BAB
4
Sepanjang malam Anne Kane
tidur tenang. Ketika sehabis sarapan putranya William kembali dibopong seorang
perawat rumah sakit, ia tak sabar lagi ingin membopongnya.
"Nah, Nyonya Kane,
" kata perawat berseragam putih dengan tegas "apakah bayi ini juga
akan kita beri sarapan dahulu?"
Ia mendudukkan Anne yang
tiba-tiba sadar akan payudaranya yang membesar. Dan ia mengajari Anne menyusui.
Sedang Anne karena sadar bahwa jika kikuk akan nampak tidak keibuan, maka ia
memandangi mata biru William. Lebih biru dari mata sang ayah. Dan Anne
menyesuaikan diri dengan posisi barunya. Dan posisi ini logisnya pasti
membuatnya senang. Dalam usia duapuluh tahun ia tidak menyadari bahwa dirinya
tak kekurangan suatu apa. Dilahirkan sebagai anggota keluarga Cabot,
diperisteri seseorang dari cabang keluarga Lowell. Dan kini memperoleh seorang putra
sulung untuk melanjutkan tradisi yang secara bernas disimpulkan oleh seorang
teman sekolah dalam sebuah kartupos yang dikirimkan kepadanya:
Dan inilah
Boston tua yang baik,
Tempat asal-usul buncis dan ikan kod,
Di mana keluarga Lowell bicara
dengan keluarga Cabot,
Dan keluarga Cabot hanya bicara
dengan Tuhan!
Anne selama setengah jam
mengajak bicara William. Tapi hanya mendapat sedikit tanggapan. William lalu dibawa
masuk biar tidur. Dengan cara efektif sebagaimana ia datang tadi. Dan dengan
gaya anggun Anne menolak semua buah dan gula-gula yang disajikan bertumpuk di
sisi ranjangnya. Ia berkeputusan tegas ingin dapat mengena kan kembali semua gaunnya menjelang
musim panas tiba. Dan mengambil kembali kedudukan yang ia miliki dalam
majalah-majalah mode. Bukankah Pangeran de Garonne berkata bahwa Anne-lah
satu-satunya sasaran cantik di Boston. Rambut pirang panjang, garis-garis
cantik dan halus diwajah, tubuh langsing, banyak menggugah kekaguman di
kota-kota yang bahkan belum pernah ia kunjungi. Ia mengawasinya di cermin: tak
ada kerut-kerut di wajah. Orang-orang hampir tak percaya kini ia adalah ibu dari
seorang anak laki-laki segar. Syukurlah anaknya seorang bayi laki-laki yang
sehat. Demikian piker Anne.
Ia menikmati makan siang
ringan. Lalu mempersiapkan diri menerima para pengunjung yang akan datang di
sore hari. Para pengunjung itu pasti sudah diseleksi oleh sekretaris
pribadinya. Mereka yang diperkenankan mengunjunginya pada hari pertama haruslah
sanak-keluarga atau dari keluarga yang sangat baik. Yang lain-lain akan
diberitahu bahwa Anne belum siap menerima mereka. Tetapi karena Boston adalah
kota terakhir di Amerika di mana setiap orang tahu setepat-tepatnya peringkat
jenjang sosialnya, maka kiranya tak akan ada terobosan seorang tamu yang tak
diinginkan.
Kamar yang kini ia
tinggali sendiri dengan mudah dapat memuat 5 bed lagi, seandainya belum dipenuhi
dengan bunga. Seseorang yang lewat bisa dimaafkan bila ia mengira ada pameran
kecil hasil hortikultura, seandainya tak ada seorang ibu muda yang duduk tegak
di ranjang. Anne menyalakan lampu listrik. Merupakan sesuatu yang baru baginya.
Richard dan Anne masih menunggu keluarga Cabot untuk me-masang peralatan itu. Hal
itu oleh orang-orang Boston dianggap sebagai tanda bahwa induksi elellromagnetik
secara sosial sudah dapat diterima.
Pengunjung pertama adalah
ibu mertua Anne, Nyonya Thomas Lowell Kane, kepala keluarga sejak suaminya
meninggal tahun lalu. Dalam usia setengah baya tapi penuh pesona, ia dengan
cara sempurna memasuki ruangan. Membuat dirinya merasa puas. Dan membuat penghuni
kamar itu jelas merasa tidak enak. Ia mengenakan gaun panjang hingga mata kaki tidaktampak.
Satu-satunya lelaki yang pernah melihat matakakinya kini telah tiada. Ia selalu
langsing. Menurut pendapatnya wanita gemuk itu menandakan makanannya tidak baik.
Bahkan pendidikannya lebih parah lagi. Kini ia adalah seorang Lowell yang masih
hidup. Anggota keluarga Kane yang tertua jadinya. Maka dari itu ia mengharapkan
dan diharapkan datang paling dulu. Bagaimanapun juga apakah bukan dia yang
mempertemukan Anne dengan Richard? Bagi Nyonya Kane cinta itu nampaknya tak
begitu mempunyai dampak. Sedang kekayaan, kedudukan dan prestise, selalu dapat
dipertimbangkannya. Cinta itu baik. Tapi ternyata jarang terbukti menjadi
komoditi yang lestari. Sedang ketiga hal tersebut di atas ternyata lestari. Ia mencium
dahi menantu perempuannya dengan puas. Anne memijit tombol di tembok. Dan
terdengarlah dering teredam. Suara itu mengejutkan Nyonya Kane. Ia tak pernah
menyangka bahwa listrik akan berkembang. Perawat muncul lagi dengan waris. Ny.
Kane memeriksanya. Mendenguskan kepuasannya. Dan menyuruhnya dibawa pergi
kembali.
“Bagus, Anne,' kata nyonya
tua itu. Seolah-olah menantu perempuannya memenangkan hadiah pacuan kuda.
"Kita semua bangga karena kamu.”
Ibu Anne sendiri, Nyonya
Edward Cabot, dating beberapa menit kemudian. Seperti Ny.Kane, Ny. Cabot ini
menjanda sejak usia muda. Dan wajahnya begitu mirip dengan Anne sehingga mereka
yang melihat kedua wanita ini dari jauh cenderung merancukan mereka. Tapi terus
terang ia menunjukkan perhatian yang jauh lebih besar terhadap cucu dan puterinya
ini daripada Nyonya Kane. Pemeriksaannya dilanjutkan sampai ke bunga-bunga.
'Keluarga Jackson sungguh
baik hati ingat akan hal ini" gumam Ny.Cabot.
Ny. Kane mempergunakan
prosedur yang lebih teliti. Matanya menelusuri bunga-bunga indah. Kemudian
memeriksa kartu-kartu para pengirim bunga. Ia membisikkan nama-nama itu untuk
diri sendiri: keluarga Adams, Lawrence, Lodge, Higginson. Ke-dua nenek itu
tidakmemberi komentar tentang keluarga yang tidak mereka kenal. Mereka keduanya
telah melampaui batas usia ingin mengenal sesuatu atau seseorang baru. Mereka
berdua pergi bersama-sama. Senang. Seorang waris telah lahir. Dan dari pandangan
pertama nampak memadai. Mereka berdua mengira bahwa kewajiban keluarga mereka
telah dipenuhi dengan sukses. Walaupun dengan cara diwakilkan. Dan kini mereka
boleh bergerak maju dalam peranan sebagai paduan suara.
Mereka berdua salah.
Teman-teman dekat Anne dan
Richard berbondongan datang sepanjang sore hari dengan membawa hadiah dan
ucapan selamat. Hadiah berupa barang-barang emas atau perak. Dan ucapan selamat
dalam nada tinggi beserta logat seorang elit intelektual.
Ketika suaminya datang
sesudah jam penutupan bank, Anne nampak sedikit kelelahan. Richard minum
sampanye waktu makan siang untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Pak tua Amos
Kerbes mendesaknya. Dan diawasi seluruh Klab Somerset. Richard tak mungkin menolak.
Bagi isterinya ia Nampak kurang kaku daripada biasanya. Ia tegap dengan jas hitam
panjang dan celana bergaris-garis memanjang. Ia berdiri tegak 1 meter 81.
Rambut hitam dengan garis pemisah di tengah. Mengkilat. Diterpa sinar lampu
listrik besar. Hanya sedikit orang dapat menebak bahwa ia baru berumur 33
tahun. Masa muda tak penting baginya. Substansi itulah satu-satunya yang
berarti. Sekali lagi William Lowell Kane dipanggil keluar dan diperiksa.
Seolah-olah sang ayah sedang memeriksa neraca bank pada akhir hari. Nampaknya
semua beres. Si bayi berkaki dua. Berlengan dua. Jari-jari tangan sepuluh. Jari-jari
kaki juga sepuluh. Dan Richard tak melihat sesuatu yang kelak dapat memalukannya.
Maka William disuruh bawa pergi.
“Kemarin aku telah
menilgram kepala sekolah St.Paul. William telah diterima masuk sekolah
September 1918.”
Anne tidak berkata
apa-apa. Sebab jelas Richard sudah mulai merencanakan karier William.
'Nah, sayang, apa sekarang
sudah pulih sungguh?" demikian tanyanya. Sebab selama usianya yang 33
tahun itu ia belum pernah mondok sehari pun di rumah sakit.
'Ya - belum - demikianlah
kiranya." Isterinya menjawab takut-takut.
Ia menekan tersembulnya
air mata yang ia tahu hanya akan tidak menyenangkan suaminya saja. Jawaban itu
bukannya sejenis jawaban yang diharapkan dapat dipahami Richard. Richard
mencium pipi isterinya, Dan kembali dengan mobil bagus ke Rumah Merah di Louisburg
Square, rumah keluarga mereka. Dengan staf karyawan, para pembantu, dan bayi beserta
perawatnya, kini mulut yang harus disuapinya berjumlah sembilan. Richard tak
memikirkan hal itu kembali.
William Lowell Kane
menerima pemberkatan gerejani dan menyandang nama-nama pilihan ayahnya. Peristiwa
itu terjadi di katedral St.Paul keuskupan gereja Protestan.Di hadapan semua
orang di Boston yang bergengsi, dan beberapa gelintir orang yang tidak
bergengsi. Uskup William Lawrence memimpin upacara. J.P. Morgan dan Alan Llyod
duabankir yang jelas-jelas bonafide, bersama Milly Preston, sahabat Anne
terdekat, menjadi bapa-ibu emban baptis. Uskup memerciki kepala William dengan
air suci. Bayi itu takbergumam. Ia sudah belajar mempraktekkan pendekatan
seorang elit intelektual terhadap kehidupan. Anne bersyukur kepada Tuhan atas
keselamatan kelahiran puteranya. Dan Richard bersyukur kepada Tuhan yang
dianggapnya sebagai Pemegang buku dari luar yang bertugas mencatat tindakan-tindakan
keluarga Kane dari generasi ke generasi. Ia kini mempunyai seorang putera yang
bisa ia serahi warisannya. Namun, demikian pikirnya, mungkin ia lebih baik
mendapatkan kepastian dan memperoleh putera satu lagi. Sambil berlutut ia
melirik kepada isterinya. Ia merasa senang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar