Kelahiran dua anak yang berbeda latar belakang, mereka dipersiapkan dengan berbagai peristiwa untuk menjadi orang kaya, terpandang dan sukses. Keduanya saling bantu sebagai penyelamat (tidak saling kenal), dan bermusuhan dalam usaha mereka mencapai puncak. Siapa pemenangnya? Anak haram kah ? Mari kita ikuti kisah ini ....lahir di hari yang sama.
Bagian Pertama
1906 - 1923
18
April 1906 Slonim, Polandia.
Ia baru berhenti menjerit
ketika ia sudah mati. Ganti bayinya yang mulai menjerit. Bocah yang sedang
berburu kelinci di hutan tidak merasa pasti apakah itu jeritan terakhir wanita
ataukah jeritan pertama si bayi yang menyengat telinganya. Tiba-tiba ia
membalik. Bahaya mungkin mengancam.
Matanya mencari-cari binatang yang jelas-jelas kesakitan.
Belum pernah ia mengenal binatang yang memekik sedemikian itu. Dengan hati-hati
ia menuju suara. Jeritan kini telah berubah menjadi Lolongan. Tetapi tetap
belum mirip suara binatang yang ia kenal. Semoga saja tidak terlalu besar untuk
dibunuhnya. Paling sedikit dapat mengganti menu makan kelinci di malam hari.
Pemburu muda itu
mengendap-endap menuju sungai. Dari situlah terdengar suara aneh tadi. Ia
berlari-lari dari pohon ke pohon. Sambil merasakan lindungan kulit pohon di
bahunya. Ada sesuatu yang dapat dirabanya. Jangan pernah berada di lapangan terbuka.
Demikian ajaran ayahnya.Ketika ia tiba di pinggir hutan, ia memperoleh
pemandangan yang jelas menuruni lembah hingga ke sungai. Bahkan ketika itupun
masih dibutuhkan beberapa saat untuk menyadari bahwa jeritan aneh itu tidak
terpekikkan oleh binatang biasa. Kini ia merayap menuju rintihan. Tetapi kini
dia sendirian di lapangan terbuka. Tiba-tiba ia melihat wanita. Dengan pakaian
tersingkap hingga pinggul. Kedua kakinya terkangkang lebar-lebar. Ia belum pernah
melihat wanita demikian itu sebelumnya. Ia cepat-cepat lari menuju ke sisinya.
Memandang terbelalak pada
perut wanita. Takut menyentuhnya. Dan di sana di antara kaki wanita itu tergeletaklah
binatang kecil merah jambu terikat pada wanita itu dengan sesuatu yang mirip
seutas tali. Pemburu muda meletakkan kelinci yang baru saja dikulitinya.
Berlutut di samping makhluk kecil itu.
Lama ia memandangnya.
Terpana. Kemudian mengarahkan pandangan kepada wanita itu. Mendadak ia
menyesalinya. Wanita itu telah membiru karena dingin. Wajah lesu usia 23 tahun
Nampak setengah umur bagi bocah itu. Ia tak perlu diberitahu bahwa wanita itu
telah meninggal. Ia mengangkat tubuh mungil yang licin itu. Bila ditanya
mengapa, padahal tak pernah ada yang menanyakannya, ia akan menjawab bahwa ia merasa
khawatir karena kuku-kuku mungil jemari bayi itu mencakari wajahnya yang berkerut.
Kemudian ia sadar bahwa ibu dan bayi itu tak terpisahkan karena seutas tali
yang berlendir.
Beberapa hari sebelumnya
ia mengamati kelahiran seekor anak domba. Ia mencoba mengingatnya. Ya,itulah
yang dilakukan si gembala. Tapi apa ia berani melakukannya terhadap bayi?
Rintihan kini telah berhenti. Dan ia merasakan bahwa sekarang keputusan mendesak.
Ia mencabut pisaunya yang ia pergunakan menguliti kelinci. Membersihkannya di
atas baju. Ragu sejenak. Lalu memotong tali dekat tubuh bayi. Darah mengucur di
ujung tali yang terpotong. Lalu apa lagi yang dilakukan si gembala ketika
kelahiran anak domba itu? Ia menyimpulkan tali untuk menghentikan darah yang
mengalir. Tentu. Sudah barang tentu. Ia mencabut rerumputan panjang di sebelahnya
lalu cepat-cepat menalikannya di simpul tali. Kemudian ia membopong bayi.
Pelan-pelan ia berdiri. Tiga ekor kelinci ditinggalkannya. Demikian pula wanita
mati yang melahirkan bayi itu. Sebelum meninggalkannya, ia merapatkan kedua
belah kaki dan pakaian wanita itu ditariknya menutupi lutut. Kiranya itulah tindakan yang benar.
*Ya Tuhan!" katanya
keras-keras. Itulah pertama yang ia katakan setelah melakukan sesuatu yang sangat
baik atau sangat buruk. Tapi ia belum merasa pasti apakah itu tindakan baik
atau buruk.
Pemburu muda itu kemudian
lari menuju pondok di mana sepengetahuannya ibunya sedang memasak makan malam
mereka. Tinggal menantikan kelinci yang akan dibawanya. Semuanya akan dimasak.
Ibunva sedang menghitung-hitung berapa ekor yang ia tangkap hari ini. Dengan
suatu keluarga terdiri dari 8 jiwa yang harus dihidupi, paling sedikit ia
memburuhkan 3 ekor. Kadang-kadang ia berhasil menangkap beberapa angsa atau
bahkan seekor burung kuau yang tersesat dari wilayah perkebunan Baron di mana
ayahnya bekerja. Sore ini ia menangkap binatang yang lain: sama sekali. Dan
bila ia tiba di pondok, ia tidakberani meletakkan hadiahnya, maka ia menendangi
pintu dengan kaki telanjangnya hingga akhirnya dibukakan pintu oleh ibunya.
Dengan diam ia menunjukkan hadiah kepada ibunya. Ibunya tidak segera bergegas mengambil
makhluk kecil itu darinya. Ia hanya berdiri. Tangan satu menutupi dadanya.
Ternganga menghadapi pemandangan yang mengharukan.
"Ya Tuhan" kata
ibunya. Lalu membuat tanda salib. Bocah itu memandangi wajah ibunya ingin melihat
tanda senang atau marah. Mata ibunya kini menunjukkan kelembutan yang belum
pernah dilihat sebelumnya. Ia tahu apa yang telah dilakukannya itu pasti baik.
'Apakah ini bayi,
Matka?"
*Anak laki-laki" kata
ibunya. Mengangguk sedih.
"Di mana engkau
menemukannya?"
"Di sana dekat
sungai, Matka," katanya.
"Dan ibunya?"
"Meninggal."
Ibunya membuat tanda salib
lagi."Cepat lari dan katakan kepada ayahmu apa yang telah terjadi. Ia ingin
menjumpai Urszula Wojnak diperkebunan. Dan mereka berdua harus kau ajak keibunya.
lalu usahakan mereka berdua menemuiku".
Pemburu muda menyerahkan
bayi kepada ibunya. Senang karena makhluk licin itu tidak terjatuh dari tangannya.
Kini setelah terbebas dari beban ia mengusapkan tangan pada celananya dan lari
mencari ayahnya.
Ibunya menutup pintu
dengan bahunya. Dan memanggil -anak sulungnya, seorang gadis, supaya memasang
panci di atas tungku. Ibunya duduk di bangku' membuka kancing baju. Dan
menyodorkan tetek letih ke mulut kecil. Sophia anak perempuannya yang baru 6
bulan harus berpuasa malam ini. Pikirkan hal itu. Seluruh keluarga harus
berbuat begitu.
“ Dan apa perlunya?"
kata wanita itu keras-keras, Sambil menyisipkan selendang di bawah lengan untuk
membungkus bayi. “Tungau kecil, menjelang pagi kamu akan mati."
Tepi ia tidak menyatakan
perasaan itu kepada Urszula Wojnak ketika bidan tersebut memandikan tubuh kecil
dan merawat pusar terpuntir si bayi dilarut malam. Suaminya mengawasi dengan
diam.
"Seorang tamu di
rumah adalah Tuhan di rumah" Pernyataan wanita itu sambil mengutip
peribahasa Polandia.
Suaminya meludah.
"Biar diserang kolera. Kita cukup memiliki anak kita sendiri!"
Wanita itu pura-pura tak
mendengarnya mengusap rambut hitam tipis di kepala bayi itu'
'Kita beri nama apa?"
tanya wanita itu kepada suaminya.
Ia mengangkat bahu. "Peduli
apa? Biar ia ke liang kubur tanpa nama."
BAB
2
18 April 1906 Boston,
Massachusetts.
Dokter mengangkat bayi yang baru saja lahir
itu pada mata kaki. Dan menepuk pantatnya. Bayi itu langsung menangis.
Di Boston, Massachusetts,
ada rumah sakit yang sebagian besar melayani mereka yang menderita penyakit
orang kaya. Dan pada saat-saat tertentu membantu kelahiran orang kaya baru. Di
rumah sakit umum Massachusetts para ibu tidak menjerit-jerit. Yang pasti mereka
tidak melahirkan dengan pakaian lengkap. Itu tidak biasa.
Seseorang muda
mondar-mandir di luar kamar bidan. Di dalamnya ada dua ahli kandungan dan dokter
keluarga yang sedang bertugas. Ayah ini tidak mau ambil risiko dengan kelahiran
anak pertamanya. Kedua ahli kandungan itu akan diberi balas jasa yang besar
sebagai imbalan mengawasi dan menyaksikan kejadian tersebut. Salah seorang dari
mereka yang mengenakan pakaian malam di bawah seragam jas putihnya harus menghadiri
pesta makan kemudian. Tetapi ia tak bisa tidak harus menghadiri kelahiran yang khusus
ini. Sebelumnya ketiganya telah diundi siapa yang harus membidani kelahiran
anak ini. Dan Dr. MacKenzie, dokter umum keluarga, memenangkan undian. Sebuah
nama yang megah dan bonafide, demikian pikir sang ayah, sambil mondar-mandir di
gang.
Bukannya karena ia merasa
khawatir. Roberts telah mengantar Anne, isterinya itu, ke rumah sakit dengan mobil bagus. Isterinya menghitung hari itu
hari yang ke-28 bulan ke-9 dari kehamilannya. Ia langsung merasa sakit hendak
melahirkan pagi setelah sarapan. Dan suaminya telah diberi kepastian bahwa
kelahiran anaknya baru akan terjadi setelah jam tutup kantor banknya. Sang ayah
memang Orang yang disiplin. Maka tak ada alasan mengapa kelahiran anak akan
mengacaukan keteraturan hidupnya yang sangat tertib itu. Namun ia tetap juga
mondar-mandir. Para perawat dan dokter-dokter muda bergegas melewatinya. Dan
karena sadar akan kehadirannya, mereka memperlembut suara mereka bila mereka
dekat dengannya dan memperkeras suara mereka lagi bila sudah tidak terdengar
olehnya. Ia tak tahu. Sebab setiap orang selalu memperlakukannya sedemikian
itu. Kebanyakan dari mereka belum pernah melihatnya. Tapi semuanya tahu siapa
dia.
Jikalau lahir seorang anak
lelaki, kiranya ia akan membangun sayap rumah sakit untuk bagian anak-anak yang
sangat dibutuhkan. Ia telah membangun perpustakaan dan sebuah sekolah. Sang
calon ayah mencoba membaca koran terbitan sore hari. Hanya melihat kata-kata. Tapi
tak menyerap artinya. Ia tegang. Bahkan khawatir. Mereka (hampir semua orang selalu
ia anggap sebagai 'mereka') tak pernah mampu menyadari bahwa yang akan lahir
ini haruslah seorang anak lelaki. Seorang anak lelaki yang suatu hari akan
menggantikan ayahnya menjadi presiden diretlur bank. Ia membolak-balik halaman
koran Evening Transcript. RedFox dari
Boston telah mengikat kerjasama dengan New York Highlanders. Yang lain-lain
akan merayakannya. Lalu ia ingat berita utama pada halaman muka. Kembali ia
membacanya' Gempa paling dahsyat dalam sejarah Amerika. San Francisco hancur.
Paling sedikit 400 orang meninggal. Yang lain-lain berkabung. Itu ia benci. Itu
akan mengurangi sesuatu dari kelahiran anak lelakinya' Orang-orang akan ingat
bahwa ada sesuatu lain yang terjadi pada hari itu.
Tak pernah terlintas dalam
benaknya, tak sesaatpun, bahwa mungkin bayi itu perempuan. Ia kembali membaca
halaman-halaman finansial. Dan mengecek bursa saham: turun sedikit. Gempa
sialan itu telah mengurangi seharga $ 100.000 dari kekayaannya di bank. Tetapi
karena harta pribadinya tetap $ 16 juta, maka guncangannya harus melebihi gempa
Kalifornia untuk bisa membuatnya tidak bergeming. Ia kini dapat hidup dari
bunga. Maka modal $ 16 juta itu akan selalu tetap utuh. Siap buat anaknya yang
kini belum lahir. Ia tetap mondar-mandir sambil berpura-pura membaca Transcript.
Dokter ahli kandungan
dengan pakaian malam menerobos pintu putar ruang kebidanan untuk menyampaikan
berita. Ia merasa harus berbuat sesuatu karena imbalannya begitu besar. Dan dia
adalah orang yang berpakaian paling pantas untuk menyampaikan pengumuman. Kedua
orang itu saling memandang beberapa saat lamanya. Dokter itu juga merasa
sedikit tegang. Tapi ia tak akan memperlihatkannya di muka sang ayah.
“ Selamat Pak. Bayi
laki-laki. Bayi laki-laki kecil yang tampan."
Kata-kata hambar.
Diucapkan orang bila ada bayi yang lahir. Demikian pikiran sang ayah . . .
Sudah barang tentu tak bisa lain kecuali kecil.
Berita itu belum juga
menyinarkan fajar dalam dirinya. Seorang anak laki-laki! Hampir saja ia bersyukur
kepada Tuhan. Dokter ahli kandungan memberanikan diri mengajukan pertanyaan
untuk mengajukan pertanyaan untuk memecah kesunyian.
“Apakah sudah ada
keputusan akan diberi nama ?”- Sang ayah menjawab tanpa ragu:
"William Lowell
Kane.'
Bersambung.............................................
Tidak ada komentar:
Posting Komentar