Salam dari Taman Bacaan Saulus

Salam dari Taman Bacaan Saulus
Pandangan

Jumat, 21 April 2017

BAB 06 KANE DAN ABEL. ANAK SI KAYA JUGA JENIUS ... !

Dalam Bab ini Kane, William Kane tumbuh dikeluarga kaya, yang juga kehilangan ayah pada usia muda. Terdidik untuk menjadi sukses, namun .., ada cacat dalam kehidupan keluarga. Mari kita ikuti kelanjutan kisah ini .....

BAB 6

Kane tumbuh cepat. Dan dipandang sebagai anak tersayang oleh semua saja yang berhubungan denganya. Dalam tahun-tahun awal kehidupannya mereka itu umumnya sanak-saudara yang tergila-gila akan dia dan pelayan-pelayan yang sangat menyayanginya.

Lantai teratas rumah keluarga Kane yang dibangun pada abad ke-18 di Louisburg Square di atas Beacon Hill, telah diubah menjadi ruangan perawatan anak. Penuh sesak dengan mainan. Sebuah ruang tidur dan sebuah ruang duduk disediakan bagi perawat yang baru saja dipekerjakan. Lantai  itu cukup jauh dari Richard Kane supaya ia tidak diganggu oleh masalah-masalah tumbuhnya gigi, popok basah, serta teriakan-teriakan yang tak teratur dan tidak berdisiplin untuk minta tambah makanan. Suara pertama, gigi pertama, langkah pertama dan kata pertama semuanya dicatat oleh ibu William dalam buku keluarga. Demikian pula pertambahan tinggi dan beratnya. Anne heran bahwa angka-angka statistik itu hanya berbeda sedikit dari angka-angka bayi lain yang ia kenal di Beacon Hill.

Perawat, impor dari Inggris, mendidik anak itu mengikuti cara hidup yang pasti akan menggembirakan  hati seorang opsir kavaleri Austria. Ayah William menjenguknya setiap petang pukul 6. Oleh karena ia tak mau bicara dengan William dalam bahasa kanak-kanak, maka akhirnya ia sama sekali tidak mengajaknya bicara. Keduanya hanya saling memandang. William lalu memegang jari telunjuk ayahnya yang biasanya dipergunakan untuk mengecek neraca. Dan William memegangnya erat-erat. Richard lalu mau tersenyum. Pada akhir tahun pertama kegiatan rutin itu agak diubah. Dan si bocah diizinkan turun ke lantai bawah untuk menemui ayahnya. Richard duduk di kursi berpunggung tinggi. Berlapis kulit merah darah la mengamati putra sulungnya keluar masuk antara empat kaki kursi. Muncul lagi bila sama sekali tidak diharapkan. Hal ini membuat Richard menyimpulkan pengamatan bahwa anak itu kelak pasti akan menjadi Senator. William mulai mengayunkan langkah-langkah pertamanya pada usia 13 bulan sambil memegang erat ujung jas ayahnya. Kata pertama yang terlontar adalah Dada.Itu menyenangkan setiap orang. Termasuk nenek Kane dan nenek Cabot yang merupakan pengunjung tetap. Mereka memang tidak mendorong kereta anak-anak di mana William diajak jalan-jalan mengelilingi Boston. Namun mereka berkenan berjalan-jalan selangkah di belakang perawat di dalam taman pada tiap hari Kamis siang. Sambil memandangi bayi-bayi yang berpakaian kurang rapi. Sementara anak-anak lain memberi makan kepada itik-itik di taman umum, William berhasil mengusap-usapan angsa di danau Istana Venesia milik tuan Jack Gardner.

Selang dua tahun, kedua nenek itu dengan saran dan sindiran menyampaikan bahwa sudah tiba saatnya untuk seorang keturunan lagi, seorang saudara kandung William. Anne menuruti saran mereka. Ia hamil.

Tapi lalu merasa sedih karena merasa dan Nampak makin lama makin pucat ketika memasuki bulan ke-4.

Dr. MacKenzie berhenti tersenyum ketika memeriksa perut membesar dari seseorang yang mengharapkan menjadi ibu lagi itu. Dan ketika Anne keguguran pada minggu yang ke-16, ia tidak begitu terperanjat. Tapi tak membolehkan Anne terlalu bersedih. Dalam catatan ia menulis: "pra-eklampsia."

Lalu  ia memberitahu Anne, "Anne, sayang, yang menyebabkanmu merasa tidak enakbadan akhir-akhir ini ialah tekanan darah tinggi. Dan mungkin akan makin bertambah tinggi sesuai berlanjutnya kehamilan. Saya kuawatir dokter belum menemukan obat mujarab terhadap tekanan darah tinggi. Dalam kenyataannya kita hanya mengetahuinya sedikit saja.Yang jelas itu merupakan keadaan gawat bagi setiap orang, lebih-lebihmbagi wanita yang sedang hamil."

Anne menahan airmatanya. Ia memikirkan implikasi di kemudian hari tidak akan melahirkan anak lagi.

'Pasti tak akan terjadi selama kehamilanku yang akan datang?" tanyanya sambil merumuskannya dengan memberi peluang bagi dokter itu untuk memberi jawaban yang positif.

“Aku akan sangat heran bila itu tak muncul lagi, sayang. Aku menyesal harus mengatakan ini kepadamu, tapi aku sangat menasehatkan untuk tidak hamil lagi."

“Tapi tak mengapa bagiku bila nampak pucat berapa bulan bila itu berarti . . . . "

“Aku tak berbicara soal pucat dan merasa lesu, Anne. Aku bicara soal tak usah mengambil risiko yang tidak perlu dengan hidupmu."

Sungguh merupakan tamparan dahsyat bagi Richard dan Anne. Kedua-duanya menjadi anak tunggal karena ayah mereka meninggal dalam usia relative masih muda. Mereka berdua mengasumsikan bahwa mereka akan membina keluarga sesuai dengan besarnya rumah tangga mereka yang mengepalai dan sesuai dengan tanggungiawab mereka terhadap generasi berikutnya. "Lalu wanita muda itu punya kewajiban apa lagi?" tanya nenek Cabot dan nenek Kane. Tak ada yang berani menyebut soal itu lagi. Dan William menjadi pusat perhatian setiap orang.

Richard, setelah 6 tahun bertugas dalam dewan lalu mengambil alih jabatan presiden direktur Bank Kane dan Cabot dan Perusahaan ketika ayahnya meninggal pada tahun 1904. Ia selalu membenam diri dalam pekerjaan bank. Bank itu sendiri yang terletak di State Street, merupakan benteng arsitektur dan perpajakan yang kokoh. Punya cabang-cabang di New York, London, dan San Francisco. Bank yang di San Francisco menjadi masalah bagi Richard. Sebab tepat pada hari kelahiran William bank itu runtuh bersama bank Crocker National,Wells Fargo, dan bank California. Bukan secara finansial, melainkan sungguh-sungguh runtuh secara harafiah rata dengan tanah didalam gempa bumi di tahun 1906 itu. Richard yang wataknya memang seseorang yang hati-hati, secara komprehensif diasuransi oleh Llyod di London. Dan karena bersifat gentlemen semua, mereka membayar penuh hingga ke sen-sennya. Maka Richard dapat membagun kernbali. Namun Richard terpaksa mengalami tahun yang tidak enak. Ia harus mondar-mandir melintasi Amerika dari Boston ke San Francisco, dengan kereta api empat hari supaya dapat mengawasi pembangunan kembali. Ia membuka kantor baru di Union Square bulan Oktober 1907. Untung saja masih tepat waktu untuk mengalihkan perhatiannya terhadap masalah-masalah lain di Pantai Timur. Bank-bank New York menunjukkan pelputaran yang lamban. Dan banyak bank-bank kecil tidak mampu mengatasi penarikan uang besar-besaran. Lalu jatuh bangkrut. J.P. Morgan, direktur bank Morgan yang legendaries itu mengajak Richard mendirikan konsorsium supaya dapat bertahan selama krisis. Richard setuju. Tindakan yang berani ini berhasil. Dan masalahnya mulai mengecil. Tetapi sudah barang tentu sesudah Richard mengalami beberapa malam tak bisa tidur.

Di lain pihak, William tidur nyenyak. Tak menyadari gawatnya gempa bumi dan runtuhnya bank-bank. Bagaimanapun juga masih ada angsa-angsa yang harus diberi makan. Dan perjalanan pulang-pergi dari dan ke Milton, Brookline dan Beverley sehingga ia bisa diperkenalkan kepada sanak-saudaranya yang terhormat.

Awal musim semi tahun berikutnya Richard memperoleh permainan baru sebagai imbalan atas investasi modal yang hati-hati dalam diri seseorang yang bernama Henry Ford. Henry Ford mengaku dapat memproduksi mobil bagi rakyat. Bank menjamu tuan Ford dengan santap siang. Dan Richard dapat dibujuk untuk membeli Model T seharga $ 850. Henry Ford meyakinkannya bahwa jika bank mau mendukungnya maka biaya bisa ditekan menjadi $ 350 selama beberapa tahun dan setiap orang akan membeli mobil itu. Dengan demikian memastikan diperolehnya keuntungan besar bagi bank pendukungnya. Richard mendukungnya. Dan itulah pertama kalinya dia meng -investasikan uang dengan baik dalam usaha seseorang yang mau menekan harga produksinya hingga separuh harga.

Richard semula cemas bahwa mobilnya yang berwarna hitam kelam itu mungkin dianggap bukan kendaraan representatif bagi seorang presiden direktur sebuah bank. Tetapi ia akhirnya yakin kembali karena kendaraan itu menarik pandangan terkagum-kagum orang-orang yang ada di trotoar. Dengan kecepatan 16 kilometer sejam mobil itu lebih berisik daripada kuda. Tapi untungnya tidak meninggalkan kotoran di tengah jalan Mount Vernon. Satu-satunya percekcokan dengan tuan Ford ialah karena tuan Ford tidak medengarkan saran bahwa Model T harus diprodusi dalam berbagai warna. Tuan Ford bersiteguh bahwa setiap mobil harus berwarna hitam supaya harga dapat ditekan. Anne yang Iebih perasa daripada suaminya mengenai penerimaan pihak masyarakat orang-orang sopan, tidak akan mengendarai mobil sebelum keluarga Cabot memilikinya sendiri.
Dilain pihak William sangat mengagumi ‘otomobil’ Itulah julukan dari pers. Dan William langsung mengandaikan bahwa kendaraan itu dibeli untuk menggantikan kereta dorong yang kini jadi mubazir. Ia juga lebih suka kepada sopirnya daripada kepada perawatnya.  Sopir mengenakan kacamata dan topi papak. Nenek Kane dan nenek Cabot menegaskan tak akan bepergian dalam kendaraan yang mengerikan itu. Dan memang tak pernah. Walau masih juga harus dijelaskan bahwa nenek Kane diangkut kemakamnya dengan sebuah mobil. Namun tak pernah diberitahu.

Selama dua tahun berikutnya Bank tambah kuat dan semakin besar. Demikian pula William. Orang-orang Amerika sekali lagi menanamkan modal untuk memperluas usaha. Dan sejumlah besar uang masuk ke dalam  bank Kane dan Cabot untuk diinvestasikan kembali ke  dalam proyek-proyek seperti pabrik kulit Lowell yang sedang mengembang di I-owell, Massachussetts. Richard  mengawasi perkembangan bank dan anaknya dengan rasa puas. Tanpa merasa terperanjat. Pada usia 5 tahun, ia melepaskannya dari tangan para wanita, dan mempekerjakan seorang guru privat, tuan Munro. Guru ini digaji $ 450 per tahun. Richard memilihnya sendiri di antara 8 orang pelamar, yang sebelumnva telah diseleksi oleh sekretaris pribadi Richard. Tuan Munro harus menjamin bahwa William siap masuk sekorah St. Paul pada usia 12 tahun. William segera rnenyukai tuan Munro yang menurut perkiraannya sangat tua dan sangat pandai. Dalam kenyataan Tuan Munro berusia 23 tahun dan memiliki ijazah bahasa Inggris dengan tanda  kehormatan pujian dari Universitas Edinburgh. William cepat belajar membaca dan menulis dengan mudah.Tapi yang benar-benar ia senangi ialah angka. Satu-satunya keluhannya ialah di antara 8 pelajaran yang diberikan setiap hari kerja, hanya ada pelajaran berhitung satu kali. William cepat menjelaskan kepada ayahnya bahwa 1/8 hari kerja merupakan investasi waktu yang kecil bagi seseorang yang kelak suatu saat akan menjadi presiden direktur sebuah bank.

Untuk  mengimbangi kekurangan pandangan ke depan dari gurunya, William diam-diam menghubungi sanak-keluarganya yang bisa ia temui untuk meminta persoalan-persoalan hitungan yang dapat dikerjakannya dengan mencongak. Nenek Cabot yang tak pernah yakin bahwa pembagian angka utuh dengan 4 harus menelorkan hasil yang sama dengan bila dikalikan dengan l/4, dengan cepat dikalahkan oleh cucunya. Memang nenek Cabot ini bila harus mengalikan 1/4 atau membagi 4 seringkali menghasilkan angka yang berbeda. Akan tetapi nenek Kane mempunyai- sedikit kecenderungan untuk menjadi pandai. Ia dengan berani menggarap pecahan-pecahan biasa, hasil perkalian dan pembagian 8 kue di antara 9 anak.

"Nek," kata William ramah tapi cukup tegas bila nenek tak berhasil menemukan jawaban atas teka-teki bilangan itu. "Nenek bisa membelikan aku mistar geser. Nanti aku tak akan mengganggumu lagi'"

Nenek terkejut atas cucunya yang cepat matang itu. Tapi ia membelikannya juga sebuah. Ia hanya bertanya-tanya dalam hati apakah cucunya benar-benar tahu cara menggunakan alat itu. Itulah kali pertama dalam hidupnya Nenek Kane diketahui mengambil jalan pintas mengelak dari persoalan.

Kesulitan-kesulitan Richard mulai memberat dan merambat ke timur. Direktur cabang kantornya di London meninggal di meja tulisnya. Dan Richard merasa dirinya dibutuhkan di Lombard Street. Ia mengajak Anne dan William menemaninya ke Eropa. Dengan pertimbangan bahwa pendidikan itu tak akan merugikan anaknya. Anak itu akan dapat mengunjungi tempat-tempat yang kerapkali dibicarakan tuan Munro. Anne, yang belum pernah ke Eropa, sangat bergairah menyambut rencana tersebut. Ia memenuhi tiga buah kopor besar dengan pakaian-pakaian baru yang sangat mahal dan menarik. Dengan pakaian-pakaiannitu ia hendak berkonfrontasi dengan Dunia kuno. William merasa ibunya tidakwajar karena melarangnya membawa alat utama untuk bepergian yaitu seredanya.

Keluarga Kane berangkat ke New York dengan kereta api. Untuk kemudian menumpang Aquitania yang menuju ke Southamptbn' Anne terkejut ketika melihat para penjaja kaum imigran yang menawarkan dagangannya di jalanan. Dan ia merasa gembira karena telah selamat berada di kapal. Dan ia beristirahat dalam kabin. Di lain pihak William sangat kagum akan luasnya kota New York. Hingga saat itu ia selalu membayangkan bahwa bank ayahnya adalah bangunan terbesar di Amerika. Mungkin malah terbesar di seluruh dunia. Ia ingin membeli es krim merah jambu dan kuning dari seorang penjual dengan gerobak dorong.

Tapi ayahnya tak mau tahu. Bagaimanapun juga Richard tidak pernah membawa uang receh. William langsung kagum akan kapal besar itu begitu ia melihatnya. Dan dengan cepat menjadi sahabat kapten kapal. Kapten memperlihatkannya segala seluk-beluk kapal primadona milik Cunard. Richard dan Anne sudah barang tentu makan bersama di meja kapten. Mereka merasa perlu memohon maaf kepada kapten, sebelum kapal itu meninggalkan Amerika, karena anak rnereka menyita banyak waktu awak kapal.

"Tak mengapa" jawab nakhoda yang berjanggut putih itu."William dan saya telah menjadi sahabat. Saya hanya berharap bisa menjawab semua pertanyaannya tentang waktu, kecepatan, dan jarak. Saya harus ditatar terlebih dahulu oleh insinyur utama se-tiap malam supaya dapat mengantisipasi dan kemudian lulus di hari berikutnya."

KapalAquitania memasuki The Solent dan masuk dok di Southampton setelah mengarungi samudra selama 10 hari. William enggan meninggalkan kapal itu. Dan pasti akan mengucurkan airmata jika seandainya tak nampak ada Rolls-Royce Silver Ghost lengkap dengan sopirnya telah menunggu mereka di dermaga, siap untuk mengantar mereka ke London. Richard mengambil keputusan pada saat itu juga bahwa mobil itu harus diangkut kembali ke New York pada akhir perjalanan mereka. Suatu keputusan yang diambil di luar pembawaan wataknya melebihi keputusan apa pun yang diambilnya selama seluruh sisa hidupnya. Kepada Anne ia memberitahu bahwa ia ingin menunjukkan mobil itu kepada Henry Ford.

Keluarga Kane selalu menginap di hotel Ritz di Piccadilly  bila mereka berada di London. Hal itu memang lebih enak bagi kantor Richard di kota. Sementara Richard sibuk dengan urusan bank, Anne memanfaatkan waktunya untuk menunjukkan kepada William: Menara London, Istana Buckingham, dan pergantian pengawal istana. Menurut William semuanya 'hebat", kecuali logat bahasa Inggris yang sulit dipahaminya.

“Mengapa mereka tidak bicara seperti kita, Bu?" tanyanya. Dan ia heran mendengar jawaban bahwa pertanyaannya lebih sering dikemukakan terbalik, sebab ' mereka' memang lebih dahulu. Kesenangan William di waktu senggang ialah menonton prajurit dalam seragam merah menyala, dengan kancing baju kuningan yang mengkilat. Mereka bertugas menjaga di luar Istana Buckingham. William mencoba berbicara dengan mereka. Tapi mereka memandang jauh melampauinya rnenatap ruang hampa. Bahkan tak pernah berkedip.

“Apa bisa membawa pulang satu, bu?" tanyanya kepada ibunya.

“Oh tidak nak. Mereka harus tinggal disini menjaga Raja"

“Tapi ia sudah punya banyak.Apa aku boleh minta satu saja?"

Sebagai suatu 'traktasi khusus' (ini kata-kata Anne) Richard mengambil libur satu siang untuk mengajak Anne dan William ke West End menonton pantomim Inggris tradisional berjudul Jack and the Beanstalk dimainkan di Hippodrome London. William suka akan Jack. Dan langsung ingin menebang setiap pohon yang ia lihat. Sebab ia membayangkan semua pohon melindungi monster' Setelah pertunjukan usai mereka minum teh di restoran Fortnum & Mason, di Piccadilly. Dan Anne mentraktir William dengan 2 buah kue krim dan sebuah kue doughnut. Kermudian setiap hari William minta diantarkan kembali ke Fortnum untuk ”menyikat" doughbun.

Demikian nama Yang ia berikan.

Liburan itu berlangsung terlalu cepat bagi William dan ibunya. Tetapi Richard setelah puas dengan perkembangan di Lombard Street, dan merasa senang dengan direktur yang baru saja ditunjuk, mulai merindukan hari keberangkatan mereka pulang. Setiap hari banyak tilgram berdatangan dari Boston. Itu membuainya gelisah ingin cepat kembali ke ruang dewan pimpinannya sendiri. Dan akhirnya ketika sebuah berita menginformasikan bahwa ada 2500 orang pekerja di penggilingan kapuk di Lawrence Massachussetts mogok, padahal banknya menanamkan investasi besar di dalamnya, maka ia merasa senang bahwa hari keberangkatannya yang telah ia rencanakan tinggal 3 hari lagi.

William sangat merindukan pulang kembali dan menceritakan kepada tuan Munro hal-hal mengasyikkan yang ia lakukan di Inggris. Ia ingin bertemu kembali dengan 2 orang neneknya' Mereka berdua belum pernah melakukan sesuatu yang sangat mengasyikkan seperti menonton teater hidup beserta publiknya sekaligus. Anne juga senang menjelang waktu pulang. Walau ia menikmati pelesiran ini seasyik William, sebab pakaian-pakaiannya dan kecantikannya sangat dikagumi oleh orang-orang Inggris yang biasanya tidak begitu demonstratif. Sebagai traktasi terakhir kepada William sehari sebelum keberangkatan, Anne mengajaknya menghadiri pesta di Eaton Square yang diselenggarakan oleh isteri direktur bank cabang Londonn yang baru saja ditunjuk. Nyonya ini juga punya anak laki-laki bernama Stuart berumur 8 tahun. Dan Wiliam selama 2 minggu bermain bersamanya. Ia telah menganggapnya sebagai sahabat dewasa yang tak terpisahkan. Tetapi pesta itu agak kurang menarik karena Stuart merasa tidak enak badan. Dan karena bersimpati dengan sahabat barunya William mengatakann kepada ibunya bahwa ia juga akan jatuh sakit. Anne dan William kembali ke hotel Ritz lebih awal dari rencana semula. Anne tidak begitu kecewa. Ia akan mempunyai waktu lebih banyak lagi untuk mengawasi pengepakan kembali kopor-kopor besarnya. Ia sendiri yakin bahwa William hanya bermain sandiwara untuk menyenangkan Stuart. Ketika malam hari ia menidurkan William, ia mendapatkan William benar sesuai kata-katanya. William agak panas. Dan selama makan malam ia mengatakannya kepada Richard.

'Mungkin karena tegang mengingat harus pulang" tebaknya. Tanpa merasa khawatir.

*Kuharap demikian," jawab Anne."Aku tak menghendaki ia sakit dalam perjalanan laut selama 6 hari."

'Esok hari ia sudah sembuh" jawab Richard mengemukakan garis pegangan yang tak mungkin dilalaikan. Tetapi ketika Anne membangunkan William keesokan harinya, 

William ternyata penuh bintik-bintikmerah.

Suhu badannya naik sampai 39 derajat C. Dokter hotel mendiagnosa William terserang campak. Dan secara sopan mendesak supaya William tidak diajak bepergian melalui laut. Tak hanya demi kebaikannya sendiri, melainkan juga demi kesehatan para penumpang lain-lainnya. Maka William harus dibiarkan tidur dengan botol penyeka. Dan dinanti hingga ia benar-benar pulih kembali. Richard tak bisa menerima penundaan selama dua minggu.Maka ia memutuskan berangkat seperti yang telah direncanakan. Dengan enggan Anne mengizinkan perubahan pesan tempat yang tergesa-gesa itu. William merengek-rengek supaya diizinkan menemani ayahnya. Waktu 14 hari sebelum kapal itu kembali di Southampton lagi nampaknya berabad-abad bagi anak itu. Richard penuh kasih sayang. Ia mempekerjakan seorang perawat untuk menjaga William. Dan William diyakinkannya bahwa kesehatannya benar-benar buruk.

Anne mengantarkan Richard ke Southampton dengan mobil Rolls-Royce baru.

"Aku akan kesepian di London tanpa kau, Richard." Ia memberanikan diri mengatakannya dengan malu-malu pada saat mereka berpisah. Padahal ia tahu Richard tak senang dengan wanita emosional.

"Ya,sayang, aku berani berkata aku akan agak kesepian juga di Boston tanpa kau." katanya. Pikirannya tertuju kepada para buruh pemogok di penggilingan.

Anne kembali ke London dengan kereta api. Memikirkan bagaimana ia akan menyibukkan diri selama dua minggu berikutnya. Malam harinya William membaik. Dan di pagi hari bintik-bintik itu tak begitu ganas lagi. Tetapi dokter dan perawat sama-sama mendesak supaya William tetap di ranjang. Anne memanfaatkan waktu ekstra ini untuk menulis surat panjang kepada keluarganya. Sementara William tetap tiduran sambil protes. Tapi pada hari Selasa ia sendiri bangun pagi-pagi. Dan memasuki kamar tidur ibunya. Kembali  seperti dirinya sendiri.Ia naik ranjang berada disebelah ibunya. Dan tangannya yang dingin segera membangunkan ibunya. Anne lega melihatnya jelas-jelas telah pulih kembali. Ia mengebel memesan sarapan di tempat tidur bagi mereka berdua. Suatu pemanjaan yang tak pernah akan diizinkan oleh ayah William.

Pintu diketuk pelan. Dan seseorang dengan seragam kuning keemasan dan merah masuk membawa nampan perak besar berisikan sarapan. Telur, daging, tomat, roti bakar dan jelai. Sungguh sebuah pesta!

William memandang makanan dengan rakusnya. Seolah-olah ia tak dapat ingat lagi kapan ia makan lengkap yang terakhir kali. Kebetulan Anne melayangkan pandang ke koran pagi. Richard selalu membaca The Times bila sedang di London. Maka pimpinan hotel juga mengandaikan bahwa Anne juga memerlukan yang serupa.

"Oh, lihat." kata William sambil memandangi foto di halaman dalam "Foto kapal ayah. Apa arti musibah itu, bu?'

Seluruh lebar halaman koran dipenuhi gambar Titanic.

Anne tak peduli lagi akan tuntutan sopan-santun bagi keluarga Cabot atau Kane. Ia meledak dalam tangis sejadijadinya. Mendekap anak laki-laki satu-satunya. Mereka duduk di ranjang selama beberapa saat. Berpegang-pegangan. William tak tahu mengapa. Anne menyadari bahwa mereka berdua kehilangan orang yang paling mereka cintai di dunia ini.
Sir Piers Campbell, ayah Stuart muda, tiba di kamar suite 107 hotel Ritz. Ia menunggu di kamar tunggu. Sementara sang janda mengenakan gaun hitam. Satu-satunya gaun gelap yang ia miliki. William berpakaian sendiri. Tetap belum tahu apa arti musibah itu. Anne meminta Sir Piers menjelaskan kepada anaknya implikasi berita itu sepenuhnya. William hanya berkata, *Aku sebenarnya ingin naik kapal bersamanya. Tapi mereka tak mengizinkan." Ia tidak menangis. Sebab ia tak mau percaya bahwa ada yang dapat membunuh ayahnya. Ayahnya pasti di antara orang-orang yang terlepas dari maut.

Selama karier Sir Piers sebagai politikus, diplomat, dan kini presiden direktur bank Kane & Cabot London, ia belum pernah melihat seseorang yang begitu muda tetapi penuh kesadaran akan kemampuan dirinya. Sikap tenang tak kehilangan akal hanya dianugerahkan kepada sedikit orang saja. Demikian komentarnya beberapa tahun kemudian. Richard Kane menerima anugerah itu. Dan kini telah diwariskan kepada anak tunggalnya. Pada hari Kamis berikutnya dalam minggu itu William genap 6 tahun. Tapi ia tak membuka hadiah-hadiahnya salah satu pun.

Daftar orang-orang yang terlepas dari maut tiba dari Amerika secara bertahap. Lalu dicek dan dicek ulang oleh Anne. Semuanya memberi kepastian bahwa Richard Lowell Kane tetap masih hilang di laut. Diandaikan  telah tenggelam. Selang satu minggu lagi William pun telah melepaskan harapan akan ayah yang lolos dari maut.

Anne merasa sangat sedih harus naik Aquitania. Namun  William nampaknya sangat bergairah bepergian di laut. Berjam-jam ia duduk di atas dek pengamat. Memandangi air tak berbentuk.

'Esok aku akan menemukannya" demikian setiap kali ia berjanji kepada ibunya. Mula-mula penuh keyakinan. Kemudian dengan suara yang hampir tak menyembunyikan ketidakpercayaannya sendiri.

'William, tak ada seorang pun yang dapat bertahan hidup selama 3 minggu di Atlantik Utara."

*Bahkan ayahku juga tidak?"

'Ayahmu pun juga tidak."

Ketika Anne kembali ke Boston, kedua nenek itu menunggunya di Rumah Merah. Mereka menyadari kewajiban yang dipercayakan kepada mereka. Tanggungjawab telah dikembalikan kepada kedua nenek itu. Anne secara pasif menerima peranan mereka yang memang berhak. Baginya hidup tak mempunyai tujuan lagi kecuali William, yang nasibnya kini Nampak tegas akan diawasi oleh mereka. William tahu sopan-santun. Tapi ia tak bersikap membantu mereka. Siang hari ia dengan diam mengikuti pelajaran Tuan Munro.Dan malam hari ia menangis di pangkuan ibunya.

*Ia butuh ditemani anak-anak lain" kedua nenek itu menjelaskan. Dan mereka memecat Tuan Munro serta perawat. Mereka menyekolahkan William ke Sekolah Sayre dengan harapan supaya ia mulai memasuki dunia riel. Dan selalu ditemani anak-anak lain sehingga kembali menemukan dirinya sendiri seperti semula. Richard mewariskan sebagian besar milik tanahnya kepada William supaya tetap di dalam lingkungan keluarga, hingga William mencapai usia 21 tahun. Testamen itu dibubuhi klausul. Richard mengharapkan putranya kelak menjadi presiden direktur bank Kane & Cabot atas jasanya sendiri. Itulah satu-satunya bagian testamen ayahnya yang memberi in-spirasi kepada William. Selanjutnya semua menjadi miliknya karena hak kelahirannya. Anne menerima modal sebesar $ 500.000.Dan suatu penghasilan seumur hidup sebesar $ 100.000 setahun setelah dipotong pajak. Ini otomatis akan berhenti bila ia menikah kembali. Ia juga menerima rumah di Beacon Hill, villa musim panas di Pantai Utara, rumah di Maine, dan sebuah pulau kecil di lepas Teluk Cod. Semuanya harus diwariskan kepada William bila Anne meninggal.

Kedua nenek menerima $ 250.000, dan surat-surat yang jelas-jelas menunjukkan tanggungjawab mereka bila Richard mendahului mereka ke alam baka. Perwalian keluarga ini harus ditangani oleh bank. Dan bapak serta ibu emban baptis William bertindak sebagai rekan wali. Penghasilan perwalian harus diinvestasikan kembali tiap tahun dalam usaha-usaha konservatif.

Setelah setahun penuh barulah kedua nenek itu selesai berkabung. Dan walau Anne baru berusia 28 tahun, namun kini untuk pertama kali ia nampak sesuai umurnya.

Kedua nenek itu, tidak seperti Anne, menyembunyikan kesedihan mereka di muka William, hingga akhirnya William memperingatkan mereka akan hal itu.

“Apakah nenek tak merasa kehilangan ayah?" tanyanya sambil memandang nenek Kane dengan mata biru yang mengingatkan akan putranya sendiri.

'Ya nak, tapi ia tak menghendaki kita hanya duduk terkumpul-kumpul dan merasa iba terhadap diri kita sendiri."

*Tapi aku ingin kita selalu mengenangnya – selalu”suara William meledak.

'William, aku akan bicara kepadamu untuk pertama kalinya seolah-olah engkau telah dewasa. Kita akan menjunjung tinggi kenangan kepadanya. Engkau akan berperan dalam tugas hidupmu sesuai dengan harapan ayahmu. Engkaulah kini yang menjadi kepala keluarga dan waris harta karun. Oleh karena itu engkau harus mempersiapkan diri dengan kerja supaya pantas menerima warisan itu dengan semangat yang sama sebagaimana ayahmu bekerja untuk menambah warisan itu bagimu."

William tidak menjawab. Dengan demikian ia mempunyai motivasi untuk hidup yang tak ia miliki sebelumnya. Dan ia bertindak sesuai saran neneknya. Ia belajar hidup menyandang kesedihannya tanpa mengeluh. Dan sejak saat itu dengan tegar ia terjun dalam tugasnya di sekolah. Dan hanya merasa puas bila nenek Kane nampak terkesan. Dalam segala mata pelajaran ia menonjol. Dan dalam matematika ia tak hanya menduduki peringkat pertama dalam kelas, melainkan juga beberapa tahun mendahului kelasnya.Ia bertekad apa yang diraih ayahnya akan ia capai dengan lebih baik lagi. Ia bahkan tumbuh lebih dekat lagi dengan ibunya. Dan mencurigai setiap orang yang bukan keluarganya. Hingga ia kerapkali dianggap sebagai anak yang kesepian. Sendiri. Dan secara tak wajar dianggap sebagai seorang penyombong.

Ketika ia menginjak usia 7 tahun, kedua nenek itu memutuskan untuk mengajarinya tentang nilai uang. Mereka memberinya uang saku 1 dollar seminggu. Tapi mereka menuntutnya membuat pembukuan dari setiap sen yang ia keluarkan. Mengingat itu semua mereka menghadiahkannya sebuah buku kas dijilid dengan kulit berwarna hijau seharga 95 sen. Uang itu mereka ambilkan dari uang saku mingguannya yang pertama. Sejak minggu kedua nenek membagikan uang saku satu dollar itu pada hari Sabtu pagi.

William menginvestasikan 50 sen. Membelanjakannya 20 sen. Dan mendanakan 10 sen sesuai pilihannya. Dan menyisakan 20 sen sebagai cadangan. Pada akhir setiap triwulan kedua nenek William memeriksa buku kas serta laporan tertulisnya mengenai setiap transaksi. Sesudah triwulan pertama, William telah siap mengerjakan akuntansinya sendiri. Ia telah mendanakan $1.30 kepada Pandu Amerika yang baru saja didirikan. Dan menginvestasikan $5.55 yang ia mintakan kepada nenek Kane untuk dimasukkan dalam rekening tabungan di bank bapak emban baptisnya J.P. Morgan yang telah almarhum. Ia telah membelanjakan $2.60 yang tak perlu ia pertanggung-jawabkan. Dan telah menahan $2.60 sebagai cadangan Buku kas itu merupakan sumber kepuasan bagi kedua nenek. Tak pelak lagi: William adalah putra Richard Kane.

Di sekolah William masih bersahabat dengan beberapa teman. Sebagian karena ia malu bergaul dengan seseorang yang bukan anggota keluarga Cabot, Lowell, atau anak-anak keluarga yang lebih kaya dari keluarganya sendiri. Ini memperketat kalangan sahabatnya hingga ia menjadi anak yang sangat serius.Hal ini mencemaskan ibunya. Padahal ibunya menginginkan supaya William dapat hidup lebih normal. Dan dalam hati ibunya tidak menyetujui adanya buku kas induk ataupun rencana investasi itu. Anne lebih menyukai bila William mempunyai banyak teman-teman muda daripada penasehat-penasehat tua. Biar ia kotor dan memar daripada tetap mulus tak bercela. Biar mengumpulkan katak dan kura-kura daripada mengumpulkan saham dan laporan perusahaan. Pendek kata biar menjadi seperti anak kecil lainnya. Tetapi Anne tak pernah berani mengatakan kepada nenek tentang kecemasannya. Pendek kata nenek berdua tak berminat terhadap bocah kecil lainnya siapa pun.

Pada hari ulang tahunnya yang ke-9 William menyerahkan buku kas kepada neneknya untuk pemeriksaan tahunan yang kedua kali. Buku kas hijau menunjukkan tabungan selama dua tahun sebanyak 50 dollar lebih. Ia secara khusus merasa bangga dapat menunjukkan kepada neneknya sebuah entri lama ditandai “B6". Itu menunjukkan bahwa ia telah mengambil uangnya dari bank J.P. Morgan langsung ketika ia mendengar kematian bankir besar tersebut. Sebab ia ingat bahwa bank ayahnya sendiri merosot nilai sahamnya setelah pengumuman kematiannya. Wiliam lalu menginvestasikan kembali uang itu 3 bulan kemudian sebelum umum menyadari bahwa perusahaannya lebih besar daripada perorangan siapa pun orangnya.

Nenek berdua cukup terkesan. Mereka mengizinkan William menjual sepedanya dan membeli sepeda baru. Setelah itu ia masih mempunyai modal lebih dari $ 100. Uang itu lalu diinvestasikan oleh nenek Kane dalam perusahaan Standard Oil di New Jersey. Minyak itu hanya bisa menjadi lebih mahal lagi. Demikian kata William penuh pengertian. Ia dengan cermat menyusun buku kasnya yang selalu disesuaikan hingga hari ulang tahunnya yang ke-21. Seandainya pada waktu itu kedua nenek itu masih hidup, mereka pasti akan bangga akan entri terakhir di kolom kanan yang berjudul “Aset".

Tidak ada komentar:

Posting Komentar