Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Rabu, 05 April 2017

BAB 04 PERTUMBUHAN WILLIAM KANE

Yang lalu kita bicara Abel, sekarang kita lihat Kane ....

BAB 4
Sepanjang malam Anne Kane tidur tenang. Ketika sehabis sarapan putranya William kembali dibopong seorang perawat rumah sakit, ia tak sabar lagi ingin membopongnya.

"Nah, Nyonya Kane, " kata perawat berseragam putih dengan tegas "apakah bayi ini juga akan kita beri sarapan dahulu?"

Ia mendudukkan Anne yang tiba-tiba sadar akan payudaranya yang membesar. Dan ia mengajari Anne menyusui. Sedang Anne karena sadar bahwa jika kikuk akan nampak tidak keibuan, maka ia memandangi mata biru William. Lebih biru dari mata sang ayah. Dan Anne menyesuaikan diri dengan posisi barunya. Dan posisi ini logisnya pasti membuatnya senang. Dalam usia duapuluh tahun ia tidak menyadari bahwa dirinya tak kekurangan suatu apa. Dilahirkan sebagai anggota keluarga Cabot, diperisteri seseorang dari cabang keluarga Lowell. Dan kini memperoleh seorang putra sulung untuk melanjutkan tradisi yang secara bernas disimpulkan oleh seorang teman sekolah dalam sebuah kartupos yang dikirimkan kepadanya: 

Dan inilah Boston tua yang baik,
Tempat asal-usul buncis dan ikan kod,
Di mana keluarga Lowell bicara
dengan keluarga Cabot,
Dan keluarga Cabot hanya bicara
dengan Tuhan!

Anne selama setengah jam mengajak bicara William. Tapi hanya mendapat sedikit tanggapan. William lalu dibawa masuk biar tidur. Dengan cara efektif sebagaimana ia datang tadi. Dan dengan gaya anggun Anne menolak semua buah dan gula-gula yang disajikan bertumpuk di sisi ranjangnya. Ia berkeputusan tegas ingin  dapat mengena kan kembali semua gaunnya menjelang musim panas tiba. Dan mengambil kembali kedudukan yang ia miliki dalam majalah-majalah mode. Bukankah Pangeran de Garonne berkata bahwa Anne-lah satu-satunya sasaran cantik di Boston. Rambut pirang panjang, garis-garis cantik dan halus diwajah, tubuh langsing, banyak menggugah kekaguman di kota-kota yang bahkan belum pernah ia kunjungi. Ia mengawasinya di cermin: tak ada kerut-kerut di wajah. Orang-orang hampir tak percaya kini ia adalah ibu dari seorang anak laki-laki segar. Syukurlah anaknya seorang bayi laki-laki yang sehat. Demikian piker Anne.
Ia menikmati makan siang ringan. Lalu mempersiapkan diri menerima para pengunjung yang akan datang di sore hari. Para pengunjung itu pasti sudah diseleksi oleh sekretaris pribadinya. Mereka yang diperkenankan mengunjunginya pada hari pertama haruslah sanak-keluarga atau dari keluarga yang sangat baik. Yang lain-lain akan diberitahu bahwa Anne belum siap menerima mereka. Tetapi karena Boston adalah kota terakhir di Amerika di mana setiap orang tahu setepat-tepatnya peringkat jenjang sosialnya, maka kiranya tak akan ada terobosan seorang tamu yang tak diinginkan.

Kamar yang kini ia tinggali sendiri dengan mudah dapat memuat 5 bed lagi, seandainya belum dipenuhi dengan bunga. Seseorang yang lewat bisa dimaafkan bila ia mengira ada pameran kecil hasil hortikultura, seandainya tak ada seorang ibu muda yang duduk tegak di ranjang. Anne menyalakan lampu listrik. Merupakan sesuatu yang baru baginya. Richard dan Anne masih menunggu keluarga Cabot untuk me-masang peralatan itu. Hal itu oleh orang-orang Boston dianggap sebagai tanda bahwa induksi elellromagnetik secara sosial sudah dapat diterima.

Pengunjung pertama adalah ibu mertua Anne, Nyonya Thomas Lowell Kane, kepala keluarga sejak suaminya meninggal tahun lalu. Dalam usia setengah baya tapi penuh pesona, ia dengan cara sempurna memasuki ruangan. Membuat dirinya merasa puas. Dan membuat penghuni kamar itu jelas merasa tidak enak. Ia mengenakan gaun panjang hingga mata kaki tidaktampak. Satu-satunya lelaki yang pernah melihat matakakinya kini telah tiada. Ia selalu langsing. Menurut pendapatnya wanita gemuk itu menandakan makanannya tidak baik. Bahkan pendidikannya lebih parah lagi. Kini ia adalah seorang Lowell yang masih hidup. Anggota keluarga Kane yang tertua jadinya. Maka dari itu ia mengharapkan dan diharapkan datang paling dulu. Bagaimanapun juga apakah bukan dia yang mempertemukan Anne dengan Richard? Bagi Nyonya Kane cinta itu nampaknya tak begitu mempunyai dampak. Sedang kekayaan, kedudukan dan prestise, selalu dapat dipertimbangkannya. Cinta itu baik. Tapi ternyata jarang terbukti menjadi komoditi yang lestari. Sedang ketiga hal tersebut di atas ternyata lestari. Ia mencium dahi menantu perempuannya dengan puas. Anne memijit tombol di tembok. Dan terdengarlah dering teredam. Suara itu mengejutkan Nyonya Kane. Ia tak pernah menyangka bahwa listrik akan berkembang. Perawat muncul lagi dengan waris. Ny. Kane memeriksanya. Mendenguskan kepuasannya. Dan menyuruhnya dibawa pergi kembali.

“Bagus, Anne,' kata nyonya tua itu. Seolah-olah menantu perempuannya memenangkan hadiah pacuan kuda. "Kita semua bangga karena kamu.”

Ibu Anne sendiri, Nyonya Edward Cabot, dating beberapa menit kemudian. Seperti Ny.Kane, Ny. Cabot ini menjanda sejak usia muda. Dan wajahnya begitu mirip dengan Anne sehingga mereka yang melihat kedua wanita ini dari jauh cenderung merancukan mereka. Tapi terus terang ia menunjukkan perhatian yang jauh lebih besar terhadap cucu dan puterinya ini daripada Nyonya Kane. Pemeriksaannya dilanjutkan sampai ke bunga-bunga.

'Keluarga Jackson sungguh baik hati ingat akan hal ini" gumam Ny.Cabot.

Ny. Kane mempergunakan prosedur yang lebih teliti. Matanya menelusuri bunga-bunga indah. Kemudian memeriksa kartu-kartu para pengirim bunga. Ia membisikkan nama-nama itu untuk diri sendiri: keluarga Adams, Lawrence, Lodge, Higginson. Ke-dua nenek itu tidakmemberi komentar tentang keluarga yang tidak mereka kenal. Mereka keduanya telah melampaui batas usia ingin mengenal sesuatu atau seseorang baru. Mereka berdua pergi bersama-sama. Senang. Seorang waris telah lahir. Dan dari pandangan pertama nampak memadai. Mereka berdua mengira bahwa kewajiban keluarga mereka telah dipenuhi dengan sukses. Walaupun dengan cara diwakilkan. Dan kini mereka boleh bergerak maju dalam peranan sebagai paduan suara.

Mereka berdua salah.

Teman-teman dekat Anne dan Richard berbondongan datang sepanjang sore hari dengan membawa hadiah dan ucapan selamat. Hadiah berupa barang-barang emas atau perak. Dan ucapan selamat dalam nada tinggi beserta logat seorang elit intelektual.

Ketika suaminya datang sesudah jam penutupan bank, Anne nampak sedikit kelelahan. Richard minum sampanye waktu makan siang untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Pak tua Amos Kerbes mendesaknya. Dan diawasi seluruh Klab Somerset. Richard tak mungkin menolak. Bagi isterinya ia Nampak kurang kaku daripada biasanya. Ia tegap dengan jas hitam panjang dan celana bergaris-garis memanjang. Ia berdiri tegak 1 meter 81. Rambut hitam dengan garis pemisah di tengah. Mengkilat. Diterpa sinar lampu listrik besar. Hanya sedikit orang dapat menebak bahwa ia baru berumur 33 tahun. Masa muda tak penting baginya. Substansi itulah satu-satunya yang berarti. Sekali lagi William Lowell Kane dipanggil keluar dan diperiksa. Seolah-olah sang ayah sedang memeriksa neraca bank pada akhir hari. Nampaknya semua beres. Si bayi berkaki dua. Berlengan dua. Jari-jari tangan sepuluh. Jari-jari kaki juga sepuluh. Dan Richard tak melihat sesuatu yang kelak dapat memalukannya. Maka William disuruh bawa pergi.

“Kemarin aku telah menilgram kepala sekolah St.Paul. William telah diterima masuk sekolah September 1918.”

Anne tidak berkata apa-apa. Sebab jelas Richard sudah mulai merencanakan karier William.

'Nah, sayang, apa sekarang sudah pulih sungguh?" demikian tanyanya. Sebab selama usianya yang 33 tahun itu ia belum pernah mondok sehari pun di rumah sakit.

'Ya - belum - demikianlah kiranya." Isterinya menjawab takut-takut.

Ia menekan tersembulnya air mata yang ia tahu hanya akan tidak menyenangkan suaminya saja. Jawaban itu bukannya sejenis jawaban yang diharapkan dapat dipahami Richard. Richard mencium pipi isterinya, Dan kembali dengan mobil bagus ke Rumah Merah di Louisburg Square, rumah keluarga mereka. Dengan staf karyawan, para pembantu, dan bayi beserta perawatnya, kini mulut yang harus disuapinya berjumlah sembilan. Richard tak memikirkan hal itu kembali.


William Lowell Kane menerima pemberkatan gerejani dan menyandang nama-nama pilihan ayahnya. Peristiwa itu terjadi di katedral St.Paul keuskupan gereja Protestan.Di hadapan semua orang di Boston yang bergengsi, dan beberapa gelintir orang yang tidak bergengsi. Uskup William Lawrence memimpin upacara. J.P. Morgan dan Alan Llyod duabankir yang jelas-jelas bonafide, bersama Milly Preston, sahabat Anne terdekat, menjadi bapa-ibu emban baptis. Uskup memerciki kepala William dengan air suci. Bayi itu takbergumam. Ia sudah belajar mempraktekkan pendekatan seorang elit intelektual terhadap kehidupan. Anne bersyukur kepada Tuhan atas keselamatan kelahiran puteranya. Dan Richard bersyukur kepada Tuhan yang dianggapnya sebagai Pemegang buku dari luar yang bertugas mencatat tindakan-tindakan keluarga Kane dari generasi ke generasi. Ia kini mempunyai seorang putera yang bisa ia serahi warisannya. Namun, demikian pikirnya, mungkin ia lebih baik mendapatkan kepastian dan memperoleh putera satu lagi. Sambil berlutut ia melirik kepada isterinya. Ia merasa senang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar