Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Rabu, 01 Agustus 2012

Si Pisah Terbang Li - Oleh Khu Lung - Bagian 12

Lanjutan bagian 11 ... sorry agak terlambat ya


Bab 12. Keduanya adalah Orang-orang yang Patah Hati

Walaupun hari masih siang, langit mendung bagaikan magrib.

Ah Fei berjalan tenang, sama seperti waktu pertama kali Tie Zhuan Jia melihat dia berjalan. Masih begitu kesepian, begitu lelah.

Namun sekarang Tie Zhuan Jia tahu. Begitu ada bahaya, anak muda ini akan langsung waspada. Berjalan berdampingan dengannya, sebenarnya Tie Zhuan Jia ingin membicarakan begitu banyak hal, namun ia tidak tahu harus mulai dari mana. Li Xun Huan tidak pernah bicara banyak. Dan setelah bersama-sama dengan Li Xun Huan selama bertahun-tahun, ia tahu bagaimana menggunakan keheningan untuk menggantikan kata-kata. Hanya dua kata yang diucapkannya, “Terima kasih.”

Namun segera disadarinya bahwa dua kata ini pun tidak perlu diucapkan. Karena Ah Fei sama dengan Li Xun Huan. Seseorang tidak perlu mengatakan ‘terima kasih’ di hadapan mereka.


Ada sebuah paviliun di sana. Ah Fei berjalan menuju ke sana, dan tiba-tiba ia bertanya, “Mengapa kau tak mengatakan yang sesungguhnya pada mereka?”

Tie Zhuan Jia berpikir cukup lama, lalu mendesah. “Ada beberapa hal yang tidak ingin kuucapkan. Lebih baik mati daripada mengucapkannya.”

Kata Ah Fei, “Kau memang sahabat yang baik, namun kau salah akan satu hal.”

“Apa itu?”

Sahut Ah Fei, “Kau pikir karena nyawamu adalah milikmu, kau berhak untuk mati.”

“Salahkah itu?”

Jawab Ah Fei, “Salah sekali.”

Tiba-tiba ia menoleh dan menatap Tie Zhuan Jia. Lalu katanya, “Seseorang dilahirkan, bukan untuk mati.”

Kata Tie Zhuan Jia, “Kau benar. Tapi kalau bukan karena situasi yang tak ada jalan keluarnya….”

Ah Fei berkata lagi, “Sekalipun kau harus mati, kau tetap harus mengerahkan segala daya upaya untuk tetap hidup.”

Ia terus menatap Tie Zhuan Jia. Katanya dengan tajam, “Tuhan telah memberi engkau begitu banyak. Apa yang telah kau perbuat bagiNya?”

“Tidak ada.”

“Untuk membesarkanmu, ayah dan ibumu telah berkorban begitu banyak. Apa yang telah kau perbuat bagi mereka?”

Tie Zhuan Jia hanya dapt menundukkan kepalanya.

Kata Ah Fei, “Kau tahu bahwa ada hal-hal yang tidak dapat dibicarakan. Jika kau mengatakannya, berarti kau mengkhianati sahabatmu. Namun jika kau mati begitu saja, apakah kau tidak mengkhianati ayah ibumu, mengkhianati Tuhan?”

Tie Zhuan Jia menengadah ke langit, lalu berkata, “Aku salah…. Aku salah….”

Sepertinya ia telah mengambil suatu keputusan besar. “Aku tak mau mengatakannya karena….”

Ah Fei memotong cepat, “Aku percaya padamu. Kau tak perlu memberi penjelasan.”

Tie Zhuan Jia tidak tahan untuk tidak bertanya, “Bagaimana kau bisa yakin bahwa aku tidak melakukan apa yang mereka tuduhkan?”

Jawab Ah Fei, “Aku hanya mengetahuinya.”

Matanya sungguh terang, penuh dengan rasa percaya diri. Lalu ia melanjutkan, “Mungkin karena aku tumbuh di alam bebas. Seperti binatang buas, aku punya naluri membedakan yang baik dan yang jahat.”

***

Dalam benak Li Xun Huan, ada yang lebih menyebalkan daripada tidak bisa minum arak, yaitu arak dengan orang-orang yang menyebalkan.

Ia merasa bahwa semua orang yang ada di situ sangat menyebalkan. Bayangkan, You Long Sheng adalah yang terbaik dari sekumpulan orang itu. Setidaknya ia tidak bukan penjilat.

Maka dia pura-pura sakit.

Long Xiao Yun tahu sifat Li Xun Huan, sehingga ia diam saja. Oleh sebab itu, Li Xun Huan berbaring saja dalam kamarnya menunggu datangnya malam.

Ia tahu, malam ini akan terjadi sesuatu yang menarik.

Waktu ia terpikir akan kencannya dengan Lin Xian Er nanti malam, matanya bercahaya. Namun waktu ia terpikir akan Tie Zhuan Jia, wajahnya kembali murung.

Akhirnya, hari mulai gelap.

Li Xun Huan bangkit. Namun ia mendengar langkah ringan di atas salju di luar, jadi ia kembali berbaring.

Langkah itu berhenti di depan jendela.

Li Xun Huan hanya menunggu dengan diam. Ia tidak bertanya siapa yang datang. Orang itu tampaknya ragu-ragu untuk masuk, jadi tidak mungkin Long Xiao Yun. Long Xiao Yun tak mungkin menunggu di depan pintu.

Jadi siapakah orang ini?

Shi Yin?

Seluruh darah dalam tubuhnya bergejolak. Tubuhnya sampai menggigil. Kemudian orang di luar terbatuk kecil.

“Apakah Saudara Li sedang tidur?”

Ini adalah suara You Long Sheng. Li Xun Huan menghela nafas lega. Ia tidak tahu apakah ia harus sedih atau gembira.

You Long Sheng masuk dan duduk. Matanya tidak pernah memandang ke arah Li Xun Huan. Li Xun Huan menyalakan lilin, dan baru ia sadari bahwa wajah pemuda ini sangat pucat.

Li Xun Huan bertanya sambil tersenyum, “Kau ingin minum teh, atau arak?”

You Long Sheng menjawab pendek, “Arak.”

Li Xun Huan masih tersenyum. “Bagus. Aku memang tidak punya teh.”

You Long Sheng minum tiga cawan dalam sekejap. Lalu ia bertanya, “Tahukah kau mengapa aku minum anggur?”

Jawab Li Xun Huan, “Sepertinya kau tidak sedang bersedih. Jadi mungkin untuk menambah semangat?”

You Long Sheng kini menatap Li Xun Huan. Tiba-tiba tawanya meledak.

Saat itulah, dihunusnya pedang dari pinggangnya.

Tiba-tiba pula tawanya berhenti. Lalu ia bertanya, “Kenalkah kau dengan pedang ini?”

Li Xun Huan menyentuh sedikit sisi pedang itu, katanya, “Pedang yang luar bisasa.”

Mata You Long Sheng berbinar. “Saudara Li adalah ahli tentang pedang. Aku yakin kau pasti tahu
bahwa pedang ini adalah salah satu pedang paling terkemuka di dunia.”

Ia melihat pada pedang itu dan menyambung, “Ini adalah ‘Pedang Perenggut Cinta’ yang dipakai oleh Di Wu Zi 300 tahun yang lalu. Aku yakin Saudara Li tahu latar belakang kisahnya, bukan?”

“Ceritakan saja.”

“Di Wu Zi cinta setengah mati pada pedangnya, sehingga ia tidak pernah jatuh cinta pada seorang wanita sampai ia setengah umur. Mereka lalu berencana untuk menikah. Namun beberapa hari sebelum pernikahan, ia baru tahu bahwa tunangannya dan sahabat karibnya Si Dewa Golok, Peng Qiong, diam-diam berkencan. Dalam kemarahannya, ia membunuh Peng Qiong dengan pedang ini. Dan pedang ini pun menjadi teman hidupnya dan dia tidak pernah lagi berpikir untuk menikah.”

Ia memandang Li Xun Huan. “Kau mungkin berpikir bahwa cerita ini sederhana dan membosankan. Namun ini adalah kisah nyata.”

Li Xun Huan tersenyum dan berkata, “Aku hanya berpikir bahwa Di Wu Zi, walaupun dia adalah jago pedang yang hebat, pikirannya agak sempit. Mengapa seorang pria sejati mengorbankan persahabatan demi seorang wanita?”

You Long Sheng pun tersenyum, katanya, “Tetapi menurutku, ia adalah pria sejati. Hanya pria sejati yang dapat mencintai begitu dalam.”

Li Xun Huan terkekeh, “Jadi kau ingin mengikuti jejak Di Wu Zi 300 tahun yang lalu. Betul kan?”

You Long Sheng menatap Li Xun Huan dengan pandangan sedingin es, dan berkata dingin, “Itu tergantung apakah Saudara Li akan mengikuti jejak Si Dewa Golok Peng Qiong 300 tahun yang lalu atau tidak!”

Li Xun Huan mengeluh. “Kau tahu, malam ini bulan sangat indah. Mengapa kau merusak suasana yang begitu damai dengan kata-kata seperti itu?”

Kata You Long Sheng, “Jadi kau masih akan pergi ke sana malam ini?”

Sahut Li Xun Huan, “Jika aku membiarkan seorang gadis seperti Nona Lin menikmati keindahan bulan sendirian, aku merasa seperti seorang penjahat.”

Wajah You Long Sheng yang pucat menjadi merah padam. Kemarahannya tergambar dengan jelas. Pedang itu berbalik, terarah pada samping leher Li Xun Huan.

Namun Li Xun Huan masih tersenyum. “Dengan ilmu pedangmu, kau masih belum bisa menandingi Di Wu Zi.”

You Long Sheng berseru dengan marah, “Aku tidak perlu mengerahkan seluruh kemampuanku untuk membunuhmu!”

Saat mengucapkan kalimat itu, You Long Sheng telah menyerang sepuluh langkah.

Terdengar suara pedang membelah angin, cepat dan keras. Cawan anggur di meja hancur berantakan oleh angin pedang itu. Anggur tumpah membasahi lantai. Walaupun gerakan pedangnya makin lama makin cepat, Li Xun Huan tidak tampak bergerak. Seolah-olah tak ada yang terjadi. Semua serangannya mengenai tempat kosong.

You Long Sheng mengertakkan giginya. Serangannya menjadi semakin tajam.

Ia melihat tangan Li Xun Huan masih kosong. Setiap serangan pedangnya dibuat untuk menghalangi Li Xun Huan menggunakan pisaunya.

Namun Li Xun Huan memang tidak bermaksud menggunakan pisaunya. Ia hanya menantikan berakhirnya serangan ini. Tiba-tiba ia tersenyum, katanya, “Untuk seorang pemuda seusiamu, ilmu pedangmu sungguh hebat. Namun untuk seorang pemuda yang memiliki seorang ayah seperti ayahmu dan guru seperti gurumu, jika engkau berkelana, habislah sudah reputasi mereka.”

Sungguh luar biasa, ia masih dapat berbicara dengan santai dibawah serangan setajam itu. You Long Sheng menjadi semakin marah dan tidak sabar. Namun entah bagaimana, serangannya selalu luput, tidak mengoyakkan sedikit pun baju Li Xun Huan.

Ketika ia menyerang leher Li Xun Huan, Li Xun Huan berkelit ke kiri. Ketika dipindahkan serangannya ke kiri, seakan-akan Li Xun Huan tidak jadi berkelit. Jadi walaupun serangannya sangatlah mematikan, Li Xun Huan sama sekali tidak terpengaruh.

You Long Sheng kembali mengertakkan giginya. Serangan berikutnya terarah ke dada Li Xun Huan. Pikirnya, “Sekarang, apapun yang terjadi, aku takkan tertipu lagi.”

Setelah tertipu beberapa kali, kali ini ia bertekad tidak akan mengubah arah serangannya.

Dilihatnya bahu kiri Li Xun Huan bergerak sedikit, tubuhnya meliuk ke kanan. Kali ini, ia benarbenar bergerak! Pedang You Long Sheng luput lagi.

Kemudian Li Xun Huan menjentikkan jarinya di pinggir pedang itu.

You Long Sheng merasakan getaran yang sangat kuat. Tubuhnya tiba-tiba seolah-olah lumpuh, pedangnya tak terkendali dan terlempar ke luar jendela menuju ke arah hutan.

Li Xun Huan tetap berdiri di situ. Bahkan kakinya tak bergeser sejengkalpun.

You Long Sheng merasa seluruh darahnya naik ke kepala, lalu serentak turun ke kakinya. Tubuhnya terasa dingin. Li Xun Huan menepuk pundaknya, dengan tersenyum ia berkata, “Pedangmu sangat berharga. Pergi dan ambillah.”

You Long Sheng menghentakkan kakinya, lalu berbalik dan segera pergi. Namun tiba-tiba saja ia berhenti. Katanya, “Kalau…. Kalau kau punya nyali, tunggulah satu tahun lagi. Tahun depan aku akan mencarimu untuk membalas dendam.”

Sahut Li Xun Huan, “Satu tahun? Kelihatannya satu tahun masih kurang.”

Lalu ia menambahkan, “Kau punya potensi yang baik. Ilmu pedangmu pun cukup baik. Permasalahannya adalah emosimu. Kau tidak sabar dan sombong. Jadi, ketika kau bertemu dengan lawan yang lebih kuat, kau langsung hancur. Sebenarnya, jika hari ini kau lebih sabar sedikit, kau bisa melukai aku. “

Mata You Long Sheng langsung bersinar, namun Li Xun Huan meneruskan, “ Tapi kesabaran itu lebih mudah diucapkan daripada dijalankan. Jadi, kalau kau ingin mengalahkan aku, kau perlu setidaknya tujuh tahun!”
Li Xun Huan tersenyum dan berkata lagi, “Pergilah. Dan berlatihlah baik-baik tujuh tahun, baru kembali untuk membalas dendam. Tujuh tahun bukanlah waktu yang lama.”

Malam kembali tenang.

Li Xun Huan memandang langit malam melalui jendela kamarnya. Ia berdiri di sana cukup lama. Lalu ia menggumam sambil memandang ke malam kelam, “Anak muda, janganlah kau membenci aku. Sebetulnya, aku ingin menyelamatkanmu. Jika kau terus bersama dengan Lin Xian Er, ia akan menghancurkan hidupmu.”

Li Xun Huan tahu Li Xian Er sedang menantikan dia dan telah mempersiapkan tipu daya yang lain. Ia penasaran akan apa yang sedang direncanakan oleh wanita itu.

Waktu You Long Sheng pergi, ia bukan lagi anak muda yang sombong, yang angkuh. Ia berkata pada Li Xun Huan, “Jika kau betul-betul menyukai Lin Xian Er, kau akan menyesal. Ia adalah milikku. Kami telah…. telah…. Mengapa kau mau memakai sepatu bekasku?”

Namun saat itu Li Xun Huan hanya tersenyum dan menjawab, “Sepatu bekas selalu lebih nyaman daripada sepatu baru.”

Ketika ia membayangkan wajah You Long Sheng saat meninggalkannya, ia merasa kasihan, namun ia juga merasa geli. Apakah Lin Xian Er betul-betul wanita semacam itu?

Ia melangkah keluar pintu, dan dilihatnya sekelebat cahaya dari dalam hutan.

Dua pelayan datang mendekat. Mereka membawa sepasang lentera dan berbisik-bisik satu dengan yang lain, lalu tertawa tertahan. Ketika mereka melihat Li Xun Huan, mereka langsung terdiam.

Kini Li Xun Huanlah yang terkekeh, katanya, “Apakah Nona Lin menyuruh kalian untuk memanggilku?”

