Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Sabtu, 12 Maret 2016

KANE DAN ABEL : SATU ANAK HARAM, YANG LAIN ANAK ORANG KAYA

Kelahiran dua anak yang berbeda latar belakang, mereka dipersiapkan dengan berbagai peristiwa untuk menjadi orang kaya, terpandang dan sukses. Keduanya saling bantu sebagai penyelamat (tidak saling kenal), dan bermusuhan dalam usaha mereka mencapai puncak. Siapa pemenangnya? Anak haram kah ? Mari kita ikuti kisah ini ....lahir di hari yang sama.

Bagian Pertama

1906  -  1923

 BAB  I

18 April 1906  Slonim, Polandia.

Ia baru berhenti menjerit ketika ia sudah mati. Ganti bayinya yang mulai menjerit. Bocah yang sedang berburu kelinci di hutan tidak merasa pasti apakah itu jeritan terakhir wanita ataukah jeritan pertama si bayi yang menyengat telinganya. Tiba-tiba ia membalik. Bahaya mungkin mengancam. Matanya mencari-cari binatang yang jelas-jelas kesakitan. Belum pernah ia mengenal binatang yang memekik sedemikian itu. Dengan hati-hati ia menuju suara. Jeritan kini telah berubah menjadi Lolongan. Tetapi tetap belum mirip suara binatang yang ia kenal. Semoga saja tidak terlalu besar untuk dibunuhnya. Paling sedikit dapat mengganti menu makan kelinci di malam hari.

Pemburu muda itu mengendap-endap menuju sungai. Dari situlah terdengar suara aneh tadi. Ia berlari-lari dari pohon ke pohon. Sambil merasakan lindungan kulit pohon di bahunya. Ada sesuatu yang dapat dirabanya. Jangan pernah berada di lapangan terbuka. Demikian ajaran ayahnya.Ketika ia tiba di pinggir hutan, ia memperoleh pemandangan yang jelas menuruni lembah hingga ke sungai. Bahkan ketika itupun masih dibutuhkan beberapa saat untuk menyadari bahwa jeritan aneh itu tidak terpekikkan oleh binatang biasa. Kini ia merayap menuju rintihan. Tetapi kini dia sendirian di lapangan terbuka. Tiba-tiba ia melihat wanita. Dengan pakaian tersingkap hingga pinggul. Kedua kakinya terkangkang lebar-lebar. Ia belum pernah melihat wanita demikian itu sebelumnya. Ia cepat-cepat lari menuju ke sisinya.

Memandang terbelalak pada perut wanita. Takut menyentuhnya. Dan di sana di antara kaki wanita itu tergeletaklah binatang kecil merah jambu terikat pada wanita itu dengan sesuatu yang mirip seutas tali. Pemburu muda meletakkan kelinci yang baru saja dikulitinya. Berlutut di samping makhluk kecil itu.

Lama ia memandangnya. Terpana. Kemudian mengarahkan pandangan kepada wanita itu. Mendadak ia menyesalinya. Wanita itu telah membiru karena dingin. Wajah lesu usia 23 tahun Nampak setengah umur bagi bocah itu. Ia tak perlu diberitahu bahwa wanita itu telah meninggal. Ia mengangkat tubuh mungil yang licin itu. Bila ditanya mengapa, padahal tak pernah ada yang menanyakannya, ia akan menjawab bahwa ia merasa khawatir karena kuku-kuku mungil jemari bayi itu mencakari wajahnya yang berkerut. Kemudian ia sadar bahwa ibu dan bayi itu tak terpisahkan karena seutas tali yang berlendir.

Beberapa hari sebelumnya ia mengamati kelahiran seekor anak domba. Ia mencoba mengingatnya. Ya,itulah yang dilakukan si gembala. Tapi apa ia berani melakukannya terhadap bayi? Rintihan kini telah berhenti. Dan ia merasakan bahwa sekarang keputusan mendesak. Ia mencabut pisaunya yang ia pergunakan menguliti kelinci. Membersihkannya di atas baju. Ragu sejenak. Lalu memotong tali dekat tubuh bayi. Darah mengucur di ujung tali yang terpotong. Lalu apa lagi yang dilakukan si gembala ketika kelahiran anak domba itu? Ia menyimpulkan tali untuk menghentikan darah yang mengalir. Tentu. Sudah barang tentu. Ia mencabut rerumputan panjang di sebelahnya lalu cepat-cepat menalikannya di simpul tali. Kemudian ia membopong bayi. Pelan-pelan ia berdiri. Tiga ekor kelinci ditinggalkannya. Demikian pula wanita mati yang melahirkan bayi itu. Sebelum meninggalkannya, ia merapatkan kedua belah kaki dan pakaian wanita itu ditariknya menutupi lutut. Kiranya  itulah tindakan yang benar.

*Ya Tuhan!" katanya keras-keras. Itulah pertama yang ia katakan setelah melakukan sesuatu yang sangat baik atau sangat buruk. Tapi ia belum merasa pasti apakah itu tindakan baik atau buruk.

Pemburu muda itu kemudian lari menuju pondok di mana sepengetahuannya ibunya sedang memasak makan malam mereka. Tinggal menantikan kelinci yang akan dibawanya. Semuanya akan dimasak. Ibunva sedang menghitung-hitung berapa ekor yang ia tangkap hari ini. Dengan suatu keluarga terdiri dari 8 jiwa yang harus dihidupi, paling sedikit ia memburuhkan 3 ekor. Kadang-kadang ia berhasil menangkap beberapa angsa atau bahkan seekor burung kuau yang tersesat dari wilayah perkebunan Baron di mana ayahnya bekerja. Sore ini ia menangkap binatang yang lain: sama sekali. Dan bila ia tiba di pondok, ia tidakberani meletakkan hadiahnya, maka ia menendangi pintu dengan kaki telanjangnya hingga akhirnya dibukakan pintu oleh ibunya. Dengan diam ia menunjukkan hadiah kepada ibunya. Ibunya tidak segera bergegas mengambil makhluk kecil itu darinya. Ia hanya berdiri. Tangan satu menutupi dadanya. Ternganga menghadapi pemandangan yang mengharukan.

"Ya Tuhan" kata ibunya. Lalu membuat tanda salib. Bocah itu memandangi wajah ibunya ingin melihat tanda senang atau marah. Mata ibunya kini menunjukkan kelembutan yang belum pernah dilihat sebelumnya. Ia tahu apa yang telah dilakukannya itu pasti baik.

'Apakah ini bayi, Matka?"

*Anak laki-laki" kata ibunya. Mengangguk sedih.

"Di mana engkau menemukannya?"

"Di sana dekat sungai, Matka," katanya.

"Dan ibunya?"

"Meninggal."

Ibunya membuat tanda salib lagi."Cepat lari dan katakan kepada ayahmu apa yang telah terjadi. Ia ingin menjumpai Urszula Wojnak diperkebunan. Dan mereka berdua harus kau ajak keibunya. lalu usahakan mereka berdua menemuiku".

Pemburu muda menyerahkan bayi kepada ibunya. Senang karena makhluk licin itu tidak terjatuh dari tangannya. Kini setelah terbebas dari beban ia mengusapkan tangan pada celananya dan lari mencari ayahnya.

Ibunya menutup pintu dengan bahunya. Dan memanggil -anak sulungnya, seorang gadis, supaya memasang panci di atas tungku. Ibunya duduk di bangku' membuka kancing baju. Dan menyodorkan tetek letih ke mulut kecil. Sophia anak perempuannya yang baru 6 bulan harus berpuasa malam ini. Pikirkan hal itu. Seluruh keluarga harus berbuat begitu.

“ Dan apa perlunya?" kata wanita itu keras-keras, Sambil menyisipkan selendang di bawah lengan untuk membungkus bayi. “Tungau kecil, menjelang pagi kamu akan mati."
Tepi ia tidak menyatakan perasaan itu kepada Urszula Wojnak ketika bidan tersebut memandikan tubuh kecil dan merawat pusar terpuntir si bayi dilarut malam. Suaminya mengawasi dengan diam.

"Seorang tamu di rumah adalah Tuhan di rumah" Pernyataan wanita itu sambil mengutip peribahasa Polandia.

Suaminya meludah. "Biar diserang kolera. Kita cukup memiliki anak kita sendiri!"
Wanita itu pura-pura tak mendengarnya mengusap rambut hitam tipis di kepala bayi itu'
'Kita beri nama apa?" tanya wanita itu kepada suaminya.
Ia mengangkat bahu. "Peduli apa? Biar ia ke liang kubur tanpa nama."


BAB 2

18 April 1906 Boston, Massachusetts.

 Dokter mengangkat bayi yang baru saja lahir itu pada mata kaki. Dan menepuk pantatnya. Bayi itu langsung menangis.

Di Boston, Massachusetts, ada rumah sakit yang sebagian besar melayani mereka yang menderita penyakit orang kaya. Dan pada saat-saat tertentu membantu kelahiran orang kaya baru. Di rumah sakit umum Massachusetts para ibu tidak menjerit-jerit. Yang pasti mereka tidak melahirkan dengan pakaian lengkap. Itu tidak biasa.

Seseorang muda mondar-mandir di luar kamar bidan. Di dalamnya ada dua ahli kandungan dan dokter keluarga yang sedang bertugas. Ayah ini tidak mau ambil risiko dengan kelahiran anak pertamanya. Kedua ahli kandungan itu akan diberi balas jasa yang besar sebagai imbalan mengawasi dan menyaksikan kejadian tersebut. Salah seorang dari mereka yang mengenakan pakaian malam di bawah seragam jas putihnya harus menghadiri pesta makan kemudian. Tetapi ia tak bisa tidak harus menghadiri kelahiran yang khusus ini. Sebelumnya ketiganya telah diundi siapa yang harus membidani kelahiran anak ini. Dan Dr. MacKenzie, dokter umum keluarga, memenangkan undian. Sebuah nama yang megah dan bonafide, demikian pikir sang ayah, sambil mondar-mandir di gang.

Bukannya karena ia merasa khawatir. Roberts telah mengantar Anne, isterinya itu, ke rumah sakit dengan  mobil bagus. Isterinya menghitung hari itu hari yang ke-28 bulan ke-9 dari kehamilannya. Ia langsung merasa sakit hendak melahirkan pagi setelah sarapan. Dan suaminya telah diberi kepastian bahwa kelahiran anaknya baru akan terjadi setelah jam tutup kantor banknya. Sang ayah memang Orang yang disiplin. Maka tak ada alasan mengapa kelahiran anak akan mengacaukan keteraturan hidupnya yang sangat tertib itu. Namun ia tetap juga mondar-mandir. Para perawat dan dokter-dokter muda bergegas melewatinya. Dan karena sadar akan kehadirannya, mereka memperlembut suara mereka bila mereka dekat dengannya dan memperkeras suara mereka lagi bila sudah tidak terdengar olehnya. Ia tak tahu. Sebab setiap orang selalu memperlakukannya sedemikian itu. Kebanyakan dari mereka belum pernah melihatnya. Tapi semuanya tahu siapa dia.

Jikalau lahir seorang anak lelaki, kiranya ia akan membangun sayap rumah sakit untuk bagian anak-anak yang sangat dibutuhkan. Ia telah membangun perpustakaan dan sebuah sekolah. Sang calon ayah mencoba membaca koran terbitan sore hari. Hanya melihat kata-kata. Tapi tak menyerap artinya. Ia tegang. Bahkan khawatir. Mereka (hampir semua orang selalu ia anggap sebagai 'mereka') tak pernah mampu menyadari bahwa yang akan lahir ini haruslah seorang anak lelaki. Seorang anak lelaki yang suatu hari akan menggantikan ayahnya menjadi presiden diretlur bank. Ia membolak-balik halaman koran Evening Transcript. RedFox dari Boston telah mengikat kerjasama dengan New York Highlanders. Yang lain-lain akan merayakannya. Lalu ia ingat berita utama pada halaman muka. Kembali ia membacanya' Gempa paling dahsyat dalam sejarah Amerika. San Francisco hancur. Paling sedikit 400 orang meninggal. Yang lain-lain berkabung. Itu ia benci. Itu akan mengurangi sesuatu dari kelahiran anak lelakinya' Orang-orang akan ingat bahwa ada sesuatu lain yang terjadi pada hari itu.

Tak pernah terlintas dalam benaknya, tak sesaatpun, bahwa mungkin bayi itu perempuan. Ia kembali membaca halaman-halaman finansial. Dan mengecek bursa saham: turun sedikit. Gempa sialan itu telah mengurangi seharga $ 100.000 dari kekayaannya di bank. Tetapi karena harta pribadinya tetap $ 16 juta, maka guncangannya harus melebihi gempa Kalifornia untuk bisa membuatnya tidak bergeming. Ia kini dapat hidup dari bunga. Maka modal $ 16 juta itu akan selalu tetap utuh. Siap buat anaknya yang kini belum lahir. Ia tetap mondar-mandir sambil berpura-pura membaca Transcript.

Dokter ahli kandungan dengan pakaian malam menerobos pintu putar ruang kebidanan untuk menyampaikan berita. Ia merasa harus berbuat sesuatu karena imbalannya begitu besar. Dan dia adalah orang yang berpakaian paling pantas untuk menyampaikan pengumuman. Kedua orang itu saling memandang beberapa saat lamanya. Dokter itu juga merasa sedikit tegang. Tapi ia tak akan memperlihatkannya di muka sang ayah.

“ Selamat Pak. Bayi laki-laki. Bayi laki-laki kecil yang tampan."

Kata-kata hambar. Diucapkan orang bila ada bayi yang lahir. Demikian pikiran sang ayah . . . Sudah barang tentu tak bisa lain kecuali kecil.

Berita itu belum juga menyinarkan fajar dalam dirinya. Seorang anak laki-laki! Hampir saja ia bersyukur kepada Tuhan. Dokter ahli kandungan memberanikan diri mengajukan pertanyaan untuk mengajukan pertanyaan untuk memecah kesunyian.

“Apakah sudah ada keputusan akan diberi nama ?”- Sang ayah menjawab tanpa ragu: 

"William Lowell Kane.'

Bersambung.............................................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar