

“ Kau menyatakan aku tidak berani ? “.

“ Tentu saja kau tidak berani “.

“ Kalau pengin bukti, ayo ajak aku pergi mencarinya “.

“ Tidak bisa, aku hendak mengobati orang disini “.

“ Penyakit tersebut tidak bakal bisa kau sembuhkan “.

“ Aku tidak percaya. Paling tidak aku belum mencobanya “.

“ Kalau aku sengaja tidak memberi ijin kepadamu untuk mencoba, kau mau apa ? “.

“ Huhhh….memangnya kau sanggup menghadapi niatku ? “.

“ Kalau ingin bukti, mari kita buktikan dengan suatu keputusan…. “.

Mendadak dari balik lorong gua terdengar suara seseorang yang amat lembut berkumandang datang. Ternyata suara itu tak lain suara yang pernah didengar Giam In Kok waktu menyampaikan dengan ilmu menyampaikan suara. Terdengar ia berkata dengan sedih :“ Suheng tak usah menghalangi siauhiap itu. Mengapa tidak membiarkan dia masuk untuk mencoba ? “.

Sekilas senyuman licik segera menghiasi wajah Tang Lo Seng Kong, ujarnya kemudian :“ Ohhhh…. Rupanya Sumoay telah mendusin. Biasanya kau selalu pingsan hampir satu jam lamanya, tak nyana hari ini bisa siuman secepat itu, tapi dimasa lalupun aku berniat ingin mengobatimu, tapi kau mengatakan tidak ingin……… “.

Sebelum perkataan tersebut selesai diucapkan, Say Lo Seng Bo telah menukas dengan sedih :
“ Urusan yang lewat apa gunanya dibicarakan lagi ?. Harap Suheng mengijinkan dia masuk kedalam ! “.

Dengan pandangan penuh amarah Tang Lo Seng Kong melotot sekejab kewajah Giam In Kok, lalu serunya dengan penuh kebencian :“ Bocah keparat, sana cepat menggelindung masuk, jangan membuat hatiku marah lagi ! “.

“ Sungguh aneh “ jenget Giam In Kok dingin. “ Siauya toh hendak mengobati Sumoaymu, memangnya aku menyalahi dirimu ? Mengapa kau mempeloti diriku seperti diriku adalah seorang musuhmu ? “.

Tang Lo Seng Kong tidak bicara lagi, dengan cepat dia berkelebat dan meninggalkan tempat itu. Waktu itu Chin Li Gi berdua sudah berdiri ketakutan hingga paras mukanya berubah hebat, setelah Tang Lo Seng Kong berlalu, mereka baru menghampiri Giam In Kok dan berseru dengan gemas.

“ Supek kami memang kelewat aneh, setiap kali….. “. Sebelum ucapan Sim Li Ji selesai diucapkan, Chin Li Gi telah menukas dengan cepat :“ Sumaoy jangan sembarangan bicara. Hati hati kalau kedengaran Supek ! “.
Giam In Kok diiringi kedua orang gadis itu segera meneruskan kembali perjalanannya memasuki ruangan rahasia, tapi apa yang kemudian terlihat segera membuat hatinya tertegun.

Ternyata ruangan tersebut merupakan sebuah ruangan yang luasnya mencapai lima, enam kaki persegi. Sepuluh orang gadis berbaju ringkas berdiri berjajar dalam ruangan itu serasa menghadang ditengah ruangan. Sedangkan dibelakang dinding manusia tersebut merupakan sebuah pembaringan besar yang terbuat dari batu kumala. Diatas pembaringan itulah duduk seorang gadis berusia tujuh, delapan belas tahunan.

Gadis muda itu hanya mengenakan sebuah pakaian yang tipis sekali sehingga secara lamat lamat dapat diketahui bentuk tubuhnya yang indah dan menggairahkan itu. Walau hanya sekilas pandang saja namun Giam In Kok dapat merasakan bahwa gadis tersebut memiliki kecantikan wajah yang luar biasa sekali.

“ Mungkinkah orang ini adalah Say Lo Seng Bo ? “ diam diam Giam In Kok berpikir dengan curiga sehingga tanpa terasa ia memperhatikan beberapa kejap.

Mendadak Sim Li Ji mendorong tubuhnya dari belakang sambil berseru dengan cemas :“ Orang yang berada dipembaringan itu adalah Guruku. Mengapa kau tidak segera memberi hormat kepadanya ? “.

Berbicara dari bentuk tubuh gadis tersebut mungkin Giam In Kok masih lebih tinggi daripadanya, apakah dia harus menyembah kepada seorang gadis muda ? Sementara dia masih ragu ragu, sinona yang berada dipembaringan itu telah berkata sambil tertawa :“ Inikah si Bocah Ajaib Bermuka Seribu Chin Siauhiap ?. Silahkan duduk diatas pembaringan “.

Berhadapan dengan seorang gadis secantik ini, tanpa terasa Giam In Kok merasa agak rendah diri. Cepat cepat ia maju dan memberi hormat dan berkata :“ Biarlah aku berdiri saja, entah….. Say Locianpwe sakit dibagian yang mana ?. Bilamama mampu aku bersedia untuk mengusahakan pengobatan bagi penyakitmu itu ? “.

Gadis itu segera tertawa.

“ Aku Bo Li Bo. Say Lo Seng Bo adalahh sebutan orang lain kepadaku. Bila Siauhiap memang dapat mengobati penyakitku, harap kau tak usah mempersoalkan adat istiadat lagi. Silahkan duduk dulu diatas pembaringan…. “.

Melihat nona itu duduk ditengah pembaringan sedang tubuh bagian bawahpun tak sanggup bergerak, terpaksa dia melepaskan sepatu dan naik keatas pembaringan. Lalu setelah berbasa basi sejenak, diapun memegang pergelangan tangan nona itu serta memeriksa denyut nadinya.

Ketika pemeriksaan dilakukan dengan penuh seksama, tiba tiba saja pemuda itu menjadi terkejut sekali sehingga tanpa terasa dia berseru tertahan.

Seruan tertahan ini cepat mengundang perhatian belasan nona yang berdiri didepan pembaringan sehingga mereka membalikkan badan bersama sama.

Say Lo Seng Bo buru buru berseru :“ Kalian cepat pergi keluar pintu dan halangi Supek kalian. Disini tidak memerlukan kalian lagi “.

Baru saja perkataan tersebut selesai diucapkan Ciau Li Long sudah mendengar suara langkah manusia dibalik lorong sana, maka buru buru serunya :“ Cepat berangkat……… “.

Tanpa membuang waktu lagi dia segera berkelebat meninggalkan ruangan tersebut dengan langkah cepat.

“ Blaaannnnnnggg …. ! “.

Diiringi suara keras, sebuah pintu baja telah menutup rapat jalan menuju keruangan tersebut. Hal ini membuat Giam In Kok menjadi tertegun dan untuk sesaat duduk melongo.

Sikap Say Lo Seng Bo masih tetap tenang saja seakan akan tidak terjadi suatu apapun, katanya sambil tertawa :“ Siauhiap belum lama datang kemari, tentu kau tidak mengerti apa sebabnya kulakukan penjagaan seperti ini. Tapi persoalan inipun tak akan jelas diterangkan dengan sepatah dua patah katasaja. Bila kau sanggup menyembuhkan penyakitku ini, tentu saja akan kuceritakan semuanya itu. Ehhhh… bila kudengar dari seruan tertahanmu tadi, nampaknya kau sudah menemukan sumber dari penyakit tersebut ? “.

Giam In Kok segera manggut manggut “ Ya, tapi baru berupa dugaan, aku sudah tahu apakah benar dugaanku itu atau tidak “.

“ Silahkan kau katakan ? “.

“ Tampaknya dalam kandungan Seng Lo telah tumbuh janin kehidupan…….. “.

Menurut hasil penelitiannya dari pemeriksaan denyut nadi, sudah dipastikan nona itu sedang berbadan dua. Tapi gadis itu disebut orang sebagai Seng Bo, bagaimana mungkin ia melakukan perbuatan yang tidak senonoh, apalagi mengandung tanpa suami ? Oleh karena itulah dia hanya menggunakan kata ‘tampaknya’ untuk mengutarakan duagaannya itu sehingga paling tidak ia masih ada langkah mundurnya bisa terjadi sesuatu yang tidak terduga.

Siapa tahu begitu ucapann itu diutarakan, tiba tiba saja Bo Lo Bo berseru dengan wajah berseri :“ Ilmu pertabiban yang siauhiap miliki memang nya sangat hebat. Dugaanmu memang tepat sekali. Akupun tahu bagaimana mengobati penyakit ini. Tapi sayang obat obatan mustika amat sulit ditemukan. Meski tabib kenamaan masih dapat dicari, namun bagi orang yang tidak mengetahui keadaan sesungguhnya, bagaimana mungkin aku bisa membiarkan tahu keadaanku dan tetap menjaga nama baikku ?. Siauhiap, setelah kau mengetahui keadaanku sekarang, bersediakah kau memberikan bantuan ? “.

Dengan wajah serius Giam In Kok menjawab :“ Tidak susah bagiku untuk turun tangan menggugurkan kandungan tersebut, yang menjadi masalah sekarang adalah kita belum tahu janin hidup yang berada dalam kandungan anda merupakan janin manusia, janin ular atau janin setan. Itulah yang menyusahkan diriku untuk mengambil keputusan… “.

Sambil berkerut kenin Bo Li Bo tertawa getir, katanya kemudian :“ Hingga saat ini aku belum pernah kawin. Sampai detik ini aku masih berstatus gadis perawan. Bagaimana mungkin tumbuh janin manusia didalam kandunganku ? Tapi aaiii…. Aku memang paling gemar bermain air. Suatu musim panas aku pernah dililit ular air sewaktu bermain air dalam sungai..aiii….mungkin juga.. “.

“ Tapi menurut hasil pemeriksaanku, janin dalam kandungan itu membawa gejala dan pertanda janin kehidupan manusia atau bahkan janin setan…. “.

“ Mungkinkah bisa terjadi peristiwa yang begini aneh ? “ tanya Say Lo Seng Bo tercengang.

Dengan wajah serius Giam In Kok berkata :“ Menurut hasil penelitianku, keadaanya memang demikian, apalah artinya aku membohongi diri Cianpwe ? “.

Setelah Say Lo Seng Bo mengakui dirinya masih gadis perawan, maka bila dibilang janin dalam kandungannya adalah jenis ular atau setan, hal ini masih dianggap benar, tapi menurut hasil pemeriksaan Giam In Kok dia justru menemukan tanda tanda adanya janin kehidupan manusia dalam kandungannya. Masalah inilah yang membuatnya jadi tertegun dan tidak tahu bagaimana harus mengatasinya.

Dalam keadaan terkejut dan bimbangnya nona itu segera memejamkan matanya dan termenung. Sementara paras mukanya lambat laun berubah menjadi murung dan sedih.

Mendadak dari arah lorong rahasia sana bergema datang suara teriakan Tang Lo Seng Kong yang diiringi suara tertawa dingin :“ Li Bo begitu muakkah dirimu kepadaku sehingga mengutus sekian banyak bocah perempuan untuk menghalangi perjalananku?“.

Dengan perasaan apa boleh buat terpaksa Say Lo Seng Bo berteriak keras :“Aku bukannya enggan mempersilahkan Suheng masuk kemari. Tapi Siauhiap sedang mengobati penyakitku sehingga aku merasa agak kurang leluasa membiarkan kau datang kemari “.

“ Menyembuhkan penyakitmu ?. Haahhhh….haahhhh…haahhh….“.

Mendadak Tang Lo Seng Kong tertawa tergelak. Suatu nada memandang rendah, benci dan gemas terpancar pula dari balik suara tertawanya.

Mendengar seruan itu, Giam In Kok menjadi tak senang hati, katanya dengan cepat :”Seng Bo, kau nampak begitu lembut, halus dan sabar. Heran mengapa kakak seperguruanmu justru begitu angkuh, takabur dan tidak tahu diri ? “.

Belum sempat Say Lo Seng Bo menjawab pertanyaan itu, Tang Lo Seng Kong telah berseru sagi sambil tertawa dingin :“ Bocah keparat, kau tidak berhak membicarakan tentang diriku. Kalau memang jantan beranikah kau datang kemari untuk beradu kepandaian melawanku ? “.

Sambil menghimpun tenaga dalamnya Giam In Kok segera melompat turun dari pembaringan kemudian bentaknya nyaring :“ Anjing tua budukan, siapa suruh kau menggonggong terus disini ?. Hemmmm aku perlu minta petunjuk dari Seng Bo dulu, dia ingin yang hidup atau yang mati, paling tidak kau mesti digulung seperti membuat bakpao “.

“ Siauhiap “ setengah merengek Seng Bo berseru. “ Apalah gunanya ribut dengannya ? “.

“ Li Bo “ mendadak terdengar Tang Lo Seng Kong berteriak kembali. ”Kau berani menjelek jelekkan namaku didepan orang lain? “.

Baru selesai perkataan itu diutarakan Giam In Kok telah menyelinap keluar ruangan sambil membentak : “ Anjing tua, hari ini aku akan mewakili Seng Bo untuk memberi pelajaran dulu kepadamu ! “.

Segulung angin pukulan yang maha dahsyat langsung dilontarkan kearah tubuh Tang Lo Seng Kong. Menghadapi datangnya ancaman tersebut, Tang Lo Seng Kong terawa seram, serta merta dia melepaskan sebuah pukulan untuk membendung datangnya ancaman tersebut.

Siapa tahu Giam In Kok memang berniat untuk membuatnya malu. Meski diujung serangan tersebut mengandung desingan angin kuat namun dibagian belakang sama sekali tidak berkekuatan.

Begitu tubuhnya menyelinap kesamping menghindari ancamannya, pemuda itu berkelebat kesisi badannya.

“ Plakkkk …. ! “.

Sebuah tamparan yang amat keras tahu tahu sudah bersarang diwajah Tang Lo Seng Kong membuat pipinya merah sembab dan muncul bekas jari tangan yang berwarna merah. Bisa dibayangkan betapa gusarnya orang itu atas kejadian yang menimpa dirinya, sambil membentak nyaring sepasang telapak tangannya serentak dibabatkan kedepan.

Terdengar desingan tajam menderu deru, angin pukulan yang amat kuat langsung menggulung kedepan membuat suasana dalam lorong tersebut diliputi dengan angin pukulannya. Mengandalkan kelincahan gerakan tubuhnya, Giam In Kok melesat kemudian dengan tubuh hampir menempel diatas permukaan tanah. Dalam waktu singkat dia telah berada dibelakang lawannya, sebuah tendangan keras lagi lagi bersarang dipinggangnya yang gemuk.

“ Duuukkkk…. ! “.

Diiringi suara benturan keasm tubuh Tang Lo Seng Kong sudah tertendang telak hingga maju beberapa langkah dengan sempoyongan. Walaupun begitu, Giam In Kok sendiripun menerima pantulan dari badan musuh sehingga melesat sejauh satu kaki sebelum berhasil untuk tegak berdiri.

Mimpipun Tang Lo Seng Kong tidak menyangka kalau hasil latihannya selama banyak tahun ternyata sia sia belaka. Bahkan nama besar yang telah dipupuk selama inipun harus hancur ditangan seorang pemuda kemarin sore. Rasa benci, gusar boleh dibilang tidak terlukiskan lagi dengan kata kata.

Baru saja tubuhnya berdiri tegak, ia membentak lagi dengan suara keras :“ Bajingan cilik, kalau memang bernyali ayo ikuti aku ! “.

“ Boleh boleh saja jangan anggap siauya takut kepada tampang cecunguk tua macam kau ! “.

Mendadak dibalik ruangan tersengar suara Say Lo Seng Bo berkumandang :“ Suheng, kau tak boleh mencelakai Chin Siauhiap. Dan Siauhiap…. Harap kau sembuhkan penyakitku dulu ? “.

Tang Lo Seng Kong kelihatan agak tertegun, lalu serunya dengan suara dingin :“ Sumoay, apakah kau benar benar hendak memusuhi aku ? “.

“ Aaaiii…. Suheng, buat apa sih kau memojokkan diriku terus menerus ?. Seandainya kau masih mempunyai perasaan persaudaraan denganku, sudah sepantasnya bila kau memberi kesempatan kepada Siauhiap untuk mengobati penyakitku. Urusan selanjutnya bisa kita rundingkan belakangan “.

“ Hemmmmm mungkin saat itu sudah tiada kemungkinan untuk berunding lagi…. “.

Dibalik perkataan orang itu, Giam In Kok berhasil menemukan tanda tanda yang mencurigakan, tanpa terasa bentaknya nyaring : “ Bajingan tua, apakah kau yang menjadi penyebab dari sakitnya Seng Bo ? “.

Berubah hebat paras muka Tang Lo Seng Kong, tubuhnya langsung bergerak menerjang Giam In Kok, bahkan segenap kepandaian silat yang dimiliki dikeluarkan untuk membendung seluruh lorong rahasia tersebut. Setelah itu umpatnya dengan penuh perasaan benci :“ Bajingan cilik, percuma aku belajar ilmu silat bila membunuh cecunguk macam dirimupun tak sanggup. Lihatlah, hari ini aku akan mencincang tubuhmu hingga hancur berkeping keping “.

Baru saja perkataan itu diutarakan, dari balik ruangan kembali terdengan Seng Bo menghela nafas panjang. Berhubung Giam In Kok lebih lamban dalam melancarkan serangannya tadi, dalam waktu singkat dia berhasil didesak oleh Tang Lo Seng Kong hingga mundur terus kebelakang berulang kali. Dia telah bertekad untuk menghadapi setiap kemungkinan menurut
situasi yang ada.

Setelah keluar dari goa tersebut, dia baru berseru lantang :“ Bajingan tua. Kali ini aku akan menyuruh kau mampus dengan perasaan puas “.

Sementara itu Tang Lo Seng Kong sendiripun merasa terkejut setelah menyaksikan permainan ilmu pukulannya Cuma berhasil mendesak musuhnya keluar dari goa. Namun sifat buasnya telah tumbuh saat ini, bagaimana mungkin dia membiarkan musuhnya berkeliaran dengan begitu saja ?. Ketika dilihatnya beberapa muridnya tidak ikut menyusul keluar goa, dia segera mendengus dan sepasang telapak tangannya kembali dilontarkan kedepan melancarkan serangan dahsyat.

Dengan amat cekatan Giam In Kok menghindarkan diri kesamping untuk meloloskan diri dari ancaman, kemudian serunya sambil tertawa dingin : “ Bajingan tua, sebelum kau mampus, siauya ingin mengajukan beberapa pertanyaan lebih dahulu, sebetulnya…. “.

Tapi Tang Lo Seng Kong telah membentak keras berulang kali, serangkaian pukulan yang amat gencar membuat perkataan Giam In Kok segera terhenti ditengah jalan. Angin pukulan yang dilepaskan orang itu memang hebat. Akibat dari deruan angin serangan yang maha dahsyat ini hutan dan pepohonan yang rindang disekeliling tempat inipun menjadi porak poranda tidak karuan bentuknya.

Suara pepohonan yang bertumbangan membuat burung burung beterbangan karena panik, binatang kecil berlarian karena takut. Lama kelamaan Giam In Kok dibuat mendongkol oleh ulah lawannya, amarahnya berkobar didalam dadanya membuat ia menjadi geram. Sambil menghimpun tenaga dalamnya dia melepaskan sebuah tangkisan keras melawankeras.

“ Blanggg…. ! “.

Ditengah suara benturan yang amat keras, dedauanan dan ranting nampak berguguran. Tanah dan pasir beterbangan diangkasa, waktu itu sungguhmengerikan sekali. Tak selang beberapa saat kemudian suasana menjadit tenang kembali, tampak Tang Lo Seng Kong mundur sejauh beberapa kaki dari posisi semula dan berdiri mematung, agaknya dia sedang mengatur pernafasan. Sebaliknya Giam In Kok yang tak sempat menggunakan tenaga dalam sepenuhnya ikut tergetar mundur pula sejauh satu kaki. Dia merasakan hawa darah didalam dadanya bergejolak keras, buru buru hawa murninya dihimpun kembali lalu dengan memanfaatkan kesempatan tersebut dia berusaha untuk makin melebur empedu ular bunga kedalam tenaga dalamnya.

Selang beberapa saat kemudian Tang Lo Seng Kong telah selesai mengatur pernafasannya dan membuka matanya. Ketika melihat Giam In Kok berdiri tak bergerak ditengah arena, ia segera
membentak keras denganmaksud memancing amarah musuhnya :“ Bocah keparat, kau memang tak malu disebut Bocah Ajaib Bermuka Seribu. Coba sambut pukulanku ini ! “.

Namun ketika itu Giam In Kok sedang mengatur pernafasannya, maka dia menganggap bentakan tersebut sebagai angin lalu dan sama sekali tidak memperhatikannya.

Kembali Tang Lo Seng Kong berseru sambil tertawa dingin :“ Hei Bocah Ajaib Bermuka Seribu, tulikan kau ?. Atau mungkin badanmu itu empuk seperti tahu sehingga tidak berani berkaok kaok lagi ? “.

Baru selesai perkataan itu diucapkan mendadak dari kejauhan sana berkumandang datang suara pekikan keras, disusul kemudian terdengar suara seseorang berseru sambil tertawa : “ Tunggu sebentar Tang Lo Seng Kong, berada dimanakah si Bocah Ajaib Bermuka Seribu itu ? “.

Giam In Kok segera mengenali itu adalah Tiong Giok Kisu. Hal ini kontan saja membuat hatinya tercengang. Belum hilang ingatannya, suara ujung baju yang terhembus angin telah berkumandang datang dari kejaujan sana.

Kemudian terdengar Tang Lo Seng Kong berteriak kegirangan :“ Ahhhh rupanya saudara Ciu telah datang, apakah kau kenal dengan bocah keparat itu ? “.

Orang itu segera menjawab sambil tertawa :“ Aaahhh… rupanya dia memang benar si Bocah Ajaib Bermuka Seribu. Soal wajah sesungguhnya bukan soal yang penting “.

“ Orang itu mengakui dirinya sebagai si Bocah Ajaib Bermuka Seribu, aku rasa tidak bakal salah lagi “.

“ Bagaimana dengan kepandaian silatnya ? “ tanya orang itu.

“ Barusan dia telah menyambut sebuah pukulanku dengan keras melawan keras…. “.

“ Ahhhh… rupanya dia sedang mengatur pernafasan. Kalau memang mampu menerima sebuah pukulan dari Seng Kok, orang ini tak bakal salah lagi. Tempo hari siautepun pernah bertemu dengannya dibukit Tang Lo San. Hayo kita ringkus bocah keparat ini sebelum membicarakan masalah yang lain… “.

“Eeee…. Tunggu dulu, ada urusan apa saudara Ciu datang kemari mencariku ? “.

“ Apalagi, tentu saja mengajakmu untuk menghadapi bocah keparat ini…. “.

“ Aahhhh…. Masa bocah kunyuk semacam inipun harus dipandang begitu serius ? “.

“ Sebetulnya siaute seorangpun sudah cukup untuk menghadapinya, tapi aku perlu memberitahukan hal ini kepadamu agar kau jangan sampai tertipu olehnya “.

“ Hemmmm…perkataan ini memang ada benarnya, terbukti adik seperguruanku telah terperangkap oleh tipu muslihatnya “.

“ Ahhh…apakah adik seperguruanmu berada disini ? “.

Tiba tiba Tang Lo Seng Kong melegak, tapi segera bisiknya lirih :“ Siapa sih beberapa orang yang datang bersama sama saudara Ciu itu ? “.
Tidak sampai pertanyaan itu selesai diutarakan, Tiong Giok Kisu telah menjawab sambil tertawa : “ Ohhhh, mereka berdua adalah murid muridku Tong Seng Song serta Kho Yong. Harap Seng Kong janganmenaruh curiga “.

Terhadap tanya jawab yang sedang berlangsung, Giam In Kok berlagak seolah olah tidak mendengarkan, seluruh perhatiannya tertuju untuk mengatur pernafasan. Ia merasa peredaran hawa murninya bergolak keras, tapi hanya dijalan darah Cian Gi Hiatnya seakan akan tersumbat oleh segulung gumpalan hawa aneh sekali. Bagaikan ada sebuah batu besar yang tidak mampu disingkirkan dari mulut pintu masuk. Seingatnya gejala semacam ini belum
pernah dialami semenjak belajar ilmu silat, ia menduga sudah pasti hal ini disebabkan oleh empedu ular bunga tersebut.

Dalam keadaan seperti ini, terpaksa dia harus menghimpun segenap hawa khikang pelindung badannya untuk menggencet serta mendesak gumpalan hawa yang menyumbat itu. Tiba tiba dadanya terasa meledak amat keras, disusul kemudian munculnya semacam kekuatan tak berwujud yang meledak kearah dalam. Begitu kerasnya getaran yang terjadi membuat ia tidak bisa menguasai diri lagi dan segera ia jatuh terduduk keatas tanah.

“ Aduh celaka “ pekiknya tanpa terasa.

Sementara itu Tiong Giok Kisu telah selesai memperkenalkan Tang Lo Seng Kong kepada kedua orang muridnya. Ketika melihat Giam In Kok jatuh terduduk diatas tanah, ia segera berseru sambil tertawa terbahak bahak :“ Haaahhhh….haahhh….haahhhh. tidak dinyana kita bakal meraih keberhasilan tanpa harus bersusah payah. Coba lihat bocah keparat itu sudah mengalami jalan api menuju neraka. Daripada membunuhnya, kita akan berhasil membekuknya secara lebih mudah lagi “.

Dia mengira Giam In Kok sudah mengalami jalan api menuju neraka, karena itu bangga dan gembiranya setengah mati. Kembali ujarnya kepada Tang Lo Seng Kong sambil tertawa : “ Sewaktu siaute bertanya soal adik seperguruanmu tadi, agaknya Seng Kong seperti agak ragu berbicara, apakah masih ada urusan rumah tangga yang belum terselesaikan ? “.

Merah padam selembar Tang Lo Seng Kong sehabis mendengar perkataan itu. Dia tidak menjawab tapi segera mengalihkan pembicaraan lain “ Sesungguhnya tiada masalah yang terlalu istimewa, andaikata bocah keparat ini tidak muncul, urusan rumah tanggaku secara otomatis akan selesai dengan sendirinya. Akupun mendengar bahwa kedua orang muridku yang semula dititipkan pada perguruan andapun konon telah mati dibunuh bocah keparat ini. Benarkah ada kejadian seperti itu ? “.

“ Ya…betul. Memang mati, gara gara persoalan inilah siaute sengaja datang kemari untuk memohon maaf dari Seng Kong ? “.

Dengan penuh rasa benci Tang Lo Seng Kong segera berseru : “ Bocah keparat ini betul betul keji dan berhati jahat. Biar kupotong keempat anggota badannya lebih dulu agar dia tersiksa hebat sebelum akhirnya mampus dengan cara yang lebih mengerikan “.

“ Seng Kong tak boleh berbuat gegabah. Bila kau potong keempat anggota badannya maka kita mesti menyediakan orang untuk merawat serta memeliharanya. Lebih baik biar kugunakan ilmu Tiong Giok menghisap sari kekuatan untuk mengambil alih kekuatan yang dimilikinya, entah bagaimana menurut pendapatmu ?“.

“ Haahhhh….haahhh….haaahhh…. apakah kau Tiong Giok Kisu ?“.

“ Terlalu memuji, terlalu memuji. Itu hanya sebutan orang lain kepada diriku “.

“ Haahhh….haahhh….haahhhh…., tadi sibocah keparat itu sempat menyinggung pula nama besar saudara,…baiklah, mari kita bawa pulang keparat ini kegoaku…. “.

“ Kenapa meski repot repot pergi jauh ?. Untuk sementara waktu biar kupinjam goa dari Sumoaymu saja…. “.

Bersambung Jilid 43

Tidak ada komentar:

Posting Komentar