Pelayan yang di sebelah kiri, yang tampak lebih tua dan lebih jangkung menjawab, “Sebetulnya, Nyonya kamilah yang ingin bertemu dengan Tuan Li.”

Li Xun Huan terperangah, “Nyonya?”

Ia bertanya dengan gelisah, “Nyonya yang mana?”

Pelayan yang lebih muda mengikik. “Hanya ada satu Nyonya dalam rumah ini.”

Tubuh Li Xun Huan masih di sana, namun pikirannya telah melayang ke luar hutan pohon plum itu. Ke pondok kecil itu….

Sepuluh tahun yang lalu, ia selalu berkunjung ke sana. Ia ingat, yang ada di meja selalu hanya makanan-makanan kesukaannya.

Li Xun Huan berjalan tergesa-gesa. Kini ia berada di pondok kecil itu lagi.

Cahaya di atas terlihat temaram. Sama seperti sepuluh tahun yang lalu. Bahkan salju di atas atap pun masih sama indahnya dengan sepuluh tahun yang lalu.

Namun, sepuluh tahun telah berlalu….
Sepuluh tahun yang takkan mungkin terulang lagi.

Li Xun Huan tidak punya cukup keberanian untuk naik ke atas.

Namun ia harus ke sana.

Apapun alasannya dia meminta Li Xun Huan datang, ia tidak mungkin menolaknya.

Sesampainya di puncak tangga, badannya serasa membeku.

Sepuluh tahun, seperti terhapus begitu saja. Rasanya ia telah kembali ke sepuluh tahun yang lalu. Hatinya berdegup kencang, seperti anak muda yang jatuh cinta pertama kali. Kehangatan sepuluh tahun yang lalu….. Mimpi-mimpi sepuluh tahun yang lalu.

Li Xun Huan tidak berani melanjutkan pikirannya. Itu artinya mengkhianati Long Xiao Yun, dan juga dirinya sendiri. Ia ingin sekali lari dari situ.

Namun didengarnya suara dari balik tirai, “Silakan duduk.”

Suara itu masih semerdu sepuluh tahun yang lalu. Hanya kini, suara itu terasa jauh, dan dingin. Kalau tidak melihat makanan yang sama pula terhidang di atas meja, mungkin tak bisa dipercaya bahwa ia sedang menjumpai kenalan lama.

Ia hanya bisa duduk dan berkata, “Terima kasih.”

Lalu seseorang keluar dari balik tirai itu.

Nafas Li Xun Huan hampir berhenti. Namun yang keluar hanyalah seorang anak kecil. Ia masih mengenakan bajunya yang merah, tapi wajahnya tampak seputih kertas.

Terdengar lagi suara dari balik tirai, “Jangan lupa apa yang Ibu baru saja katakan. Tuangkanlah secangkir arak untuk Paman Li.”

Si Anak Merah menyahut patuh, “Ya.”

Li Xun Huan tidak tahu harus berpikir atau berkata apa. Walaupun ia tidak melakukan apa pun yang salah, ia tetap merasa seperti seorang penjahat di hadapan anak ini.

Shi Yin, Shi Yin. Apakah maksudmu mengundangku adalah untuk menyiksaku?

Bagaimana ia dapat minum anggur ini? Namun, bagaimana pula kalau tak diminumnya anggur ini?

Si Anak Merah berkata, “Walaupun keponakan tak bisa lagi berlatih ilmu silat, seorang laki-laki tak bisa hidup dibawah naungan orang tuanya seumur hidupnya. Aku harap Paman Li bersedia mengajarkan beberapa jurus perlindungan diri, supaya keponakan tidak dipermainkan orang di kemudian hari.”

Li Xun Huan mengeluh dalam hati, lalu diulurkannya tangannya. Di tangan itu terdapat sebilah pisau.

Lin Shi Yin berkata dari balik tirai, “Pamanmu tak pernah mengajarkan ilmu pisau itu kepada siapapun. Jika kau mempelajarinya, kau tak perlu takut orang akan mempermainkan engkau. Cepat berterima kasih pada Paman Li.”

Si Anak Merah lalu berlutut dan berkata, “Terima kasih, Paman Li.”

Li Xun Huan tersenyum. Pikirnya, “Tak ada yang dapat mengalahkan kasih ibu terhadap anaknya. Namun pertanyaannya sekarang, bagaimanakah seorang anak memperlakukan ibunya?”

Seorang pelayan lalu membawa anak itu pergi, namun Lin Shi Yin masih berada di balik tirai. Tapi ia juga tidak membiarkan Li Xun Huan pergi.

Li Xun Huan biasanya adalah seseorang yang percaya diri. Namun saat itu, entah mengapa, ia hanya bisa duduk diam di situ seperti orang tolol.

Malam telah bertambah larut.

Apakah Lin Xian Er masih menunggunya? Tiba-tiba Lin Shi Yin bertanya, “Apakah kau ada urusan lain?”

Jawab Li Xun Huan, “Ti….Tidak.”

Lin Shi Yin terdiam sejenak, lalu berkata, “Kau pasti sudah bertemu dengan Lin Xian Er.”


Kata Li Xun Huan, “Satu atau dua kali.”

Kata Lin Shi Yin lagi, “Ia sungguh malang. Ia tumbuh dalam lingkungan yang buruk. Jika kau
telah berjumpa dengan ayahnya, kau pasti mengerti.”

“Aku mengerti.”

Lin Shi Yin melanjutkan, “Suatu hari, aku pergi ke ‘Tebing Pengorbanan’ untuk berdoa. Aku melihat dia akan terjun dari atas tebing itu. Jadi kuselamatkan dia…. Kau tahu mengapa ia ingin terjun dari atas tebing itu?”

Jawab Li Xun Huan, “Tidak.”

Sahut Lin Shi Yin, “Karena penyakit ayahnya.”

Li Xun Huan hanya tergugu di kursinya.

Lin Shi Yin melanjutkan lagi, “Ia tidak hanya pandai dan sangat cantik, ia juga amat tegar. Ia tahu, ia berasal dari keluarga miskin, sehingga ia harus bergantung dari banyak orang. Ia kuatir orang-orang akan menghina dia.”

Kata Li Xun Huan, “Kurasa kini tak akan ada yang menghina dia, bukan?”

Sahut Lin Shi Yin, “Itu akibat dari ketegarannya bertahun-tahun ini. Sayangnya, ia masih amat muda, sehingga hatinya pun sangat lembut. Aku kuatir ia akan terjerat tipu daya orang lain.”

Li Xun Huan tertawa getir. “Jika orang lain tidak terperdaya olehnya, aku sungguh bergembira.”

Kata Lin Shi Yin, “Aku hanya berharap ia mendapatkan suami yang baik, tidak terkecoh begitu saja dan menderita seumur hidupnya.

Li Xun Huan berpikir sejenak, lalu bertanya, “Mengapa kau katakan ini padaku?”

Lin Shi Yin pun berpikir sejenak, lalu menjawab, “Kau tidak tahu mengapa aku katakan ini padamu?”

Sebenarnya Li Xun Huan memang tahu.

Maksud Lin Shi Yin menahan dia di situ adalah untuk mencegah pertemuannya dengan Lin Xian Er. You Long Sheng pasti telah memberitahukan padanya.

Lin Shi Yin berkata, “Apapun yang terjadi, kita adalah teman lama. Aku ingin memohon bantuanmu.”

Hati Li Xun Huan membeku, namun ia tetap tersenyum. “Kau tidak ingin aku menemui Lin Xian Er?”

“Betul.”

Li Xun Huan menarik nafas panjang, lalu berkata, “Kau…Kau pikir aku menyukai dia?”

Sahut Lin Shi Yin, “Aku tak peduli apa perasaanmu terhadap dia. Aku hanya mohon kau tidak menemuinya.”

Li Xun Huan menghabiskan anggur dalam cawan itu dengan sekali teguk. Lalu ia berkata, “Kau benar. Aku adalah petualang yang tidak berguna. Jika aku pergi menjumpainya, aku hanya akan menyakitinya….” 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar