Dalam Bab ini Kane, William Kane tumbuh dikeluarga kaya, yang juga kehilangan ayah pada usia muda. Terdidik untuk menjadi sukses, namun .., ada cacat dalam kehidupan keluarga. Mari kita ikuti kelanjutan kisah ini .....
BAB
6
Kane tumbuh cepat. Dan
dipandang sebagai anak tersayang oleh semua saja yang berhubungan denganya.
Dalam tahun-tahun awal kehidupannya mereka itu umumnya sanak-saudara yang
tergila-gila akan dia dan pelayan-pelayan yang sangat menyayanginya.
Lantai teratas rumah keluarga
Kane yang dibangun pada abad ke-18 di Louisburg Square di atas Beacon Hill,
telah diubah menjadi ruangan perawatan anak. Penuh sesak dengan mainan. Sebuah
ruang tidur dan sebuah ruang duduk disediakan bagi perawat yang baru saja
dipekerjakan. Lantai itu cukup jauh dari
Richard Kane supaya ia tidak diganggu oleh masalah-masalah tumbuhnya gigi,
popok basah, serta teriakan-teriakan yang tak teratur dan tidak berdisiplin
untuk minta tambah makanan. Suara pertama, gigi pertama, langkah pertama dan
kata pertama semuanya dicatat oleh ibu William dalam buku keluarga. Demikian
pula pertambahan tinggi dan beratnya. Anne heran bahwa angka-angka statistik
itu hanya berbeda sedikit dari angka-angka bayi lain yang ia kenal di Beacon
Hill.
Perawat, impor dari
Inggris, mendidik anak itu mengikuti cara hidup yang pasti akan
menggembirakan hati seorang opsir
kavaleri Austria. Ayah William menjenguknya setiap petang pukul 6. Oleh karena
ia tak mau bicara dengan William dalam bahasa kanak-kanak, maka akhirnya ia
sama sekali tidak mengajaknya bicara. Keduanya hanya saling memandang. William
lalu memegang jari telunjuk ayahnya yang biasanya dipergunakan untuk mengecek
neraca. Dan William memegangnya erat-erat. Richard lalu mau tersenyum. Pada
akhir tahun pertama kegiatan rutin itu agak diubah. Dan si bocah diizinkan
turun ke lantai bawah untuk menemui ayahnya. Richard duduk di kursi berpunggung
tinggi. Berlapis kulit merah darah la mengamati putra sulungnya keluar masuk
antara empat kaki kursi. Muncul lagi bila sama sekali tidak diharapkan. Hal ini
membuat Richard menyimpulkan pengamatan bahwa anak itu kelak pasti akan menjadi
Senator. William mulai mengayunkan langkah-langkah pertamanya pada usia 13
bulan sambil memegang erat ujung jas ayahnya. Kata pertama yang terlontar adalah
Dada.Itu menyenangkan setiap orang.
Termasuk nenek Kane dan nenek Cabot yang merupakan pengunjung tetap. Mereka
memang tidak mendorong kereta anak-anak di mana William diajak jalan-jalan mengelilingi
Boston. Namun mereka berkenan berjalan-jalan selangkah di belakang perawat di
dalam taman pada tiap hari Kamis siang. Sambil memandangi bayi-bayi yang
berpakaian kurang rapi. Sementara anak-anak lain memberi makan kepada itik-itik
di taman umum, William berhasil mengusap-usapan angsa di danau Istana Venesia
milik tuan Jack Gardner.
Selang dua tahun, kedua
nenek itu dengan saran dan sindiran menyampaikan bahwa sudah tiba saatnya untuk
seorang keturunan lagi, seorang saudara
kandung William.
Anne menuruti saran mereka. Ia hamil.
Tapi lalu merasa sedih
karena merasa dan Nampak makin lama makin pucat ketika memasuki bulan ke-4.
Dr. MacKenzie berhenti
tersenyum ketika memeriksa perut membesar dari seseorang yang mengharapkan
menjadi ibu lagi itu. Dan ketika Anne keguguran pada minggu yang ke-16, ia
tidak begitu terperanjat. Tapi tak membolehkan Anne terlalu bersedih. Dalam
catatan ia menulis: "pra-eklampsia."
Lalu ia memberitahu Anne, "Anne, sayang, yang
menyebabkanmu merasa tidak enakbadan akhir-akhir ini ialah tekanan darah
tinggi. Dan mungkin akan makin bertambah tinggi sesuai berlanjutnya kehamilan.
Saya kuawatir dokter belum menemukan obat mujarab terhadap tekanan darah tinggi.
Dalam kenyataannya kita hanya mengetahuinya sedikit saja.Yang jelas itu merupakan
keadaan gawat bagi setiap orang, lebih-lebihmbagi wanita yang sedang
hamil."
Anne menahan airmatanya.
Ia memikirkan implikasi di kemudian hari tidak akan melahirkan anak lagi.
'Pasti tak akan terjadi
selama kehamilanku yang akan datang?" tanyanya sambil merumuskannya dengan
memberi peluang bagi dokter itu untuk memberi jawaban yang positif.
“Aku akan sangat heran
bila itu tak muncul lagi, sayang. Aku menyesal harus mengatakan ini kepadamu,
tapi aku sangat menasehatkan untuk tidak hamil lagi."
“Tapi tak mengapa bagiku
bila nampak pucat berapa bulan bila itu berarti . . . . "
“Aku tak berbicara soal
pucat dan merasa lesu, Anne. Aku bicara soal tak usah mengambil risiko yang
tidak perlu dengan hidupmu."
Sungguh merupakan tamparan
dahsyat bagi Richard dan Anne. Kedua-duanya menjadi anak tunggal karena ayah
mereka meninggal dalam usia relative masih muda. Mereka berdua mengasumsikan
bahwa mereka akan membina keluarga sesuai dengan besarnya rumah tangga mereka
yang mengepalai dan sesuai dengan tanggungiawab mereka terhadap generasi
berikutnya. "Lalu wanita muda itu punya kewajiban apa lagi?" tanya
nenek Cabot dan nenek Kane. Tak ada yang berani menyebut soal itu lagi. Dan
William menjadi pusat perhatian setiap orang.
Richard, setelah 6 tahun
bertugas dalam dewan lalu mengambil alih jabatan presiden direktur Bank Kane
dan Cabot dan Perusahaan ketika ayahnya meninggal pada tahun 1904. Ia selalu
membenam diri dalam pekerjaan bank. Bank itu sendiri yang terletak di State
Street, merupakan benteng arsitektur dan perpajakan yang kokoh. Punya cabang-cabang
di New York, London, dan San Francisco. Bank yang di San Francisco menjadi masalah
bagi Richard. Sebab tepat pada hari kelahiran William bank itu runtuh bersama bank
Crocker National,Wells Fargo, dan bank California. Bukan secara finansial,
melainkan sungguh-sungguh runtuh secara harafiah rata dengan tanah didalam
gempa bumi di tahun 1906 itu. Richard yang wataknya memang seseorang yang
hati-hati, secara komprehensif diasuransi oleh Llyod di London. Dan karena
bersifat gentlemen semua, mereka membayar penuh hingga ke sen-sennya. Maka
Richard dapat membagun kernbali. Namun Richard terpaksa mengalami tahun yang
tidak enak. Ia harus mondar-mandir melintasi Amerika dari Boston ke San
Francisco, dengan kereta api empat hari supaya dapat mengawasi pembangunan
kembali. Ia membuka kantor baru di Union Square bulan Oktober 1907. Untung saja
masih tepat waktu untuk mengalihkan perhatiannya terhadap masalah-masalah lain
di Pantai Timur. Bank-bank New York menunjukkan pelputaran yang lamban. Dan
banyak bank-bank kecil tidak mampu mengatasi penarikan uang besar-besaran. Lalu
jatuh bangkrut. J.P. Morgan, direktur bank Morgan yang legendaries itu mengajak
Richard mendirikan konsorsium supaya dapat bertahan selama krisis. Richard
setuju. Tindakan yang berani ini berhasil. Dan masalahnya mulai mengecil.
Tetapi sudah barang tentu sesudah Richard mengalami beberapa malam tak bisa
tidur.
Di lain pihak, William
tidur nyenyak. Tak menyadari gawatnya gempa bumi dan runtuhnya bank-bank. Bagaimanapun
juga masih ada angsa-angsa yang harus diberi makan. Dan perjalanan pulang-pergi
dari dan ke Milton, Brookline dan Beverley sehingga ia bisa diperkenalkan
kepada sanak-saudaranya yang terhormat.
Awal musim semi tahun
berikutnya Richard memperoleh permainan baru sebagai imbalan atas investasi
modal yang hati-hati dalam diri seseorang yang bernama Henry Ford. Henry Ford
mengaku dapat memproduksi mobil bagi rakyat. Bank menjamu tuan Ford dengan
santap siang. Dan Richard dapat dibujuk untuk membeli Model T seharga $ 850.
Henry Ford meyakinkannya bahwa jika bank mau mendukungnya maka biaya bisa ditekan
menjadi $ 350 selama beberapa tahun dan setiap orang akan membeli mobil itu. Dengan
demikian memastikan diperolehnya keuntungan besar bagi bank pendukungnya.
Richard mendukungnya. Dan itulah pertama kalinya dia meng -investasikan uang dengan
baik dalam usaha seseorang yang mau menekan harga produksinya hingga separuh
harga.
Richard semula cemas bahwa
mobilnya yang berwarna hitam kelam itu mungkin dianggap bukan kendaraan
representatif bagi seorang presiden direktur sebuah bank. Tetapi ia akhirnya
yakin kembali karena kendaraan itu menarik pandangan terkagum-kagum orang-orang
yang ada di trotoar. Dengan kecepatan 16 kilometer sejam mobil itu lebih
berisik daripada kuda. Tapi untungnya tidak meninggalkan kotoran di tengah jalan
Mount Vernon. Satu-satunya percekcokan dengan tuan Ford ialah karena tuan Ford
tidak medengarkan saran bahwa Model T harus diprodusi dalam berbagai warna.
Tuan Ford bersiteguh bahwa setiap mobil harus berwarna hitam supaya harga dapat
ditekan. Anne yang Iebih perasa daripada suaminya mengenai penerimaan pihak
masyarakat orang-orang sopan, tidak akan mengendarai mobil sebelum keluarga
Cabot memilikinya sendiri.
Dilain pihak William
sangat mengagumi ‘otomobil’ Itulah julukan dari pers. Dan William langsung mengandaikan
bahwa kendaraan itu dibeli untuk menggantikan kereta dorong yang kini jadi mubazir.
Ia juga lebih suka kepada sopirnya daripada kepada perawatnya. Sopir mengenakan kacamata dan topi papak.
Nenek Kane dan nenek Cabot menegaskan tak akan bepergian dalam kendaraan yang mengerikan
itu. Dan memang tak pernah. Walau masih juga harus dijelaskan bahwa nenek Kane
diangkut kemakamnya dengan sebuah mobil. Namun tak pernah diberitahu.
Selama dua tahun
berikutnya Bank tambah kuat dan semakin besar. Demikian pula William. Orang-orang
Amerika sekali lagi menanamkan modal untuk memperluas usaha. Dan sejumlah besar
uang masuk ke dalam bank Kane dan Cabot
untuk diinvestasikan kembali ke dalam
proyek-proyek seperti pabrik kulit Lowell yang sedang mengembang di I-owell,
Massachussetts. Richard mengawasi
perkembangan bank dan anaknya dengan rasa puas. Tanpa merasa terperanjat. Pada
usia 5 tahun, ia melepaskannya dari tangan para wanita, dan mempekerjakan
seorang guru privat, tuan Munro. Guru ini digaji $ 450 per tahun. Richard
memilihnya sendiri di antara 8 orang pelamar, yang sebelumnva telah diseleksi
oleh sekretaris pribadi Richard. Tuan Munro harus menjamin bahwa William siap
masuk sekorah St. Paul pada usia 12 tahun. William segera rnenyukai tuan Munro
yang menurut perkiraannya sangat tua dan sangat pandai. Dalam kenyataan Tuan
Munro berusia 23 tahun dan memiliki ijazah bahasa Inggris dengan tanda kehormatan pujian dari Universitas
Edinburgh. William cepat belajar membaca dan menulis dengan mudah.Tapi yang benar-benar
ia senangi ialah angka. Satu-satunya keluhannya ialah di antara 8 pelajaran
yang diberikan setiap hari kerja, hanya ada pelajaran berhitung satu kali.
William cepat menjelaskan kepada ayahnya bahwa 1/8 hari kerja merupakan
investasi waktu yang kecil bagi seseorang yang kelak suatu saat akan menjadi
presiden direktur sebuah bank.
Untuk mengimbangi kekurangan pandangan ke depan dari
gurunya, William diam-diam menghubungi sanak-keluarganya yang bisa ia temui
untuk meminta persoalan-persoalan hitungan yang dapat dikerjakannya dengan
mencongak. Nenek Cabot yang tak pernah yakin bahwa pembagian angka utuh dengan
4 harus menelorkan hasil yang sama dengan bila dikalikan dengan l/4, dengan
cepat dikalahkan oleh cucunya. Memang nenek Cabot ini bila harus mengalikan 1/4
atau membagi 4 seringkali menghasilkan angka yang berbeda. Akan tetapi nenek
Kane mempunyai- sedikit kecenderungan untuk menjadi pandai. Ia dengan berani
menggarap pecahan-pecahan biasa, hasil perkalian dan pembagian 8 kue di antara
9 anak.
"Nek," kata
William ramah tapi cukup tegas bila nenek tak berhasil menemukan jawaban atas
teka-teki bilangan itu. "Nenek bisa membelikan aku mistar geser. Nanti aku
tak akan mengganggumu lagi'"
Nenek terkejut atas
cucunya yang cepat matang itu. Tapi ia membelikannya juga sebuah. Ia hanya bertanya-tanya
dalam hati apakah cucunya benar-benar tahu cara menggunakan alat itu. Itulah
kali pertama dalam hidupnya Nenek Kane diketahui mengambil jalan pintas
mengelak dari persoalan.
Kesulitan-kesulitan
Richard mulai memberat dan merambat ke timur. Direktur cabang kantornya di
London meninggal di meja tulisnya. Dan Richard merasa dirinya dibutuhkan di
Lombard Street. Ia mengajak Anne dan William menemaninya ke Eropa. Dengan pertimbangan
bahwa pendidikan itu tak akan merugikan anaknya. Anak itu akan dapat
mengunjungi tempat-tempat yang kerapkali dibicarakan tuan Munro. Anne, yang
belum pernah ke Eropa, sangat bergairah menyambut rencana tersebut. Ia memenuhi
tiga buah kopor besar dengan pakaian-pakaian baru yang sangat mahal dan
menarik. Dengan pakaian-pakaiannitu ia hendak berkonfrontasi dengan Dunia kuno.
William merasa ibunya tidakwajar karena melarangnya membawa alat utama untuk bepergian
yaitu seredanya.
Keluarga Kane berangkat ke
New York dengan kereta api. Untuk kemudian menumpang Aquitania yang menuju ke
Southamptbn' Anne terkejut ketika melihat para penjaja kaum imigran yang
menawarkan dagangannya di jalanan. Dan ia merasa gembira karena telah selamat
berada di kapal. Dan ia beristirahat dalam kabin. Di lain pihak William sangat
kagum akan luasnya kota New York. Hingga saat itu ia selalu membayangkan bahwa
bank ayahnya adalah bangunan terbesar di Amerika. Mungkin malah terbesar di seluruh
dunia. Ia ingin membeli es krim merah jambu dan kuning dari seorang penjual
dengan gerobak dorong.
Tapi ayahnya tak mau tahu.
Bagaimanapun juga Richard tidak pernah membawa uang receh. William langsung
kagum akan kapal besar itu begitu ia melihatnya. Dan dengan cepat menjadi
sahabat kapten kapal. Kapten memperlihatkannya segala seluk-beluk kapal
primadona milik Cunard. Richard dan Anne sudah barang tentu makan bersama di
meja kapten. Mereka merasa perlu memohon maaf kepada kapten, sebelum kapal itu
meninggalkan Amerika, karena anak rnereka menyita banyak waktu awak kapal.
"Tak mengapa"
jawab nakhoda yang berjanggut putih itu."William dan saya telah menjadi
sahabat. Saya hanya berharap bisa menjawab semua pertanyaannya tentang waktu,
kecepatan, dan jarak. Saya harus ditatar terlebih dahulu oleh insinyur utama
se-tiap malam supaya dapat mengantisipasi dan kemudian lulus di hari
berikutnya."
KapalAquitania memasuki
The Solent dan masuk dok di Southampton setelah mengarungi samudra selama 10
hari. William enggan meninggalkan kapal itu. Dan pasti akan mengucurkan airmata
jika seandainya tak nampak ada Rolls-Royce Silver Ghost lengkap dengan sopirnya
telah menunggu mereka di dermaga, siap untuk mengantar mereka ke London.
Richard mengambil keputusan pada saat itu juga bahwa mobil itu harus diangkut
kembali ke New York pada akhir perjalanan mereka. Suatu keputusan yang diambil di
luar pembawaan wataknya melebihi keputusan apa pun yang diambilnya selama
seluruh sisa hidupnya. Kepada Anne ia memberitahu bahwa ia ingin menunjukkan
mobil itu kepada Henry Ford.
Keluarga Kane selalu
menginap di hotel Ritz di Piccadilly bila mereka berada di London. Hal itu memang
lebih enak bagi kantor Richard di kota. Sementara Richard sibuk dengan urusan
bank, Anne memanfaatkan waktunya untuk menunjukkan kepada William: Menara London,
Istana Buckingham, dan pergantian pengawal istana. Menurut William semuanya
'hebat", kecuali logat bahasa Inggris yang sulit dipahaminya.
“Mengapa mereka tidak
bicara seperti kita, Bu?" tanyanya. Dan ia heran mendengar jawaban bahwa
pertanyaannya lebih sering dikemukakan terbalik, sebab ' mereka' memang lebih
dahulu. Kesenangan William di waktu senggang ialah menonton prajurit dalam
seragam merah menyala, dengan kancing baju kuningan yang mengkilat. Mereka
bertugas menjaga di luar Istana Buckingham. William mencoba berbicara dengan
mereka. Tapi mereka memandang jauh melampauinya rnenatap ruang hampa. Bahkan
tak pernah berkedip.
“Apa bisa membawa pulang
satu, bu?" tanyanya kepada ibunya.
“Oh tidak nak. Mereka
harus tinggal disini menjaga Raja"
“Tapi ia sudah punya
banyak.Apa aku boleh minta satu saja?"
Sebagai suatu 'traktasi
khusus' (ini kata-kata Anne) Richard mengambil libur satu siang untuk mengajak
Anne dan William ke West End menonton pantomim Inggris tradisional berjudul
Jack and the Beanstalk dimainkan di Hippodrome London. William suka akan Jack.
Dan langsung ingin menebang setiap pohon yang ia lihat. Sebab ia membayangkan
semua pohon melindungi monster' Setelah pertunjukan usai mereka minum teh di
restoran Fortnum & Mason, di Piccadilly. Dan Anne mentraktir William dengan
2 buah kue krim dan sebuah kue doughnut.
Kermudian setiap hari William minta diantarkan kembali ke Fortnum untuk
”menyikat" doughbun.
Demikian nama Yang ia
berikan.
Liburan itu berlangsung
terlalu cepat bagi William dan ibunya. Tetapi Richard setelah puas dengan perkembangan
di Lombard Street, dan merasa senang dengan direktur yang baru saja ditunjuk,
mulai merindukan hari keberangkatan mereka pulang. Setiap hari banyak tilgram
berdatangan dari Boston. Itu membuainya gelisah ingin cepat kembali ke ruang
dewan pimpinannya sendiri. Dan akhirnya ketika sebuah berita menginformasikan
bahwa ada 2500 orang pekerja di penggilingan kapuk di Lawrence Massachussetts
mogok, padahal banknya menanamkan investasi besar di dalamnya, maka ia merasa
senang bahwa hari keberangkatannya yang telah ia rencanakan tinggal 3 hari
lagi.
William sangat merindukan
pulang kembali dan menceritakan kepada tuan Munro hal-hal mengasyikkan yang ia
lakukan di Inggris. Ia ingin bertemu kembali dengan 2 orang neneknya' Mereka
berdua belum pernah melakukan sesuatu yang sangat mengasyikkan seperti menonton
teater hidup beserta publiknya sekaligus. Anne juga senang menjelang waktu
pulang. Walau ia menikmati pelesiran ini seasyik William, sebab
pakaian-pakaiannya dan kecantikannya sangat dikagumi oleh orang-orang Inggris
yang biasanya tidak begitu demonstratif. Sebagai traktasi terakhir kepada
William sehari sebelum keberangkatan, Anne mengajaknya menghadiri pesta di
Eaton Square yang diselenggarakan oleh isteri direktur bank cabang Londonn yang
baru saja ditunjuk. Nyonya ini juga punya anak laki-laki bernama Stuart berumur
8 tahun. Dan Wiliam selama 2 minggu bermain bersamanya. Ia telah menganggapnya
sebagai sahabat dewasa yang tak terpisahkan. Tetapi pesta itu agak kurang
menarik karena Stuart merasa tidak enak badan. Dan karena bersimpati dengan
sahabat barunya William mengatakann kepada ibunya bahwa ia juga akan jatuh
sakit. Anne dan William kembali ke hotel Ritz lebih awal dari rencana semula.
Anne tidak begitu kecewa. Ia akan mempunyai waktu lebih banyak lagi untuk mengawasi
pengepakan kembali kopor-kopor besarnya. Ia sendiri yakin bahwa William hanya
bermain sandiwara untuk menyenangkan Stuart. Ketika malam hari ia menidurkan
William, ia mendapatkan William benar sesuai kata-katanya. William agak panas.
Dan selama makan malam ia mengatakannya kepada Richard.
'Mungkin karena tegang
mengingat harus pulang" tebaknya. Tanpa merasa khawatir.
*Kuharap demikian,"
jawab Anne."Aku tak menghendaki ia sakit dalam perjalanan laut selama 6
hari."
'Esok hari ia sudah sembuh"
jawab Richard mengemukakan garis pegangan yang tak mungkin dilalaikan. Tetapi
ketika Anne membangunkan William keesokan harinya,
William
ternyata penuh bintik-bintikmerah.
Suhu badannya naik sampai
39 derajat C. Dokter hotel mendiagnosa William terserang campak. Dan secara
sopan mendesak supaya William tidak diajak bepergian melalui laut. Tak hanya
demi kebaikannya sendiri, melainkan juga demi kesehatan para penumpang
lain-lainnya. Maka William harus dibiarkan tidur dengan botol penyeka. Dan dinanti
hingga ia benar-benar pulih kembali. Richard tak bisa menerima penundaan selama
dua minggu.Maka ia memutuskan berangkat seperti yang telah direncanakan. Dengan
enggan Anne mengizinkan perubahan pesan tempat yang tergesa-gesa itu. William
merengek-rengek supaya diizinkan menemani ayahnya. Waktu 14 hari sebelum kapal itu
kembali di Southampton lagi nampaknya berabad-abad bagi anak itu. Richard penuh
kasih sayang. Ia mempekerjakan seorang perawat untuk menjaga William. Dan
William diyakinkannya bahwa kesehatannya benar-benar buruk.
Anne mengantarkan Richard
ke Southampton dengan mobil Rolls-Royce baru.
"Aku akan kesepian di
London tanpa kau, Richard." Ia memberanikan diri mengatakannya dengan malu-malu
pada saat mereka berpisah. Padahal ia tahu Richard tak senang dengan wanita
emosional.
"Ya,sayang, aku berani
berkata aku akan agak kesepian juga di Boston tanpa kau." katanya.
Pikirannya tertuju kepada para buruh pemogok di penggilingan.
Anne kembali ke London
dengan kereta api. Memikirkan bagaimana ia akan menyibukkan diri selama dua
minggu berikutnya. Malam harinya William membaik. Dan di pagi hari
bintik-bintik itu tak begitu ganas lagi. Tetapi dokter dan perawat sama-sama
mendesak supaya William tetap di ranjang. Anne memanfaatkan waktu ekstra ini
untuk menulis surat panjang kepada keluarganya. Sementara William tetap tiduran
sambil protes. Tapi pada hari Selasa ia sendiri bangun pagi-pagi. Dan memasuki
kamar tidur ibunya. Kembali seperti
dirinya sendiri.Ia naik ranjang berada disebelah ibunya. Dan tangannya yang
dingin segera membangunkan ibunya. Anne lega melihatnya jelas-jelas telah pulih
kembali. Ia mengebel memesan sarapan di tempat tidur bagi mereka berdua. Suatu
pemanjaan yang tak pernah akan diizinkan oleh ayah William.
Pintu diketuk pelan. Dan
seseorang dengan seragam kuning keemasan dan merah masuk membawa nampan perak
besar berisikan sarapan. Telur, daging, tomat, roti bakar dan jelai. Sungguh
sebuah pesta!
William memandang makanan
dengan rakusnya. Seolah-olah ia tak dapat ingat lagi kapan ia makan lengkap
yang terakhir kali. Kebetulan Anne melayangkan pandang ke koran pagi. Richard
selalu membaca The Times bila sedang
di London. Maka pimpinan hotel juga mengandaikan bahwa Anne juga memerlukan
yang serupa.
"Oh, lihat."
kata William sambil memandangi foto di halaman dalam "Foto kapal ayah. Apa
arti musibah itu, bu?'
Seluruh lebar halaman
koran dipenuhi gambar Titanic.
Anne tak peduli lagi akan
tuntutan sopan-santun bagi keluarga Cabot atau Kane. Ia meledak dalam tangis
sejadijadinya. Mendekap anak laki-laki satu-satunya. Mereka duduk di ranjang
selama beberapa saat. Berpegang-pegangan. William tak tahu mengapa. Anne
menyadari bahwa mereka berdua kehilangan orang yang paling mereka cintai di
dunia ini.
Sir Piers Campbell, ayah
Stuart muda, tiba di kamar suite 107 hotel Ritz. Ia menunggu di kamar tunggu.
Sementara sang janda mengenakan gaun hitam. Satu-satunya gaun gelap yang ia
miliki. William berpakaian sendiri. Tetap belum tahu apa arti musibah itu. Anne
meminta Sir Piers menjelaskan kepada anaknya implikasi berita itu sepenuhnya.
William hanya berkata, *Aku sebenarnya ingin naik kapal bersamanya. Tapi mereka
tak mengizinkan." Ia tidak menangis. Sebab ia tak mau percaya bahwa ada
yang dapat membunuh ayahnya. Ayahnya pasti di antara orang-orang yang terlepas
dari maut.
Selama karier Sir Piers
sebagai politikus, diplomat, dan kini presiden direktur bank Kane & Cabot London,
ia belum pernah melihat seseorang yang begitu muda tetapi penuh kesadaran akan
kemampuan dirinya. Sikap tenang tak kehilangan akal hanya dianugerahkan kepada
sedikit orang saja. Demikian komentarnya beberapa tahun kemudian. Richard Kane
menerima anugerah itu. Dan kini telah diwariskan kepada anak tunggalnya. Pada
hari Kamis berikutnya dalam minggu itu William genap 6 tahun. Tapi ia tak
membuka hadiah-hadiahnya salah satu pun.
Daftar orang-orang yang
terlepas dari maut tiba dari Amerika secara bertahap. Lalu dicek dan dicek
ulang oleh Anne. Semuanya memberi kepastian bahwa Richard Lowell Kane tetap
masih hilang di laut. Diandaikan telah
tenggelam. Selang satu minggu lagi William pun telah melepaskan harapan akan
ayah yang lolos dari maut.
Anne merasa sangat sedih
harus naik Aquitania. Namun William nampaknya sangat bergairah bepergian di
laut. Berjam-jam ia duduk di atas dek pengamat. Memandangi air tak berbentuk.
'Esok aku akan
menemukannya" demikian setiap kali ia berjanji kepada ibunya. Mula-mula
penuh keyakinan. Kemudian dengan suara yang hampir tak menyembunyikan
ketidakpercayaannya sendiri.
'William, tak ada seorang
pun yang dapat bertahan hidup selama 3 minggu di Atlantik Utara."
*Bahkan ayahku juga
tidak?"
'Ayahmu pun juga
tidak."
Ketika Anne kembali ke
Boston, kedua nenek itu menunggunya di Rumah Merah. Mereka menyadari kewajiban
yang dipercayakan kepada mereka. Tanggungjawab telah dikembalikan kepada kedua
nenek itu. Anne secara pasif menerima peranan mereka yang memang berhak. Baginya
hidup tak mempunyai tujuan lagi kecuali William, yang nasibnya kini Nampak tegas
akan diawasi oleh mereka. William tahu sopan-santun. Tapi ia tak bersikap
membantu mereka. Siang hari ia dengan diam mengikuti pelajaran Tuan Munro.Dan
malam hari ia menangis di pangkuan ibunya.
*Ia butuh ditemani
anak-anak lain" kedua nenek itu menjelaskan. Dan mereka memecat Tuan Munro
serta
perawat. Mereka menyekolahkan William ke Sekolah Sayre dengan harapan supaya ia
mulai memasuki dunia riel. Dan selalu ditemani anak-anak lain sehingga kembali
menemukan dirinya sendiri seperti semula. Richard mewariskan sebagian besar
milik tanahnya kepada William supaya tetap di dalam lingkungan keluarga, hingga
William mencapai usia 21 tahun. Testamen itu dibubuhi klausul. Richard mengharapkan
putranya kelak menjadi presiden direktur bank Kane & Cabot atas jasanya
sendiri. Itulah satu-satunya bagian testamen ayahnya yang memberi in-spirasi
kepada William. Selanjutnya semua menjadi miliknya karena hak kelahirannya.
Anne menerima modal sebesar $ 500.000.Dan suatu penghasilan seumur hidup
sebesar $ 100.000 setahun setelah dipotong pajak. Ini otomatis akan berhenti
bila ia menikah kembali. Ia juga menerima rumah di Beacon Hill, villa musim
panas di Pantai Utara, rumah di Maine, dan sebuah pulau kecil di lepas Teluk Cod.
Semuanya harus diwariskan kepada William bila Anne meninggal.
Kedua nenek menerima $
250.000, dan surat-surat yang jelas-jelas menunjukkan tanggungjawab mereka bila
Richard mendahului mereka ke alam baka. Perwalian keluarga ini harus ditangani
oleh bank. Dan bapak serta ibu emban baptis William bertindak sebagai rekan
wali. Penghasilan perwalian harus diinvestasikan kembali tiap tahun dalam
usaha-usaha konservatif.
Setelah setahun penuh
barulah kedua nenek itu selesai berkabung. Dan walau Anne baru berusia 28 tahun,
namun kini untuk pertama kali ia nampak sesuai umurnya.
Kedua nenek itu, tidak
seperti Anne, menyembunyikan kesedihan mereka di muka William, hingga akhirnya
William memperingatkan mereka akan hal itu.
“Apakah nenek tak merasa
kehilangan ayah?" tanyanya sambil memandang nenek Kane dengan mata biru
yang mengingatkan akan putranya sendiri.
'Ya nak, tapi ia tak
menghendaki kita hanya duduk terkumpul-kumpul dan merasa iba terhadap diri kita
sendiri."
*Tapi aku ingin kita
selalu mengenangnya – selalu”suara William meledak.
'William, aku akan bicara
kepadamu untuk pertama kalinya seolah-olah engkau telah dewasa. Kita akan
menjunjung tinggi kenangan kepadanya. Engkau akan berperan dalam tugas hidupmu
sesuai dengan harapan ayahmu. Engkaulah kini yang menjadi kepala keluarga dan
waris harta karun. Oleh karena itu engkau harus mempersiapkan diri dengan kerja
supaya pantas menerima warisan itu dengan semangat yang sama sebagaimana ayahmu
bekerja untuk menambah warisan itu bagimu."
William tidak menjawab.
Dengan demikian ia mempunyai motivasi untuk hidup yang tak ia miliki sebelumnya.
Dan ia bertindak sesuai saran neneknya. Ia belajar hidup menyandang
kesedihannya tanpa mengeluh. Dan sejak saat itu dengan tegar ia terjun dalam
tugasnya di sekolah. Dan hanya merasa puas bila nenek Kane nampak terkesan.
Dalam segala mata pelajaran ia menonjol. Dan dalam matematika
ia tak hanya menduduki peringkat pertama dalam kelas, melainkan juga beberapa
tahun mendahului kelasnya.Ia bertekad apa yang diraih ayahnya akan ia capai dengan
lebih baik lagi. Ia bahkan tumbuh lebih dekat lagi dengan ibunya. Dan
mencurigai setiap orang yang bukan keluarganya. Hingga ia kerapkali dianggap
sebagai anak yang kesepian. Sendiri. Dan secara tak wajar dianggap sebagai
seorang penyombong.
Ketika ia menginjak usia 7
tahun, kedua nenek itu memutuskan untuk mengajarinya tentang nilai uang. Mereka
memberinya uang saku 1 dollar seminggu. Tapi mereka menuntutnya membuat
pembukuan dari setiap sen yang ia keluarkan. Mengingat itu semua mereka
menghadiahkannya sebuah buku kas dijilid dengan kulit berwarna hijau seharga 95
sen. Uang itu mereka ambilkan dari uang saku mingguannya yang pertama. Sejak
minggu kedua nenek membagikan uang saku satu dollar itu pada hari Sabtu pagi.
William menginvestasikan
50 sen. Membelanjakannya 20 sen. Dan mendanakan 10 sen sesuai pilihannya. Dan
menyisakan 20 sen sebagai cadangan. Pada akhir setiap triwulan kedua nenek
William memeriksa buku kas serta laporan tertulisnya mengenai setiap transaksi.
Sesudah triwulan pertama, William telah siap mengerjakan akuntansinya sendiri.
Ia telah mendanakan $1.30 kepada Pandu Amerika yang baru saja didirikan. Dan
menginvestasikan $5.55 yang ia mintakan kepada nenek Kane untuk dimasukkan dalam
rekening tabungan di bank bapak emban baptisnya J.P. Morgan yang telah
almarhum. Ia telah membelanjakan $2.60 yang tak perlu ia pertanggung-jawabkan.
Dan telah menahan $2.60 sebagai cadangan Buku kas itu merupakan sumber kepuasan
bagi kedua nenek. Tak pelak lagi: William adalah putra Richard Kane.
Di sekolah William masih
bersahabat dengan beberapa teman. Sebagian karena ia malu bergaul dengan
seseorang yang bukan anggota keluarga Cabot, Lowell, atau anak-anak keluarga
yang lebih kaya dari keluarganya sendiri. Ini memperketat kalangan sahabatnya
hingga ia menjadi anak yang sangat serius.Hal ini mencemaskan ibunya. Padahal
ibunya menginginkan supaya William dapat hidup lebih normal. Dan dalam hati
ibunya tidak menyetujui adanya buku kas induk ataupun rencana investasi itu.
Anne lebih menyukai bila William mempunyai banyak teman-teman muda daripada
penasehat-penasehat tua. Biar ia kotor dan memar daripada tetap mulus tak
bercela. Biar mengumpulkan katak dan kura-kura daripada mengumpulkan saham dan
laporan perusahaan. Pendek kata biar menjadi seperti anak kecil lainnya. Tetapi
Anne tak pernah berani mengatakan kepada nenek tentang kecemasannya. Pendek
kata nenek berdua tak berminat terhadap bocah kecil lainnya siapa pun.
Pada hari ulang tahunnya
yang ke-9 William menyerahkan buku kas kepada neneknya untuk pemeriksaan
tahunan yang kedua kali. Buku kas hijau menunjukkan tabungan selama dua tahun
sebanyak 50 dollar lebih. Ia secara khusus merasa bangga dapat menunjukkan
kepada neneknya sebuah entri lama ditandai “B6". Itu menunjukkan bahwa ia
telah mengambil uangnya dari bank J.P. Morgan langsung ketika ia mendengar
kematian bankir besar tersebut. Sebab ia ingat bahwa bank ayahnya sendiri
merosot nilai sahamnya setelah pengumuman kematiannya. Wiliam lalu
menginvestasikan kembali uang itu 3 bulan kemudian sebelum umum menyadari bahwa
perusahaannya lebih besar daripada perorangan siapa pun orangnya.
Nenek berdua cukup
terkesan. Mereka mengizinkan William menjual sepedanya dan membeli sepeda baru.
Setelah itu ia masih mempunyai modal lebih dari $ 100. Uang itu lalu
diinvestasikan oleh nenek Kane dalam perusahaan Standard Oil di New Jersey. Minyak
itu hanya bisa menjadi lebih mahal lagi. Demikian kata William penuh
pengertian. Ia dengan cermat menyusun buku kasnya yang selalu disesuaikan hingga
hari ulang tahunnya yang ke-21. Seandainya pada waktu itu kedua nenek itu masih
hidup, mereka pasti akan bangga akan entri terakhir di kolom kanan yang
berjudul “Aset".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar